Disusun Oleh :
Arma Imba Safitri Npm : 2041040019
Arinda Setia Npm : 2041040018
Najwa Qolbi Npm : 2041040089
Mahdalena Npm : 2041040078
Meisi Aryani Npm : 2041040081
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan hal (jamak: ahwal) adalah keadaan atau kondisi psikologis
ketika seorang sufi mencapai tingkatan tertentu. Al-Qusyairi dalam kitabnya Ar-
Risalah Al-Qusyairiyah, berkata, “hal adalah makna yang datang pada qalbu tanpa
disengaja”. Hal diperoleh tanpa daya dan upaya, baik dengan menari, bersedih hati,
bersenang-senang, rasa tercekam, rasa rindu, rasa gelisah, atau rasa harap. Dengan
kata lain hal sama dengan bakat.
1. Tobat
2. Zuhud
Zuhud dapat diartikan sebagai suatu sikap melepaskan diri dari rasa
ketergantungan terhadap ketergantungan kehidupan duniawi dengan
mengutamakan kehidupan akhirat. Sampai dimana batas pelepasan diri dari
rasa ketergantungan itu ? Al-ghazali mengartikan zuhud sebagai sikap
mengurangi keterikatan pada dunia untuk kemudian menjauhinya dengan penuh
kesadaran. Al-Qusyairi mengartikan zuhud sebagai suatu sikap menerima
rezeki yang diterimanya. Hasan al-Bashri mengatakanzuhud adalah
meninggalkan kehidupan dunia, karena dunia ini tidak ubahnya seperti ular ,
licin apabila dipegang, tetapi racunnya dapat membunuh.[4]
Dilihat dari maksudnya, zuhud terbagi atas tiga tingkatan. Pertama,
menjauhkan dunia ini agar terhindar dari hukuman akhirat. Kedua, menjauhkan
dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Ketiga, mengucilkan dunia bukan
karena takut atau berharap, tetapi karena cinta kepada Allah. Orang yang berada
pada tingkat ketiga ini akan memandang segala sesuatu tidak ada arti apa-apa
kecuali Allah.
3. Faqr (Fakir)
Al-faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu
yang lain. Pada prinsipnya, sikap mental faqr merupakan rentetan sikap zuhud.
Hanya sajazuhud lebih keras menghadapi kehidupan duniawi, sedangkan fakir
hanya pendisiplinan diri dalam mencari dan memanfaatkan fasilitas hidup.
Sikap fakir selanjutnya akan memunculkan sikap wara’. Menrut para sufi, wara’
adalah sikap berhati-hati ddalam menghadapi sesuatu yang kurang jelas
masalahnya. Apabila bertemu dengan satu persoalan yang tidak jelas hukumnya
atau tidak jelas asal-usulnya lebih baik untuk meninggalkannya
4. Sabar
Sabar ialah tahan menderita, berhati-hati atau selectiva dalam bertindak. Sabar
jika dipandang sebagai pengekangan tuntutan nafsu dan amarah, dinamakan Al-
Ghazali sebagai kesabaran jiwa (ash-shabr an-nafs), sedangkan menahan
terhadap penyakit fisik disebut sebagai sabar badani (ash-shabr al-badani).
Kesabaran sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek. Misalnya untuk menahan
nafsu makan dan seks yang berlebihan.
Menurut syekh ‘Abdul Qadir al-Jalani, sabar ada tiga macam, yaitu:
➢ Bersabar bersama Allah, yaitu bersabar terhadap ketetapan Allah dan
perbuatan-Nya terhadapmu, dari berbagai macam kesulitan dan
musibah.
➢ Bersabar atas Allah, yaitu bersabar terhadap rezeki, jalan keluar,
kkecukupan, pertolongan, dan pahala yang dijanjikan Allah di hari
akhirat.
➢ Bersabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
5. Syukur
6. Rela (Rida)
Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugerahkan
Allah SWT. Orang yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan di balik
cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-
Nya. Hanyalah para ahli ma’rifat danmahabbah yang mampu bersikap seperti
ini. Mereka bahkan merasakan musibah dan ujian sebagai suatu nikmat, lantaran
jiwanya bertemu dengan yang dicintainya.
Menurut Abdul Halim Mahmud, rida mendorong manusia untuk berusaha
sekuat tenaga mencapai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Namun,
sebelum mencapainya, ia harus menerima dan merelakan akibatnya dengan cara
apapun yang disukai Allah.
7. Tawakal
Dengan demikian qalb berpotensi untuk berdialog dengan tuhan. Inilah yang
dimaksudkan oleh imam Al-Ghazali dengan ungkapan bahwa diluar akal dan jiwa,
terdapat alat yang dapat menyingkap hal-hal yang ghaib dan hal-hal yang akan terjadi
pada masa yang akn datang.penyingkapan pengetahuan seperti ini merupakan wacana
‘irfaniyah. Hanya dengan sarana qalb itulah, ilmu ma’rifat dapat diperoleh manusia
1. Riyadhah
2. Tafakur
3. Tazkiyat An Nafs
4. Dzikrullah
Rabi’ah Al-Adawiyyah :
Isi pokok ajaran tasawuf Rabi’ah adalah tentang cinta. Oleh karena itu, ia mengabdi
melakukan amal sholeh bukan karena takut masuk neraka atau mengharap masuk surga
tetapi karena cinta kepada Allah.
D. Pengertian Akhlaki
Menurut sufi al-ahwal jamak dari hal dalam bahasa inggris disebut state, adalah situasi
kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan hasil dari datangnya
usahanya. Menurut al-Qusyairi, al-hal selalu bergerak naik setahap demi setahap
sampai ketingkat puncak kesempurnaan rohani. Karena keadaannya terus menerus
bergerak dan selalu beralih berganti itulah disebut al-hal. Kalau maqam adalah
tingkatan pelatihan dalam membina sikap hidup yang hasilnyua dapat dilihat dari
prilaku seseorang, maka prilaku sikap sese orang bersifat abstrak. Ia tidak dapat dilihat
dari mata, hanya dapat dipahami dan dirasakan oleh orang yang mengalaminya atau
memilikinya. Oleh karena itu tidak dapat diinformasikan melalui bahasa tulisan atau
bahasa lisan
Menurut Harun Nasution, akhlaki merupakan keadaan mental, seperti keadaan senang,
perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya.Yang biasanya disebut takut (al-Khauf),
rendah hati (al-Tawadhlu), patuh (al-Taqwa), ikhlas (al-Ikhlas), rasa berteman ( al-
uns), gembira hati ( al-Wajd), berterimakasih (al-Syukr).Perbedaan antara ahwali dan
maqam, bukan diperoleh dari usaha manusia, tetapi diperdapat sebagai anugrah dan
rahmat dari Tuhan
Dari uraian tersebut, tampak jelas, bahwa jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi
untuk mencapai tujuan memperoleh hubungan batin dan bersatu secara rohaniah
dengan tuhan bukanlah jalan yang mudah. Jalan yang harus dilalui seorang sufi tidaklah
licin dan dapat ditempuh dengan mudah. Jalan itu sulit dan untuk pindah dari satu ke
yang lainnya menghendaki usaha yng berat dan waktu yang bukan singkat
Sebagai mana halnya dengan al-maqamat, dalam jumlah dan informasi al-hal ini juga
terdapat perbedaan pendapat dikalangan sufi. Dari sekian banyak nama dan sifat al-hal,
yang penting serta yang paling banyak penganutnya adalah muraqabah, al-khauf, al-
raja’, al-thuma’ninah, al- musyahadah dan al-yaqin. Akan tetapi ada juga sebagian sufi
yang menempatkan alma’rifat mendapatkan al-ma’rifat dan al-mahabbah sebai bagian
dari al-hal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa lingkup irfani tidak dapat dicapai dengan mudah atau secara spontanitas, tetapi
melalui proses yang panjang. Proses yang dimaksud adalah maqam-maqam (tingkatan)
dan ahwal. Dua persoalan ini harus dilewati oleh orang yang berjalalan menuju tuhan.
Namun perlu dicatat bahwa antara maqam dan ahwal tidak dapat dipisahkan. Keduanya
ibarat dua sisi dalam satu mata uang. Keterkaitan antara keduanya dapat dilihat dalam
kenyataan bahwa maqam menjadi persayaratan menuju tuhan. Dan didalamnya akan
juga akan kita temukan kehadiran ahwal. Ahwal yang ditemukan dalam maqam akan
mengantarkan seseorang untuk mendaki mqam-maqam selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Hajjaj, Muhammad Fauqi. 2011. Tasawuf islam & akhlak. Jakarta : Amzah.