DISUSUN OLEH
KELAS G
KELOMPOK 11 :
SURY KRISARA 1611040401
SYIFA YULITA 1611040359
TRI OPTARIA 1611040373
2016
i
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahabbah.................................................................3
B. Macam – Macam Mahabbah......................................................
C. Hikmah Dari Mahabbah.............................................................
A. Kesimpulan...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk dekat dan dicintai oleh
Tuhannya yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahabbah. Namun, tidak
semua orang mampu untuk mahabbah, dikarenakan mahabbah bukanlah
merupakan hal yang mudah dan hanya orang yang memiliki kekuatan cinta yang
kuat erhadap Tuhan yang mampu.
Mahabbah merupakan rasa cinta yang mendalam terhadap Tuhannya, dengan
tujuan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Ketika manusia mendapat
mahabbah, maka dia akan mendapat rasa ketenangan dan cinta yang luar biasa
dari Tuhannya.
Kita selaku umat Islam harus berusaha mencapai mahabbah demi
mendapat kehidupan yang tenang dan damai serta cinta dari sang Maha Cinta.
Oleh karena itu, kami akan membahas mahabbah dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahabbah
1
Jamil Shaliba, al-Mu'jam al-Falsafy, Jilid II, (Mesir: Dar al-Kitab, 1978) ,halm.439.
2
Al-mahabbah adalah merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya
adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT, oleh hmba, selanjutnya itu juga
menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan seorang hamba mencintai Allah
SWT.
Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu
selanjutnya dapat mengambil bentuk iradah dan rahmah Allah yang diberikan
kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan nikmat yang melimpah. Mahabbah
berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah adalah cintai yang tanpa dibarengi
dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah cinta
yang disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu,
walaupun harus mengorbankan segalanya.2
Selanjutnya Harun Nasution mengatakan bahwa mahabbah adalah cinta dan
yang dimaksud ialah cinta kepada Tuhan. Lebih lanjut Harun Nasution
mengatakan, pengertian mahabbah antara lain yang berikut:
1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu
Tuhan.
2
Al-Qusyairi al-Naisabury, al-Risalah al-Qusyairiyah, (Mesir: Dar al-Kahir, t.t), hlm.617.
3
B. Macam-Macam Mahabbah
Adapun tokoh sufi dari mahabbah dan Mahabbah yang terdapat dalam al-
qur'an dan hadist akan dibahas dan diuraikan dibawah ini :
3
http://itohkhalifah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-tentang-mahabbah.html
4
mengetuk pintu, tetapi tidak mendapat jawaban. Ia merasa lega dan mengucap
syukur kepada Tuhan, karena tidak perlu ingkar janji lalu Ia pulang dan tidur.
Malam itu ia bermimpi, Nabi Muhammad memberikan tanda kepadanya dengan
mengatakan bahwa anaknya yang baru lahir itu telah ditakdirkan menduduki
tempat spiritual yang tinggi.
Rabiah kehilangan kedua orang tuanya waktu ia masih kecil. Ketiga orang
kakaknya perempuan juga mati ketika wabah kelaparan melanda basra. Ia sendiri
jatuh ke tangan yang kejam, dan orang ini menjualnya sebagai budak belia dengan
harga yang tidak seberapa. Majikannya yang baru juga tidak kurang bengisnya.
Si kecil Rabiah menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala
perintah majikannya. Malam hari di laluinya dengan berdoa. Pada suatu malam,
majikannya melihat tanda kebesaran rohani Rabiah, ketika Rabiah berdoa kepada
Allah “Ya Rabbi, Engkau telah membuatku menjadi budak belian seorang
manusia sehingga aku terpaksa mengabdi kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti
aku persembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepadaMu
Tiba-tiba tampak cahaya di dekat kepalanya, dan melihat itu majikannya menjadi
sangat ketakutan. Esok harinya Rabiah dibebaskan.
Setelah bebas, Rabiah pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk menjalani
hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampailah ia di sebuah gubuk dekat
Basrah. Di sini ia hidup seperti bertapa. Sebuah tikar butut, sebuah kendil dari
tanah, sebuah batu bata dan semua itulah yang merupakn keseluruhan harta yang
ia punyai. Ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk berdoa, dan tidur sekejap saja
sebelum dini hari meskipun hal ini sangat ia sayangkan.
Ia menerima sebuah pinangan untuk sebuah perkawinan yang baik.
Diantaranya datang dari gubernur basra, juga dari seorang cuci-mistis yang
terkenal Hasan Basri. Tetapi Rabi’ah terlalu sibuk mengabdikan dirinya kepada
Allah, hingga sisa waktunya sedikit sekali untuk urusan duniawi. Karena itulah
semua pinangan ditolaknya.
Rabi’ah punya banyak murid yang keras, termasuk Malik bin Dinar, Raba Al-
Rais, Syakh Al Balkhi, dan Hasan Basra. Mereka sering mengunjungi Rabi’ah
5
untuk mendapatkan nasihat atau do’a, atau untuk mendengarkan ajarannya. Pada
suatu hari, Subyan Suri, seorang yang saleh dan dihormati datang pada Rabi’ah,
mengangkat kedua belah tangannya dan berdo’a: “Tuhan yang Maha Kuasa, saya
memohon harta duniawi dari-Mu”. Menagis, ia menjawab, “harta yang
sesungguhnya itu hanya didapat setelah menanggalkan segala yang bersifat
duniawi ini, dan aku melihat anda hanya mencarinya didunia ini saja”.
Terbetik cerita, ada orang yang mengirim uang empat puluh dinar kepada
Rabi’ah. Ia menagis dan mengangkat tangannya keatas, “Engkau tahu, Ya Allah,
aku tak pernah meminta harta dunia dari-Mu, meskipun Kau-lah pencipta dunia
ini. Lantas, bagaimana aku dapat menerima yang dari seseorang, sedangkan uang
itu sesungguhnya bukan kepunyaannya?”
Ia melarang murid-muridnya untuk menunjukan perbuatan baik mereka
kepada siapapun. Mereka malahan diharuskan menutupi perbuatan baik itu,
seperti menutup-nutupi perbuatan jahat mereka.
Cinta Rabi’ah yang tulus tanpa mengharapkan sesuatu pada Tuhan, terlihat
dari ungkapan do’a-do’a yang disampikannya. Ia misalnya berdo’a “ Ya Tuhanku,
bila aku menyembah-Mu lantaran takut kepada neraka, maka bakarlah diriku
dalam neraka; dan bila aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, maka
jauhkanlah aku dari surga; namun jika aku menyembah-Mu hanya demi engkau,
maka janganlah engkau tutup keindahan abadi-Mu.4
4
A. Mustofa, AKHLAK TASAWUF, (Bandung: Pustaka Setia: 1999), hlm. 246-247.
6
Mahabbah Dalam Al-Qur'an Dan Hadist
ٍ ُ يأْتى هّللا
بقوم يحبُّهم ويحبّونه
Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan yang mencintai-
Nya. (QS. Al-Maidah 541).
Di dalam hadis juga dinyatakan sebagai berikut:
ً معا€€هُ س€كنت ل ِ ل حتّى€
ُ ُه€هُ ومن احببت€ّاحب ِ €رّبُ أِل ّي بالنّواف€دى يتق€€زا ُل عب€€والي
وبصرًا ويدًا
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-
perbuatan hingga Aku cinta. Orang yang Kucintai menjadi telinga, mata dan
tangan-Ku.
Kedua ayat dan satu hadis tersebut di atas memberikan petunjuk bahwa
antara manusia dan Tuhan dapat saling mencintai, karena alat untuk mencintai
Tuhan, yaitu roh adalah berasal dari roh Tuhan. Roh Tuhan dan roh yang ada pada
manusia sebagai anugrah Tuhan bersatu dan terjadilah mahabbah. Ayat dan hadis
tersebut juga menjelaskan bahwa pada saat terjadi mahabbah diri yang dicintai
telah menyatu dengan yang mencintai yang digambarkan dalam telinga, mata dan
tangan Tuhan. Dan untuk mencapai keadaan tersebut dilakukan dengan amal
ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.5
5
Aththar, Tadzkirat al-Aulia I, (Mesir: Al-Ma'rifat, t.t. )hlm.66.
7
C. Hikmah Mahabbah
Harun Nasution mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang
dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Pertama, al-qalb( ) القلب
hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, roh ( ) الروح
sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga sir () سر, yaitu alat untuk melihat
Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh, dan roh lebih halus dari qalb. Kelihatannya
sir bertempat di roh, dan roh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima
iluminasi dari Allah, kalau qalb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-
sekosongnya, tidak berisi apa pun.
8
Dengan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai
Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta
dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu, melainkan hanya diisi oleh
cinta kepada Tuhan.
Roh yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu telah dianugerahkan
Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya dalam kandungan ketika umur empat
bulan.Dengan demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan
Tuhan.Manusia tidak tahu sebenarnya hakikat roh itu.Yang mengetahui hanyalah
Tuhan. Allah berfirman:
كَ ثُ َّم€€ِ َل َذل€ َغةً ِّم ْث€ض ْ ُط ِن اُ ِّم ِه اَرْ بَ ِع ْينَ يَوْ ًما ن
ْ وْ نَ ُم€€طفَةً ثُ َّم يَ ُكوْ نَ َعلَقَةً ِّم ْث َل َذ لِكَ ثُ َّم يَ ُك ْ َس يُجْ َم ُع خَ ْلقُهُ فِى ب
َ اِ َّن النَّا
يُرْ َس ُل اِلَ ْي ِه ْال َملَكَ فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه الرُّ وْ ُح
9
menjadi alaqah (segumpal daging yang menempel) pada waktu yang juga empat
puluh hari, kemudian dijadikan mudghah (segumpal daging yang telah
berbentuk) pada waktu yang juga empat puluh hari, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk menghembuskan roh kepadanya” (HR. Bukhari-Muslim)
Dua ayat dan satu hadis tersebut diatas selain menginformasikan bahwa
manusia dianugerahi roh oleh Tuhan, juga menunjukkan bahwa roh itu pada
dasarnya memiliki watak tuduk dan patuh pada Tuhan. Roh yang wataknya
demikian itulah yang digunakan para sufi untuk mencintai Tuhan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12