TENTANG MAHABBATULLAH
Dosen Pengampu :
Nama Kelompok :
1. Herawati 14
2. Isna’in Nurwahidayah 141845
3. Ishmatul Izzah 14184500
4. Intan 14
5. lina jumiati yulanda 14184502
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim, dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan “Makalah TAZKIYATUN NUFUZ” dengan tepat
waktu.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, kami membuka pintu bagi yang ingin memberi saran dan kritik.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah.......................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
1. Pengertian mahabbah.................................................................................7
3. Macam-macam mahabbah.......................................................................10
4. Doktrin-doktrin Mahabbah.....................................................................11
5. Tingkatan Cinta........................................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
يرتُ ُك ْم
َ \\ش ُ \\ان آبَ\\ا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَ\\ا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ\\ َوانُ ُك ْم َوأَ ْز َو
ِ اج ُك ْم َو َع َ قُ\\ ْل إِنْ َك
ض\ ْونَ َهاَ س\ا ِكنُ ت َْر َ س\ا َد َها َو َم َ ارةٌ ت َْخش َْو َن َك َ َوأَ ْم َوا ٌل ا ْقت ََر ْفتُ ُمو َها َوتِ َج
صوا َحتَّ ٰى يَ\\أْتِ َي ُ َّسبِيلِ ِه فَتَ َرب
َ سولِ ِه َو ِج َها ٍد فِي َّ أَ َح
ُ ب إِلَ ْي ُك ْم ِم َن هَّللا ِ َو َر
ينَ ِاسق ِ َ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ا ْلقَ ْو َم ا ْلف ۗ هَّللا ُ ِبأ َ ْم ِر ِه.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud mahabbah?
2. Apa saja dasar-dasar ajaran mahabbah?
3. Ada berapakah macam-macam mahabbah?
4. Apa saja doktrin-doktrin mahabbah?
5. Apa saja tingkatan cinta ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian mahabbah
2. Untuk mengetahui dasar-dasar ajaran mahabbah
3. Untuk mengetahui macam-macam mahabbah
4. Untuk mengetahui doktrin-doktrin mahabbah
5. Untuk mengetahui tingkatan cinta
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian mahabbah
Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang
secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-
falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd,
yakni cinta lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud
yakni yang sangat kasih atau penyayang.
Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut
dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut: “almahabbah adalah merupakan
hal (keadaan) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya
(kemutlakkan) Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga
menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba
mencintai Allah swt”.
Salah satu ciri keimanan yang benar adalah tumbuhnya cinta
kepada Allah Ta’ala. Dalam pembahasan sebelumnya kita berkali-kali
diingatkan dengan firman Allah Ta’ala berikut ini,
3. Macam-macam mahabbah
a. Pertama, al-mahabbatu at-thabi’i (cinta yang bersifat
thabi’i/tabiat/naluri). Yang mendasarinya adalah asy-syahwah
(keinginan); yang memang merupakan fitrah dan sunnatullah atas
seluruh manusia. Allah Ta’ala menyebutkan hal ini dengan firman-
Nya.
س\\ا ِء َوا ْلبَنِينَ َوا ْلقَنَ\\ا ِطي ِر ا ْل ُمقَ ْنطَ \ َر ِة َ ِّت ِمنَ الن ِ الش\\ َه َوا َّ س ُح ُّب ِ ُزيِّنَ لِلنَّا
عُ ث َذلِ\ َك َمتَ\\ا ِ \س\ َّو َم ِة َواأْل َ ْن َع
ِ \ام َوا ْل َح\ ْر َ ض\ ِة َوا ْل َخ ْي\ ِل ا ْل ُم
َّ ِب َوا ْلف َّ \ِمنَ ال
ِ \ذ َه
ِ ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ ُحسْنُ ا ْل َمآ
ب
َشي َرتُ ُك ْم َوأَ ْم َوا ٌل ُ قُ ْل إِنْ َكانَ آبَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأَ ْز َو
ِ اج ُك ْم َوع
َّ ض ْونَ َها أَ َح
ب إِلَ ْي ُك ْم َ سا ِكنُ ت َْر
َ سا َدهَا َو َم َ ارةٌ ت َْخش َْونَ َك َ ا ْقت ََر ْفتُ ُموهَا َوتِ َج
ُ صوا\ َحتَّى يَأْتِ َي هَّللا ُ بِأ َ ْم ِر ِه َوهَّللا
ُ َّسبِيلِ ِه فَت ََرب ُ ِمنَ هَّللا ِ َو َر
َ سولِ ِه َو ِج َها ٍد فِي
َسقِين ِ ال يَ ْه ِدي ا ْلقَ ْو َم ا ْلفَا
4. Doktrin-doktrin Mahabbah
Makna Cinta di Kalangan Sufi
Dalam tasawuf, konsep cinta (mahabbah) lebih dimaksudkan
sebagai bentuk cinta kepada Tuhan. Meski demikian, cinta kepada Tuhan
juga akan melahirkan bentuk kasih sayang kepada sesama, bahkan kepada
seluruh alam semesta. Hal ini bisa dilacak pada dalil-dalil syara’, baik
dalam Alquran maupun hadis yang menunjukkan tentang persoalan cinta.
Sebagian dalil tersebut telah disebutkan pada bagian sebelumnya dalam
makalah ini.
Secara terminologis, sebagaimana dikatakan al-Ghazali, cinta
adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat.
Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan
rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk
menghindari sesuatu yang menyakiti. Apabila kecenderungan untuk
menghindari itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan dendam.
Menurut Abu Yazid al-Busthami mengatakan bahwa cinta adalah
menganggap sedikit milikmu yang sedikit dan menganggap banyak milik
Dzat yang kau cintai. Sementara Sahl bin Abdullah al-Tustari menyatakan
bahwa cinta adalah melakukan tindak-tanduk ketaatan dan menghindari
tindak-tanduk kedurhakaan. Bagi al-Junaid, cinta adalah kecenderungan
hati. Artinya, kecenderungan hati seseorang kepada Allah dan segala
milik-Nya tanpa rasa beban.
5. Tingkatan Cinta
Pertama, cinta orang-orang awam. Cina seperti ini muncul karena
kebaikan dan kasih sayang Tuhan kepada mereka. Ciri-ciri cinta ini
adalah ketulusan dan keteringatan(zikir) yang terus-menerus.
Karena jika orang mencintai sesuatu, maka ia pun akan sering
mengingat dan menyebutnya.
Kedua, cinta orang-orang yang shadiq dan mutahaqqiq. Cinta
mereka ini timbul karena penglihatan mata hati mereka terhadap
kekayaan, keagungan, kebesaran, pengetahuan dan kekuasaan
Tuhan. Ciri-ciri cinta ini adalah “terkoyaknya tabir” dan
“tersingkapnya rahasia” Tuhan. Selain itu, ciri lain adalah
lenyapnya kehendak serta hilangnya semua sifat (kemanusiaan dan
keinginan duniawi).
Ketiga, cinta orang-orang shiddiq dan arif. Cinta macam ini timbul
dari penglihatan dan pengenalan mereka terhadap ke-qadim-an
Cinta Tuhan tanpa sebab (illat) apapun. Menurut Zunnun al-Mishri,
sifat cinta ini adalah terputusnya cinta dari hati dan tubuh sehingga
cinta tidak lagi bersemayam di dalamnya, namun yang
bersemayam hanyalah segala sesuatu dengan dan untuk Allah.
Sedangkan menurut Abu Ya’qub as-Susi, cirinya alah berpaling
dari cinta menuju kepada Yang Dicintai. Sementara al-Junaid
menambahkan bahwa ciri cinta macam ini adalah meleburnya sifat-
sifat Yang Dicintai kepada yang mencintai sebagai pengganti sifat-
sifatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
As-Syariah Edisi 079, Jalan Meraih Manisnya Iman, Abu Ismail Muhammad
Rijal, Lc