Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

PEMUKIMAN
tentang
“ LAPORAN HASIL PENGAMATAN RUMAH
SEHAT “

OLEH :
1. FENNY ASTA SARI (150100005)
2. NI MADE ROSI OKTAVIA (150100009)
3. NYOMAN APRIYANI (150100010)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatnya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “hasil pengamatan rumah

sehat ” dengan lancar.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

mata kuliah kesehatan lingkungan pemukiman yang telah memberikan tanggung jawab kepada

kami untuk menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah kesehatan

lingkungan pemukiman yang diberikan.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih

jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik serta saran dari

dosen dan para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Arga Makmur, Juni 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian rumah sehat ........................................................................... 3
2.2 Persyaratan rumah sehat ......................................................................... 3
2.3 Standar rumah sehat ................................................................................ 7
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Gambaran Umum ................................................................................... 10
3.2 Hasil Pengamatan.................................................................................. 10
BAB 1V PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan........................................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulann ......................................................................................... 17
5.2 Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA…........................................................................................18
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan
erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan
sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan
dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak
layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya
dengan menerapkan persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal
bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan.
Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga
merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan hampir separuh hidup
manusia akan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan sangat berdampak terhadap
kondisi kesehatannya. Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003).
Rumah seharusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan, rasa kebersamaan. Rumah
yang sehat mampu melindungi dari panas dan dingin yang
ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti banjir dan gempa bumi,
serta polusi dan penyakit (Wicaksono, 2009).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2007), persentase rumah sehat Indonesia pada
tahun 2007 adalah 50,79%. Jumlah ini masih dibawah target yang ditetapkan untuk dicapai
pada tahun 2007 yaitu 75%. Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah
satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015. Target rumah sehat yang akan dicapai dalam Indonesia Sehat 2010 telah ditentukan
sebesar 80% (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
rumah sehat di wilayah pemukiman yang berada di Desa Karang Anyar 1 Kecamatan Arga
Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Tahun 2017.
1.2. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui apakah pemukiman yang berada di Desa Karang Anyar 1 Kecamatan
Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Tahun 2017 sudah termasuk
pemukiman yang sehat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Rumah Sehat
Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan
air bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana
pembersihan, serta berada di tempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang.
2.2. Persyaratan Umum Rumah Sehat
Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat adalah
rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis;
b) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis;
c) Dapat terhindar dari penyakit menular, dan ;
d) Terhindar dari kecelakaan-kecelakaan.
Jika diteliti lebih lanjut, persyaratan yang diuraikan di atas adalah sama dengan
persyaratan seperti yang disebutkan berikut ini :
1. Persyaratan letak rumah
Letak rumah yang baik dapat menghindarkan penghuninya dari bahaya timbulnya penyakit
menular, kecelakaan, dan kemungkinan gangguan-gangguan lainnya. Persyaratan letak rumah
merupakan persyaratan pertama dari sebuah rumah sehat. Berikut ini adalah pertimbangan
memilih letak rumah :
a. Permukaan tanah dan lapisan bawah tanah (soil dan subsoil), tanah rendah yang
sering digenangi banjir sudah jelas tidak baik menjadi tempat perumahan yang
permanen. Tanah berbatu karang biasanya lembap dan dingin, karena air pada
waktu hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah. Akan tetapi, dengan konstruksi
yang baik (lantai yang kedap air) rumah dengan kondisi tersebut bisa digunakan
tanpa ada gangguan. Apalagi bila dilengkapi dengan drainase yang baik.
b. Hadap rumah (dalam hubungannya dengan matahari, arah angin, dan lapangan
terbuka). Di belahan bumi sebelah utara misalnya, kamar-kamar yang terletak di
sebelah utara akan menerima sinar matahari lebih sedikit. Oleh karena itu,
sebaiknya dapur dan ruang tempat menyimpan makanan terletak di bagian utara
rumah.
2. Persyaratan fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi rumah harus
baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya kelembaban dan
mudah diperbaiki bila ada kerusakan. Persyaratan fisik menyangkut konstruksi
rumah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap orang merasa
perlu untuk membuat fondasi yang kokoh supaya konstruksinya kuat. Tipe fondasi
bermacam-macam bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang akan
dibangun dan keadaan bawah tanah (subsoil). Subsoil yang berbatu-batu atau
kerikil akan dapat menahan beban yang berat, tetapi subsoil yang terdiri atas tanah
liat, kekuatan menahan bebannya tidak tetap. Kekuatannya bisa bertambah dan
bisa pula menurun, bergantung pada keadaan peresapan airnya yang juga berubah-
ubah mengikuti perubahan keadaan musim. Fondasi yang tidak sesuai akan
mengakibatkan rumah yang di atasnya bisa rontok. Ada tiga cara dalam membuat
fondasi, yaitu:
 Membuat parit-parit yang diisi dengan adukan semen;
 Membuat semacam rakit dengan adukan semen yang konkret, dan ;
 Membangun tiang-tiang/pilar-pilar dari besi beton.
Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas lantai bangunan
disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan jumlah penghuni
akan mengakibatkan sesak, kurang bebas, dan akan menyebabkan tidak sehat. Jika salah satu
anggota keluarga ada yang menderita penyakit infeksi menular, maka kurangnya suplai oksigen
akan memudahkan terjadinya penularan penyakit. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5-3
m² untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

3. Persyaratan fisiologis
Rumah sehat harus dipenuhi criteria ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup,
terhindar dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama untuk anak-anak bermain.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah sebaiknya dibuat
sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam rumah secara bebas,
sehingga asap dan udara kotor dapat hilang secara tepat. Hal ini dapat dicapai
dengan menempatkan pintu dan jendela dalam posisi yang tepat, sehingga udara
dapat masuk ke dalam kamar-kamar dan ruangan-ruangan lain di dalam rumah.
Fungsi ventilasi adalah:
 Menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar;
 Membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
pathogen karena aliran udara yang terus-menerus, dan ;
 Menjaga ruangan agar kelembaban dapat terjaga secara optimal.
Ada dua macan ventilasi, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Aliran udara dalam
ruangan pada ventilasi alamiah terjadi secara alami melalui jendela, pintu, lubang-lubang,
dinding, angin-angin, dan sebagainya. Sedangkan pada ventilasi buatan aliran udar terjadi
karena adanya alat-alat khusus untuk mengalirkan udara seperti mesin pengisap (AC) dan kipas
angin.
b. Pencahayaan
Sebuah rumah dapat dikatakan sebagai rumah yang sehat apabila memiliki
pencahayaan yang cukup. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat
membunuh bakteri atau kuman yang masuk ke dalam rumah. Selain itu, yang perlu
diperhatikan dalam pencahayaan adalah tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya
pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan,
sekaligus produktivitas seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi kesehatan
orang-orang yang ada di dalamnya. Ada dua macam cahaya, yaitu cahaya alamiah
dan cahaya buatan. Cahaya alamiah merupakan cahaya langsung berasal dari
sumber cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting sebab bermanfaat selain untuk
penerangan secara alami, tidak perlu mengeluarkan biaya, dan berfungsi
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TBC. Idealnya,
cahaya masuk luasnya sekurang-kurangnya adalah 15-20% dari luas lantai yang
terdapat di dalam ruangan rumah. Cahaya buatan merupakan cahaya yang
bersumber dari listrik, lampu, api, lampu minyak tanah, dan sebagainya.
c. Kebisingan
Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal ini
dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan
seseorang. Apalagi kalau datangnya tiba-tiba seperti letusan yang sangat
mengganggu kehidupan. Orang yang memiliki penyakit jantung dapat meninggal
seketika karena adanya letusan tersebut. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang
bisa terhindar dari kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan.
4. Persyaratan psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan perabot yang rapi, tidak
over crowding, dan sebagainya. Over crowding menimbulkan efek-efek negative terhadap
kesehatan fisik, mental, maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang
padat penghuninya cepat terjadi. Selain itu, di daerah yang seperti ini, kesibukan dan
kebisingan akan meningkat, yang akan menimbulkan gangguan terhadap ketenangan, baik
individu, keluarga, maupun keseluruhan masyarakat di sekitarnya. Ketenangan dan
kerahasiaan setiap individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses
menurunnya moral. Undang-undang perumahan di beberapa Negara maju member wewenang
kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah seperti ini. Rumah tempat tinggal
dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan
bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar.
b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
a. Penyediaan air bersih yang cukup;
b. Pembuangan tinja;
c. Pembuangan air limbah (air bekas);
d. Pembuangan sampah;
e. Fasilitas dapur;
f. Ruang berkumpul keluarga.

2.3. Standar Rumah Sehat


Pada dasarnya rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: bebas dari kelembapan; mudah diadakan perbaikan; mempunyai cukup
akomodasi dan fasilitas untuk mencuci, mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas
yang cukup untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan. Pada tahun 1946 di Inggris
ada sebuah Sub Committee on Standards of Fitness for Habitation yang membuat rekomendasi
terhadap rumah yang akan dihuni, antara lain sebagai berikut :
a. Dalam segala hal harus kering;
b. Dalam keadaan rumah diperbaiki;
c. Tiap kamar mempunyai lampu dan lubang ventilasi;
d. Mempunyai persediaan air yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga;
e. Mempunyai kamar mandi;
f. Mempunyai tempat/kamar cuci, dengan pembuangan air limbah yang baik;
g. Mempunyai system drainase yang baik
h. Mempunyai jamban yang memenuhi syarat kesehatan (di dalam atau di luar);
i. Cukup fasilitas untuk menyimpan, meracik, dan memasak makanan;
j. Tempat menyimpan makanan harus mempunyai ventilasi yang baik;
k. Jalan masuk ke rumah yang baik;
l. Mempunyai fasilitas alat pemanas/pendingin di kamar, dan ;
m. Setiap kamar mempunyai titik lampu yang cukup.

BAB 3
HASIL PENGAMATAN

3.1. Gambaran umum


Wilayah yang menjadi sampel penilaian rumah sehat dalam pengamatan ini adalah sebuah
Desa yang berada di Desa Karang Anyar 1 Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu
Utara Provinsi Bengkulu . Jumlah rumah yang berada di desa Karang Anyar 1 berjumlah lebih
dari 50 rumah. Namun, jumlah rumah yang menjadi sampel dalam pengamatan penilaian
rumah sehat ini hanya terdiri dari 10 rumah .

3.2. Hasil pengamatan


Tabel 3.2.1 Distribusi Komponen Rumah Penduduk di Desa Karang Anyar 1
Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017
Variabel N % Total

Langit – langit

Tidak ada 0 0 0

Dinding
Semi permanen/setengah tembok 5 50 50
Permanen (tembok/pasangan batu bata yang di 5 50 50
palster) papan kedap air
Lantai
Diplaster/ubin/keramik/papan(rumah panggung) 10 100 100

Jendela kamar tidur


Ada 10 100 100
Jendela ruang keluarga
Tidak ada 1 10 10
Ada 9 90 90
Ventilasi Rumah
Ada,lubang ventilasi permanen <10% dari luas 8 80 80
lantai
Ada,lubang ventilasi permanen >10% dari luas 2 20 20
lantai
Lubang Asap Dapur
Tidak ada 3 30 30
Ada,lubang ventilasi dapur <10% dari luas lantai 7 70 70
Pencahayaan
Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk 1 10 100
membaca
Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 5 50 50
membaca dengan normal
Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan 4 40 40
untuk membaca dengan normal
Sumber : survey lapangan tahun 2017

1. Komponen rumah
Berdasarkan tabel distribusi diatas , menunjukkan bahwa ke 10 rumah yang
kami jadikan sample tidak memiliki langit-langi trumah , rumah yang memiliki
dinding semi permanen ada 5 rumah (50%) dan 5 rumah lagi memiliki dinding
permanen ,ada 1 rumah (10%) rumah yang tidak memiliki jendela ruang
keluarga,8 rumah (80%) rumah yang memiliki ventilasi < 10% luas lantai, 7
rumah (70%) rumah yang memiliki lubang asap dapur < 10% luas lantai dan, ada
1 rumah (10%) yang tidak memiliki pencahayaan yang tidak terang. Sedangkan
untuk komponen rumah lainnya memiliki persentase 100%, artinya seluruh rumah
yang menjadi sampel telah memiliki , jendela kamar tidur, dan lantai, yang telah
sesuai dengan syarat rumah sehat.

Tabel 3.2.1 Distribusi Sarana Sanitasi Rumah Penduduk di Desa Karang


Anyar 1 Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017
Variabel N % Total

Sarana air bersih

Ada, milik sendiri , dan memenuhi syarat 10 100 100


Jamban
Ada, leher angsa,septi tank 10 100 100
Tempat Sampah
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup 6 60 40
Ada, kedap air dan tidak tertutup 4 40 40
Sarana pembuangan air limbah
Ada,dialirkan ke selokan terbuka 9 90 90
Ada, dialirkan keselokan tertutup(saluran kota) untuk 1 10 10
diolah lebih lanjut
Sumber : survey lapangan tahun 2017

2. Sarana sanitasi rumah

Berdasarkan tabel distribusi di atas , menunjukkan bahwa terdapat 10 rumah (100%)


rumah yang memiliki sarana sanitasi air bersih memenuhi syarat kesehatan, dan milik
sendiri.Sedangkan untuk sarana sanitasi lainnya, semua sample 10 rumah (100%) rumah
memiliki jamban yang berleher angsa dan memiliki septic tank, artinya bahwa seluruh rumah
yang menjadi sampel telah memiliki septic tank yang berleher angsa, dan terdapat 9 rumah
(90%) yang memiliki sarana pembuangan air limbah yang mengalir ke selokan yang terbuka,
artinya bahwa ada 9 dari 10 rumah yang menjadi sampel telah memiliki sarana pembuangan
air limbah yang mengalir ke selokan yang terbuka.

Tabel 3.2.3. Distribusi Prilaku Penghuni Rumah Penduduk di Desa Karang Anyar 1
Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017
Variabel n % Total
Membuka jendela kamar tidur
Tidak pernah dibuka 1 10 10
Kadang-kadang 7 70 70
Setiap hari terbuka 2 20 20
Membuka jendela ruang keluarga
Tidak pernah dibuka 1 10 10
Kadang-kadang 9 90 90
Membersihkan rumah dan halaman
Kadang-kadang 8 80 80
Setiap hari 2 20 20
Membuang tinja ke jamban
Dibuang ke 1 10 10
ladang/sungai/kolam/sembarangan
Kadang-kadang ke jamban 9 90 90
Membuang sampah pada tempat
sampah
Dibuang ke 1 10 10
ladang/sungai/kolam/sembarangan
Kadang-kadang dibuang ke tempat 8 80 80
sampah
Setiap hari dibuang ke tempat sampah 1 10 10

Sumber : survey lapangan tahun 2017

3. Prilaku penghuni rumah


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 1 rumah (10%)prilaku penghuni
rumah yang tiidak membuka jendela kamar tidur, 9 rumah (90%) prilaku penghuni rumah
yang terkadang membuka jendela ruang keluarga, ada 8 rumah (80%) yang kadang-kadang
membersihkan rumah dan halaman mereka, ada 9 rumah ( 90 %) yang kadang-kadang
membuang tinja ke jamban, ,dan ada 8 rumah (80%) yang kadang-kadang membuang sampah
pada tempatnya.
BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian penilaian rumah sehat yang telah dilakukan terhadap 10 rumah
yang menjadi sampel, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Komponen rumah
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 10% rumah atau 1 sampel rumah
yang tidak memiliki jendela ruang keluarga dari10 rumah yang dijadikan sampel penilaian
rumah sehat. Hal ini mungkin saja dikarenakan kondisi ekonomi yang rendah dari keluarga
yang menjadi penghuni rumah tersebut, sehingga ia tidak mampu untuk membangun
keseluruhan komponen rumah yang merupakan persyaratan rumah sehat. Walaupun penghuni
rumah tersebut tidak mengalami gangguan kesehatan, namun kondisi rumah yang seperti ini
sangat berpotensi untuk munculnya kejadian ISPA.
Menurut penelitian Hariza Adnani dan Asih Mahastuti (2006), dengan judul penelitian
Hubungan Kondisi Rumah Dengan Penyakit TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangmojo II Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003 –2006, hasil penelitian yang mereka
dapatkan yaitu risiko untuk menderita TBC Paru 6 -7 kali lebih tinggi pada penduduk yang
tinggal pada rumah yang kondisinya tidak sehat, dikarenakan ventilasi rumah yang tidak
memadai. Ventilasi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TB Paru, risiko untuk
menderita TB Paru 5 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang ventilasi
rumahnya tidak memenuhi syarat kesehatan.
2. Sarana sanitasi
Dari hasil pengamatan menunjukkan diantara seluruh rumah yang dijadikan sampel,
ditemukan 10% rumah yang masih membuang sampah sembarangan dari keseluruhan rumah
yang dijadikan sampel penilaian rumah sehat. Hal ini mungkin saja dikarenakan pengetahuan
penghuni rumah yang rendah tentang pentingnya menyediakan tempat sampah dirumah guna
menjaga kebersihan dan mencegah berkembang biaknya berbagai macam vektor penyakit, atau
mungkin karena memang kesadaran dari penghuni rumah itu sendiri yang rendah.
Menurut Winslow dan APHA dalam Ircham (2008), menyatakan bahwa salah satu
persyaratan rumah sehat harus dapat mencegah terjadinya penularan penyakit, sehingga
penyediaan air bersih, tempat pembuangan tinja, saluran pembuangan air limbah, dan tempat
pembuangan sampah harus tersedia dan sesuai dengan persyaratan rumah sehat.

3. Prilaku penghuni
Dari hasil pengamatan menunjukkan diantara seluruh rumah yang telah dilakukan
pengamatan, ditemukan 10% atau 1 rumah yang penghuni rumah tidak membuang sampah
pada tempatnya dari keseluruhan penghuni rumah yang dijadikan sampel penilaian rumah
sehat. Perbedaan yang cukup tipis dilokasi yang berdekatan merupakan suatu permasalahan
tersendiri. Mungkin saja 10% atau 1 dari penghuni yang tidak membuang sampah pada
tempatnya dikarenakan kebiasaan buruk dari penghuni itu sendiri karena pengetahuan dan
kesadarannya akan pentingnya menjaga kebersihan rumah sangat rendah. Hal ini dapat menjadi
permasalahan yang serius karena dapat berpotensi timbulnya suatu penyakit sebagai dampak
negatif dari kondisi lingkungan rumah yang tidak bersih.
Menurut penelitian setiawati (2012), Persepsi masyarakat tentang sampah juga sangat
kurang baik karena masih ada sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, yang seharusnya
pembuangan sampah basah dan kering harus di pisahkan tetapi masih saja disatukan dan buang
sembarang tempat, tanpa diketahui sampah yang berserahkan akan akan menjadi tempat
bersarangnya beberapa jenis vektor penyakit. Sampah yang berserahkan juga tentunya akan
berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Berikut adalah hasil perhitungan dari masing-masing rumah yang kami jadikan sample
penilaian rumah sehat ( data penilaian terlampir).

NO RUMAH POIN KATEGORI


1 1 849 Tidak memenuhi syarat
2 2 818 Tidak memenuhi syarat
3 3 911 Tidak memenuhi syarat
4 4 830 Tidak memenuhi syarat
5 5 805 Tidak memenuhi syarat
6 6 949 Tidak memenuhi syarat
7 7 549 Tidak memenuhi syarat
8 8 799 Tidak memenuhi syarat
9 9 836 Tidak memenuhi syarat
10 10 774 Tidak memenuhi syarat
Sumber : survey lapangan tahun 2017
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 10 rumah yang menjadi sampel
penilaian rumah sehat, dapat diketahui bahwa daerah pemukiman yang berada di di Desa
Karang Anyar 1 Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017, dapat
dikategorikan daerah pemukiman yang kurang sehat , hal ini dikarenakan dari seluruh rumah
yang menjadi sampel penilaian rumah sehat yang kami kunjungi, semuanya mendapat poin
<1068 , karena rumah tersebut ada yang tidak memiliki tempat sampah, ada yang tidak
memiliki jendela, dan ada yang memiliki ventilasi rumah yang kurang baik, sehingga perlu
dilakukan perbaikan agar rumah tersebut dapat dikategorikan rumah sehat.
5.2. Saran
1. Disarankan kepada Dinas kesehatan supaya melakukan penyuluhan untuk memotivasi
masyarakat agar melakukan pengadaan rumah sehat.
2. Disarankan kepada Dinas kesehatan agar menyediakan dana pembangunan rumah
guna menciptakan pemukiman masyarakat yang sehat.
3. Disarankan kepada Dinas kesehatan agar melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
sesuai kemampuan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi. 2011. Kesehatan lingkungan. Medan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22479/6/Chapter%20I.pdf
Diakses pada tanggal 7 Juni 2017.

Azahra. 2012. Sanitasi Perumahan Pemukiman Rumah Sehat. Jakarta.


http://www.banjarbarukota.go.id
Diakses pada tanggal 7 juni 2017.

Budiman Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta: EGC.

Keman, S. 2005. Kesehatan Lingkungan Pemukiman. Bandung.


http://library.unair.ac.id/download/fkm/fkm-soedjajadikeman.ppt
Diakses pada tanggal 7 Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai