Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MAHABBAH

DISUSUN OLEH
KELAS G

KELOMPOK 11 :
SURY KRISARA 1611040401
SYIFA YULITA 1611040359
TRI OPTARIA 1611040373

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS IAIN RADEN INTAN


LAMPUNG

2016

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, kami haturkan puji dan syukur kehadirat


Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah Akhlak Tasawuf ini
dapat kami selesaikan. Tidak lupa pula sholawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada nabi Muhammad SWT, kepada keluarganya, sahabatnya serta
umatnya hingga akhir jaman.
Dalam makalah ini menjelaskan tentang Mahabbah yang merupakan salah
satu materi dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. Semua materi yang kami sajikan
dalam makalah ini merupakan diambil dari beberapa sumber yang Insya Allah
dapat dipertanggungjawabkan. Namun kami berharap semoga adanya makalah ini
dapat membantu bagi para mahasiswa, dosen, dan para pembaca pada umumnya
serta khususnya bagi kami pembuatnya.
Kami selaku pembuat makalah mohon maaf apabila dalam penyampaian
materi dan penulisan masih banyak kekurangan. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini dapat dikarenakan keterbatasan kami sebagai
penulis. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
untuk makalah kami selanjutnya.

Bandar Lampung, Oktober 2016

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................i


Kata Pengantar ............................................................................................ii
........................................................................................................................
Daftar isi ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahabbah.................................................................3
B. Macam – Macam Mahabbah......................................................
C. Hikmah Dari Mahabbah.............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk dekat dan dicintai oleh 
Tuhannya yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahabbah. Namun, tidak
semua orang mampu untuk mahabbah, dikarenakan mahabbah bukanlah
merupakan hal yang mudah dan hanya orang yang memiliki kekuatan cinta yang
kuat erhadap Tuhan yang mampu.
Mahabbah merupakan rasa cinta yang mendalam terhadap Tuhannya, dengan
tujuan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Ketika manusia mendapat
mahabbah, maka dia akan mendapat rasa ketenangan dan cinta yang luar biasa
dari Tuhannya.
Kita selaku umat Islam harus berusaha mencapai mahabbah demi
mendapat kehidupan yang tenang dan damai serta cinta dari sang Maha Cinta.
Oleh karena itu, kami akan membahas mahabbah dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari Mahabbah?


2.    Berapa macam-macam Mahabbah?
3.    Apa Saja Hikmah Dari Mahabbah?

C.     Tujuan Penulisan

1)      Mengetahui pengertian dari Mahabbah.


2)      Mengetahui macam-macam Mahabbah.
3)      Mengetahui Hikmah Dari Mahabbah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mahabbah

Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara


harfiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan yang mendalam. Al-
mahabbah dapat pula diartikan Al-Wadud, yaitu yang sangat kasih atau
penyayang. Pengertian mahabbah adalah cinta yang luhur, suci dan tanpa syarat
kepada Allah SWT.1
Menurut A. Mustofa (1999), mahabbah adalah cinta. Hal ini mengandung cinta
kepada Allah yang lebih luas, mahabbah memuat pengertian:
1)      Memeluk dan mematuhi perintah Tuhan dan membenci sikap yang melawan
Tuhan.
2)      Berserah diri kepada Tuhan.
3)      Mengosongkan perasaan di hati dari segala-galanya kecualidari Zat Yang
Dikasihi.
Dalam pandangan ahli tasawuf, mahabbah (cinta) merupakan pijakan bagi
segenap kemuliaan hal,
sama  seperti  tobat  yang  merupakan  dasar  bagi  kemuliaan  maqam. Sebab itu,
mahabbah pada dasarnya adalah anugrah menjadi dasar pijakan bagi segenap hal.
Kaum sufi menyebutkan sebagai anugrah-anugrah (mawahib) mahabbah  adalah 
mundurnya hati untuk memperhatikan keindahan atau kecantikan.
Pengertian mahabbah dari segi tasawuf ini lebih lanjut dikemukakan al-
Qusyairi sebagai berikut:
‫ق سبحانه يوصف باَنّه يحبّ العب َد‬ ّ ‫المحبّة حالةٌ شريفةٌ شهدالح‬
ّ ‫ فالح‬  ‫ق سبحانه بها للعبد واخبر عن محبّته للعبد‬
ّ ‫والعب ُد يوصف باَنّه يحبّ لح‬
‫ق سبحانه‬

1
 Jamil Shaliba, al-Mu'jam al-Falsafy, Jilid II, (Mesir: Dar al-Kitab, 1978) ,halm.439.

2
Al-mahabbah adalah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya
adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT, oleh hmba, selanjutnya itu juga
menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan seorang hamba mencintai Allah
SWT.
     Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu
selanjutnya dapat mengambil bentuk iradah dan rahmah Allah yang diberikan
kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan nikmat yang melimpah. Mahabbah
berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah adalah cintai yang tanpa dibarengi
dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah cinta
yang disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu,
walaupun harus mengorbankan segalanya.2
     Selanjutnya Harun Nasution mengatakan bahwa mahabbah adalah cinta dan
yang dimaksud ialah cinta kepada Tuhan. Lebih lanjut Harun Nasution
mengatakan, pengertian mahabbah antara lain yang berikut:
1.    Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya
2.    Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3.    Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu
Tuhan.

2
 Al-Qusyairi al-Naisabury, al-Risalah al-Qusyairiyah, (Mesir: Dar al-Kahir, t.t), hlm.617.

3
B.     Macam-Macam Mahabbah

Mahabbah ada empat jenis, yaitu :


1.    Mahabbah kepada Allah, yaitu cinta yang merupakan dasar iman dan tauhid.
2.    Mahabbah karena Allah, yaitu mencintai nabi-nabi, rasul-rasul dan hamba-
hamba-Nya yang sholeh serta mencintai apa yang dicintai Allah berupa
amalan, waktu, tempat dan sebagainya, cinta ini mengikuti dan
menyempurnakan kecintaan kepada Allah.
3.    Mahabbah bersama Allah, yaitu kecintaan orang-orang musyrik terhadap
tuhan-tuhan dan sembahan-sembahan mereka seperti pohon, batu, manusia dan
lain-lain yang merupakan asal dan dasar syirik.
4.    Mahabbah naluri, terbagi atas tiga macam:
a)    Cinta penghormatan dan penghargaan, seperti kecintaan kepada orang tua.
b)   Cinta kasih sayang dan rahmat, seperti kecintaan kepada anak.
c)    Cinta yang memiliki oleh semua orang.3

Adapun tokoh sufi dari mahabbah dan Mahabbah yang terdapat dalam al-
qur'an dan hadist akan dibahas dan diuraikan dibawah ini :

 Tokoh Sufi dari Mahabbah

Aliran mahabbah di pelopori dan di kembangkan oleh seorang sufi wanita


yang bernama Rabi’ah Al-‘Adawiah. Rabi’ah al-adawiyah adalah seorang zahid
perempuan yang amat besar dari bashrah, di irak. Ia lahir di Basrah pada tahun
714 M. Kelahirannya di liputi bermacam cerita aneh-aneh. Pada malam ketika ia
lahir, di rumahnya tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan
lampupun tidak ada, juga tidak di temui sepotong gombal pun untuk membungkus
bayi yang baru di lahirkan itu. Ibunya meminta ayah Rabiah supaya pinjam saja
minyak  dari tetangga. Ini merupakan suatu cobaan bagi si ayah yang malang. 
Ayah ini telah berjanji kepada Allah untuk tidak mengulurkan tangannya meminta
tolong kepada sesamanya. Namun begitu, ia pergi juga kepada tetangganya,

3
http://itohkhalifah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-tentang-mahabbah.html

4
mengetuk pintu, tetapi tidak mendapat  jawaban. Ia merasa lega dan mengucap
syukur kepada Tuhan, karena tidak perlu ingkar  janji lalu Ia pulang dan tidur.
Malam itu ia bermimpi, Nabi Muhammad memberikan tanda kepadanya dengan
mengatakan bahwa anaknya yang baru lahir itu telah ditakdirkan menduduki
tempat spiritual yang tinggi.

Rabiah kehilangan kedua orang tuanya waktu ia masih kecil. Ketiga orang
kakaknya perempuan juga mati ketika wabah kelaparan melanda basra. Ia sendiri
jatuh ke tangan yang kejam, dan orang ini menjualnya sebagai budak belia dengan
harga yang tidak seberapa. Majikannya yang baru juga tidak kurang bengisnya.
Si kecil Rabiah menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala
perintah  majikannya. Malam hari di laluinya dengan berdoa. Pada suatu malam,
majikannya melihat tanda kebesaran rohani Rabiah, ketika Rabiah berdoa kepada
Allah “Ya Rabbi, Engkau telah membuatku menjadi budak belian seorang
manusia sehingga aku terpaksa mengabdi kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti
aku persembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepadaMu
Tiba-tiba tampak cahaya di dekat kepalanya, dan melihat itu majikannya menjadi
sangat ketakutan. Esok harinya Rabiah dibebaskan.
Setelah bebas, Rabiah pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk menjalani
hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampailah ia di sebuah gubuk dekat
Basrah. Di sini ia hidup seperti bertapa. Sebuah tikar butut, sebuah kendil dari
tanah, sebuah batu bata dan semua itulah yang merupakn keseluruhan harta yang
ia punyai. Ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk berdoa, dan tidur sekejap saja
sebelum dini hari meskipun hal ini sangat ia sayangkan.
Ia menerima sebuah pinangan untuk sebuah perkawinan yang baik.
Diantaranya datang dari gubernur basra, juga dari seorang cuci-mistis yang
terkenal Hasan Basri. Tetapi Rabi’ah terlalu sibuk mengabdikan dirinya kepada
Allah, hingga sisa waktunya sedikit  sekali untuk urusan duniawi. Karena itulah
semua pinangan ditolaknya.
Rabi’ah punya banyak murid yang keras, termasuk Malik bin Dinar, Raba Al-
Rais, Syakh Al Balkhi, dan Hasan Basra. Mereka sering mengunjungi Rabi’ah

5
untuk mendapatkan nasihat atau do’a, atau untuk mendengarkan ajarannya. Pada
suatu hari, Subyan Suri, seorang yang saleh dan dihormati datang pada Rabi’ah,
mengangkat kedua belah tangannya dan berdo’a: “Tuhan yang Maha Kuasa, saya
memohon harta duniawi dari-Mu”. Menagis, ia menjawab, “harta yang
sesungguhnya itu hanya didapat setelah menanggalkan segala yang bersifat
duniawi ini, dan aku melihat anda hanya mencarinya didunia ini saja”.
 Terbetik cerita, ada orang yang mengirim uang empat puluh dinar kepada
Rabi’ah. Ia menagis dan mengangkat tangannya keatas, “Engkau tahu, Ya Allah,
aku tak pernah meminta harta dunia dari-Mu, meskipun Kau-lah pencipta dunia
ini. Lantas, bagaimana aku dapat menerima yang dari seseorang, sedangkan uang
itu sesungguhnya bukan kepunyaannya?”
Ia melarang murid-muridnya untuk menunjukan perbuatan baik mereka
kepada siapapun. Mereka malahan diharuskan menutupi perbuatan baik itu,
seperti menutup-nutupi perbuatan jahat mereka.
Cinta Rabi’ah yang tulus tanpa mengharapkan sesuatu pada Tuhan, terlihat
dari ungkapan do’a-do’a yang disampikannya. Ia misalnya berdo’a “ Ya Tuhanku,
bila aku menyembah-Mu lantaran takut kepada neraka, maka bakarlah diriku
dalam neraka; dan bila aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, maka
jauhkanlah aku dari surga; namun jika aku menyembah-Mu hanya demi engkau,
maka janganlah engkau tutup keindahan abadi-Mu.4

4
 A. Mustofa, AKHLAK TASAWUF, (Bandung: Pustaka Setia: 1999), hlm. 246-247.

6
 Mahabbah Dalam Al-Qur'an Dan Hadist

Paham mahabbah sebagaimana disebutkan di atas mendapatkan tempat di


dalam al-Qur'an. Banyak ayat-ayat dalam al-Qur'an yang menggambarkan bahwa
antara manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai. Misalnya ayat yang
berbunyi:
‫قل اِن كنتم تحبّوناهّلل فاتّبِعوني يحْ بب ُك ُماهّلل‬
Jika kamu cinta kepada Allah, maka turutlah aku dan Allah akan mencintai
kamu. (QS. Ali Imran 31)

ٍ ُ ‫يأْتى هّللا‬
‫بقوم يحبُّهم ويحبّونه‬
Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan yang mencintai-
Nya. (QS. Al-Maidah 541).
Di dalam hadis juga dinyatakan sebagai berikut:
ً ‫معا‬€€‫هُ س‬€‫كنت ل‬ ِ ‫ل حتّى‬€
ُ ُ‫ه‬€‫هُ ومن احببت‬€ّ‫احب‬ ِ €‫رّبُ أِل ّي بالنّواف‬€‫دى يتق‬€€‫زا ُل عب‬€€‫والي‬
‫وبصرًا ويدًا‬
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-
perbuatan hingga Aku cinta. Orang yang Kucintai menjadi telinga, mata dan
tangan-Ku.
     Kedua ayat dan satu hadis tersebut di atas memberikan petunjuk bahwa
antara manusia dan Tuhan dapat saling mencintai, karena alat untuk mencintai
Tuhan, yaitu roh adalah berasal dari roh Tuhan. Roh Tuhan dan roh yang ada pada
manusia sebagai anugrah Tuhan bersatu dan terjadilah mahabbah. Ayat dan hadis
tersebut juga menjelaskan bahwa pada saat terjadi mahabbah diri yang dicintai
telah menyatu dengan yang mencintai yang digambarkan dalam telinga, mata dan
tangan Tuhan. Dan untuk mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal
ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.5

5
 Aththar, Tadzkirat al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma'rifat, t.t. )hlm.66.

7
C. Hikmah Mahabbah

Hikmah mahabbah adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang


sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.Selain itu juga
mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan
takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara,
datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah
swt.

Al mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu berdampingan dengan


ma’rifah, baik dalam kedudukan maupun pengertiannya. Ma’rifah adalah
merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (alQalb), maka
mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta(roh). Rasa cinta
itu tumbuh karena pengetahuan dan pengenalan kepada Tuhan sudah sangat jelas
mendalam, sehingga yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang
dicintai.Oleh karena itu, menurut Al Ghazali mahabbah itu manifestasi dari
ma’rifah kepada Tuhan.Dengan demikian kedudukan mahabbah lebih tinggi dari
ma’rifah.

Dalam hikmah bermahabbah adapun cara – cara / alat untuk mencapai


mahabbah tersebut. Dan akan diuraikan sebagai berikut ini.

 Alat Untuk Mencapai Mahabbah

Harun Nasution mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang
dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Pertama, al-qalb(  ‫) القلب‬
hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, roh ( ‫) الروح‬
sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga sir  (‫) سر‬, yaitu alat untuk melihat
Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh, dan roh lebih halus dari qalb. Kelihatannya
sir bertempat di roh, dan roh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima
iluminasi dari Allah, kalau qalb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-
sekosongnya, tidak berisi apa pun.

8
Dengan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai
Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta
dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu, melainkan hanya diisi oleh
cinta kepada Tuhan.
Roh yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu telah dianugerahkan
Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya dalam kandungan ketika umur empat
bulan.Dengan demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan
Tuhan.Manusia tidak tahu sebenarnya hakikat roh itu.Yang mengetahui hanyalah
Tuhan. Allah berfirman:

‫اال ِع ْل ِم ِااَّل قَلِ ْياًل‬


ْ َ‫َويَ ْسئَلُوْ نَكَ َع ِن الرُّوْ ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َمااُوْ تِ ْيتُ ْم ِّمن‬
ِ

“ Mereka itu bertanya kepada Engkau (Muhammad) tentang roh, katakanlah


bahwa roh itu urusan Tuhan, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
sekali.”(QS. Al-Isra’, 17:85).

ُ ‫فَا ِ َذا َس َّو ْيتُهُ َونَفَ ْخ‬


َ‫ت فِ ْي ِه ِم ْن رُّوْ ِح ْي فَقَعُوْ لَهُ َس ِج ِديِن‬

“ Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke


dalamnya roh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan
bersujud.”(QS. Al-Hijr, 15:29)

Selanjutnya di dalam hadis pun diinformasikan bahwa manusia itu


diberikan roh oleh Tuhan, pada saat manusia berada dalam usia empat bulan
didalam kandungan. Hadis tersebut selengkapnya berbunyi:

‫كَ ثُ َّم‬€€ِ‫ َل َذل‬€‫ َغةً ِّم ْث‬€‫ض‬ ْ ُ‫ط ِن اُ ِّم ِه اَرْ بَ ِع ْينَ يَوْ ًما ن‬
ْ ‫وْ نَ ُم‬€€‫طفَةً ثُ َّم يَ ُكوْ نَ َعلَقَةً ِّم ْث َل َذ لِكَ ثُ َّم يَ ُك‬ ْ َ‫س يُجْ َم ُع خَ ْلقُهُ فِى ب‬
َ ‫اِ َّن النَّا‬
‫يُرْ َس ُل اِلَ ْي ِه ْال َملَكَ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه الرُّ وْ ُح‬

“ Sesungguhnya manusia dilakukan penciptaannya dalam kandungan ibunya,


selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah (segumpal darah), kemudian

9
menjadi alaqah (segumpal daging yang menempel) pada waktu yang juga empat
puluh hari, kemudian dijadikan mudghah (segumpal daging yang telah
berbentuk)  pada waktu yang juga empat puluh hari, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk menghembuskan roh kepadanya” (HR. Bukhari-Muslim)

Dua ayat dan satu hadis tersebut diatas selain menginformasikan bahwa
manusia dianugerahi roh oleh Tuhan, juga menunjukkan bahwa roh itu pada
dasarnya memiliki watak tuduk dan patuh pada Tuhan. Roh yang wataknya
demikian itulah yang digunakan para sufi untuk mencintai Tuhan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian mahabbah adalah cinta yang luhur, suci dan tanpa syarat kepada


Allah SWT. Dalam pandangan ahli tasawuf, mahabbah (cinta) merupakan pijakan
bagi segenap kemuliaan hal.
sama  seperti  tobat  yang  merupakan  dasar  bagi  kemuliaan  maqam.
Sebab itu, mahabbah pada dasarnya adalah anugrah menjadi dasar pijakan bagi
segenap hal. Kaum sufi menyebutkan sebagai anugrah-anugrah (mawahib)
mahabbah  adalah  mundurnya hati untuk memperhatikan keindahan atau
kecantikan.

2. Mahabbah terbagi menjadi empat macam, yaitu :


1.    Mahabbah kepada Allah.
2.    Mahabbah karena Allah.
3.    Mahabbah bersama Allah.
4.    Mahabbah naluri.

3. Hikmah dari Mahabbah


Hikmah dari Mahabbah itu sendiri untuk memperoleh kesenangan batiniah
yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.Selain itu
juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih,
perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat
sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri
pada Allah swt.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Naisabury, Al-Qusyairi. Al-Risalah Al-Qusyairiyah, (Mesir: Dar Al-Kahir,


T.T)
Aththar. Tadzkirat Al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma'rifat, T.T.)
Http://Itohkhalifah.Blogspot.Co.Id/2014/10/Makalah-Tentang-Mahabbah.Html
Mustofa,A. 1999. AKHLAK TASAWUF, (Bandung: Pustaka Setia)
Nasution,Harun. 1983. Falsafah Dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang)
Shaliba, Jamil. 1978. Al-Mu'jam Al-Falsafy  Jilid II, (Mesir: Dar Al-Kitab)

12

Anda mungkin juga menyukai