Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Perubahan Sosial dan Kesehatan


Dosen : Prof. Dr. dr. Muh. Syafar, MS

Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Gaya Hidup dan


Dampaknya Terhadap Kesehatan

Oleh :
KELOMPOK 5

HARDIANTI. A K012181029
YUYUN. S K012181036

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin
Makassar
2019
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang
berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada
masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Menurut
Soekanto 1994 (dalam Rosana, 2011) Perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku
di masyarakat, pola-pola perilaku individu, masyarakat dan organisasi,
susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan – lapisan atau kelas - kelas dalam
masyarakat, kekuasaan, wewenang , interaksi social dan masih banyak lagi.
Dengan kata lain perubahan social bisa meliputi perubahan terhadap individu,
perubahan organisasi social, status lembaga dan struktur social dalam
masyarakat.
Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin (1957) dalam Er Djazifah
(2012) perubahan social adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Kemudian menurut
Selo Soemardjan (1962) merumuskan perubahan social sebagai segala
perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakat di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap,
dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat
Faktor yang mempengaruhi adanya perubahan social antara lain faktor
internal yaitu bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan
baru, pertentangan konflik, terjadinya pemberontakan atau revolusi dalam
masyarakat. Dan faktor eksternal yaitu perubahan yang diakibatkan oleh
lingkungan alam fisik, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat
lain. Adapun factor pendorong yang mempengaruhi jalannya proses
perubahan social yaitu antara lain kontak dengan kebudayaan lain (difusi),
system pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil / karya seseorang
dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang
bukan merupakan pelanggaran hukum (delik), stratifikasi sosial, penduduk yang
heterogen, dan adanya ketidakpuasaan masyarakat terhadap berbagai bidang
kehidupan ( Er Djazilah, 2012)
Perubahan social yang terjadi kemudian mempengaruhi bagaimana
kemudian manusia berperilaku atau memilih gaya hidupnya (lifestyle).
Perubahan zaman mengakibatkan terjadinya perubahan aspek kehidupan
dalam masyarakat. Perubahan tersebut berimplikasi terhadap begitu banyak
perubahan dalam pola perilaku atau gaya hidup manusia. Faktor demografi,
meningkatnya taraf hidup masyarakat, adanya penemuan, penciptaan dan
inovasi teknologi dalam berbagai bidang, gencarnya arus informasi, kuatnya
pengaruh kebudayaan asing membawa perubahan pada gaya hidup
masyarakat. Modernisasi dan globalisasi memberi dukungan penuh pada
perubahan gaya hidup yang serba cepat.
Menurut Kotler & Amstrong (2008) dalam Skripsi Saufika (2012) gaya
hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,
minat dan opininya. Gaya hidup berpengaruh pada bentuk perilaku atau
kebiasaan seseorang dalam merespon aktivitas fisik dan psikis, lingkungan,
sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan gaya hidup tersebut membawa pula
pada perubahan pola penyakit yang ada, terutama pada penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Banyak penyakit akibat gaya
hidup yang berhubungan erat dengan kebiasaan hidup yang salah. Padahal
untuk mencapai kondisi fisik dan psikis yang prima dibutuhkan serangkaian
kebiasaan maupun gaya hidup yang sehat.
Berdasarkan uraian di atas kami bermaksud untuk melakukan
pembahasan terkait “ Pengaruh Perubahan social terhadap gaya hidup
(Lifestyle) dan dampaknya terhadap kesehatan”. Dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dan memperdalam pemahaman terkait dengan
perubahan social dan kesehatan
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan gaya hidup
b. Apa pengaruh gaya hidup dan dampaknya terhadap kesehatan
c. Langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
akibat gaya hidup
II. Pembahasan
1. Pengaruh perubahan Sosial terhadap Gaya hidup
Menurut Herper (1989) yang dikutip dalam buku Sosiologi Perspektif
Klasik dan Modern, 2003 (dalam Daulay, 2014) perubahan social didefinisikan
sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur social
dalam kurun waktu tertentu. Faktor pendorong perubahan sosial juga dapat
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu :
a. Faktor sosial. Factor dorongan sosial berkaitan dengan aspek organisasi
sosial tertentu, organisasi kemasyarakatan dsb yang menjadi factor
pendorong terjadinya perubahan sosial.
b. Faktor psikologis pada dasarnya berkaitan dengan keberadaan individu-
individu dalam menjalankan perannya di masyarakat. Individu kreatif dan
individu bermotivasi merupakan salah satu agen perubahan masyarakat.
c. Faktor budaya juga sangat mempengaruhi kelancaran proses perubahan
sosial yang terjadi. Dukungan budaya atas penerimaan sesuatu yang baru
akan mempermudah terjadinya proses perubahan sosial. Perkembangan
budaya telah mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan
estetika dan gaya hidup.
Secara luas, Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994 (dalam
Saufika, 2012) gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri
(pendapat). Adanya perubahan gaya hidup dikarenakan adanya perubahan
social dalam tatanan masyarakat serta adanya perubahan dalam lingkungan
individu dan masyarakat, Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi gaya hidup seseorang
Ada dua Faktor yang mempengaruhi gaya hidup, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Menurut Armstrong dalam (Ajiwibawani, 2015) Faktor
yang berasal dari dalam diri (internal) yang mempengaruhi gaya hidup terdiri
dari sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan
persepsi. Gaya hidup seseorang dapat dilihat melalui aktivitas, minat, dan
pendapat yang ditunjukkan oleh seseorang, Seseorang bertindak berdasarkan
adanya motif dan persepsi yang terbentuk pada diri mereka. Motif yang timbul
pada diri seseorang akan memunculkan minat seseorang terhadap suatu hal.
Sedangkan persepsi seseorang dapat mempengaruhi pendapat mereka
terhadap obyek tertentu. Sehingga faktor internal yang digunakan adalah
sikap, motif, dan persepsi yang dilihat melalui aktivitas, minat, dan pendapat
seseorang. Sejalan dengan hal tersebut menurut Mowen dan minor (dalam,
Ajiwibawani, 2015) gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup,
bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan
waktunya..
Selain faktor dari dalam (Internal), gaya hidup seseorang akan
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001),
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai,
karakteristik demografi, subbudaya, kelas sosial, kelompok acuan, keluarga.
Lalu menurut hasil penelitian Suwanvijit dan Promsaad (2009) yang dilakukan
di Thailand, ditemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup
adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, agama, pekerjaan, pendapatan,
dan besar keluarga. Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen. Gaya
hidup akan berubah sesuai dengan kondisi yang di hadapi oleh individu. Gaya
hidup mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan pilihan-
pilihannya
2. Pengaruh Gaya hidup Terhadap Kesehatan
Gaya hidup akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Gaya hidup
berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perubahan zaman
dan semakin canggihnya teknologi, mempengaruhi bagaimana manusia
memilih gaya hidup dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Dalam arti lain
pengaruh perubahan sosial akan mempengaruhi bagaimana manusia memilih
gaya hidupnya. Dan kemudian gaya hidup ini akan memberikan pengaruh
positif atau negatif bagi yang menjalankannya.
Gaya hidup (lifestyle) memiliki efek mendalam pada kesehatan
manusia. Kebiasaan pribadi atau pilihan gaya hidup yang dikenal sebagai
patogen perilaku, mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Segala hal
yang manusia lakukan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan
penyakit yang dapat derita. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi
fisik maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku
hidup sehat dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Menurut Joske RA (1980) dalam bukunya, The physician and changing
Patterns of Human Disesase Death, (dalam Cahyono 2008) Perubahan pola
penyakit dibagi bedasarkan evolusi sosiokultural manusia menjadi tiga masa,
yaitu: pola demografi manusia pre urban, kurun urbanisasi dan kurun
penurunan penyakit infeksi.
Pada zaman pra urban, dimana manusia belum mempunyai tempat
tinggal menetap, hidup secara nomaden dan makanan diperolej dari hasil
berburu. Angka harapan hidup manusia rata-rata kurang lebih 40 tahun.
Penyebab kematian utama berkaitan dengan proses kelahiran, kelaparan,
bencana alam, penyakit infeksi, keracunan, gigitan binatang dan lain-lain.
Pada pola demografi urbanisasi, kota menjadi pusat perhatian
manusia. Keadaan tersebut di tandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
sanitasi kurang baik, sarana prasana air bersih kurang memadai, banyak
binatang ternak yang memungkinkan kontak erat antara agent dan kost
semakin erat. Penyebaran kuman pathogen, baik melalui udara, percikan,
kontak fisik dan lain-lain, memungkinkan penyakit infeksi merajalela. Oleh
karena karena itu tidak mengherankan jika masa itu penyakit campak,kolera,
cacar dan disentri merajalela. Dan pada masa ini yaitu pada abad ke XIV
wabah pes membunuh tidak kurang 30 – 60 % penduduk Eropa.
Tahap Ketiga adalah tahapan penurunan penyakit infeksi. Tahap ini
ditandai dengan membaiknya taraf ekonomi masyarakat, kemajuan pesat di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan di temukannya antibiotika,
peningkatan gizi, peluasan jangkauan pelayanan kesehatan, sanitasi yang
semakin membaik, peningkatan pengetahuan, teknologi diagnostic dalam
menemukan penyakit dan perkembangan sterilisasi alata dan vaksinasi, maka
penyakit infeksi yang muncul pada kurun urban dapat ditekan secara dratis.
Penurunan penyakit infeksi kemudian mulai digantikan dengan meningkatnya
jenis penyakit lain, yaitu penyakit kronik modern, sebagai akibat dari gaya
hidup modern. Penyakit jantung coroner, stroke, sebagian penyakit kanker,
kecelakaan lalu lintas, hipertensi, Diabetes, penyakit paru obstruktif menahun.
HIV/ AIDS, bunuh diri akibat depresi, merupakan bentuk penyakit modern
akibat perubahan gaya hidup.
Masyarakat di berbagai belahan dunia pada saat ini berkembang
kearah peradaban modern. Gaya hidup modern sebenarnya merupakan
sebuah jenis lifestyle (gaya hidup) yang mengikuti pola perkembangan zaman,
dengan segala bentuk kemajuan iptek. Konsep gaya hidup modern sudah ada
dan akan terus mengalami perubahan dan perkembangan dalam berbagai
bentuk. Konsep gaya hidup perkotaan dapat dilihat dari berbagai hal.
Perubahan dalam bentuk iptek dan teknologi dapat dilihat dari perkembangan
media jejaring social dan gadget (Daulay, 2014)
Adapun gaya hidup yang berdampak buruk bagi kesehatan antara
lain :
1. pola konsumsi fast food (diet tinggi lemak dan kurang serat)
2. pola hidup sedentary : kebiasaan dalam hidup yang tidak melibatkan
banyak (kurang gerak).
3. kebiasan merokok,
4. alkoholisme,
5. penyalahgunaan Napza,
6. kehidupan seks bebas memicu peningkatan penyakit IMS
7. Persaingan semakin ketat, tuntutan pekerjaan yang tinggi, kesenjangan
sosial, budaya instan kemacetan, munculnya komunikasi yang kurang
sehat, memicu peningkatan stress, depresi, serta gangguan kejiwaan
lainnya
Modernisasi memberi dampak yang sangat besar bagi kehidupan
sosial. Pendidikan adalah variabel terpenting dalam kemodernan. Pendidikan
mengisyaratkan pola pikir masyarakat untuk merubah suatu tatanan hidupnya
kearah modernitas. Modernitas ini bisa dilihat dari perkembangan dan
kemajuan teknologi. Perubahan lain yang terjadi sebagai dampak modernisasi
adalah aktivitas manusia berjalan dengan cepat pula. Masyarakat, baik laki-laki
dan wanita, mulai dari usia sekolah sampai dewasa mulai sibuk bekerja dan
beraktivitas. Meningkatnya kemakmuran, status sosial, dan kesibukan yang
tinggi, menjadi beberapa sebab terjadinya perubahan perilaku pada
masyarakat di Negara-negara berkembang seperti di Indonesia khususnya
dalam hal pola konsumsi (Daulay, 2014)
Pada zaman modern ini pilihan akan makanan dan minuman sudah
beragam. Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak mengakibatkan
produk pengolahan makanan dan miuman menjadi lebih berkembang.
Perkembangan zaman telah membuat masyarakat pada saat ini lebih memilih
untuk bersikap hidup praktis dengan memilih makanan yang mudah disajikan
tetapi tetap terjaga cita rasa dan kesehatannya. Salah satu alternatif yaitu
memilih untuk makan makanan cepat saji (fast food) yang sekarang sudah
menjadi fenomena makanan yang cukup potensial dan diakui keberadaannya
oleh masyarakat di berbagai belahan dunia (Daulay, 2014).
Masyarakat di era modern ini banyak menyukai makan, minum dan
bersantai bersama keluarga atau teman di Restoran cepat saji dikarenakan
tempat tersebut memberikan kepraktisan, rasa dan harga yang terjangkau
serta suasana yang nyaman. Disamping itu makan di restoran Fast food juga
mengisyaratkan seseorang ada di kelas tinggi, hal ini berhubungan dengan
prestise dan simbolisasi bagi orang tertentu sebagai sesuatu yang disukainya.
Makan di restoran cepat saji membuat orang merasa eksis dan menumbuhkan
sensasi emosional tersendiri bagi konsumennya. Ini semua terkait untuk
pemenuhan gaya hidup dan trend perkembangan zaman (Daulay, 2014)
Selain makanan cepat saji yang berasal dari restoran atau warung
cepat saji, makanan lain yang digemari oleh yang yarakat Indonesia adalah
Mie Instan. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa menyukai dan tidak
jarang mengomsumsi mie instan setiap hari. Dengan alasan kesibukan dan
tidak ada waktu untuk memasak, maka mie instan menjadi pilihan makanan,
bahkan terkadang dijadikan sebagai pengganti sayur. Sering mengomsumsi
mie instan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, hal ini di karena
bahan pengawet dan bahan penyedap rasanya.
Gaya hidup dan pemilihan pola makan cepat saji ini tidak menawarkan
berbagai kelebihan saja. Hal negative yang mengintai adalah kebiasaan
tersebut memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu masalah
kesehatan yang ditimbulkan adalah obesitas. Menurut Niklas TA, dkk, 2004
(dalam Rafiony, dkk 2015) di negara-negara yang sedang berkembang, faktor
yang mempengaruhi tingginya prevalensi obesitas adalah adanya perubahan
gaya hidup dan pola konsumsi fast food. Pergeseran pola makan yang
komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak, karbohidrat, kolesterol serta
natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft drink menimbulkan
ketidakseimbangan asupan gizi dan merupakan salah satu faktor risiko
terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remaja berisiko
menjadi obesitas pada saat usia dewasa dan berpotensi dapat menyebabkan
penyakit kardiovaskuler dan gangguan metabolic lainnya.
Selain pola konsumsi fast food, gaya hidup modern yang meningkatkan
resiko terjadinya penyakit yaitu pola hidup sedentary seperti menonton
televisi, bermain computer, memainkan Hp dalam waktu lama mengakibatkan
terjadinya penurunan aktivitas fisik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Henry
S. Haskin, gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kurang gerak, kebiasan
merokok, alkoholisme, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress,
penyalahgunaan Napza, mengkonsumsi makanan cepat saji dan soft drink
yang mengandung bahan-bahan pengawet (kimiawi) dan kehidupan seks
bebas merupakan pilihan gaya hidup tidak sehat yang memicu terjadinya
penyakit kronik.
Menurut Strong K, dkk., dalam tulisnya yang dipublikasi dalam jurnal
kedokteran Lancet tahun 2005 (dalam Cahyono, 2008) melaporkan bahwa
pada tahun 2005 berdasarkan estimate WHO, telah terjadi kematian sebesar
50 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 35 juta jiwa di antaranya meninggalnya
akibat penyakit jantung,stroke, kanker dan penyakit kronis lainnya. Sekitar 80
% kematian tersebut terjadi di Negara menengah ke bawah ( Low income dan
middle income). Kematian tersebut kebanyakan menyerang kelompok usia 30
– 69 tahun.
Bagi Negara maju, meskipun penyakit kronis modern tetap menjadi
penyebab kematian tertinggi, namun angka kematian tersebut mulai dapat
dikendalikan dengan meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan perubahan
gaya hidup, serta didukung oleh teknologi kesehatan yang sudah demikian
maju. Sebaliknya di Negara dengan penghasilan menengah kebawah angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit kronis modern semakin meningkat.
Hal ini dipicu oleh karena masyarakat yang berasal dari Negara sedang
berkembang mulai meniru dan menerapkan gaya hidup modern yang sudah
mulai ditinggalkan oleh negara maju (Cahyono, 2008)
3. Langkah Untuk mengatasi Permasalahan penyakit akibat Gaya hidup
Menurut Dan Buettner, panjangnya umur seseorang ditentukan paling
tidak oleh factor genetika dan pola huidup (lifestyle). Faktor genetic sudah jelas
tidak bisa dikendalikan. Yang dapat dikendalika adalah factor perilaku. DI
daerah, seperti Sardinia (Italia), Okinawa (Jepang), dan komunitas penganut
agama Seventh-Day Adventist di Loma Linda (California), banyak dijumpai
penduduk yang mencapai umur 100 tahun. Ternyata di ketiga daerah tersebut
penduduknya memiliki kesamaan dalam hal pola hidup. Mereka banyak
mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh, tinggi lemak tak jenuh.
Penduduk Sardinia mengkonsumsi jenis makanan yang banyak mengandung
Omega-3. Penduduk Okinawa sering mengkonsumsi rumput laut dan sayur-
sayuran. Mereka juga memiliki kebiasaan tidak merokok dan menjaga
hubungan keakraban keluarga, senang bersosialisasi dengan kawan dan
keluarga (Cahyono. 2008)
Banyak bukti menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup individu, baik
dalam skala kecil maupun masyarakat secara luas, dapat menurunkan angka
kejadian penyakit kronis secara dratis. Mengubah pola hidup atau kebiasaan
seseorang berarti harus mengubah cara pandang seseorang, mengubah
paradigma seseorang. Agar dapat terhindar dari penyakit modern,kita perlu
menerapkan cara pandang yang benar sehingga cara berpikir dan bertindak
akan menjadi benar. Kunci pencegahan penyakit kronis adalah mengubah
kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat ke gaya hidup yang sehat. Agar dapat
berubah, masyarakat perlu sadar, memiliki keyakinan, sikap hidup postif, serta
motivasi yang kuat, serta ketekunan dalam bertindak. Hambatan dalam
mengubah kebiasaan atau gaya hidup adalah karena sudah adanya rasa
nyaman dalam melakukan perilaku tersebut. (Cahyono. 2008)
Penyakit kronis modern dapat di cegah melalui penerapan gaya hidup
sehat. Di Indonesia pemerintah melalui kementerian kesehatan menggalakkan
program gerakan masyarakat hidup sehat (Germas). Bentuk germas adalah
melakukan aktivitas fisik (berolahraga), tidak merokok dan tidak minum
alcohol, melakukan pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali (seperti
cek gula darah, kolestrol, asam urat, serta lingkar perut), serta rutin
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dan dengan menerapkan
usaha pencegahan maka penyakit kronis modern dapat di kurangi dan beban
finansial untuk pengobatan yang kadang-kadang sangat memberatkan dapat
dihindari pula. Khususnya bagi masyarakat Indonesia.
III. Kesimpulan
1. perubahan social didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang
signifikan mengenai struktur social dalam kurun waktu tertentu. Faktor
pendorong perubahan sosial juga dapat dibedakan menjadi tiga aspek yaitu :
Faktor social, factor Psikologis, dan factor kebudayaan. Perkembangan
budaya telah mempengaruhi cara-cara masyarakat mengekspresikan
estetika dan gaya hidup.
2. Pengaruh dari pemilihan dan penerapan gaya hidup yang tidak sehat
memberikan dampak bagi rusaknya kesehatan seseorang. Gaya hidup
sedentarial (banyak duduk), kurang gerak, kebiasan merokok, alkoholisme,
diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress, penyalahgunaan Napza,
mengkonsumsi makanan cepat saji dan soft drink yang mengandung bahan-
bahan pengawet (kimiawi) dan kehidupan seks bebas merupakan pilihan
gaya hidup tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit kronik. Penyakit
jantung coroner, stroke, sebagian penyakit kanker, kecelakaan lalu lintas,
hipertensi, Diabetes, penyakit paru obstruktif menahun. HIV/ AIDS, bunuh diri
akibat depresi, merupakan bentuk penyakit modern akibat perubahan gaya
hidup.
3. Penyakit kronis modern dapat di cegah melalui penerapan gaya hidup sehat
yang di Indonesia di sebut dengan Germas (gerakan masyarakat hidup
sehat). Bentuk germas adalah melakukan aktivitas fisik (berolahraga), tidak
merokok dan tidak minum alcohol, melakukan pemeriksaan kesehatan setiap
enam bulan sekali (seperti cek gula darah, kolestrol, asam urat, serta lingkar
perut), serta rutin mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran.
Daftar Pustaka

Ajiwibawani, Meriena Putri. (2015). Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal


Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada
Konsumen D’goda Coffee Pazkul Sidoarjo, (Online), Vol 3, No. 2
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jptn/article/view/12033, di akses
14 Februari 2019)
Cahyono, J.B.Suharjo B, dr, SpPD. (2008). Gaya Hidup dan Penyakit Modern,
Kanisus: Yogyakarta
Daulay, Virginita. (2014). Persepsi Konsumen Dalam Memilih Makanan Cepat Saji .
Studi : di Restoran Cepat Saji KFC Suprapto Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu ;
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Bengkulu.
ER, Nur Djazifah, M. Si. (2012). Proses Perubahan Sosial di Masyarakat. Modul.
Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Yogyakarta :
Rafiony, Ayu, dkk. (2015). Konsumsi fast food dan sof drink sebagai factor risiko
obesitas pada remaja, (Online), Vol 11, No. 04 ,
(https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/23311, diakses 14 Februari 2019)
Rosana, Ellyn. (2011). Modernisasi dan Perubahan Sosial, (Online), Vol 7, No. 12
(http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1529, diakses
14 Februari 2019)
Saufika, Anita. (2012). Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kebiasaan Makan
Mahasiswa. Skripsi. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai