Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar 2019 I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Menurut Soekanto 1994 (dalam Rosana, 2011) Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di masyarakat, pola-pola perilaku individu, masyarakat dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan – lapisan atau kelas - kelas dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang , interaksi social dan masih banyak lagi. Dengan kata lain perubahan social bisa meliputi perubahan terhadap individu, perubahan organisasi social, status lembaga dan struktur social dalam masyarakat. Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin (1957) dalam Er Djazifah (2012) perubahan social adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Kemudian menurut Selo Soemardjan (1962) merumuskan perubahan social sebagai segala perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakat di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat Faktor yang mempengaruhi adanya perubahan social antara lain faktor internal yaitu bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan konflik, terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam masyarakat. Dan faktor eksternal yaitu perubahan yang diakibatkan oleh lingkungan alam fisik, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Adapun factor pendorong yang mempengaruhi jalannya proses perubahan social yaitu antara lain kontak dengan kebudayaan lain (difusi), system pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil / karya seseorang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan pelanggaran hukum (delik), stratifikasi sosial, penduduk yang heterogen, dan adanya ketidakpuasaan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan ( Er Djazilah, 2012) Perubahan social yang terjadi kemudian mempengaruhi bagaimana kemudian manusia berperilaku atau memilih gaya hidupnya (lifestyle). Perubahan zaman mengakibatkan terjadinya perubahan aspek kehidupan dalam masyarakat. Perubahan tersebut berimplikasi terhadap begitu banyak perubahan dalam pola perilaku atau gaya hidup manusia. Faktor demografi, meningkatnya taraf hidup masyarakat, adanya penemuan, penciptaan dan inovasi teknologi dalam berbagai bidang, gencarnya arus informasi, kuatnya pengaruh kebudayaan asing membawa perubahan pada gaya hidup masyarakat. Modernisasi dan globalisasi memberi dukungan penuh pada perubahan gaya hidup yang serba cepat. Menurut Kotler & Amstrong (2008) dalam Skripsi Saufika (2012) gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan seseorang dalam merespon aktivitas fisik dan psikis, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan gaya hidup tersebut membawa pula pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Banyak penyakit akibat gaya hidup yang berhubungan erat dengan kebiasaan hidup yang salah. Padahal untuk mencapai kondisi fisik dan psikis yang prima dibutuhkan serangkaian kebiasaan maupun gaya hidup yang sehat. Berdasarkan uraian di atas kami bermaksud untuk melakukan pembahasan terkait “ Pengaruh Perubahan social terhadap gaya hidup (Lifestyle) dan dampaknya terhadap kesehatan”. Dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan memperdalam pemahaman terkait dengan perubahan social dan kesehatan 2. Rumusan Masalah a. Apa pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan gaya hidup b. Apa pengaruh gaya hidup dan dampaknya terhadap kesehatan c. Langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat gaya hidup II. Pembahasan 1. Pengaruh perubahan Sosial terhadap Gaya hidup Menurut Herper (1989) yang dikutip dalam buku Sosiologi Perspektif Klasik dan Modern, 2003 (dalam Daulay, 2014) perubahan social didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur social dalam kurun waktu tertentu. Faktor pendorong perubahan sosial juga dapat dibedakan menjadi tiga aspek yaitu : a. Faktor sosial. Factor dorongan sosial berkaitan dengan aspek organisasi sosial tertentu, organisasi kemasyarakatan dsb yang menjadi factor pendorong terjadinya perubahan sosial. b. Faktor psikologis pada dasarnya berkaitan dengan keberadaan individu- individu dalam menjalankan perannya di masyarakat. Individu kreatif dan individu bermotivasi merupakan salah satu agen perubahan masyarakat. c. Faktor budaya juga sangat mempengaruhi kelancaran proses perubahan sosial yang terjadi. Dukungan budaya atas penerimaan sesuatu yang baru akan mempermudah terjadinya proses perubahan sosial. Perkembangan budaya telah mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup. Secara luas, Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994 (dalam Saufika, 2012) gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri (pendapat). Adanya perubahan gaya hidup dikarenakan adanya perubahan social dalam tatanan masyarakat serta adanya perubahan dalam lingkungan individu dan masyarakat, Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi gaya hidup seseorang Ada dua Faktor yang mempengaruhi gaya hidup, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Armstrong dalam (Ajiwibawani, 2015) Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) yang mempengaruhi gaya hidup terdiri dari sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Gaya hidup seseorang dapat dilihat melalui aktivitas, minat, dan pendapat yang ditunjukkan oleh seseorang, Seseorang bertindak berdasarkan adanya motif dan persepsi yang terbentuk pada diri mereka. Motif yang timbul pada diri seseorang akan memunculkan minat seseorang terhadap suatu hal. Sedangkan persepsi seseorang dapat mempengaruhi pendapat mereka terhadap obyek tertentu. Sehingga faktor internal yang digunakan adalah sikap, motif, dan persepsi yang dilihat melalui aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Sejalan dengan hal tersebut menurut Mowen dan minor (dalam, Ajiwibawani, 2015) gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktunya.. Selain faktor dari dalam (Internal), gaya hidup seseorang akan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, karakteristik demografi, subbudaya, kelas sosial, kelompok acuan, keluarga. Lalu menurut hasil penelitian Suwanvijit dan Promsaad (2009) yang dilakukan di Thailand, ditemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, agama, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen. Gaya hidup akan berubah sesuai dengan kondisi yang di hadapi oleh individu. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan pilihan- pilihannya 2. Pengaruh Gaya hidup Terhadap Kesehatan Gaya hidup akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Gaya hidup berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perubahan zaman dan semakin canggihnya teknologi, mempengaruhi bagaimana manusia memilih gaya hidup dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Dalam arti lain pengaruh perubahan sosial akan mempengaruhi bagaimana manusia memilih gaya hidupnya. Dan kemudian gaya hidup ini akan memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya. Gaya hidup (lifestyle) memiliki efek mendalam pada kesehatan manusia. Kebiasaan pribadi atau pilihan gaya hidup yang dikenal sebagai patogen perilaku, mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Segala hal yang manusia lakukan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan penyakit yang dapat derita. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Joske RA (1980) dalam bukunya, The physician and changing Patterns of Human Disesase Death, (dalam Cahyono 2008) Perubahan pola penyakit dibagi bedasarkan evolusi sosiokultural manusia menjadi tiga masa, yaitu: pola demografi manusia pre urban, kurun urbanisasi dan kurun penurunan penyakit infeksi. Pada zaman pra urban, dimana manusia belum mempunyai tempat tinggal menetap, hidup secara nomaden dan makanan diperolej dari hasil berburu. Angka harapan hidup manusia rata-rata kurang lebih 40 tahun. Penyebab kematian utama berkaitan dengan proses kelahiran, kelaparan, bencana alam, penyakit infeksi, keracunan, gigitan binatang dan lain-lain. Pada pola demografi urbanisasi, kota menjadi pusat perhatian manusia. Keadaan tersebut di tandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sanitasi kurang baik, sarana prasana air bersih kurang memadai, banyak binatang ternak yang memungkinkan kontak erat antara agent dan kost semakin erat. Penyebaran kuman pathogen, baik melalui udara, percikan, kontak fisik dan lain-lain, memungkinkan penyakit infeksi merajalela. Oleh karena karena itu tidak mengherankan jika masa itu penyakit campak,kolera, cacar dan disentri merajalela. Dan pada masa ini yaitu pada abad ke XIV wabah pes membunuh tidak kurang 30 – 60 % penduduk Eropa. Tahap Ketiga adalah tahapan penurunan penyakit infeksi. Tahap ini ditandai dengan membaiknya taraf ekonomi masyarakat, kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan di temukannya antibiotika, peningkatan gizi, peluasan jangkauan pelayanan kesehatan, sanitasi yang semakin membaik, peningkatan pengetahuan, teknologi diagnostic dalam menemukan penyakit dan perkembangan sterilisasi alata dan vaksinasi, maka penyakit infeksi yang muncul pada kurun urban dapat ditekan secara dratis. Penurunan penyakit infeksi kemudian mulai digantikan dengan meningkatnya jenis penyakit lain, yaitu penyakit kronik modern, sebagai akibat dari gaya hidup modern. Penyakit jantung coroner, stroke, sebagian penyakit kanker, kecelakaan lalu lintas, hipertensi, Diabetes, penyakit paru obstruktif menahun. HIV/ AIDS, bunuh diri akibat depresi, merupakan bentuk penyakit modern akibat perubahan gaya hidup. Masyarakat di berbagai belahan dunia pada saat ini berkembang kearah peradaban modern. Gaya hidup modern sebenarnya merupakan sebuah jenis lifestyle (gaya hidup) yang mengikuti pola perkembangan zaman, dengan segala bentuk kemajuan iptek. Konsep gaya hidup modern sudah ada dan akan terus mengalami perubahan dan perkembangan dalam berbagai bentuk. Konsep gaya hidup perkotaan dapat dilihat dari berbagai hal. Perubahan dalam bentuk iptek dan teknologi dapat dilihat dari perkembangan media jejaring social dan gadget (Daulay, 2014) Adapun gaya hidup yang berdampak buruk bagi kesehatan antara lain : 1. pola konsumsi fast food (diet tinggi lemak dan kurang serat) 2. pola hidup sedentary : kebiasaan dalam hidup yang tidak melibatkan banyak (kurang gerak). 3. kebiasan merokok, 4. alkoholisme, 5. penyalahgunaan Napza, 6. kehidupan seks bebas memicu peningkatan penyakit IMS 7. Persaingan semakin ketat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, kesenjangan sosial, budaya instan kemacetan, munculnya komunikasi yang kurang sehat, memicu peningkatan stress, depresi, serta gangguan kejiwaan lainnya Modernisasi memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan sosial. Pendidikan adalah variabel terpenting dalam kemodernan. Pendidikan mengisyaratkan pola pikir masyarakat untuk merubah suatu tatanan hidupnya kearah modernitas. Modernitas ini bisa dilihat dari perkembangan dan kemajuan teknologi. Perubahan lain yang terjadi sebagai dampak modernisasi adalah aktivitas manusia berjalan dengan cepat pula. Masyarakat, baik laki-laki dan wanita, mulai dari usia sekolah sampai dewasa mulai sibuk bekerja dan beraktivitas. Meningkatnya kemakmuran, status sosial, dan kesibukan yang tinggi, menjadi beberapa sebab terjadinya perubahan perilaku pada masyarakat di Negara-negara berkembang seperti di Indonesia khususnya dalam hal pola konsumsi (Daulay, 2014) Pada zaman modern ini pilihan akan makanan dan minuman sudah beragam. Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak mengakibatkan produk pengolahan makanan dan miuman menjadi lebih berkembang. Perkembangan zaman telah membuat masyarakat pada saat ini lebih memilih untuk bersikap hidup praktis dengan memilih makanan yang mudah disajikan tetapi tetap terjaga cita rasa dan kesehatannya. Salah satu alternatif yaitu memilih untuk makan makanan cepat saji (fast food) yang sekarang sudah menjadi fenomena makanan yang cukup potensial dan diakui keberadaannya oleh masyarakat di berbagai belahan dunia (Daulay, 2014). Masyarakat di era modern ini banyak menyukai makan, minum dan bersantai bersama keluarga atau teman di Restoran cepat saji dikarenakan tempat tersebut memberikan kepraktisan, rasa dan harga yang terjangkau serta suasana yang nyaman. Disamping itu makan di restoran Fast food juga mengisyaratkan seseorang ada di kelas tinggi, hal ini berhubungan dengan prestise dan simbolisasi bagi orang tertentu sebagai sesuatu yang disukainya. Makan di restoran cepat saji membuat orang merasa eksis dan menumbuhkan sensasi emosional tersendiri bagi konsumennya. Ini semua terkait untuk pemenuhan gaya hidup dan trend perkembangan zaman (Daulay, 2014) Selain makanan cepat saji yang berasal dari restoran atau warung cepat saji, makanan lain yang digemari oleh yang yarakat Indonesia adalah Mie Instan. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa menyukai dan tidak jarang mengomsumsi mie instan setiap hari. Dengan alasan kesibukan dan tidak ada waktu untuk memasak, maka mie instan menjadi pilihan makanan, bahkan terkadang dijadikan sebagai pengganti sayur. Sering mengomsumsi mie instan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, hal ini di karena bahan pengawet dan bahan penyedap rasanya. Gaya hidup dan pemilihan pola makan cepat saji ini tidak menawarkan berbagai kelebihan saja. Hal negative yang mengintai adalah kebiasaan tersebut memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang ditimbulkan adalah obesitas. Menurut Niklas TA, dkk, 2004 (dalam Rafiony, dkk 2015) di negara-negara yang sedang berkembang, faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi obesitas adalah adanya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi fast food. Pergeseran pola makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak, karbohidrat, kolesterol serta natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft drink menimbulkan ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan salah satu faktor risiko terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remaja berisiko menjadi obesitas pada saat usia dewasa dan berpotensi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan gangguan metabolic lainnya. Selain pola konsumsi fast food, gaya hidup modern yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit yaitu pola hidup sedentary seperti menonton televisi, bermain computer, memainkan Hp dalam waktu lama mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas fisik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Henry S. Haskin, gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kurang gerak, kebiasan merokok, alkoholisme, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress, penyalahgunaan Napza, mengkonsumsi makanan cepat saji dan soft drink yang mengandung bahan-bahan pengawet (kimiawi) dan kehidupan seks bebas merupakan pilihan gaya hidup tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit kronik. Menurut Strong K, dkk., dalam tulisnya yang dipublikasi dalam jurnal kedokteran Lancet tahun 2005 (dalam Cahyono, 2008) melaporkan bahwa pada tahun 2005 berdasarkan estimate WHO, telah terjadi kematian sebesar 50 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 35 juta jiwa di antaranya meninggalnya akibat penyakit jantung,stroke, kanker dan penyakit kronis lainnya. Sekitar 80 % kematian tersebut terjadi di Negara menengah ke bawah ( Low income dan middle income). Kematian tersebut kebanyakan menyerang kelompok usia 30 – 69 tahun. Bagi Negara maju, meskipun penyakit kronis modern tetap menjadi penyebab kematian tertinggi, namun angka kematian tersebut mulai dapat dikendalikan dengan meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan perubahan gaya hidup, serta didukung oleh teknologi kesehatan yang sudah demikian maju. Sebaliknya di Negara dengan penghasilan menengah kebawah angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis modern semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh karena masyarakat yang berasal dari Negara sedang berkembang mulai meniru dan menerapkan gaya hidup modern yang sudah mulai ditinggalkan oleh negara maju (Cahyono, 2008) 3. Langkah Untuk mengatasi Permasalahan penyakit akibat Gaya hidup Menurut Dan Buettner, panjangnya umur seseorang ditentukan paling tidak oleh factor genetika dan pola huidup (lifestyle). Faktor genetic sudah jelas tidak bisa dikendalikan. Yang dapat dikendalika adalah factor perilaku. DI daerah, seperti Sardinia (Italia), Okinawa (Jepang), dan komunitas penganut agama Seventh-Day Adventist di Loma Linda (California), banyak dijumpai penduduk yang mencapai umur 100 tahun. Ternyata di ketiga daerah tersebut penduduknya memiliki kesamaan dalam hal pola hidup. Mereka banyak mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh, tinggi lemak tak jenuh. Penduduk Sardinia mengkonsumsi jenis makanan yang banyak mengandung Omega-3. Penduduk Okinawa sering mengkonsumsi rumput laut dan sayur- sayuran. Mereka juga memiliki kebiasaan tidak merokok dan menjaga hubungan keakraban keluarga, senang bersosialisasi dengan kawan dan keluarga (Cahyono. 2008) Banyak bukti menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup individu, baik dalam skala kecil maupun masyarakat secara luas, dapat menurunkan angka kejadian penyakit kronis secara dratis. Mengubah pola hidup atau kebiasaan seseorang berarti harus mengubah cara pandang seseorang, mengubah paradigma seseorang. Agar dapat terhindar dari penyakit modern,kita perlu menerapkan cara pandang yang benar sehingga cara berpikir dan bertindak akan menjadi benar. Kunci pencegahan penyakit kronis adalah mengubah kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat ke gaya hidup yang sehat. Agar dapat berubah, masyarakat perlu sadar, memiliki keyakinan, sikap hidup postif, serta motivasi yang kuat, serta ketekunan dalam bertindak. Hambatan dalam mengubah kebiasaan atau gaya hidup adalah karena sudah adanya rasa nyaman dalam melakukan perilaku tersebut. (Cahyono. 2008) Penyakit kronis modern dapat di cegah melalui penerapan gaya hidup sehat. Di Indonesia pemerintah melalui kementerian kesehatan menggalakkan program gerakan masyarakat hidup sehat (Germas). Bentuk germas adalah melakukan aktivitas fisik (berolahraga), tidak merokok dan tidak minum alcohol, melakukan pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali (seperti cek gula darah, kolestrol, asam urat, serta lingkar perut), serta rutin mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dan dengan menerapkan usaha pencegahan maka penyakit kronis modern dapat di kurangi dan beban finansial untuk pengobatan yang kadang-kadang sangat memberatkan dapat dihindari pula. Khususnya bagi masyarakat Indonesia. III. Kesimpulan 1. perubahan social didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur social dalam kurun waktu tertentu. Faktor pendorong perubahan sosial juga dapat dibedakan menjadi tiga aspek yaitu : Faktor social, factor Psikologis, dan factor kebudayaan. Perkembangan budaya telah mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan estetika dan gaya hidup. 2. Pengaruh dari pemilihan dan penerapan gaya hidup yang tidak sehat memberikan dampak bagi rusaknya kesehatan seseorang. Gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kurang gerak, kebiasan merokok, alkoholisme, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress, penyalahgunaan Napza, mengkonsumsi makanan cepat saji dan soft drink yang mengandung bahan- bahan pengawet (kimiawi) dan kehidupan seks bebas merupakan pilihan gaya hidup tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit kronik. Penyakit jantung coroner, stroke, sebagian penyakit kanker, kecelakaan lalu lintas, hipertensi, Diabetes, penyakit paru obstruktif menahun. HIV/ AIDS, bunuh diri akibat depresi, merupakan bentuk penyakit modern akibat perubahan gaya hidup. 3. Penyakit kronis modern dapat di cegah melalui penerapan gaya hidup sehat yang di Indonesia di sebut dengan Germas (gerakan masyarakat hidup sehat). Bentuk germas adalah melakukan aktivitas fisik (berolahraga), tidak merokok dan tidak minum alcohol, melakukan pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali (seperti cek gula darah, kolestrol, asam urat, serta lingkar perut), serta rutin mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Daftar Pustaka
Ajiwibawani, Meriena Putri. (2015). Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal
Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen D’goda Coffee Pazkul Sidoarjo, (Online), Vol 3, No. 2 (https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jptn/article/view/12033, di akses 14 Februari 2019) Cahyono, J.B.Suharjo B, dr, SpPD. (2008). Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Kanisus: Yogyakarta Daulay, Virginita. (2014). Persepsi Konsumen Dalam Memilih Makanan Cepat Saji . Studi : di Restoran Cepat Saji KFC Suprapto Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu ; Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu. ER, Nur Djazifah, M. Si. (2012). Proses Perubahan Sosial di Masyarakat. Modul. Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta : Rafiony, Ayu, dkk. (2015). Konsumsi fast food dan sof drink sebagai factor risiko obesitas pada remaja, (Online), Vol 11, No. 04 , (https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/23311, diakses 14 Februari 2019) Rosana, Ellyn. (2011). Modernisasi dan Perubahan Sosial, (Online), Vol 7, No. 12 (http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1529, diakses 14 Februari 2019) Saufika, Anita. (2012). Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kebiasaan Makan Mahasiswa. Skripsi. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor