Ilmu Pengetahuan
FORMAL[TAMPILKAN]
FISIKAL[TAMPILKAN]
KEHIDUPAN[TAMPILKAN]
SOSIAL[TAMPILKAN]
TERAPAN[TAMPILKAN]
ANTARDISIPLIN[TAMPILKAN]
FILOSOFI
SEJARAH
[TAMPILKAN]
Portal
Kategori
l
b
s
Daftar isi
1Etimologi
2Sejarah
o 2.1Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
3Metode
4Metode Psikologi Perkembangan
o 4.1Psikologi kontemporer
5Fungsi psikologi sebagai ilmu
o 5.1Pendekatan perilaku
o 5.2Pendekatan kognitif
o 5.3Pendekatan psikoanalisis
o 5.4Pendekatan fenomenologi
6Kajian
o 6.1Psikologi perkembangan
o 6.2Psikologi sosial
o 6.3Psikologi kepribadian
o 6.4Psikologi kognitif
7Wilayah terapan
o 7.1Psikologi pendidikan
o 7.2Psikologi industri dan organisasi
o 7.3Psikologi kerekayasaan
o 7.4Psikologi klinis
o 7.5Psikologi Sosial
8Respons
9Gangguan psikologis
10Pergaulan
o 10.1Keakraban dengan teman
11Perilaku menyimpang
12Kenakalan remaja
13Psikologi lingkungan (perilaku)
14Pendidikan karakter atau moral
15Ekstraversi dan Introversi
16Kritik
17Lihat pula
18Referensi
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu), sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Penyebutan "ilmu psikologi" merupakan sebuah kekeliruan yang sering
muncul karena kata "psikologi" sendiri berarti "ilmu tentang jiwa".
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi
memiliki akar dari bidang ilmu filsafat yang diprakarsai sejak
zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens
beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala -
gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu setiap makhluk
hidup memiliki jiwa.[2] Sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di
Eropa, namun mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang mempelajari
manusia bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam,
akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka
psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir tahun 1800-an yaitu ketika Wilhelm
Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia.
Laboratorium Wundt
Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di
Universitas Leipzig, Jerman. Ditandai dengan berdirinya laboratorium ini,
maka metode ilmiah untuk lebih memahami manusia telah ditemukan walaupun
belum terlalu memadai. Dengan berdirinya laboratorium ini, maka lengkaplah syarat
untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tahun
berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi
sebagai ilmu pengetahuan.
Metode[sunting | sunting sumber]
Beberapa metodologi dalam psikologi, antara lain sebagai berikut:
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan
berbagai eksperimen.[3] Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap
jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada
sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa
sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode
eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat
diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi
objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu
orang - orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya
subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih objektif. [2] Metode
penelitian umumnya dimulai dengan hipotesis yakni prediksi/peramalan,
percabangan dari teori, diuraikan dan dirumuskan sehingga bisa
diujicobakan[4]
2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan
tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan.
Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain,
misalnya saja: tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada,
tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak
yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting
untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita
ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia
bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik
sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
[3]
Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaan, sikap - sikap
ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. [2] Pada metode ini
disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak
jarang metode ini bersifat subjektif. [2] Sejarah kehidupan dapat disusun melalui
2 cara yaitu: pembuatan buku harian dan rekonstruksi biografi [5]
4. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa.
Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-
pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang
yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik
angket atau interview keduanya mempunyai persamaan, tetapi berbeda
dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview dibandingkan dengan
angket [2] yaitu:
1. Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat
diperjelas.
2. interviewer (penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati
interviewee (responden yang ditanyai)
3. Terdapat interaksi langsung berupa face to face sehingga
diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses
interview dilakukan. Ada beberapa teknik wawancara yaitu:
wawancara bebas, wawancara terarah, wawancara terbuka dan
wawancara tertutup[6]
1. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan
telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang
yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu
menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis
untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki. Angket ini juga terdapat keuntungan
dan kelemahannya.[6]
2. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga
dengan psikodiagnostik atau assessmen Psikologi. Metode ini menggunakan
alat-alat psikotes tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang
benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur
dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang,
sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang
diperiksa itu.[3] Metode pemeriksaan psikologis lain yang bersifat individual
adalah tes proyektif kepribadian yakni seseorang diperlihatkan stimuli ambigu
dan ia diminta untuk menceritakannya[6]
3. Metode Analisis Karya
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar-gambar,
buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat
dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang. [2]
4. Metode Statistik
Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam
penelitian lalu mengadakan penganalisisan terhadap hasil; yang telah
didapat.[2]
Sigmund Freud
Kajian[sunting | sunting sumber]
Psikologi adalah ilmu yang sangat luas dan ambisius, wilayah ilmu ini
mencakup pada biologi dan ilmu saraf serta perbatasannya dengan ilmu
sosial seperti sosiologi dan antropologi. Beberapa kajian ilmu psikologi
diantaranya adalah:
Psikologi perkembangan[sunting | sunting sumber]
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan
faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut
usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena
sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial.
Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan
individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut
Psikologi sosial[sunting | sunting sumber]
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu:
Respons[sunting | sunting sumber]
Berkas:Behavior Based Safety (BBS), Keselamatan Berbasis Perilaku.gif
Diagram Behavior Based Safety (BBS), Keselamatan Berbasis Perilaku. Geller (2001)
menyebutkan kalau untuk mengubah bebrapa tingkah laku kritikal, maka konsentrasi
yang diperlukan yaitu pada tingkah laku terbuka (overt behavior). Kita tahu bahwa respon
dan perilaku kita dan orang lain adalah berbeda beda. Pergantian tingkah laku terjadi
melalui sistem evaluasi. Sistem evaluasi itu terjadi dengan baik apabila sistem evaluasi
itu membuahkan pergantian tingkah laku yang relatif permanen. Behavior Based Safety
(BBS) adalah aplikasi systematis dari penelitian psikologi mengenai tingkah laku manusia
pada permasalahan keselamatan (safety) di tempat kerja yang memasukkan sistem
umpan balik dengan cara segera dan tidak segera. BBS lebih mengutamakan segi
tingkah laku manusia pada terjadinya kecelakaan ditempat kerja.
Pergaulan[sunting | sunting sumber]
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan
orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi
saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan
kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin
antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu
interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin.
Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain
dalam jangka waktu relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih.
Beda dengan orang yang hanya sesekali bertemu atau hanya melakukan
interaksi sosial secara tidak langsung.
Dalam kehidupan sosial ada berbagai bentuk pergaulan, ada yang sehat
ada pula yang dikategorikan pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan sehat
adalah pergaulan yang membawa pengaruh positif bagi perkembangan
kepribadian seseorang. Sebaliknya pergaulan tidak sehat mengarah
kepada pola perilaku yang merugikan bagi perkembangan dirinya sendiri
maupun dampaknya bagi orang lain.
Interaksi sosial asosiatif merupakan interaksi yang sifatnya persekutuan.
Interaksi seperti ini biasanya memicu terbentuknya persatuan atau
integrasi sosial. Proses Asosiatif adalah suatu bentuk interaksi sosial
yang bisa meningkatkan hubungan kesolidaritasan sesama manusia.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti: kerja sama,
akomodasi / penyesuaian, asimilasi dan akulturasi.
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya
memisahkan atau menerapakan proses oposisi. Interaksi disosiatif lebih
mengarah pada upaya untuk melawan seseorang atau kelompok untuk
tujuan tertentu. Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang
dapat merenggangkan/menyempitkan hubungan solidaritas antar individu.
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti: persaingan,
kontravensi dan konflik.
Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma sosial,
kesusilaan dan kesopanan yang berlaku.
Keakraban dengan teman[sunting | sunting sumber]
Menjaga hubungan yang baik dalam bersahabat memang dibutuhkan
oleh setiap manusia sebagai makhluk sosial. Dimana seseorang akan
selalu membutuhkan teman atau sahabat untuk berinteraksi sosial dalam
kehidupannya. Dan sebuah keakraban adalah tujuan yang diharapkan
oleh seseorang yang memiliki hubungan sosial khususnya dalam
bersahabat agar selalu dapat melakukan interaksi sosial yang positif.
Sehingga dapat menjadi sosok sahabat sejati dan selalu bisa hidup
berbaur antara satu sama lain.
Akan tetapi setiap hubungan sosial seseorang dalam bersahabat sangat
mungkin diwarnai oleh friksi atau perbedaan pendapat antara satu sama
lain yang menyebabkan hubungan keakraban mereka menjadi berkurang.
Sebagai makhluk sosial hendaklah seseorang mengerti akan pentingnya
untuk menjaga sebuah hubungan persahabatan yang baik.
Manusia dalam kegiatan sehari hari tidak lepas dari interaksi sesama
manusia, baik yang positif dan negatif. Disini saya mencoba berbagi cara
bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan teman ataupun
dengan orang yang belum kita kenal.
Berikut cara cara untuk menjaga sebuah hubungan pertemanan:
Kritik[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan pengertian di atas kita diharuskan mengetahui
perbedaan budaya kita dengan budaya pada saat psikologi muncul
sebagai ilmu pengetahuan. Apakah kajian ilmu tersebut sesuai dengan
kebudayaan kita ataukah ada perbedaan di dalamnya. Misalkan, ketika
kita adalah suku pedalaman yang masih menggunakan cara berburu
dalam kehidupan sehari-hari maka berburu bisa menjadi tolak
ukur kecerdasan kita sebagai masyarakat pedalaman, bukan dilihat dari
bagaimana kecerdasan itu diukur dari bisa dan tidaknya kita menghitung
matematika, menjawab soal-soal ujian, menjawab serangkaian tes
kecerdasan dan lain-lain. Kesesuaian teori psikologi dengan kebudayaan
kita itulah yang benar-benar harus kita pahami, sehingga teori-teori
tersebut adalah teori yang benar-benar relevan dengan kebudayaan dan
diri kita sebagai manusia.
Lihat pula
Link https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi