PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan manusia hidup di muka bumi ini adalah untuk beribadah
kepadaAllah SWT. Dalam jiwa manusia terdapat fitrah yang akan mengarahkan
manusia kepada hal-hal yang positif.
Dalam diri setiap manusia terkandung dua dimensi yang berbeda, yaitu
jasmani yang lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah disini bukan sekedar bersih dari
noda, kodrati yang bersifat spiritual. Dengan potensi inilah manusia diri kepercaya
anuntuk menjadikholifah fil ardhi,serta memerankan fungsi-fungsi ketuhanan
dimuka bumi.
Jika manusia didalam dirinya telah terkandung potensi kebaikan, keluhuran
ataupunkesempurnaan sebagai bekal khalifah di bumi, lalu bagaimana potensi
tersebut dapatdikembangkan dan diaktualisasikan ? banyak teori yang berbicara
mengenai hal ini yang salahsatunya adalah tasawuf.
Sebagaimana yang telah dijalani oleh beberapa tokoh besar sufi yang
menjalanihidupnya penuh dengan ketaqwaan serta manjalankan beberapa maqam
dan dikaruniai berbagai hal sehingga menjadikan hidupnya penuh dengan
kebahagiaan baik didunia maupundi akhirat. Mereka merasa sangat dekat dengan
tuhan-Nya.
Oleh karena itu, perlu kiranya bagi kita untuk mempelajari tasawuf beserta
maqamatdan ahwalnya yang harus ditempuh oleh seorang muslim untuk mencapai
kedudukan yangsangat mulia dimata tuhan-Nya
B. Rumusan Masalah
a.Apa pengertian maqomat dan ahwal?
b.Apa perbedaan maqomat dan ahwal?
c.Apa pengertian zahud,wira’I,tawaqal,sabar dan ridha?
C. Tujuan
a.Mengetahui pengertian maqomat dan ahwal
b.Sebagai Tugas kuliah ilmu tasawuf
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kekuatan iman dan keteguhan hati seorang sufi dalam menghadapi segala
rintangan dalam perjalanan menuju Allah Swt.
3
cara untuk merasakan kehadiran Allah Swt. dalam setiap saat dan
keadaan.1
B. Persamaan dan Perbedaan Maqomat dan Ahwal
1.Persamaan Maqomqat dan Ahwal
Merupakan inti
kajian dan ajaran
tasawuf, dapat
dialami oleh setiap
sufi
1
Universitas Islam An-nur Lampung 2023
2
Universitas Negeri Raden Islam Lampung 2021/2022
universitas-islam-negeri-raden-intan-lampung/akhlak-dan-tasawuf/maqomat-dan-ahwal-tugas-
kelompok/45805571
4
Persamaan dan
Perbedaan Maqamat
dan Ahwal
Kajian
Macam-Macam
Persamaan
Perbedaan
Maqomat
Taubat, Zuhud,
Sabar, Wara’, Al-
faqr, Tawakal.,
Ridha (Rela),
Mahabah,
5
Merupakan inti
kajian dan ajaran
tasawuf, dapat
dialami oleh setiap
sufi.
Pelaksanaan
senantiasa
berurutan,
dirumuskan oleh
seorang sufi itu
sendiri, jumlah
6
Persamaan dan
Perbedaan Maqamat
dan Ahwal
Kajian
Macam-Macam
Persamaan
Perbedaan
Maqomat
Taubat, Zuhud,
Sabar, Wara’, Al-
faqr, Tawakal.,
Ridha (Rela),
Mahabah,
7
Merupakan inti
kajian dan ajaran
tasawuf, dapat
dialami oleh setiap
sufi.
Pelaksanaan
senantiasa
berurutan,
dirumuskan oleh
seorang sufi itu
sendiri, jumlah
8
Persamaan dan
Perbedaan Maqamat
dan Ahwal
Kajian
Macam-Macam
Persamaan
Perbedaan
Maqomat
Taubat, Zuhud,
Sabar, Wara’, Al-
faqr, Tawakal.,
Ridha (Rela),
Mahabah,
9
Merupakan inti
kajian dan ajaran
tasawuf, dapat
dialami oleh setiap
sufi.
Pelaksanaan
senantiasa
berurutan,
dirumuskan oleh
seorang sufi itu
sendiri, jumlah
Merupakan inti
kajian dan ajaran
10
tasawuf, dapat
dialami oleh setiap
sufi Dari pengertian di atas, dapat diketahui beberapa perbedaan antara maqomat
dan ahwal, antara lain:
– Maqamat merupakan hasil dari usaha dan ikhtiar seorang sufi, sedangkan
ahwal merupakan anugerah dan karunia dari Allah Swt.
– Maqamat menunjukkan kedudukan hamba dalam pandangan Allah Swt.,
sedangkan ahwal menunjukkan situasi kejiwaan seorang sufi.
– Maqamat merupakan sifat yang menetap pada diri seseorang, sedangkan
ahwal merupakan keadaan yang temporer dan belum menetap.
– Maqamat dapat dicapai dengan usaha yang terus menerus, sedangkan
ahwal dapat datang dan pergi tanpa bisa diprediksi.
A.Zuhud
zuhud adalah meninggakan dunia dan kehidupan materi.
kehidupan duniadipandang hanya sebagai alat untuk tujuan yang
hakiki, yaitu dekat kepadaAllah SWT. zuhud merupakan tahapan
dilalui pada tahapan pertama. zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang
sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan
duniawi.3
3
Pengertian_Maqamat_dan_Tahapannya_Zuhud_Wirai_Ridha_dan_Tawakkal_docx
11
Ada tiga tanda kezuhudan yang harus ada pada batin seseorang:
Pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena
hal yang hilang. Sebagaimana firman Allah: “Supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.”
Kedua, sama saja disisinya orang yang mencela dan orang yang
mencacinya. Yang pertama merupakan tanda zuhud dalam harta sedangkan
yang kedua merupakan tanda zuhud dalam kedudukan.
Ketiga, hendaknya ia bersama Allah dan hatinya lebih banyak
didominasi oleh lezatnya ketaatan, karena hati tidak dapat terbebas sama
sekali dari cinta; cinta dunia atau cinta Allah. Kedua cinta ini di dalam hati
seperti air dan udara yang ada di dalam gelas.
B. Wara’i
Wara’i adalah meninggalkan segala hal yang syubhat: yakni
menjauhi atau meninggalkan segala hal yangbelum jelas haram dan
halalnya.Yakni laku (mujahaddah) untuk mencari hidup yang halal takut
terjerumus dalam hal yang haram. Oleh karena itu dia menjauhi pula setiap
hal yang masih samar / syubhat. Wara’ ialah salah satu sendi etika Islam
yang sangat penting. Dalam hadits Nabi bersabda :4
C. Tawakal
Tawakal adalah salah satu bahasan penting dalam ilmu tasawuf.
Banyak ulama memberikan definisi tentang konsep tawakal ini, di
antaranya adalah Syekh Abu Qasim al-Qusyairi, seorang tokoh sufi besar
dari abad keempat hijriah. Beliau sangat terkenal dengan dua karya
tulisnya dalam fan ilmu tasawuf yang berjudul Lathaif al-
Isyarat dan Risalah al-Qusyairiyyah. Abu Qasim al-Qusyairi lahir di
Naisabur pada tahun 376 Hijriah dan wafat pada tahun 465 Hijriah.
4
Syukur Amin, 2003. Tasawuf kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
12
Jasa besar Abu Qasim al-Qusyairi dalam ilmu tasawuf adalah -
memetakan definisi -definisi maqamat (tingkatan-tingkatan spiritual)
dan ahwal (kondisi spritirual) dengan sangat tepat. Para ulama tasawuf
memuji Abu Qasim al-Qusyairi sebagai tokoh pertama yang membahas
hubungan antara syariat dan tasawuf jauh sebelum Hujjatul Islam Abu
Hamid al-Ghazali membahasnya dalam kitab Ihya’ Ulumiddin.
Menurut Imam Abu Qasim al-Qusyairi, tawakal adalah
memasrahkan setiap perkara kepada Allah. Beliau berpendapat bahwa
pasrah kepada Allah bermakna memilih menjadikan Allah sebagai Dzat
yang memutuskan hasil dari setiap perkara yang dihadapi seorang hamba.
Syekh Abu Qasim al-Qusyairi juga menukil pendapat Sahal bin Abdullah,
“Awal dari derajat tawakal adalah ketika seorang hamba merasakan
kepasrahan kepada Allah bagaikan seonggok jenazah di depan orang yang
memandikannya yang dapat dibolak-balik dengan mudah sesuai
keinginan orang yang memandikannya”.
Di sinilah Syekh Abu Qasim al-Qusyairi memberikan penjelasan
yang mencerahkan dalam kitab Risalah al-Qusyairiyah,
واعلم أن التوكل محله القلب والحركة بالظاهر ال تنافي التوكل بالقلب بعد ما تحقق العبد أن التقدير
من قبل هللا وإن تعثر شئ فبتقديره وإن اتفق شئ فبتيسيره
13
perlindungan kepada selain Allah. Abu Qasim al-Qusyairi menyerupakan
seorang yang sungguh-sungguh tawakal kepada Allah dengan seorang
bayi yang tidak mengenali apa pun kecuali kasih sayang dan perhatian
ibunya. Beliau mengatakan, “Barang siapa yang ridha menjadikan Allah
sebagai tempat berpasrah maka Allah berikan pahala kepadanya, Allah
realisasikan cita-citanya, Allah perlakukan ia dengan lembut dalam setiap
urusannya, dan tunjukkan ia menuju jalan kesuksesan’’
“ Kedua, berpegang teguh menaati setiap perintah Allah, ikhlas dalam
beribadah serta menjauhi setiap larangan Allah. Abu Qasim al-Qusyairi
mengatakan, “Barang siapa yang berserah diri kepada Allah maka ia
harus menyerahkan dirinya untuk taat kepada Allah dan ia harus menjaga
dirinya dari durhaka kepada Allah dalam setiap waktu”.5
D.Sabar
Pengertian Sabar Salah satu faktor penting dalam spiritualitas islam
adalah kesabaran. Kesabaran merupakan cara yang diajarkan islam
ketika orang menghadapi keadaan yang sulit. Al-quran memerintahkan
kepada manusia untuk menjadikan sabar sebagai media untuk mendapat
pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Seperti
didalam Alqur’an:
5
Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin
Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
14
(Stiono, 2015). Namun selain itu, di dalam bahasa Indonesia ada
pula kata bersabar yang artinya bersikap tenang, baik pikiran
maupun perasaan. Dan ada juga kata kesabaran yang berarti suatu
keadaan atau suasana hati maupun pikiran dalam menghadapi
cobaan. Kesabaran pada dasarnya merupakan pemanfaatan suatu
potensi dalam diri manusia yang berfungsi sebagai pendorong untuk
melakukan hal-hal atau tindakan yang baik dan sebagai kekuatan dan
pertahanan dari tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain (al-Khattab, 1997).
Menurut kalangan para sufi sabar diartikan dengan sabar
dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT sekaligus menjauhi
laranganNYA dan sabar dalam menerima segala ujian yang
ditimpakan oleh Allah SWT.
Tingkatan orang Sabar Menurut Ibnu A’jibah, orang sabar di
klarifikasikan berdasarkan tingkatannya dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Sabar tingkatan orang awam. Seseorang dalam posisi ini akan
selalu tabah atas kesulitan-kesulitan dalam menjalankan
ketaatan dan melawan segala bentuk pelanggaran.
2) Sabar tingkatan orang khusus (khawash). Seseorang dalam
tingkatan ini dalam tingkatan tabah atau dapat menahan hati
ketika menjalankan riyadhah dan mujahadah (perjuangan
spiritual) dengan selalu melakukan muraqabah, sehingga dalam
hati selau hadir nama Allah
. 3) Sabar tingkatan Khawashul Khawas. Seseorang bisa dikatakan
masuk dalam maqam ini bila ia bisa menahan ruh dan sir agar
dapat menyaksikan Allah (musyahadah) dengan mata hatinya
(Abdul Mustaqim, 2013).6
E.Ridha
Secara etimologi kata ridha merupakan ism masdar dari kata
radhiya-yardha yang berarti puas, rela hati, menerima dengan
lapang dada atau pasrah terhadap sesuatu.1 Dengan kata lain yang
6
UIN Tulung Agung
15
dimaksud dengan ridha secara harfiah yaitu rela, suka, atau senang.
Al-ridha merupakan sebuah kata yang sudah menjadi bahasa
Indonesia yaitu ridha atau rela. Secara terminologi ridha berarti
kerelaan yang tinggi terhadap apapun yang diberikan oleh al-Haq
baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak sebagai sebuah
anugerah yang istimewa pada dirinya.
Selain itu ridha juga berarti tidak terguncangnya hati
seseorang ketika menghadapi musibah dan mampu menghadapi
manifestasi takdir dengan hati yang tenang, dengan kata lain yang
dimaksud dengan ridha adalah ketenangan hati dan ketentraman
jiwa terhadap ketetapan dan takdir Allah SWT, serta kemampuan
menyikapinya, dengan tabah, termasuk terhadap derita, nestapa,
dan kesulitan yang muncul dari-Nya yang dirasakan oleh jiwa7
Adapun hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan
ridha. Di antara hadis-hadis itu ialah sabda Rasulullah SAW
sebagai berikut:
7
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita Semua, Menapaki Bukit-Bukit
Zamrud Kalbu Melalui Istilah-Istilah Dalam Praktik Sufisme, (Jakarta :Republika , 2013), Cet 1,
hal. 197- 200
8
Imam Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Penerj. Abu Madyan Al Qurtubi,
(Depok: Keira Publishing, 2010), hal. 509
16
“Sesungguhnya para malaikat meletakkan “sayap-sayap”
12mereka kepada penuntut ilmu karena mereka ridha atas apa yang
diperbuatnya” (HR. Ahmad dan Tirmizi).9
Keridhaan terhadap ke-Rasulan Muhammad SAW adalah
dengan sepenuhnya mengikuti Rasullullah SAW berserah diri
secara mutlak kepada ajaran yang di sampaikan, mengutamakan
petunjuk beliau di atas hawa nafsu, menyerahkan dominasi logika
dan akalnya kepada perintah Rasulullah SAW, serta menjadikan
kecerdasan sebagai cermin bagi sifat fatanah(cerdas)yang dimiliki
Rasulullah SAW yang luas dan selalu berada didalam bimbingan
wahyu Ilahi dengan senantiasa menghadap kepada yang pokok,
bukan kepada yang bayangan.
Abu Abd Allah Haris Ibn Asad Al-Muhasibi dan para
pengikutnya memasukan ridha sebagai hal. Menurut Al-Muhasibi,
ridha adalah penyerahan (al-tawakkul) dan ketentraman hati
mengahadapi peristiwa-peristiwa yang timbul karena keputusan-
keputusan Tuhan. Penyerahan (al-tawakkul) dan ketentraman hati
bukan merupakan kualitas-kualitas yang diusahakan mmelainkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maqomat atau juga di sebut Maqamat adalah jamak dari kata maqam,
yang secara bahasa berarti tempat atau kedudukan. Secara istilah, maqam
adalah upaya sadar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui
tahapan-tahapan untuk mencapai makrifatullah, yaitu pengenalan yang
9
13Ibid., hal. 3
17
mendalam tentang hakikat Allah SWT. Maqam juga bisa diartikan sebagai
sifat yang menetap pada diri seseorang akibat dari usahanya sendiri
Persamaan Maqomqat dan Ahwal Merupakan inti kajian dan ajaran
tasawuf dapat di alami oleh stiap sufi.
Perbedaan Maqomqat dan Ahwal
– Maqamat merupakan hasil dari usaha dan ikhtiar seorang sufi, sedangkan
ahwal merupakan anugerah dan karunia dari Allah Swt.
– Maqamat menunjukkan kedudukan hamba dalam pandangan Allah Swt.,
sedangkan ahwal menunjukkan situasi kejiwaan seorang sufi.
– Maqamat merupakan sifat yang menetap pada diri seseorang, sedangkan
ahwal merupakan keadaan yang temporer dan belum menetap.
– Maqamat dapat dicapai dengan usaha yang terus menerus, sedangkan
ahwal dapat datang dan pergi tanpa bisa diprediksi.
zuhud adalah meninggakan dunia dan kehidupan materi.
kehidupan duniadipandang hanya sebagai alat untuk tujuan yang
hakiki, yaitu dekat kepadaAllah SWT
Wara’i adalah meninggalkan segala hal yang syubhat: yakni
menjauhi atau meninggalkan segala hal yangbelum jelas haram dan
halalnya.Yakni laku (mujahaddah) untuk mencari hidup yang halal takut
terjerumus dalam hal yang haram
Sabar Salah satu faktor penting dalam spiritualitas islam adalah
kesabaran. Kesabaran merupakan cara yang diajarkan islam ketika orang
menghadapi keadaan yang sulit
Secara etimologi kata ridha merupakan ism masdar dari kata radhiya-
yardha yang berarti puas, rela hati, menerima dengan lapang dada atau
pasrah terhadap sesuatu.
B. Saran
Saran agar kita sebagai umat muslim dapat menerapkan hasil makalah ini
di kehidupan sehari hari nya seperti sabar , Penulis bersedia menerima kritik dan
saran yang positf dari pembaca,sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki
makalah di kemudian hari.
18
Daftar Pustaka
19
UIN Tulung Agung
13Ibid., hal. 3
20