MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Geneologi Pemikiran Islam pada Program Pascasarjana
IAI As’adiyah Sengkang
OLEH :
BASRI
NIM: 09221301309
Dosen Pemandu : Gurutta Dr. H. Muh. Harta, M.Ag
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menganugerahkan kepada kita semua
kecerdasan, sehingga kita sebagai khalifah di muka bumi ini, merupakan makhluk
paling mulia derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang
diciptakan Allah Swt. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw. Nabi yang telah membawa kita dari lembah kegelapan menuju
ke alam yang terang benderang seperti sekarang ini yang telah jauh dari zaman
kebodohan.
Dalam kesempatan kali ini kami sebagai penulis telah menyelesaikan sebuah
menyelesaikan tugas mata kuliah Geneologi Pemikiran Islam yang dalam hal ini
dipahami.
Tidak banyak kata yang bisa diutarakan oleh penulis mengingat manusia
adalah tempatnya salah, oleh karena itu kami sadar bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan saran dari
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
C. Kedudukan Al-Mahabbah............................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Ia adalah ajaran dan amalan
agama ini akan kehilangan ruhnya dan tidak ada bedanya dengan ideologi
buatan manusia. Bahkan para ulama telah memberikan putusan hukum wajib
‘ain bagi setiap muslim. Seperti dalam perkataan Ali Abi Hasan Asy Syadzili
yakni: “Barangsiapa yang tidak menyelami ilmu tasawuf maka tatkala dia
meninggal akan membawa dosa yang besar tetapi dia tidak mengetahuinya”.
beradab dengan Allah Swt. disetiap waktu, tempat dan dalam kondisi apapun.
Kholiq, bukan karena takut akan siksaan neraka dan bukan karena meraih
Ma’rifat bagi salikin yang sudah berada pada maqam tertinggi. Beliau
1
2
berpendapat bahwa tidaklah cukup seorang mengenal Allah dengan akal saja,
“Mahabbah” adalah cinta, atau cinta yang luhur kepada Tuhan yang
suci dan tanpa syarat, tahapan menumbuhkan cinta kepada Allah, yaitu:
sehingga tahap cinta adalah tahap tertinggi oleh seorang ahli yang
keintiman (uns).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Badrudin, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Serang: A-Empat, 2015), h. 71.
2
M. Echols John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia, 1993), h. 366.
3
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2016), h. 55.
3
4
6
Abu Nashr as-Sarraj, Al-Luma’ rujukan lengkap ilmu tasawuf, Penerjemah
Wasmukan dan Samson Rahman, (Surabaya: Risalah Gusti, 2014), h. 121.
6
7
Muhammad Muhibbuddin, Kitab Cinta Ulama Klasik Dunia, (Yogyakarta:
Araska, 2018), h. 20.
8
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 55.
9
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 56.
7
10
Margaret Smith, kala Tuhan “Jatuh Cinta”: Biografi Ringkas dan Ajaran-
ajaran Para Kekasih Allah, Penerjemah Nuruddin Hidayat, (Bandung: Pustaka Hidayah,
2007), h. 24.
11
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 56.
12
Abdurrahman as-Sulami, Sufi-sufi Wanita: Tradisi yang Tercadari,
Penerjemah Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004), h. 90.
13
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 58.
8
14
Muhammad Muhibuddin, Kitab Cinta Ulama Klasik, h. 15.
15
Abu Qasim Abdul Karim hamazin Al-Qusyairi an Naisaburi, Risalah
Qusyairiyah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), h. 67.
9
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
11
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, kami berharap agar para pembaca
umumnya dan kami sebagai penulis khususnya dapat dijadikan acuan sebagai
bahan pembelajaran, oleh karenanya kami juga berharap kepada semua pihak
Ma’rifat”. Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai manusia menyadari masih
banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun tata bahasa.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gramedia. 1993.
Araska. 2018.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
2010.
Smith, Margaret. kala Tuhan “Jatuh Cinta”: Biografi Ringkas dan Ajaran-ajaran
Hidayah. 2007.
Persada. 2016.
12