Anda di halaman 1dari 10

Menjelaskan Hubb

Mata kuliah : Akhlaq


Dosen pengampu : Hj.Yayah Rabiatul Adawiyah M.Pd

Disusun oleh :
Meifiana clarita (22.02.00.016)
Nurmala (22.02.00.018)
Chairul Rifki Afandi (22.02.00.009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH JAKARTA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.terutama kami sampaikan kepada ibu dosen pengampu mata kuliah AKHLAQ yaitu
Hj. Yayah Robiatul Adawiyah M.P.d dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dan dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagiKarena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami ,kami yakin masih sangat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 5 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................................4

A. Latar belakang................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5

A. pengertian Hubb..............................................................................................................................5

B. Tingkatan Hubb..............................................................................................................................5

C. Tujuan Hubb...................................................................................................................................7

D. Tanda-Tanda Hubb kepada Allah SWT..........................................................................................7

BAB III.......................................................................................................................................................8

PENUTUP...............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................8

B. Saran...................................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tasawuf sebagai salah satu bentuk pemahaman dalam islam telah memperkenalkan
betapa ajaran cinta (mahabbah) menempati kedudukan yang tinggi. Hal itu terlihat dari
bagaimana para ulama sufi, seperti al-ghazali, menempatkan mahabbah sebagai salah satu
tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi. Banyak diantara kita yang mengatakan “ Aku cinta
kepada Allah SWT”, tapi ucapan tersebut hanyalah sebatas ucapan lisan tidak diterapkan dengan
perbuatan dan tindakan yang nyata. Bahkan cinta kepada Allah bisa dikalahkan dengan cinta
kepada manusia. Padahal, cinta kepada Allah merupakan cinta yang paling utama dan kekal di
dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Hubb ?
2. Apa saja tingkatan-tingkatan Hubb ?
3. Apakah tujuan Hubb ?
4. Apakah tanda-tanda Hubb kepada Allah ?

C. Tujuan
1. Memahami arti Hubb
2. Untuk memperdalam pemahaman agar mempunyai pengetahuan tentang
tingkatan dan kedudukan orang yang Hubb terhadap Allah
3. Untuk memahami tujuan Hubb
4. Untuk mengetahui tujuan Hubb
BAB II

PEMBAHASAN

A. pengertian Hubb
Hubb adalah cinta. cinta yang dikenal dalam Bahasa arab mahabbah berasal dari kata
ahhabah-yuhibbu-mahabbatan yang secara Bahasa berarti mencintai secara
mendalam,kecintaan,atau cinta yang mendalam. Al-mahabbah dapat pula berarti Al-wadud,yakni
sangat pengasih atau penyayang.1
Kata mahabbah tersebut selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu paham atau
aliran dalam tasawuf. Dalam hubungan ini, objek mahabbah lebih ditunjukkan kepada Tuhan.
Dari sekian banyak arti mahabbah yang dikemukakan diatas, tampaknya ada juga yang cocok
dengan arti mahabbah yang dikehendaki dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya kecintaan
mendalam secara ruhani kepada Tuhan.2
Mahabbah berbeda dengan al-rughbah. Mahabbah adalah cinta yang tidak dibarengi
dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah adalah cinta yang
disertai dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu, meskipun harus mengorbankan
segalanya3. Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya
dapat mengambil bentuk iradah dan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam
bentuk pahala dan nikmat yang melimpah.
Adapun istilah Hubb dunya (cinta dunia), diarahkan kepada segenap aspirasi,
kerinduan dan cinta. Haruslah dipalingkan dari dunia dan ditunjukkan kepada Allah jika sang
penempuh jalan spiritual memang tulus dalam pencariannya. Allah menginginkan diri pencinta-
Nya seluruhnya bukan sebagian saja.

1
Jamil shaliba,Al-mu’jam al-falsafi jilid 2,(mesir,Dar al-kairo,1978),hlm 439
2
Ibid, hlm 440
3
Ibid, hlm 617
B. Tingkatan Hubb
Dikutip dari buku karya Ibnul Qayyim al-jauzy, hub memiliki enam tingkatan. Enam
tingkatan hub ini adalah urutan-urutan mana yang harus kita cintai pertama kali, mana yang
menjadi prioritas dalam mencintai dari yang utama hingga yang paling akhir. 6 tingkatan tersebut
adalah :
1. Tatayyum
Tingkatan cinta yang paling tinggi dalam mencintai, ini hanya hak Allah semata
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an “Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…”
Q.R Al-Baqarah;[2]:165
2. ‘Isyk
‘Isyk adalah cinta yang menjadi hak Rasulullah SAW. Cinta kepada teladan kita, yang
melahirkan sikap hormat,patuh,ingin selalu membela, ingin mengikuti dan mencontoh
Rasulullah SAW. Namun, bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Kita mencintai
Rasulullah dengan segenap konsekuensinya, kita akan dengan bangga menjalankan
Sunnah-sunnahnya dan mengikuti petunjuknya dalam mengamalkan agama Islam
“katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya allah
mengasihi dan mangampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun maha penyayang”
Q.S Al-Imran;[3]:31
3. Syauq
Syauq adalah cinta antara satu mukmin dengan mukmin lainnya namun lebih dekat secara
kekeluargaan. Seperti cinta orang tua kepada anaknya, cinta suami kepada istrinya dan
cinta kakak kepada adiknya
4. Shababah
Shababah merupakan cinta kepada sesama muslim dalam lingkup yang lebih luas yang
melahirkan ukhuwah Islamiyah. Tidak saling mengenal, tidak ada kedekatan secara
darah, daerah bahkan bangsa sekalipun, namun dipersatukan oleh satu kalimat Tauhid
“Laa ilaha illallah”. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan
melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga seperti kita ketahui saat ini sedikit
perbedaan saja seringkali menimbulkan perpecahan. Berbeda Takbiratul ihram, berbeda
gerakan shalat, berbeda idul fitri atau idul adha kadang tidak disikapi secara dewasa. bila
cinta shababah ada. Insyaallah segala perbedaan bisa disinergikan. Tidak semua
perbedaan harus dipaksa sama, tapi kadang hanya membutuhkan sedikit pengertian saja.
Shababah harus dimunculkan sebagai bentuk upaya untuk menciptakan kenyamanan
hubungan dalam tubuh umat islam.
5. Ithf (simpati)
Pada tingkatan ini bagaimana kita bersimpati kepada sesama manusia tanpa melihat
apapun suku, bangsa bahkan agamanya sekalipun. Maka jika orang lain dalam kesulitan,
alasan sesama manusia cukup bagi kita untuk memberikan bantuan serta pertolongan
padanya.
6. Intifa
Intifa merupakan tingkatan cinta yang paling rendah dan sederhana dalam tingkatan-
tingkatan cinta. Intifa yaitu cinta atau keinginan pemanfaatan kepada harta benda. Cinta
jenis ini yang sering menggelincirkan manusia, karena sifat harta memang selalu
melenakan , terkadang membuat terlupa akan cinta-cinta yang lebih utama, menempatkan
cinta ini pada tingkatantertinggi melebihi cintanya pada Allah SWT. Kita harus cerdas,
banyaknya harta benda seharusnya tidak menjadikan kita terlena, namun menjadi sarana
untuk meraih cinta yang sebenarnya, yaitu cinta Allah Ta’ala.

C. Tujuan Hubb
Tujuan Hubb untuk memperoleh kebutuhan, baik yang bersifat material maupun
spiritual untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengantercapainya gambaran yang mutlak,
yaitu cinta kepada Allah SWT, untuk memperoleh kesenangan batiniah yang dilukiskan dengan
kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa4
Menumbuhkan rasa kejujuran dan komitmen yang kuat terhadap pencipta, melaksanakan
perintah-perintahnyadan menjauhi larangan-larangannya. Komitmen yang jujur kepada Allah
menuntut adanya ketundukan dan kepasrahan terhadap hukum-hukumnya. Artinya cinta manusia

4
Abdul Halim Mahmud, At-Tasawuf Fi Al-Islam,(bandung:CV,pustaka setia,2002),hlm 95
kepada allah menuntut palakunya memiliki niat yang kuat untuk tunduk terhadap hukum yang
dibuat oleh dzat yang mencintainya.

D. Tanda-Tanda Hubb kepada Allah SWT


Cinta kepada allah adalah kehidupan hati dan nutrisi ruhani. Tanpanya hati tidak akan
merasakan kenikmatan, mendapatkan keberuntungan, dan memiliki kehidupan. Jika hati
kehilangan allah, niscaya kepedihan lebih hebat dari pada mata kehilangan cahayanya atau
telinga kehilangan pendengarannya5.
Salah satu tanda cinta kepada allah ialah ingin berjumpa pada allah disurga. Tanda lainnya ialah
lebih memprioritaskan apa yang dicintai allah daripada apa yang dicintainya yang hanya bisa
menghadirkan hawa nafsu, kemalasan, dan bahkan lupa kepada allah, sehingga mendekatkan diri
kepada allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah Sunnah. Orang yang cinta kepada allah tidak
akan durhaka kepadanya.

5
Ahmad Farid, Manejemen Qalbu Ulama Salaf, (Surabaya, PT elba fitrah mandiri sejahtera, 2008), hlm 346
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hubb adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai tuhan sehingga sifat dan perilaku yang
dicintai tuhan masuk kedalam diri yang sedang mencintai
2. a.Tatayyum
b. Isyk
c. syauq
d. shababah
e. Ithf (simpati)
f. Intifa
3. bertujuan untuk memperoleh kesenangan dan ketenangan batiniah yang sulit diunkapkan
dengan kata-kata, melainkan hanya dirasakan oleh jiwa
4. Salah satu tanda cinta kepada allah ialah ingin berjumpa pada allah disurga. Tanda lainnya
ialah lebih memprioritaskan apa yang dicintai allah daripada apa yang dicintainya yang hanya
bisa menghadirkan hawa nafsu, kemalasan, dan bahkan lupa kepada allah, sehingga
mendekatkan diri kepada allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah Sunnah

B. Saran
Kita sebagai manusia sudah seharusnya memahami dan mengamalkan tingkatan-
tingkatan hub yang diajarakan dalam tasawuf,bahwa tingkatan cinta yang paling utama ialah
cinta kepada Allah/ jangan sampai kita terlena sampai tingkatan-tingkatan cinta menjadi
berantakan manakala yang paling utama kita cintai adalah bukan Allah melainkan manusia dan
harta benda.
DAFTAR PUSTAKA

Jamil Shaliba, Al-Mu’jam al-falsafi jilid 2, (mesir:Dar al-kairo,1978), hlm 439


Abdul Halim Mahmud, At-Tasawuf Fi Al-Islam, (Bandung :CV.Puastaka setia 2002), hlm 95
Ahmad Farid, Manejemen Qalbu Ulama Salaf, (Surabaya, PT elba fitrah mandiri sejahtera,
2008), hlm 346

Anda mungkin juga menyukai