Anda di halaman 1dari 17

Psikologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya
dapat dipastikan. Mohon bantu kami untuk mengembangkan artikel
ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak
bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Psikologi" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Pelajari
cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
Artikel ini mungkin mengandung riset asli. Anda dapat
membantu memperbaikinya dengan memastikan pernyataan yang dibuat dan
menambahkan referensi. Pernyataan yang hanya mengandung riset asli
seharusnya dihapus. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat
ini)

Bagian dari serial artikel mengenai

Ilmu Pengetahuan

FORMAL[TAMPILKAN]

FISIKAL[TAMPILKAN]

KEHIDUPAN[TAMPILKAN]

SOSIAL[TAMPILKAN]

TERAPAN[TAMPILKAN]

ANTARDISIPLIN[TAMPILKAN]

 FILOSOFI
 SEJARAH
[TAMPILKAN]

 Portal
 Kategori

 l
 b
 s

Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang


mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui
prosedur ilmiah.[1] Seseorang yang melakukan praktik psikologis disebut
sebagai psikolog. Para psikolog berusaha utk memperbaiki kualitas hidup seseorang
melalui intervensi tertentu baik pada fungsi mental, perilaku individu maupun
kelompok, yang didasari atas proses fisiologis, neurologis, dan psikososial.

Daftar isi

 1Etimologi
 2Sejarah
o 2.1Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
 3Metode
 4Metode Psikologi Perkembangan
o 4.1Psikologi kontemporer
 5Fungsi psikologi sebagai ilmu
o 5.1Pendekatan perilaku
o 5.2Pendekatan kognitif
o 5.3Pendekatan psikoanalisis
o 5.4Pendekatan fenomenologi
 6Kajian
o 6.1Psikologi perkembangan
o 6.2Psikologi sosial
o 6.3Psikologi kepribadian
o 6.4Psikologi kognitif
 7Wilayah terapan
o 7.1Psikologi pendidikan
o 7.2Psikologi industri dan organisasi
o 7.3Psikologi kerekayasaan
o 7.4Psikologi klinis
o 7.5Psikologi Sosial
 8Respons
 9Gangguan psikologis
 10Pergaulan
o 10.1Keakraban dengan teman
 11Perilaku menyimpang
 12Kenakalan remaja
 13Psikologi lingkungan (perilaku)
 14Pendidikan karakter atau moral
 15Ekstraversi dan Introversi
 16Kritik
 17Lihat pula
 18Referensi

Etimologi[sunting | sunting sumber]
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu), sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Penyebutan "ilmu psikologi" merupakan sebuah kekeliruan yang sering
muncul karena kata "psikologi" sendiri berarti "ilmu tentang jiwa".

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi
memiliki akar dari bidang ilmu filsafat yang diprakarsai sejak
zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens
beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala -
gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu setiap makhluk
hidup memiliki jiwa.[2] Sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di
Eropa, namun mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
manusia bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam,
akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka
psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir tahun 1800-an yaitu ketika Wilhelm
Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia.
Laboratorium Wundt
Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di
Universitas Leipzig, Jerman. Ditandai dengan berdirinya laboratorium ini,
maka metode ilmiah untuk lebih memahami manusia telah ditemukan walaupun
belum terlalu memadai. Dengan berdirinya laboratorium ini, maka lengkaplah syarat
untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tahun
berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi
sebagai ilmu pengetahuan.

Metode[sunting | sunting sumber]
Beberapa metodologi dalam psikologi, antara lain sebagai berikut:
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan
berbagai eksperimen.[3] Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap
jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada
sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa
sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode
eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat
diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi
objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu
orang - orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya
subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih objektif. [2] Metode
penelitian umumnya dimulai dengan hipotesis yakni prediksi/peramalan,
percabangan dari teori, diuraikan dan dirumuskan sehingga bisa
diujicobakan[4]
2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan
tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan.
Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain,
misalnya saja: tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada,
tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak
yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting
untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita
ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia
bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik
sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
[3]
 Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaan, sikap - sikap
ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. [2] Pada metode ini
disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak
jarang metode ini bersifat subjektif. [2] Sejarah kehidupan dapat disusun melalui
2 cara yaitu: pembuatan buku harian dan rekonstruksi biografi [5]
4. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa.
Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-
pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang
yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik
angket atau interview keduanya mempunyai persamaan, tetapi berbeda
dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview dibandingkan dengan
angket [2] yaitu:

1. Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat
diperjelas.
2. interviewer (penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati
interviewee (responden yang ditanyai)
3. Terdapat interaksi langsung berupa face to face sehingga
diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses
interview dilakukan. Ada beberapa teknik wawancara yaitu:
wawancara bebas, wawancara terarah, wawancara terbuka dan
wawancara tertutup[6]
1. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan
telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang
yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu
menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis
untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki. Angket ini juga terdapat keuntungan
dan kelemahannya.[6]
2. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga
dengan psikodiagnostik atau assessmen Psikologi. Metode ini menggunakan
alat-alat psikotes tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang
benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur
dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang,
sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang
diperiksa itu.[3] Metode pemeriksaan psikologis lain yang bersifat individual
adalah tes proyektif kepribadian yakni seseorang diperlihatkan stimuli ambigu
dan ia diminta untuk menceritakannya[6]
3. Metode Analisis Karya
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar-gambar,
buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat
dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang. [2]
4. Metode Statistik
Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam
penelitian lalu mengadakan penganalisisan terhadap hasil; yang telah
didapat.[2]

Metode Psikologi Perkembangan[sunting | sunting sumber]


Pada Metode Psikologi Perkembangan memiliki 2 metode, yaitu metode umum dan
metode khusus. pada metode umum ini pendekatan yang dipakai dengan
pendekatan longitudinal, transversal, dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat
adanya data yang diperoleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya
beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan
lingkungan khususnya kebudayaan.[7] Sedangkan pada metode khusus merupakan
suatu metode yang akan diselidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang
cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat digunakan dengan pendekatan
eksperimen dan pengamatan.[7]
Psikologi kontemporer[sunting | sunting sumber]
Diawali pada abad ke 19, di mana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan
tingkah laku, yaitu:
Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental
bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam
beberapa ‘fakultas’ yang meliputi berpikir, merasa, dan berkeinginan. Fakultas
ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui
subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan
sebagainya.
Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses
psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide yaitu bahwa ide masuk
melalui alat indra dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu
seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.

Fungsi psikologi sebagai ilmu[sunting | sunting sumber]


Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

 Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa


tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau
bahasan yang bersifat deskriptif
 Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa,
bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi
berupa prognosa, prediksi atau estimasi
 Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau
pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Pendekatan perilaku[sunting | sunting sumber]
Pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku
adalah respons atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat
digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respons. Ini
berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.
Pendekatan kognitif[sunting | sunting sumber]
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
di mana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi.
Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum
memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Pendekatan psikoanalisis[sunting | sunting sumber]

Sigmund Freud

Sejak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter


berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode
psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud
tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan
pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah
sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya. Sigmund
Freud meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam
bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak
disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Teori tentang Psikoanalisis selain sangat terkenal, juga sangat kontroversial.
Hal ini terutama dikarenakan teorinya menyinggung topik-topik seperti
seksualitas dan alam bawah sadar. Topik-topik tersebut masih dianggap
sangat tabu pada masa itu, dan Freud memberikan katalis untuk
mendiskusikan topik tersebut secara terbuka di masyarakat beradab. Selain
itu banyak pula orang yang menolak teorinya yang dianggap merendahkan
martabat manusia.
Pendekatan fenomenologi[sunting | sunting sumber]
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada
pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi
oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya,
harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi
dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan
fenomena tentang dirinya.

Kajian[sunting | sunting sumber]
Psikologi adalah ilmu yang sangat luas dan ambisius, wilayah ilmu ini
mencakup pada biologi dan ilmu saraf serta perbatasannya dengan ilmu
sosial seperti sosiologi dan antropologi. Beberapa kajian ilmu psikologi
diantaranya adalah:
Psikologi perkembangan[sunting | sunting sumber]
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan
faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut
usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial.
Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan
individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut
Psikologi sosial[sunting | sunting sumber]
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu:

 studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi


tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
 studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap
sosial, perilaku meniru dan lain-lain
 studi tentang interaksi kelompok,
misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
Psikologi kepribadian[sunting | sunting sumber]
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian
berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial,
karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih
kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial
dengan lingkungannya.
Psikologi kognitif[sunting | sunting sumber]
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi,
seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi,
kemampuan bahasa dan emosi.
Wilayah terapan[sunting | sunting sumber]
Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah di
mana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum
terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah
terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin
saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.
Psikologi pendidikan[sunting | sunting sumber]
Psikologi pendidikan berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi
anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi,
dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak
Secara umum, psikologi pendidikan dipahami sebagai salah satu cabang
ilmu psikologi yang menggunakan teori-teori psikologis dalam
menganalisis pendidikan.
Psikologi industri dan organisasi[sunting | sunting sumber]
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi
dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu,
sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana
suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-
anggotanya
Psikologi kerekayasaan[sunting | sunting sumber]
Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia
dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika
berhubungan dengan mesin (human error)
Psikologi klinis[sunting | sunting sumber]
Secara sempit psikologi klinis artinya suatu ilmu yang mempelajari
tentang perilaku seseorang yang abnormal atau subnormal. Sedangkan
secara luas dapat diartikan sebagai bidang psikologi yang mempelajari
dan membahas hambatan emosional pada manusia namun tidak
memandang apakah seseorang tersebut abnormal atau subnormal.
Secara umum psikologi klinis adalah sebuah bentuk psikologi terapan
yang menentukan kapasitas dan karakteristik tingkah laku seseorang
dengan metode pengukuran asesmen, analisa dan observasi serta uji
fisik mengenai riwayat sosial sehingga diperoleh saran dan rekomendasi
penyesuaian individu yang tepat.[8]
Psikologi Sosial[sunting | sunting sumber]
Adalah bidang studi psikologi yang melihat peran individu dalam
interaksinya dengan masyarakat. hanya saja kajian psikologi sosial sering
dirancukan dengan ilmu sosiologi

Respons[sunting | sunting sumber]
Berkas:Behavior Based Safety (BBS), Keselamatan Berbasis Perilaku.gif
Diagram Behavior Based Safety (BBS), Keselamatan Berbasis Perilaku. Geller (2001)
menyebutkan kalau untuk mengubah bebrapa tingkah laku kritikal, maka konsentrasi
yang diperlukan yaitu pada tingkah laku terbuka (overt behavior). Kita tahu bahwa respon
dan perilaku kita dan orang lain adalah berbeda beda. Pergantian tingkah laku terjadi
melalui sistem evaluasi. Sistem evaluasi itu terjadi dengan baik apabila sistem evaluasi
itu membuahkan pergantian tingkah laku yang relatif permanen. Behavior Based Safety
(BBS) adalah aplikasi systematis dari penelitian psikologi mengenai tingkah laku manusia
pada permasalahan keselamatan (safety) di tempat kerja yang memasukkan sistem
umpan balik dengan cara segera dan tidak segera. BBS lebih mengutamakan segi
tingkah laku manusia pada terjadinya kecelakaan ditempat kerja.

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan


reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indra. Respons
biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah
dilakukan perangsangan.
Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan
dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku.
Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari
lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan
atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap
rangsang yang dikondisikan.

Gangguan psikologis[sunting | sunting sumber]


Gangguan jiwa dapat timbul dari skala ringan hingga berat. Gangguan
jiwa ringan misalnya depresi yang tidak terlalu berat yang ditandai oleh
gejala seperti murung, tidak bersemangat, atau panik. Sementara
gangguan jiwa yang lebih berat misalnya depresi yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan berpikir, kognitif, psikomotorik, dan terlalu
cemas akan masa depan. Yang terberat adalah psikotik yang sudah tidak
mampu membedakan imajinasi dan realitas.
Semua itu awalnya dipicu oleh stres yang tidak dapat dihadapi dengan
adaptasi yang baik. Karena itu, stres merupakan sebuah kondisi, bukan
gangguan yang mungkin banyak dimaksudkan orang selama ini.
Seberapapun beratnya gangguan jiwa, bila diterapi dengan tepat maka
akan sembuh dan pasien gangguan jiwa dapat kembali normal. Terapinya
sendiri terdiri dari dua macam jenis, yaitu dengan obat-obatan dan
psikoterapi. Gangguan jiwa berhubungan dengan ketidakseimbangan
senyawa kimia di otak atau yang disebut juga dengan neurotransmitter.
Untuk memulihkannya, maka diperlukan obat-obatan. Sementara untuk
memulihkan kejiwaan pasien, dibutuhkan psikoterapi yang berupa
konseling.
Krisis adalah keadaan gangguan keseimbangan psikologis yang bersifat
secara tiba-tiba sehingga kemampuan seseorang gagal untuk mengatasi
permasalahannya dan terdapat bukti tekanan serta gangguan fungsional.
Krisis muncul ketika suatu kejadian yang penuh tekanan
terjadi melebihi kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah
secara efektif saat berhadapan dengan tantangan atau ancaman
tersebut. Dampak dari krisis terhadap masing-masing individu bergantung
pada sudut pandang seseorang individu terhadap kejadian tersebut
sebagai penyebab timbulnya kemarahan yang besar dan atau gangguan
serta ketidakmampuan seseorang untuk menyelesaikan gangguan
tersebut melalui mekanisme penyelesaian permasalahan yang biasa
digunakan.
Krisis juga dapat memicu munculnya berbagai macam reaksi
emosi/perasaan seperti, ketakutan, kesedihan, perasaan bersalah, dan
lain-lain. Emosi atau perasaan adalah bagian penting yang menyatu
dalam kehidupan kita. Perasaan dapat berupa perasaan positif atau
negatif; contohnya tidak ada yang salah bila seseorang merasakan
kesedihan setelah kehilangan anggota keluarga. Namun, ketika semua
perasaan ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan berlanjut secara
bertahun-tahun, maka perlu dilakukan suatu tindakan penyesuain
terhadapnya.
Stres adalah reaksi tubuh terhadap setiap situasi yang tidak
menyenangkan (stressor). Krisis sering kali menimbulkan stres yang
dapat bersifat akut atau menjadi berkepanjangan. Pengaruh negatif dari
stres adalah stres dapat menimbulkan perasaan marah, sedih, tertekan
dan perasaan hancur yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, percobaan bunuh diri, dan
lain-lain. Stres juga dapat mengganggu pikiran, mengurangi konsentrasi,
dan melemahkan pengambilan keputusan. Hal ini dapat menyebabkan
orang menjadi sangat sensitif oleh karena pengaruh stres. Stres yang
berkepanjangan, dan cara mengatasi stres yang tidak sehat, dapat
menyebabkan gangguan kesehatan.
Walaupun demikian, stres terkadang juga dapat memacu orang untuk
berprestasi lebih baik. Ada juga stres yang biasa ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan proses alamiah dalam upaya
manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Stres
mempengaruhi berbagai aspek kehidup seperti aspek fisik, emosi dan
perilaku kita dan dampak yang terjadi dapat bersifat positif atau negatif.
Jadi, stres juga bisa memberi pengaruh positif dimana stres dapat
memotivasi untuk berbuat lebih baik dan dapat mengantisipasi bila
menghadapi stres berikutnya. Beberapa masalah dan krisis dapat
menyebabkan stres. Anak dan remaja, sebagaimana juga dengan orang
dewasa, dapat menunjukkan gejala dan tanda yang secara klinis. Banyak
sekali kalangan masyarakat yang dipengaruhi oleh gangguan mental
depresi.
Stigma adalah penilaian buruk dan sikap negatif terhadap orang atau
kelompok tertentu. Masih ada masalah besar dalam mengatasi stigma
yang berhubungan dengan gangguan kesehatan mental. Kata-kata atau
ungkapan seperti “gila” sering diucapkan dan menjadi ditakuti. Seringkali
masyarakat berpendapat bahwa orang dengan gangguan mental
merupakan pribadi yang lemah dan tidak dapat beradaptasi dengan stres.
Jika seseorang menderita gangguan mental, keluarga mereka sering kali
menyangkal atau menyembunyikan masalah ini, seperti mereka malu
atau takut dengan penilaian orang. Penting untuk diperhatikan bahwa
tidak ada orang yang menghendaki atau meminta untuk mengalami
gangguan mental. Orang dengan gangguan mental membutuhkan
perhatian, empati, dukungan dan bantuan kesehatan yang tepat.
Gangguan mental dapat menjadi penderitaan dan kesulitan berfungsi jika
tidak diobati. Saat diobati dan ditangani dengan benar, orang dengan
gangguan mental dapat bebas dari berbagai gejala dan berfungsi dengan
baik.
Selain itu, pemahaman makna perbedaan antara gangguan mental dan
masalah kesehatan mental adalah hal penting untuk diketahui.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-5,
2013), gangguan mental didefinisikan sebagai berikut (hal 20): “Kumpulan
gejala yang ditandai oleh gangguan klinis yang signifikan pada kognisi
individu, regulasi emosi, atau perilaku seseorang, yang mencerminkan
adanya disfungsi pada proses psikologis, biologis, atau perkembangan,
yang mendasari fungsi mental.”
Gangguan mental biasanya berhubungan dengan distres yang signifikan
atau disabilitas dalam kehidupan sosial, okupasi atau aktivitas penting
lainnya. Suatu keadaan yang dapat diterima atau sesuai dengan budaya,
sebagai reaksi stresor yang normal atau kehilangan, seperti kematian
seseorang yang dicintai, bukanlah gangguan mental. Perilaku
menyimpang secara sosial (contohnya politik dan agama/kepercayaan)
dan konflik yang muncul antara individu dan lingkungannya, bukanlah
gangguan mental sampai penyimpangan atau hasil konflik itu
menimbulkan disfungsi pada individu tersebut, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan definisi di atas, masalah kesehatan mental merupakan
masalah yang berhubungan dengan cara berpikir, mengatur perasaan
seseorang, dan bersikap. Diedisi self-help skills and techniques saya
akan bahas mengenai kepentingan cara berpikir, perasaan dan sikap.
Untuk menetukan apakah respons, tanda, atau genjala Anda memenuhi
kriteria sebagai gangguan mental depresi, banyak faktor lain yang perlu
diketahui. Waktu gejala tersebut ada, gangguan perilaku yang muncul,
stres yang menyertai dan strategi untuk menghadapi stress perlu dinilai.
Tipe dan sumber dukungan juga berbeda-beda bergantung pada derajat
beratnya masalah individu tersebut.
Deteksi dini melalui konsultasi profesional adalah salah satu kunci pokok.
Selanjutnya intervasi atau pengelolaan stres akan diberikan dengan
tujuan untuk menjaga individu tetap berada pada keadaan yang sehat
baik fisik maupun mental dan dapat meraih kembali fungsi sehari-hari
mereka. Selain itu, belajar untuk menerapkan self-help skills and
techniques dari intervasi memberikan kemampuan yang lebih besar untuk
mengendalikan stres dalam kehidupan individu tersebut dan membantu
mereka untuk tetap berada pada tingkat stres yang rendah.

Pergaulan[sunting | sunting sumber]
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan
orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi
saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan
kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin
antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu
interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin.
Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain
dalam jangka waktu relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih.
Beda dengan orang yang hanya sesekali bertemu atau hanya melakukan
interaksi sosial secara tidak langsung.
Dalam kehidupan sosial ada berbagai bentuk pergaulan, ada yang sehat
ada pula yang dikategorikan pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan sehat
adalah pergaulan yang membawa pengaruh positif bagi perkembangan
kepribadian seseorang. Sebaliknya pergaulan tidak sehat mengarah
kepada pola perilaku yang merugikan bagi perkembangan dirinya sendiri
maupun dampaknya bagi orang lain.
Interaksi sosial asosiatif merupakan interaksi yang sifatnya persekutuan.
Interaksi seperti ini biasanya memicu terbentuknya persatuan atau
integrasi sosial. Proses Asosiatif adalah suatu bentuk interaksi sosial
yang bisa meningkatkan hubungan kesolidaritasan sesama manusia.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti: kerja sama,
akomodasi / penyesuaian, asimilasi dan akulturasi.
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya
memisahkan atau menerapakan proses oposisi. Interaksi disosiatif lebih
mengarah pada upaya untuk melawan seseorang atau kelompok untuk
tujuan tertentu. Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang
dapat merenggangkan/menyempitkan hubungan solidaritas antar individu.
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti: persaingan,
kontravensi dan konflik.
Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma sosial,
kesusilaan dan kesopanan yang berlaku.
Keakraban dengan teman[sunting | sunting sumber]
Menjaga hubungan yang baik dalam bersahabat memang dibutuhkan
oleh setiap manusia sebagai makhluk sosial. Dimana seseorang akan
selalu membutuhkan teman atau sahabat untuk berinteraksi sosial dalam
kehidupannya. Dan sebuah keakraban adalah tujuan yang diharapkan
oleh seseorang yang memiliki hubungan sosial khususnya dalam
bersahabat agar selalu dapat melakukan interaksi sosial yang positif.
Sehingga dapat menjadi sosok sahabat sejati dan selalu bisa hidup
berbaur antara satu sama lain.
Akan tetapi setiap hubungan sosial seseorang dalam bersahabat sangat
mungkin diwarnai oleh friksi atau perbedaan pendapat antara satu sama
lain yang menyebabkan hubungan keakraban mereka menjadi berkurang.
Sebagai makhluk sosial hendaklah seseorang mengerti akan pentingnya
untuk menjaga sebuah hubungan persahabatan yang baik.
Manusia dalam kegiatan sehari hari tidak lepas dari interaksi sesama
manusia, baik yang positif dan negatif. Disini saya mencoba berbagi cara
bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan teman ataupun
dengan orang yang belum kita kenal.
Berikut cara cara untuk menjaga sebuah hubungan pertemanan:

1. Hormatilah teman, teman biasanya sebaya dengan kita, bahkan


ada yang lebih tua dari kita, oleh karenanya sudah sepantasnya
kita menghormati yang lebih tua.
2. Tidak bercanda keterlaluan. Kalau kita bersenda gurau hal hal
yang kecil mugkin tidak masalah, tetapi kalau sudah diluar batas,
maka hubungan itu bisa langsung retak.
3. Sesekali kumpul. Biasanya jika ada waktu senggang ajak teman
teman kita untuk hangout bareng ke mall untuk makan ataupun
sekadar jalan jalan, ini berfungsi untuk mengakrabkan diri kita.
Jangan terlalu sering karena akan merasa jenuh.
4. Bantu, bantulah teman jika mengalami kesulitan, ingat membantu
dalam yang postif. Jangan sesekali membantu teman jika berbuat
salah apalagi melanggar hukum.
5. Ibadah berjamaah, selain mendapatkan pahala yang berlipat,
beribadah dengan teman akan semakin akrab dengan teman.
6. Saling mengingatkan, itu perlu karena sifat dasar manusia adalah
pelupa.
7. Berbagi, saling memberi jika mempunyai rejeki lebih.

Perilaku menyimpang[sunting | sunting sumber]


Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan
nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai
bagian daripada makhluk sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[9]
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh
aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu
yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun di tengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong,
mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut
deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut
dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Perilaku menyimpang dan kejahatan yang terjadi di masyarakat
merupakan salah satu bahasan dalam kriminologi. Perilaku menyimpang
dan kejahatan sendiri dalam sudut pandang kriminologi dapat dijelaskan
dengan beberapa teori misalnya dengan Containment Theory dari Walter
C. Reckless, Social Bond dari Travis Hirschi, dan Labelling Theory [10].

Kenakalan remaja[sunting | sunting sumber]


Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,
dan aturan dalam ruang lingkup masyarakat yang dilakukan pada
usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. [11]

Psikologi lingkungan (perilaku)[sunting | sunting sumber]


Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang
mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh
dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan
binaan ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga
dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam
memandang alam semesta yang
memengaruhi sikap dan mental manusia.
Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam
kehidupan sehari-hari, yang meliputi tanaman, hewan, objek material, dan
manusia. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan ketegangan
lingkungan ( evironmental stress ), misalnya, keadaan ruangan yang akan
memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat cahaya. Jadi
pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat bersifat
internal, eksternal, dan transendental.
Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan
kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang
mempengaruhi sikap dan mental manusia. Apabila kebudayaan dan
kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk
mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti
pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Ruang lingkup psikologi lingkungan tidak hanya memberi perhatian
terhadap manusia, tempat serta perilaku dan pengalaman manusia dalam
hubungannya dengan setting fisik namun juga membahas
rancangan(desain), organisasi dan pemaknaan, ataupun hal-hal yang
lebih spesifik seperti ruang-ruang, bangunan-bangunan, ketetanggaan,
rumah sakit dan ruang-ruangnya, perumahan, serta seting-seting pada
lingkup yang bervariasi lainnya. Sosiologi Lingkungan merupakan cabang
ilmu yang amat dekat dengan psikologi Lingkungan. Dan terdapat jenis-
jenis lingkungan dalam psikologi social yang juga banyak digunakan
dalam psikologi lingkungan, diantaranya adalah:

 Lingkungana alamiah, seperti: lautan, hutan dan sebagainya


 Lingkungan buatan/binaan, seperti: jalan raya, perumahan dan
sebagainya
 Lingkungan sosial
 Lingkungan yang dimodifikasi
Hubungan individu dengan lingkungan
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan
sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu, Hubungan antara individu dengan lingkungan terdapat
hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi
individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.
(Walgito, Bimo, 1980: 50) Sikap individu terhadap lingkungan adalah
sebagai berikut:

 Individu menolak atau menentang lingkungan


 Individu menerima lingkungan
 Individu bersikap netral
Sikap-sikap tersebut dapat berubah sesuai perkembangan individu
maupun lingkungan.

Pendidikan karakter atau moral[sunting | sunting sumber]


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter
(character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa
karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan,
keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu, Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam
rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk
kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat
secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character
development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara
optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai
adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian dan
hukuman.
Tahap-tahap perkembangan moral menurut John Dewey, yaitu:

1. Tahap pramoral, ditandai bahwa anak belum menyadari


keterikatannya pada aturan.
2. Tahap konvensional, ditandai dengan berkembangnya kesadaran
akan ketaatan pada kekuasaan.
3. Tahap otonom, ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada
aturan yang didasarkan pada resiprositas.
Norma, nilai, dan moral
Norma adalah aturan, ketentuan, ukuran-ukuran, hukum, tradisi yang
berlaku pada masa tertentu yang digunakan untuk mengatur tingkah laku
manusia dan kelompok untuk mewujudkan keteraturan dan ketertiban
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Contoh:

 Tidak meludah di sembarang tempat (norma kesopanan)


 Membunuh, mencuri, merampok (norma Hukum)
Nilai adalah harga, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar atau
mutu yang mempunyai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan dan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakekatnya. Contoh:

 Mobil Mercedes Benz keluaran terbaru yang harganya sangat mahal.


(nilai dalam arti harga)
 Upacara memandikan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta dan
Surakarta adalah upacara yang penuh dengan filosofi masyarakat
Jawa. (nilai tradisi)
Moral adalah penentuan baik-buruk terhadap suatu perbuatan dan
kelakuan manusia. Contoh:

 Suka menolong orang lain


 Berbakti kepada kedua orang tua
Istilah kepribadian
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan
sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di
dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang
berdekatan maknanya antara lain:

 Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif


tanpa memberi nilai (devaluative)
 Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit
maupun implisit.
 Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang
belum berubah.
 Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat
dengan determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
 Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli
yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
 Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok
stimulasi yang lebih terbatas.

Ekstraversi dan Introversi[sunting | sunting sumber]


Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia
bedasarkan bagaimana manusia memperoleh motivasi yang
mendasarinya untuk berperilaku.[12] Pengelompokkan ini pertama kali
dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam bukunya
berjudul Psychologische Typen.[12] Secara umum, pribadi yang ekstrover
mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial. [12] Ekstrover
biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar
mereka.[12] Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah
lewat menyendiri.[12] Introver, biasanya cenderung pendiam, suka
merenung, dan lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia
mereka sendiri.[12] Di antara kecenderungan ekstrem introversi dan
ekstroversi, terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian penengah
antara ekstrover dan introver.[12] Meskipun terdapat perbedaan yang
kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa
jarang terdapat manusia yang sepenuhnya ekstrover atau introver. [12]

Kritik[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan pengertian di atas kita diharuskan mengetahui
perbedaan budaya kita dengan budaya pada saat psikologi muncul
sebagai ilmu pengetahuan. Apakah kajian ilmu tersebut sesuai dengan
kebudayaan kita ataukah ada perbedaan di dalamnya. Misalkan, ketika
kita adalah suku pedalaman yang masih menggunakan cara berburu
dalam kehidupan sehari-hari maka berburu bisa menjadi tolak
ukur kecerdasan kita sebagai masyarakat pedalaman, bukan dilihat dari
bagaimana kecerdasan itu diukur dari bisa dan tidaknya kita menghitung
matematika, menjawab soal-soal ujian, menjawab serangkaian tes
kecerdasan dan lain-lain. Kesesuaian teori psikologi dengan kebudayaan
kita itulah yang benar-benar harus kita pahami, sehingga teori-teori
tersebut adalah teori yang benar-benar relevan dengan kebudayaan dan
diri kita sebagai manusia.

Lihat pula
Link https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi

Anda mungkin juga menyukai