Anda di halaman 1dari 9

MAHABBAH DAN MA’RIFAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Disusun :
Annisa Nindiananta (1806016061)
Rivadho ryiamizard (1806016072)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahabbah” adalah cinta, atau cinta yang luhur  kepada Tuhan yang suci dan tanpa
syarat,tahapan menumbuhkan cinta kepada Allah, yaitu: keikhlasan, perenungan,
pelatihan spiritual, interaksi diri terhadap kematian, sehingga tahap cinta adalah tahap
tertinggi oleh seorang ahli yang menyelaminya. Didalamnya kepuasan hati (ridho),
kerinduan (syauq) dan keintiman (uns).

Sedangkan Ma’rifah ialah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh melalui akal.
Dalam kajian ilmu tasawuf “Ma’rifat” adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga
hati sanubari dapat melihat Tuhan”. jalan untuk memperoleh ma’rifah ialah dengan
membersihkan jiwanya serta menempuh pendidikan shufi yang mereka namakan
maqamat, seperti hidup zuhud, ibadah dan barulah tercapai ma’rifat.   Dari sekilas
keterangan di atas, kami akan memberikan suguhan yang lengkap dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Mahabbah dan Ma’rifah ?


2. Apakah tujuan dan kedudukan Mahabbah dan Ma’rifah menurut paham   tokoh
sufi ?
3. Kedudukan Mahabbah dan Makrifat ?
4. Al-Qur’an dan Hadist tentang Mahabbah dan Ma’rifat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penegertian Mahabbah
Mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Allah sepenuh hati, sehingga
sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang dicintai. Tujuannya adalah untuk
memperoleh kebahagiaan batiniah yang sulit diungkapkan oleh kata-kata, tetapi hanya
dapat diraskan oleh jiwa.

Kata mahabbah berasal dari kata ahabaha, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah
berarti mencintai secara mendalam. Al-mahabbah dapat pula berarti Al-wadud, yakni
yang sangat kasih atau sayang. Selain itu Al-mahabbah dapat pula berarti
kecenderungan kepada sesuatu yang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh
kebutuhan yang bersifat material maupun sepiritual, seperti cintanya seorang yang
sedang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, misal orang tua pada anaknya,
seseoarang pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau seorang pekerja
dengan pekerjaannya.

Kata cinta dalam bahasa arab disebut dengan hubb, sedangkan siapa yang dicintai
disebut mahbub. Sudah tentu perasaan cinta itu tidak boleh dibagi. Ia adalah milik yang
khusus bagi orang yang dicintai. Demikian juga halnya cinta kepada Allah. Ada khusus
dari ‘abid kepada mahbubnya. Tidak boleh bercampur dengan kecintaan terbatas dan
terbagi dengan makhluk, atau benda-benda duniawi lainya.

Kata mahabbah selanjutanya diguanakan untuk menunjukan pada suatu paham atau
aliran dalam tasawuf. Dalam hubungan ini mahabbah objeknya lebih ditunjukan pada
Allah SWT. Mahabbah kepada Allah SWT adalah tujuan yang sangat jauh dan
merupakan derajat tertinggi pada perjalanan yang ditempuh oleh para sufi.1

Dari sekian banyak arti mahabbah yang dikemukakan tampaknya ada juga yang
cocok dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang
artinya kecintaan yang mendalam secara ruhian kepada Allah SWT.

Mahabbah berbeda dengan Al-ragahbah, karena mahabbah adalah cinta yang tanpa
dibarengi dengan harapan pada hal yang bersifat duniawi, sedangkan Al-raghbah cinta

1
Djamaluddin Ahmad Al-Buny. 2002. Mahabbah shufiyah, yogyakarta. Hlm. 46.
yang disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatakan sesuatu,
walaupun harus mengorbanka nyawanya.

Menurut Al-sarraj mahabbah dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu mahabbah orang
biasa, mahabbah orang shidiq dan mahabbah orang yang arif. Ada dua kecintaan yang
dimohonkan Rasulullah saw kepada Allah SWT, yakni cinta kepada Allah dan cinta
kepada orang yang mencintai Allah.

Al-qur’an menjelaskan:

َ ِ‫َو إِ ْخ َو ُان ُك ْم َو أَ ْز َو ا ُج ُك ْم َو َع ش‬
‫ير ُت ُك ْم‬ ُ ‫اؤ ُك ْم َو أَ ْب َن‬
‫اؤ ُك ْم‬ ُ ‫ان َآب‬ َ ‫قُ ْل إِ ْن َك‬
‫ض ْو َن َه ا‬ َ ْ‫َت ْخ َش ْو َن َك َس ا َد َه ا َو َم َس ا ِك نُ َت ر‬ ٌ‫ار ة‬َ ‫وه ا َو ت َِج‬ ٌ ‫َو أَ مْ َو‬
َ ‫ال ْاق َت َر ْف ُت ُم‬
َ ‫ص وا َح َّت ٰى َي أْ ت‬
‫ِي‬ ُ ‫أَ َح بَّ إِ َل ْي ُك ْم ِم َن هَّللا ِ َو َر ُس ول ِِه َو ِج َه ا ٍد فِي َس ِب يل ِِه َف َت َر َّب‬
َ ‫هَّللا ُ ِب أ َ ْم ِر ِه ۗ َو هَّللا ُ اَل َي ْه ِد ي ْال َق ْو َم ْال َف اسِ ق‬
‫ِين‬
Artinya:

"jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluargamu, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan
dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-
Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Berdasarkan ayat di atas para sufi memberi arti akan mahabbah mereka kepada
Allah melebihi segala-galanya

B. Pengertian Ma’rifah
Ma’rifah adalah tahapan tertinggi bagi kaum sufiyah yang menjadi tujuan terakhir
dalam perjalanan panjang menuju Allah SWT. Menurut arti lughawi, ma’rifah bersal
dari kata ‘arafa-ya’rufu-‘irfatan, menjadi irfatatan dan ma’rifatan (mengetahui dan
mengenal sesuatu dengan sungguhnya dan sempurna).

Ma’rifatullah (mengenal Allah,bergantung dan berhubungan dengan mengenal diri


sendiri serta sampai sejauh mana seseoarang mengenal diriya sendiri (ma’rifatun nafis)
barulah ia dapat mengenal Allah (ma’rifatullah). Seperti bunyi ungapan hikmah: man
‘arafa Nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu (sebelum seseorang mengenal Allah dalam
kema’rifatanya ,terlebih dulu ia wajib mengenal dirinya sendiri dalam perwujudannya).

Yang dipandang sebagai bapak ma’rifah adalah zun Nun al-misri yang memandang
tiga tingkat ma’rifah yaitu:

 Ma’rifah awam, yaitu mengenal Allah melalui ucaopan syahadat.


 Ma’rifah alim, yaitu mengenal Allah melalui argumen logis.
 Ma’rifah ariff, yaitu mengenal Allah melalui hati.

Dalam kitab Al-mahabbah, imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada


Allah adalah puncak dari seluruh maqam dengan derajat/ level yang tingi.” (Allah)
mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.

Adapun cara-cara untuk dapat menuju mahabbah dan ma’rifah adalah;

 Tobat, baik dari dosa besar maupun dari dosa kecil


 Sabar dalam menghadapi segala macam cobaan
 Tawakal menyeru sebulat-bulatnya pada keputusan tuhan
 Merasa senang menerima segala takdir yang Allah berikan

Orang beriman yang berkeinginan masuk ke wilayah tasawuf untuk mempelajari


tariqat, haqiqat, dan ma’rifat terlebi dahulu ia wajib mendalami dengan tidak tanggung-
tanggung syari’at (mendalami Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan segala kelengkapan alat
dan ilmunya). Ia tidak akan sampai mqam ma’rifat apabila tidak menguasai ilmu
syari’at.

C. Tujuan dan kedudukan Mahabbah dan Ma’rifah


Tujuan Mahabbah yaitu untuk memperoleh kebutuhan, baik yang bersifat material
maupun spiritual untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengan tercapainya
gambaran yang mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan,untuk memperoleh kesenangan
bathiniahyang sulit dilukiskan dengan kata-kata,tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam makrifat adalah mengetahui rahasia-
rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan.2

2
Abdul Halim Mahmud,At-Tasawuf Fi Al-Islam,(Bandung:CV Pustaka Setia,2002), hal 95.
D. Kedudukan Mahabbah dan Makrifat
 Ada yang berpendapat bahwa istilah Mahabbah selalu berdampingan dengan
Ma’rifat,baik dalam kedudukannya maupun pengertiannya.Kalau Ma’rifat adalah
merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati(al-qalb),maka
Mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta(roh). Smentara al-
Ghozali dalam kitabnya ihya ulumiddin memandang makrifat datang sebelum
mahabbah.Sedangkan al-Kalabasi menjelaskan bahwa makrifat datang sesudah
mahabbah.Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa makrifat dan mahabbah merupakan
kembar dua yang selalu disebutkan bebarengan. Keduanya menggambarkan keadaan
dekatnya hubungan seorang sufi dengan Tuhan.Dengan kata lain mahabbah dan
makrifat menggambarkan dua aspek rapat yang ada antara seorang sufi dengan Tuhan.
Dalam literature-literatur tasawuf,tidak ada kesepakatan tentang mahabbah apakah
termasuk hal atau maqam. Dalam hal ini,kalau kita perhatikan kembali syair-syair dan
pernyataan Rabi’ah serta pendapat-pendapat sufi,dapat dipahami bahwa Mahabbah
adalah hal.Sebagaimana halnya dengan mahabbah, makrifat ini dianggap sebagai hal.3

E. Al-Qur’an dan Hadist tentang Mahabbah dan Ma’rifat

a. Pandangan Al-Qur’an dan Hadist Tentang Mahabbah


‫قل ان كنتم تحبون هللا فاتبعوني يحببكم هللا‬
Jika kamu cinta kepada Allah,maka turutlah aku dan Allah akan mencintai kamu.
(QS.Ali ‘Imron,3:30).
‫ياءتى هللا بقوم تحبهم و يحبونه‬
Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan yang mencintai-Nya.
(QS,al-Maidah,5:54).
            Di dalam hadist juga dinyatakan sebagai berikut:
‫وال يزال عبدى يتقرب الي با انوافل حتى احبه ومن احببته كنت له سمعا وبصرا ويدا‬
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan
hingga Aku cinta padanya. Orang yang Kucintai menjadi telinga,mata,dan tangan-Ku.
            Kedua ayat dan satu hadist di atas memberikan petunjuk bahwa antara manusia
dan Tuhan dapat saling mencintai. Karena alat untuk mencintai Tuhan,yaitu roh. Roh
adalah berasal dari roh Tuhan.Roh Tuhan dan roh yang ada pada diri manusia sebagai

3
Abdul Halim Mahmud,Tasawuf di dunia Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2002),hal 221.
anugrah Tuhan bersatu dan terjadilah mahabbah. Ayat dan hadist tersebut juga
menjelaskan bahwa pada saat terjadi mahabbah diri yang dicintai telah menyatu dengan
yang mencintai yang digambarkan dalam telinga,mata dan tangan Tuhan. Dan untuk
mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal ibadah yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh.
b. Pandangan Al-Qur’an dan Hadist tentang Ma’rifat
‫ومن لم يجعل هللا له نورفماله من نور‬
Dan barang siapa yang tiada diberi cahaya(petunjuk) oleh Allah tiadalah dia
mempunyai cahaya sedikit pun(QS.al-Nur,24:40)
‫افمن شرح هللا صدره لالسالم فهو على نور من ربه‬
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama
islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya(sama dengan orang yang membantu
hatinya)?(QS.al-Zumar,39:22).
‫اول الد ىن معرىفة هللا‬
Pertama sekali di dalam agama adalah mengenal Allah
‫بنىت فى جوف ابن ادم قصرا وفى القصر صدر وفى الصدر قلبا وفى القلب فؤادا وفى الفؤاد شغافا وفى وفى‬
‫ وفى لب سرا وفى السرا انا‬ ‫الشغافا لبا‬
Aku jadikan dalam rongga anak adam mahligai dan dalam mahligai itu ada dan dalam
dada itu ada hati (qolbu) namanya dan dalam hati ada mata hati(fuada)dan di dalam
mata hati itu ada penutup mata hati(saghafa) dan di balik penutup mata hati itu ada
nur/cahaya (labban) dan di dalam nur itu ada rahasia (siri) dan didalam rahasia itu
aku kata Allah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah
berarti mencintai secara mendalam.Pengertian Mahabbah adalah cinta yang
luhur, suci dan tanpa syarat kepada Allah.
2. Ma’rifah dari segi bahasa berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang
artinya pengetahuan dan pengalaman. Ma’rifat adalah pengetahuan yang
objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam kepada
bathin, dengan mengetahui rahasianya.
3. Tujuan Mahabbah adalah untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material
maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang
dicintainya, Sedang Ma’rifah bertujuan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan
melalui hati sanubari.
4. Inti ajaran mahabbah adalah merupakan sikap dari jiwa yang  mengisyaratkan ke
pengabdian diri atau pengorbanan diri sendiri dengan cara mentransendenkan
ego, dan menggantinya dengan cinta.
5. Ma’rifah tidak diperoleh melalui pemikiran dan penalaran akal, tetapi
bergantung pada kehendak dan rahmat Tuhan. Ma’rifat adalah pemberian Tuhan
kepada Sufi yang sanggup menerimanya.
6. Pembahasan Mahabbah dan ma’rifah dapat ditemukan dalam Ayat-ayat al-
Qur’an al-Karim dan Hadits-hadits rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Halim Mahmud,Tasawuf di dunia Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2002),hal 221.

2. Abdul Halim Mahmud,At-Tasawuf Fi Al-Islam,(Bandung:CV Pustaka Setia,2002), hal


95.
3. Djamaluddin Ahmad Al-Buny. 2002. Mahabbah shufiyah, yogyakarta. Hlm. 46.

Anda mungkin juga menyukai