Shaf ( barisan ), karena kaum shufi mempunyai iman kuat, jiwa bersih, ikhlas,
dan senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam sholat berjamaah atau
dalam perang suci.
Syekh Abul Hasan asy-Syadzili (m. 1258) syekh sufi besar dari Afrika Utara,
mendefinisikan tasawuf sebagai “praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam
dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan” 3).
Syeikh Ahmad Zorruq (m. 1494) dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai
berikut :
“Ilmu yang denganya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata
bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan islam, khususnya
fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan
menjaganya dalam batas-batas syariat islam agar kebijaksanaan menjadi nyata”.
Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga
ia dapat melihat- Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh
Tuhan. Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah, pertama, Tuhan
bersifat rohani, maka bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah
roh, bukan jasadnya. Kedua, Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima
Tuhan untuk mendekatiNya adalah roh yang suci.
3 Pengertian Takhalli, Tahalli, dan Tajalli
Takhalli artinya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk,seperti: sombong, dengki, iri
hati, cinta kepada dunia, cinta kedudukan, riya’, dan sebagainya.
Tahalli berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: kejujuran, kasih
sayang, tolong menolong, kedermawanan, sabar, keikhlasan, tawakal, kerelaan,
cinta kepada Allah SWT, dan sebagainya, termasuk di dalahnya adalah banyak
beribadah, berzikir, dan muraqabah kepada Allah SWT
.
Tajalliadalah terbukanya tabir yang menghalangi hamba dengan-Nya sehingga
hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya. Istilah lain yang
memiliki kedekatan arti dengan tajalli adalah ma’rifah, mukasyafah, dan
musyahadah. Semua itu menunjuk pada keadaan di mana terbuka tabir (kasful-
hijab) yang menghalangi hamba dengan Allah SWT.
A. TAKHALLI
.
Takhalli berarti mengkosongkan atau memersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan dari
kotoran penyakit hati yang merusak. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan
menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan
dorongan hawa nafsu jahat:
B. TAHALLI
Tahalli berarti berhias. Maksutnya adalah membiasakan diri dengan sifat dan sikap
serta pebuatan yang baik. Dengan cara seperti:
sholat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya.
cara untuk menghiasi diri kita untuk memdekatkan diri pada Allah diantaranya
: zuhud, qona’ah, shabar, tawakkal hatinya, mujahadah, ridho, syukur, masuk
dalam kategori kriteria jiwa atau mental yang sehat
Sikap mental dan perbuatan lahir yang sangat pentiang diisikan dalam jiwa
dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia
paripurna antara lain adalah taubat, sabar, zuhud, twakal, cinta, makrifat,
keridhoan, dan sebagainya.
C TAJALLI
a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala
aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya.
b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari
genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam
tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat
gerakan), bukan melihat asma`.
c. Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya
Tuhan mengambil tempat padanya tanapa hullul dzat-Nya.
d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang
mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa
berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna.
Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah. Dalam pada itu hamba
tekah berada dalam situasi ma siwalah yakni dalam wujud allah semata
Hasan al-Basri
adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid.
setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena
keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang
dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Gerakan itulah yang menyebabkan
Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan
kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta
khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan
duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa
takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melakukan perintah-Nya.
Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini
adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah
agar selalu memikirkan kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki
dan abadi.
b.Rabiah Al-Adawiyah
. Dia adalah seorang zahidah, zahid perempuan yang dapat menghiasi lembaran
sejarah sufi dalam abad kedua hijriah. Dia termasyhur karena mengemukakan dan
membawa versi baru dalam hidup keruhanian, dimana tingkat zuhud yang diciptakan
Hasan al-Bashri yang bersifat khauf dan raja’ itu dinaikkan oleh Rabi’ah ke tingkat
zuhud yang bersifat hub (cinta) karena yang suci murni tidak mengharapkan apa-
apa.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada
umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair
berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia
membagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah
telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai
tentang cintanya kepada Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat
mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk
mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi melalui
syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya
selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu,
ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
Zuhud dapat diartikan sebagai suatu sikap melepaskan diri dari rasa
ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan
akhirat. Al-Ghazali mengartikan zuhud sebagai sikap mengurangi keterikatan pada
dunia untuk kemudian menjauhinya dengan penuh kesadaran
3 Faqr (Fakir)
Al-Faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya, sehingga tidak meminta sesuatu
yang lain
4 Sabar
Sabar dinamakan Al-Ghazali sebagai kesabaran jiwa (ash-shabr an-nafs),
sedangkan menahan terhadap penyakit fisik, disebut sebagai sabar badani (ash-
shabr al-badani). Kesabaran jiwa sangat di butuhkan dalam berbagai aspek .
misalnya , untuk menahan nafsu makan dan perbuatan yang keji.
5 Syukur
Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang diterima.
Syukur sangat diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia adalah
berkat karunia allah. Allah lah yang telah memberikan nikmat kepada kita, baik
berupa pendengaran, pengelihatan, kesehatan, keamanan , maupun nikmat lainnya.
6 Rela (Rida)
Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugerahkan
Allah SWT. Oaranag yang rela mampu melihat hikmah dan kebaikan dibalaik cobaan
yang diberikan allahdan dan tidak berburuk sangka terhadapa ketentuan-Nya.
Bahkan ia mampu melihat keagungan kebesaran, dan kemahasempurnaan dzat
yang memberikan cobaan kepadanya sehingga tidak mengeluh dan sakit atas
cobaan tersebut.
7 Tawakkal