Anda di halaman 1dari 26

MAHABBAH DAN SYAUQ

Makalah ini di susun untuk memenuhi mata kuliah Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu: Muh Fuad Achsan, M. Pd.

Disusun oleh:

1. Adinda Maya. K (23080220036)


2. Salsabila. B. S (23080220043)
3. Farensa Cahyo. P (23080220044)
4. Suldi mugi prayitno (23080220041)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini kami berhasil menyelesaikan
makalah mata kuliah Akhlak Tasawuf yang berjudul Mahabbah dan Syauq. Sholawat
serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah yang terang
benderang ini.

Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan mengenai Mahabbah dan


Syauq, yang kita dasarkan pada pemahaman kita serta bersumber dari berbagai buku-
buku dan referensi-referensi lainnya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasa, konsep maupun materi yang barangkali kurang
lengkap. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari Dosen pengampu Mata Kuliah ini guna menjadi acuan
bagi kami untuk lebih baik lagi dalam pembuatan makalah di Mata Kuliah yang
lainnya.

Salatiga, 9 maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................2

BAB 2

PEMBAHASAN..............................................................................................................................

1. MAHABBAH..............................................................................................................................

A. Pengertian mahabbah............................................................................................3

B. Tingkatan mahabbah............................................................................................4

C. Tujuan mahabbah..................................................................................................4

D. Macam-macam mahabbah....................................................................................4

E. Tanda-Tanda cinta.................................................................................................7

F. Tingkatan-tingkatan cinta......................................................................................8

2. SYAUQ........................................................................................................................................

iii
A. Pengertian syauq...................................................................................................8

iii
iii
B. Definisi rindu........................................................................................................9

C. Dampak-dampak Rindu......................................................................................10

BAB 3

PENUTUP.....................................................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti selalu mempunyai keinginan untuk dekat dan dicintai oleh
tuhannya yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahabbah. Namun, tidak semua
orang mampu untuk mahabbah, dikarenakan mahabbah bukanlah merupakan hal yang
mudah. Mahabbah merupakan rasa cinta yang mendalam terhadap Tuhannya, dengan
tujuan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Orang yang telah mendapat rasa
mahabbah ini maka dia akan mendapat rasa ketenangan. Ada beberapa cara yang
harus dilakukan untuk mencapai mahabah. Kita selaku umat muslim sekiranya harus
mampu mencapai mahabbah demi mendapat kehidupan yang tenang dan damai. Oleh
karena itu, maka kamipun menulis makalah ini sebagai salah satu alat untuk
penjelasan tentang mahabbah.

B. Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan mahabbah?


 Apa tujuan dari mahabbah?
 Apa yang dimaksud dengan syauq?
 Apa definisi dari syauq?
 Apa dampak dampak dari syauq?

1
C. Tujuan

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mahabbah


 Untuk mengetahui apa saja tujuan mahabbah
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan syauq
 Untuk mengetahui definisi syauq
 Untuk mengetahui bagaimana dampak dari syauq

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. MAHABBAH

A. Pengertian mahabbah

Pengertian mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu,


mahabbatan, yang secara harpiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan
atau cinta yang mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, jamil shaliba mengatakan
mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al-mahabbah
dapat berarti juga al-wadud, yakni yang sangat pasih atau penyayang. Selain itu
mahabbah dapat pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan,
dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun
spiritual.

Pengertian menurut istilah mahabbah adalah kecintaan yang mendalam secara


ruhiah kepada Tuhan. Pengertian mahabbah secara tasawuf al-mahabbah adalah
merupakan hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya
(kemutlakan) Allah SWT, oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga
menyatakan cinta kepada yang dikasihinya dan yang seeorang hamba mencintai
Allah SWT.
Menurut Harun Nasution mahabbah adalah cinta dan yang diimaksud ialah
cinta kepada tuhan. Harun Nasution mengatakan bahwa pengertian yang diberikan
kepada mahabbah antara lain sebagai berikut, pertama memeluk kepatuhan kepada
Tuhan dan yang membenci sikap melawan kepadanya. Kedua, menyerahkan seluruh
diri pada yang dikasihi. Ketiga, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari
yang dikasihi yaitu Tuhan.

3
B. Tingkatan mahabbah

Dilihat dari segi tingkatannya, mahabbah yang dikemukakan oleh Harun


Nasution yang dikutip dari Al-Saray, ada tiga macam, yaitu :

 Mahabbbah orang biasa, yaitu selalu mengingat Allah dengan berdzikir.


 Mahabbah orang shidiq, yaitu orang yang kenal pada tuhan, pada
kebesarannya, pada kekuasaannya dan lain-lain.
 Mahabbah orang arif, yaitu orang yang tau betul pada tuhan, cinta ini timbul
karena telah tahu betul pada Tuhan.

Ketiga tingkatan mahabbah tersebut tampak menyebutkan suatu proses


mencintai yanitu mulai dari mengenal sifat-sifat tuhan, dengan menyebutnya
melalui dzikir dilanjutkan dengan leburnya diri (fana) pada sifat-sifat Tuhan, dan
akhirnya menyatu kekal (baqa) dalam sifat Tuhan. Dari ketiga tingkatan ini
tampaknya cinta yang terakhirlah yang ingin dituju oleh mahabbah.

C. Tujuan mahabbah

Tujuan mahabbah yaitu untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit


dituliskan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa. Serta
mencintai tuhan dan berharap dicintai oleh tuhan.

D. Macam-macam mahabbah

 Mahabbah mawaddah
Mahabbah mawaddah adalah jenis cinta menggebu-gebu. Orang
yangmemiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah
dan selaluingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya
dan hampir tak bisa berfikir lain.

4
 Mahabbah rahmah

4
Mahabbah rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang,
lembut,siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta
jenis rahmah ini lebihmemperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginyayang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita.Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan
kesalahankekasihnya.Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar
orang yang bertaliandarah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan
sebaliknya. Dari itu maka dalam Al-Qur’an , kerabat disebut al arham,
dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang
secara fitri, yang berasal dari gharbakasih sayang ibu, disebut rahim (dari
kata rahmah). Sejak janin seorang anaksudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebutrahim.

 Mahabbah mail
Mahabbah mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat
membara,sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain
cenderung kurangdiperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam Al-Qur’an
disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta
kepada yang muda, cenderungmengabaikan kepada yang lama.

 Mahabbah syaghaf
Mahabbah syaghaf adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
danmemabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak
menyadari apa yang dilakukan. Al-Qur’an menggunakan term syaghaf

5
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.

5
 Mahabbah ra’fah
Mahabbah ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak
sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun
salah. Al-Qur’an menyebut ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta
ra`fah menyebabkanorang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini
kasus hukuman bagi pezina(Q/24:2).

 Mahabbah shobwah
Mahabbah shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong
perilakumenyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an menyebut ini
ketikamengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan
dengan Zulaihayang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara
saja),sebab jika tidak,lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam
perbuatan bodoh.

 Mahabbah syauq
Mahabbah syauq (rindu).Ini bukan dari Al-Qur’an tetapi dari hadis
yangmenafsirkan Al-Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan
bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba.
Kalimat kerinduan inikemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis
riwayat Ahmad yang artinya, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mudannikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan
Mu.Menurut Ibn al Qayyim al Jauzidalam kitab Raudlat al Muhibbin
waNuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobarancinta yang apinya
berada di dalam hati sang pecinta.

6
6
 Mahabbah kulfah
Mahabbah kulfah yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran
mendidikkepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut Al-Qur’an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.

E. Tanda-Tanda cinta

 Senang bertemu kekasihnya dengan cara kasyf (terbukanya tabir) dan


menyaksikannya di surga.
 Mengutamakan apa-apa yang dicintai Allah atas apa-apa yang dicintainya,
baik dalam lahirnya maupun dalam batinnya.
 Memperbanyak zikir kepada Allah.
 Berkholwat dengan Allah, bermunajat kepada-Nya dan membaca kitab-
Nya.
 Tidak menyesali apa-apa yang hilang darinya, selain Allah dan
sangatmenyesal jika dia melewatkan waktunya tanpa berzikir dan taat
kepada Allah.
 Menikmati ketaatan, tidak menganggapnya berat, dan tidak
merasakankeberatan.
 Bersikap lembut dan ssayang kepada hamba-hamba Allah, dan bersikap
keraskepada musuh-musuh-Nya.
 Merasa takut dan berharap dalam mencintai Allah, dibawah keagungan
dankemuliyaan-Nya.

7
 Menyembunyikan perasaan cinta, menghindari pengakuan, dan
tidakmemperlihatkan cinta tersebut, sebagai wujud pengagungan,
pemuliyaan, penghormatan kepada Sang Kekasih.

7
F. Tingkatan-tingkatan cinta.

 Al-‘ilaqah (gantungan). Dinamakan demikian karena tergantungnya hati


pada Sang Kekasih.
 Al- Iradah (keinginan), yaitu condongnya hati kepada Sang Kekasih dan
usahanya untuk mencari-Nya.
 Ash- Shababah (ketercurahan), yaitu tercurahnya hati pada Sang
Kekasih,sehingga pemiliknya tidak dapat menguasainya, sebagaimana
tercurahnya air di puncak gunung.
 Al- Gharam (cinta yang menyala-nyala), yaitu cinta yang selalu ada dalam
hatidan tidak dapat meninggalkannya.
 Al-Widad (kelembutan), yaitu kesucian, ketulusa dan isi dari cinta.
 Asy- Syaghaf(cinta yang mendalam), yaitu sampainya cinta kedalam lubuk
hati.
 Al-‘isyq(kerinduan), yaitu cinta yang berlebihan dan pemiliknya
dikhawatirkan karenanya.
 At- Tayammum, yaitu memperbudak dan merendahkan diri.
 At-Ta’abbud (pehambaan), yaitu tingkatan diatas At-Tayammum.
 AL- Khullah. Ini hanya dimiliki oleh 2 kholil (kekasih), yaitu Ibrahim as.
Dan Muhammad Saw.

2. SYAUQ

A. Pengertian syauq

Kata syauq berarti: keinginan yang sangat kuat, tuntutan yang kuat, atau ekstase
yang muncul dari makrifat, atau menggabungkan perasaan senang,nestapa, dan

8
derita. Bagi para sufi, "syauq" adalah: Gerak hati dengan penuhgairah kepada yang
Tercinta

8
yang sama sekali tidak dapat dipersepsi dandijangkau, sebab setelah pelakunya
"menyaksikan" ia menjadi "hilang”

Ajaran Tasawuf : Syauq: yaitu kerinduan hati untuk selalu terhubung dengan
Allah dan senang bertemu dan berdekatan dengan-Nya (Abu Abdullah bin Khafif).
Sebagian Ulama’ berkata: ” Orang-orang yang Syauq merasakan manisnya
kematian setelah dialami, sebab terbuka tabir yang memisahkan antara dirinya
dengan Allah.Sebagian kalangan menyatakan bahwa " syauq" adalah: Meluapnya
kegembiraan di dalam hati'asyiq (sang perindu) karena melihat keindahan al-
ma'syûq (yang dirindukan). Sebagian kalangan lain menyatakan bahwa "
syauq"adalah: Bara api yang menyala di dalam hati'asyiq (sang perindu) yang
menafikan segala hal selain kecenderungan pada yang dicintai; segala bersitan hati,
segala kecenderungan, segala kerinduan, segala hasrat, dan segala tuntutan. Syauq
muncul dari mahabah, dan hasil dari mahabah adalah syauq. Obat hati yang terbakar
oleh syauq adalah berhubungan dengan sang kekasih. Syauq adalah sayap cahaya di
jalan ini. Ketika seorang 'asyiq berhasil mencapai hubungan dengan sang kekasih,
maka syauq yang dirasakannya akan mereda, tapi isytiyâq-nya akan kian bertambah.
Setelah menerima berbagai anugerah, nurani yang merindu akan selalu meminta
tambahan anugerah lagi.

B. Definisi rindu

Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (wafat 505
H) dalam kitabnya memberikan definisi bahwa rindu adalah konsekuensi dari
adanya mahabbah (cinta) terhadap suatu objek. Dengan cinta, rindu akan datang
dengan sendirinya. Rindu sendiri merupakan sesuatu yang sifatnya emosional tinggi
untuk bisa bertemu dengan orang yang dirindukan. Selain sebagai konsekuensi dari
adanya cinta, rindu juga merupakan yang siapa pun akan merasakannya. Oleh

9
karenanya, cinta dan rindu tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa diingkari
keberadaannya. Lebih lanjut Imam Al-Ghazali mengatakan,

9
Artinya, “Ketahuilah! Sungguh orang-orang yang mengingkari esensi cinta,
maka juga seharusnya ingkar pada esensi rindu. Sebab, rindu tidak bisa tergambar
kecuali pada orang yang dicinta.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut,
Darul Ma’rifah, cetakan ketiga: 1998], juz IV, halaman 322).

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa rindu memiliki ruang secara
khusus dalam diri manusia. Siapa pun tidak bisa menghindari darinya dan tidak pula
bisa memaksa untuk mendatangkannya. Namun yang terpenting, rindu adalah
konsekuensi logis dari adanya cinta, tanpanya rindu tidak mungkin bisa ditemukan
dalam diri manusia.

C. Dampak-dampak Rindu

Sebagian orang menganggap bahwa perpisahann yang menimbulkan rindu


merupakan sesuatu yang menyesakkan, menyakitkan, menyedikan dan bahkan
menganggap sebagai musibah yang sangat besar. Mayoritas manusia bisa dikatakan
memiliki anggapan demikian. Dampak dari rindu adalah sedih dan begitu
menyakitkan penjelasan Imam Al-Ghazali. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali tidak
langsung menganggap bahwa dampak rindu adalah menyakitkan. Sebab,
menurutnya ada aspek yang perlu diperhatikan dalam hal ini. Aspek yang pertama
jika memandang kerinduannya saja, tentu menyakitkan, akan tetapi jika dipandang
dari adanya keinginan untuk bertemu di balik kerinduan itu, ini sebenarnya
kenyamanan yang tidak bisa ditemukan selain dengan cara merindu. Lebih lanjut
Al-Ghazali mengatakan,

10
Artinya, “Rindu meski (di dalamnya) memiliki (dampak) menyakitkan, akan
tetapi tersimpan suatu kenyamanan apabila terdapat suatu harapan untuk bisa
bertemu dengannya (orang yang dirindukan).” (Al-Ghazali, II/279).

Pada penjelasan di atas, Imam Al-Ghazali sebenarnya sepakat dan


mengamini anggapan orang-orang bahwa dalam rindu terdapat sesuatu yang
menyakitkan dan bahkan tidak bisa ditemukan di selainnya. Akan tetapi, beliau
juga tidak menutup mata bahwa di dalamnya juga terdapat kenyamanan.
Kenyamanan itu misalnya, ada harapan untuk bisa bertemu. Analoginya, bertemu
dengan orang yang dirindukan merupakan sesuatu yang menyenangkan bukan
menyakitkan.

11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut kami, Al-mahhabah adalah keadaan jiwa yang mulia, yang bentuknya
adalah saksinya (kemutlakan) ALLAH SWT, oleh hamba, selanjutnya yang
dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihinya dan seorang hamba
mencintai ALLAH SWT. sedangkan Syauq bermakna lepasnnya jiwa dan
bergelorannya cinta. Para ahli syufi menyatakan syauq merupakan bagian dari
mahhabah. Sehinnga pengertian mahhabah dalam tasawuff adalah suasana kejiwaan
yang menyatai mahhabah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta
yang murni untuk menumbuhkan rasa rindu kepada ALLAH maka seorang saling
terlebih dahulu harus memiliki ketahuan dan pengenalan kepada ALLAH maka hal
tersebut akan menumbuhkan rasa senang dan gairah. Rasa senang akan
menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu
dengan ALLAH.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin nata, Ahlak Tasawuf, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011)

Asmaran, Pengantar studi Tasawuf, (Jakarata: Raja Grafika Persada, 1996)

Mukhtar Hadi, Memahami Ilmu Tasawuf: sebuah pengantar ilmu tasawuf,


(yogyakarta:Aura media,2009)

Mustofa. Akhlak tasawuf. 2010. CV Pustaka setia. Bandung.

Nata, abuddin. Akhlak tasawuf. 2009. PT Rajagrafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai