Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama : Riski Maulana


NPM : 2011010221
Kelas : F/ PAI/ smt V (lima)
Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak SMA/ MA
Dosen Pengampu : Agus Susanti, M.Pd. I

Soal.
1. Berikan jawaban anda dengan jelas mengenai :
a. Definisi maqamat (bahasa, istilah) serta tingkat atau tahapan maqamat yang sudah
disepakati ahli tasawuf?
b. Definisi hal, serta bentuk dan hal yang dialami sufi
c. Definisi takhalli, tahalli, tajalli
2. Berikan jawaban anda dengan jelas mengenai :
a. Sumber tasawuf baik unsur Islam maupun unsur luar Islam serta berikan kesimpulannya
?
b. Sanggahan terhadap pendapat yang mengatakan sumber tasawuf dari unsur luar Islam?
3. Ceritakan sejarah perkembangan tasawauf dari abad I-V serta tokoh-tokohnya pada abad
tersebut?
4. Ceritakan sejarah perkembangan tasawuf dari abad VI-X serta tokoh-tokohnya pada abad
tersebut?
5. Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban, dimana ada kewajiban pasti ada hak. Orang
tua anda memiliki kewajiban menafkahi anda baik lahir maupun bathin, baik materi
maupun immateri, termasuk membiayai seluruh keperluan biaya kuliah anda.
Pertanyaannya adalah :
a. Setujukah anda bahwa patuh dan tunduknya anda kepada kedua orang tua anda
merupakan hak yang harus diterima orang tua anda ? berikan alasan anda !
b. Bagaimana sikap anda ketika calon hidup yang anda pilih tidak mendapat restu dari
kedua orang tua anda karena memang mereka sudah punya pilihan yang akan dijadikan
teman hidup anda secara kebetulan anda sendiri tidak sreg atau tidak tertarik pada
pilihan kedua orang tua anda. Sementara ketundukkan dan kepatuhan kepada kedua
orang tua anda merupakan hak yang harus diperolehnya dari anda.
Catatan : Kedua orang tua anda tetap bertahan pada pilihan mereka.
Jawaban :

1. Jawaban Penulis :
a. Definisi maqamat (bahasa, istilah) serta tingkat atau tahapan maqamat yang
sudah disepakati ahli tasawuf?
Maqomat secara bahasa adalah kata jama’ dari lafadh maqam, yang berarti
kedudukan, posisi, martabat, peringkat, derajat dan tempat. Sedangkan menurut istilah
maqamat atau maqam adalah Tingkatan derajat dalam dunia tasawuf yang di peroleh
dari hasil spritualnya. Semakin tinggi maqamnya manusia maka semakin tinggi pula
derajatnya di sisi Allah dan manusia.
Adapun macam-macam tingkatan maqom antara lain:
1) Al Taubah
Kata Al-Taubah berasal dari bahasa Arab yaitu taba, yatubu, taubatan yang
memiliki arti kembali. Adapun taubat yang dimaksud oleh para sufi ialah memohon
ampunan kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan berjanji
dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut. Tentunya
dengan disertai melakukan amal kebajikan. Artinya adalah taubat yang sebenarnya.
Bisa juga disebut dengan taubatan nasuha, taubat yang tidak akan membawa dosa lagi.
2) Al Zuhud
Secara harfiah al zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian. Sedagkan menurut Harun Nasution zuhud artinya keadaan meninggalkan
dunia dan hidup kematerian.
Asal kata dari zuhud ialah zahida yazhadu zuhdan yang artinya membenci sesuatu.
Dengan demikian orang dikatakan zuhud apabila ia mau mempersiapkan diri mencari
bekal untuk hidup di akhirat, berpegang teguh dengan agama, dan terus menerus
menjalankan ketaatan kepada Allah.
Jadi zuhud tidak harus dengan meninggalkan dunia sepenuhnya, melainkan sikap
hati yang tidak terlalu suka dengan dunia sehingga lupa akan kehidupan akhirat. Banyak
orang kaya raya, namun juga mereka sangat zuhud.
3) Al Wara’
Pada stasion ini, ia akan dijauhkan oleh Tuhan dari hal-hal syubhat. Kata al
wara’ dapat diartikan sebagai saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Selanjutnya,
dalam pandangan orang sufi, wara’ memiliki arti meninggalkan semua hal yang di
dalamnya mengandung keraguan antara halal atau haram (syubhat).
4) Al Faqr
Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau
orang miskin. Dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang
telah ada pada diri kita. Tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk menjalankan
kewajiban-kewajiban, kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi tidak menolak.
5) Al Shabr
Setelah menjalani maqam kefakiran, maka ia akan sampai pada maqam sabar.
Sabar di sini bukan sekedar menjalankan perintah-Nya yang berat dan menjauhi
larangan-Nya yang penuh dengan cobaan. Ia harus sabar menderita, bukan hanya bisa
memohon pertolongan akan tetapi ia juga harus sabar yakni menunggu pertolongan itu.
6) Al Tawakkal
Setelah masuk pada stasion al tawakkal maka ia akan menyerahkan diri sebulat-
bulatnya kepada kehendak Tuhan. Oleh karena ia tidak akan berpikir tentang hari
esok. Dengan menyerahkan diri ini ia akan merasa tenang sepenuhnya. Terkadang ia
bersikap seolah-olah telah mati.
7) Al Ridla
Secara harfiah ridha artinya rela, suka, senang. Harun Nasution mengatakan ridha
berarti tidak berusaha, tidak menentang kada dan kadar Tuhan. Menerima kada dan
kadar dengan senang hati. Mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal
di dalamnya hanya perasaan senang dan gembira. Mereka senang menerima malapetaka
sebagaimana merasa senang menerima nikmat. Tidak meminta surga dari Allah dan
tidak meminta dijauhkan dari neraka. Tidak berusaha sebelum turunnya sebelum
turunnya kada dan kadar, tidak merasa pahit dan sakit sesudah turunnya kada dan kadar,
malahan perasaan cinta bergelora di waktu turunnya bala’.
b. Definisi hal, serta bentuk dan hal yang dialami sufi
Hal atau Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Secara bahasa, Ahwal atau Hal
memiliki arti kondisi atau keadaan. Dapat pula kita pahami, ahwal atau hal ini
merupakan keadaan mental. Seperti: perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut,
dan sebagainya. Kemudian dalam ilmu tasawuf, hal artinya perasaan yag
menggerakkan dan mempengaruhi hati yang disebabkan karena bersihnya dzikir.
Macam-macam Ahwal diantaranya :
1) Khauf
Khauf dalm kajian tasawuf yakni perasaan takut karena dihantui oleh dosa serta
ancaman yang akan menimpanya. Dengan begitu, orang tersebut akan senantiasa
melakukan dzikir dan berdoa agar terlindung dari adzab-Nya. Ketika rasa takut ini telah
menetap dalam dirinya, maka ia akan bisa mengendalikan nafsu. Rasa takut sangat
berperan dalam diri seseorang, sebab bisa menjadikan dirinya senang dan damai.
2) Tawaddu’
Tawaddu’ artinya rendah hati. Tawaddu’ yang sebenarnya ialah kerendahan dari
seorang hamba terhadap kebenaran dan kuasa-Nya. Namun juga merupakan
bentuk tawaddu’ dengan merendahkan sayap terhadap semua makhluk dan bersikap
lemah lembut terhadapnya. Sikap rendah hati bentuk usaha untuk menghindari diri dari
sifat tamak dan sombong.
3) Taqwa
Taqwa artinya ialah pemeliharaan diri. Sifat ini ditujukan utuk orang yang patuh,
taat, dan sabar terhadap perintah Allah serta memelihara dirinya dari perkara-perkara
yang buruk. Dapat dipahami pula, taqwa secara umum ialah memelihara diri dan tetap
menjaganya dengan melaksanakan ketaatan dan amal shalih.
4) Ikhlas
Hakikat ikhlas adalah al tabarri ‘an kulli ma dunallah, bebas dari apa yang selain
Allah. Artinya, seseorang beribadah hanya mengharap ridha Allah, bukan hanya karena
mengharap pujian makhluk. Satu hal yang perlu dipahami bahwa ikhlas berkaitan erat
dengan niat dalam hati seseorang ketika beribadah. Ikhlas yang sempurnya harus
dilakukan baik sebelum, sedang, dan sesudah beribadah. Sebab ada orang ikhlas ketika
beribadah, tetapi setelah itu ia terjebak dalam sikap riya’ (pamer), maka rusaklah nilai
ibadahnya.
5) Syukur
Syukur adalah berterima kasih kepada Allah sebagai Dzat yang memberi nikmat,
yang dibuktikan tidak saja dengan hati dan ucapan, tetapi juga dengan tindakan.
Seseorang yang pandai bersyukur akan menggunakan seluruh anugerah Tuhan untuk
hal-hal yang mendatangkanridha-Nya.
6) Mutmainnah
Mutmainnah atau ketenganan merupakan keadaan batin yang selalu tenteram karena
selalu dekat dengan Allah.
c. Definisi takhalli, tahalli, tajalli
 Takhalli ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan
hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai
hawa nafsu. Takhalli (membersihkan diri dari sifat tecela) oleh sufi dipandang
pentingkarena semua sifat – sifat tercela merupakan dinding –dinding tebal yang
membatasi manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami
tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya
dengan akhlak –akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
 Tahlli disini maksudnya adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta
perbuatan – perbuatan yang baik. Dengan kata lain, sesudah mangosongkan diri dari
sifat tercela (takhalli), maka usaha itu harus berlanjut terus ke tahap tahalli
(pengisian jiwa yang telah dikososongkan tadi.
 Tajalli adalah orang-orang yang telah melaksanakan takhalli dan tahalli secara baik
dan sempurna dengan riyadhah dan mujahadah yang terus menerus, sehingga dia
sampai kepada tingkat hakikat yang akhirnya menjadi kekasih Allah swt
2. Jawaban Penulis
a. Sumber tasawuf baik unsur Islam maupun unsur luar Islam serta berikan
kesimpulannya ?
1. Unsur Islam
Dalam unsur islam, tasawuf dikatakan berasal dari ajaran-ajaran islam yang
bersumber dari al-Quran dan Hadits. Seperti yang kita ketahui bahwa al-Quran
mengandung pelajaran yang bersifat lahiriah dan batiniah. Ajaran yang bersifat
batiniah itulah yang melahirkan tasawuf. Seperti yang kita ketahui bahwa sangat
banyak perintah dalam al-Quran yang menyeru kita untuk bertaubat dan
mensucikan diri dari dosa. Selain itu terdapat pula hadits yang menyeru kita untuk
bertaubat dan mensucikan diri dari dosa, bahkan juga contoh yang diajarkan
langsung oleh Rasulullah. Hal ini membuktikan bahwa ajaran al-Quran dan hadits
sangat menganjurkan kita untuk mensucikan diri dari perbuatan dosa, dan bertaubat
jika telah melakukannya. Inilah yang kemudian mendasari lahirnya tasawuf dalam
ajaran islam.
2. Unsur Luar Islam
Para orientalis Barat mengatakan bahwa tasawuf dalam islam dipengaruhi oleh
agama-agama sebelum islam yang sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab sebelum
masuknya islam. Hal ini boleh kita benarkan secara akademik, akan tetapi secara
akidah kita perlu mengkajinya terlebih dahulu. Berikut penjelasan mengenai
beberapa unsur di luar islam yang diduga mempengaruhi tasawuf islam.
a) Unsur Masehi (Nasrani)
Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf mengatakan
bahwa unsur-unsur tasawuf Nasrani yang diduga mempengaruhi pemikiran
tasawuf islam adalah sikap fakir. Menurut agama Nasrani, Isa bin Maryam
merupakan orang yang fakir. Begitu juga dengan Injil juga dimaksudkan kepada
orang yang fakir. Selanjutnya peran syaikh yang dianggap menyerupai pendeta,
yaitu pada sikap tawakalnya kepada Allah. Bedanya hanya pendeta bisa
menghapus dosa, sedangkan seorang syaikh tidak.
b) Unsur Yunani
Tidak dapat dipungkiri bahwa metode berpikir filsafat Yunani juga
mempengaruhi pola pikir sebagian orang islam dalam berpikir tentang Tuhan.
Unsur ini kemudian melahirkan salah satu aliran tasawuf yaitu tasawuf falsafi.
Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat bekerja dengan mengukur segala
sesuatu menggunakan akal pikiran. Tokoh yang mengembangkan aliran tasawuf
ini diantaranya adalah al-Farabi, al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Arabi, al-Hallaj,
Suhrawardi dan lain-lain.
c) Unsur Hindhu/ Budha
Terdapat kesamaan dalam ajaran Hindu Budha dengan ajaran tasawuf.
Diantaranya yaitu mengenai cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu.
Begitu juga dengan paham reinkarnasi, cara kelepasan dari dunia versi
Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah. Salah satu
maqamat sufiah al-fana juga memiliki kesamaan dengan ajaran
tentang nirwana dalam agama Hindu. Akan tetapi hal ini perlu dikaji ulang. Jika
benar bahwa ajaran tasawuf dipengaruhi oleh ajaran Hindu/Budha, hal ini
menunjukkan bahwa agama Hindu/Budha juga telah masuk ke daratan Mekkah
pada masa Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi tidak ada bukti mengenai
kebenaran dari hal tersebut.
d) Unsur Persia
Arab dan Persia sudah memiliki hubungan sejak lama, yaitu dalam bidang
politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi tidak ada dalil yang
kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah
Arab. Namun juga terdapat kesamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud
menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat Nabi Muhammad SAW.
menyerupai paham Harmuz dalam agama Zarathustra.
b. Sanggahan terhadap pendapat yang mengatakan sumber tasawuf dari unsur luar
Islam?
Teori Goldziher dan Nicholson sebagaimana telah diuraikan, dilihat dari berbagai aspek
mengandung banyak kelemahan. Bila mereka mengakui bahwa tasawuf tidak murni
dari ajaran Islam, ini dikarenakan titik fokus kesimpulan mereka hanya mengkaji
tasawuf dari ajaran-ajaran atau prilaku kehidupan para sufi. Harus di akui, bahwa
memang ada pola kesamaan kehidupan dan pemikiran para tokoh sufi dengan ajaran-
ajaran di luar Islam, tetapi adanya kesamaan ini bukan berarti mereka mengambil ajaran
di luar Islam, sebab al-Qur’an dan al-Hadits adalah sumber utama yang sarat dengan
ajaran-ajaran tasawuf.
Teori yang mengatakan bahwa ajaran tasawuf dipengaruhi unsur di luar Islam dengan
sendirinya gugur dan tertolak secara akademis. Teori yang dapat diterima adalah teori
yang mengatakan bahwa ajaran tasawuf murni dari ajaran Islam bukan pengaruh dari
luar Islam. Pemikiran dan praktek tasawuf yang dihasilkan dari pemahaman terhadap
al-Qur’an dan al-Hadits berbeda dengan pemikiran bebas yang tidak bersumber dari
keduanya. Karena Pemikiran yang tidak bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits
bersifat liberal, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai rujukan untuk membuat suatu
sebuah grand teori yang terpercaya dalam mengkaji asal usul ajaran tasawuf dalam
Islam.
3. Jawaban Penulis :
a. Abad I dan II Hijriah
Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika sekelompok kaum
muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya pada pelaksanaan
ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat. Tokohnya antara lain:
 Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)
 Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).
b. Abad III dan IV Hijriah
Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Praktisi kerohanian yang pada
masa permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama
kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan
pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi
tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan
mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan
tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Tokoh-tokohnya adalah:
 Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)
 Al-Junaid
 Al-Sari Al-Saqathi
 Al-Kharraz
 Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)
c. Abad V Hijriah
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli
yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf
yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan
reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syari’ah
atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-
Ghazali (w. 505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh
sufi lainnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah :
 Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)
 Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)
 Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)
 Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)
 Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)
 Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)
4. Jawaban Penulis :
a. Abad VI
Pada tasawuf abad keenam datanglah aliran baru, yaitu perpaduan tasawuf dengan
filsafat. Apad abad keenam ini, karena tasawuf banyak dipadu dengan filsafat maka
dikenal dengan istilah tasawuf falsafi. Tokoh-tokohnya antara lain :
 Ibn Arabi ajarannya mengenai Wahdatul Wujud dan Al-Haqiqat Ul
Muhammadiyah
 Al-Syuhrawardi Al-Maqtul (549 – 587 H.) dengan konsep Isyraqiyahnya.
 Umar ibn Al-Faridh (w. 632 H)
 Abd Al-Haqqi ibn Sabi’in (w. 669 H)
b. Abad VIII
Dengan terlewatinya abad ketujuh hijriah hingga memasuki abad kedelapan, tidak
terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf. Meskipun banyak
pengarang kaum sufi yang mengemukakan pemikirannya tentang ilmu tasawuf ,
mereka kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat islam
sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran tasawuf ketika itu, hampir sama dengan
nasibnya pada abad sebelumnya.
Pengarang-pengarang kitab tasawuf pada abad ini antara lain:
 Al-Kisany (w. 739 H/1321 M)
 Abdul Karim Al-Jily, pengarang kitab Al-insan Al-Kamil.
c. Abad IX dan seterusnya
Dua factor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran
tasawuf di dunia islam, yaitu:
1) Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat islam sebab
banyak di antara mereka yang terlalu menyimpang dan ajaran islam yang
sebenarnya, misalnya tidak lagi menjalankan shalat karena mereka sudah mencapai
tingkat ma’rifat.
2) Penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani sudah menguasai seluruh negeri
islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme, selalu dibawa dan digunakan untuk
menghancurkan jaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Masa kejayaan tidak pernah dicapai hingga sekarang. Sekalipun demikian, ajarannya
tetap hidup karena merupakan suatu unsure dari ajaran islam, tetapi kadang-kadang
disalahgunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuannya.

5. Jawaban Penulis :
a. Setiap orang tua memiliki hak dan kewajiban terhadap anak-anaknya, begitu pula
dengan anaknya memiliki hak dan kewajiban terhadap orang tua nya. Penulis
berpendapat bahwa “kewajiban orang tua terhadap anak, merupakan hak anak dari
orang tuanya, hak orang tua dari anak, merupakan kewajiban anak terhadap orang
tuanya”.
Dengan begitu penulis sangat setuju bahwa patuh dan tunduknya anak kepada kedua
orang tuanya merupakan hak yang harus diterima orang tua dan juga kewajiban bagi
anak terhadap kedua orang tuanya. Karena hal tersebut merupakan hal yang mutlak,
bahkan dalam Q.S Al-Isra ayat 23 menjelaskan :
‫َِّل اِيااهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن اِحْ سٰ نً ۗا اِ اما يَ ْبلُغ اَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر ا َ َحدُهُ َما ْٓ ا َ ْو ِك ٰل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل‬
ْٓ ‫َوقَضٰ ى َربُّكَ ا َ اَّل ت َ ْعبُد ُْْٓوا ا ا‬
‫ف او ََّل ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُ ْل لا ُه َما قَ ْو ًَّل َك ِر ْي ًما‬ ٍّ ُ ‫لا ُه َما ْٓ ا‬

Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Namun disamping itu, Bila mereka memerintahkan sesuatu hal yang menyebabkan
berdosa, kita boleh menolaknya, itu pun harus dengan lemah lembut dan penuh
pengertian. Dan apabila memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski
sedang sibuk melakukan sesuatu.

b. Sikap yang penulis lakukan ketika orang tua tidak merestui calon pasangan, maka
pertama kali yang akan dilakukan ialah mencari tahu mengapa orang tua tidak
merestuinya, hal yang bisa dilakukan ialah memastikan bahwa pasangan yang kita pilih
ini baik atau tidak, jika dirasa sudah cukup baik maka selanjutnya yakni memberikan
keyakinan kepada orang tua bahwa pasangan yang kita pilih merupakan pasangan yang
dilihat dari segi fisik, pendidikan, keagamaan, dan akhlak nya cukup baik, dan pantas
untuk dijadikan pasangan hidup sampai akhir hayat. Namun ketika orang tua kekeh
tidak merestuinya, dan memiliki calon yang lain, maka penulis akan melihat dan
memfilter calon pasangan tersebut sesuai atau tidak dengan apa yang penulis inginkan
dan butuhkan. Jika memang sesuai maka penulis akan berusaha untu menerima dan
perlahan mencintainya, tapi jika penulis tidak sreg atau tidak tertarik, maka penulis
akan berdiskusi dengan orang tua untuk mencari calon pasangan yang sesuai dengan
yang diinginkan dan dibutuhkan penulis, dan juga direstui oleh kedua orang tua.

Anda mungkin juga menyukai