PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Allah Swt. menciptakan
manusia
dengan
berbagai
keistimewaan
Salah satu bahaya lisan yang telah menyebar di kalangan masyarakat Islam dan
telah menjadi kebiasaan adalah menggunjing. Dalam setiap pertemuan, perkumpulan
atau yang lainnya, tanpa disadari selalu saja ada orang yang membicarakan keburukan
orang lain. Bahkan, orang yang menggunjing pada umumnya memiliki hubungan
kerabat dengan orang yang digunjingnya. Mereka tampak menikmati membicarakan
orang lain, mereka tampak asyik menggunjing orang lain ketika ada perkumpulan
arisan, pengajian, atau kegiatan yang lainnya. Padahal tanpa disadari siksa pedih telah
mengancam mereka di depan mata akibat menggunjing orang lain.
lain?
Mengapa lisan dapat membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mampu menjaga lisan yang baik sehingga tidak merugikan diri sendiri
1.3.2
(berbahaya).
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi penulis
Menjaga agar terhindar dari lisan yang tidak baik (berbahaya).
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan pembelajaran kepada peserta didik tentang macam-macam
lisan yang berbahaya agar dapat terhindar dari lisan yang tidak baik.
2
1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, bencana yang ditimbulkan oleh lidah ada dua yaitu berbicara
batil (kerusakan, sia-sia), dan diam dari al-haq yang wajib diucapkan.
Abu `Ali ad-Daqqq rahimahullah (wafat 412 H) berkata:
"Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara,
sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu".
Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah setan yang berbicara, ia
bermaksiat kepada Allah Ta`ala. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah
setan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah Ta`ala. Seperti seseorang yang
bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya,
dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat
kemungkaran, dan dia mampu mengubahnya, namun dia membisu karena menjaga
kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena tak peduli terhadap agama.
Kebanyakan manusia, ketika berbicara ataupun diam, ia menyimpang dengan
dua jenis bencana lidah sebagaimana di atas. Sedangkan orang yang beruntung, yaitu
orang yang menahan lidahnya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara
bermanfaat.
Bencana lidah termasuk bagian dari bencana-bencana yang berbahaya bagi
manusia. Bencana lidah itu bisa mengenai pribadi, masyarakat, atau umat Islam
secara keseluruhan.
Termasuk perkara yang mengherankan, ada seseorang yang mudah menjaga
diri dari makanan haram, berbuat zhalim kepada orang lain, berzina, mencuri, minum
khamr, melihat wanita yang tidak halal dilihat, dan lainnya, namun dia seakan sulit
menjaga diri dari gerakan lidahnya. Sehingga terkadang seseorang yang dikenal
dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun ia mengucapkan kalimat-kalimat
2.2.1
memang ada padanya maka itu ghibah namanya, dan jika tidak maka kamu telah
berbuat buhtan (dusta).
Berikut dapat disimpulkan beberapa poin tentang definisi ghibah diatas:
1. Membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan yang dibicarakan, baik
dengan ucapan, sindiran ataupun dengan isyarat.
2. Membicarakan aib orang lain, walaupun yang dibicarakan adalah benar adanya
pada diri yang dibicarakan.
3. Jika yang dibicarakan mengetahui maka ia akan tidak suka aibnya dibicarakan pada
orang lain.
4. Hal yang dibicarakan meliputi, kehidupan pribadi, keluarga maupun spiritual
sesorang.
5. Karena membicarakan tanpa sepengetahuan yang dibicarakan, ini artinya perbuatan
licik dan pasti perbuatan ini mengandung unsur keinginan untuk merusak harga
diri, atau kemulyaan seseorang.
Beberapa hadits yang berbicara tentang Ghibah atau bahaya lisan sangat
banyak dijumpai dalam kitab-kitab hadits berikut;
Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata
benar atau diam. (HR.Bukhari-Muslim)
Wahai sekalian yang beriman dilidahnya dan belum masuk kedalam hatinya,
janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim dan janganlah kalian mencaricari aib mereka karena siapa yang mencari-cari aib saudaranya, niscaya Allah akan
mencari aibnya, niscaya Dia akan membuka kejelekannya meskipun berda dalam
rumahnya. (HR. Abu Daud, Ahmad dan Ibn Hibban).
Iman seorang hamba tidak istiqomah sebelum hatinya istiqomah, dan hatinya tidak
istiqomah sebelum lidahnya istiqomah. (HR. Ahmad)
Siapa yang menjamin bagiku apa diantara dua tulang dagunya (lidah) dan apa
diantara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin baginya surga.(HR. alBukhari, Tirmudzi, dan Ahmad)
Ada dua pelanggaran yang dilakukan oleh yang suka membicarakan orang
lain, yaitu pelanggaran terhadap hak Allah, karena ia melakukan apa yang
dimurkainya, dan tebusannya adalah dengan taubat dan menyesali perbuatannya.
Sedangkan yang kedua adalah pelanggaran terhadap kehormatan sesama. Jika ghibah
telah di dengar oleh orangnya maka dia harus menemuinya dan meminta maaf atas
perbuatannya dalam membicarakan aibnya. Dalam hal ini sangatlah berat karena
dosanya tidak hilang selama orang tersebut tidak memaafkan. Dalam hal ini Abu
Hurairah meriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda:
Siapa yang melakukan suatu kedzoliman terhadap saudaranya, harta atau
kehormatannya, maka hendaklah ia menemuainya dan meminta maaf kepadanya dari
dosa ghibah itu, sebelum dia dihukum, sementara dia tidak memepunyai dirham atau
pun dinar. Jika dia memilki kebaikan, maka kebaikan-kebaikan itu akan diambil lalu
diberikan pada saudarnya itu. Dan jika tidak, maka sebagian keburukan-keburukan
saudaranya itu diambil dan diberikan padanya. (HR. Bukhari)
Dikarenakan ghibah merupakan perbuatan yang sangat digandrungi sebagian
besar dari kalangan ibu-ibu, maka sebelum membicarakan solusi agar terhindar dari
sifat ghibah, terlebih dahulu menjelaskan sebab yang umum terjadinya ghibah dalam
masyrakat, berikut sebab-sebabnya;
1. Ingin mengangkat derajat diri sendiri dengan membicarakan keburukan orang lain,
artinya untuk menguatkan posisinya atas orang lain, serta agar orang lain
menganggap ia yang lebih dari orang lain.
2. Karena penyakit hati seperti, iri dengan keberhasilan dan kemulyaan teman atau
tetangganya, sombong akan kelebihan diri sehingga merendahkan orang lain
dengan ghibah, serta balas dendam terhadap kejahatan yang pernah orang lain
lakukan terhadap dirinya.
3. Dalam rangka melampiaskan amarah yang memuncak, ketika ia sedang marah
maka ia melakukan ghibah untuk melampiaskan amarahnya tersebut.
4. Terkadang terdapat dalam lelucon atau gurauan yang merendahkan orang lain.
5. Terkadang karena iba terhadap teman yang ditimpa kesedihan karena perbuatan
sesorang misalnya, maka ia dengan tidak sadar agar temannnya merasa lega yaitu
dengan menggunjing orang tersebut, dalam hal ini dikarenakan salah paham dalam
memahami maksud kesetiakawanan.
6. Dalam realita social, ghibah terjadi juga dikarenakan oleh nilai materi, misalnya
dalam tayangan infotaiment yang akan menjadi daya jual bagi produser-produser
televisi.
Setelah mengetahui beberapa faktor atau motivasi diatas sebagai penyebab
terjadinya ghibah di masyarakat hendaklah dihindari dengan beberapa tips berikut;
1. Dengan slalu ingat bahwa Allah sangat membenci seseorang yang mengunjing
saudaranya, sedangkan kebaikan akan kembali pada orang yang dibicarakan dan
jika pun orang yang dibicarakan tidak memilki kebaikan maka keburukannya akan
kembali pada yang menggunjing.
2. Jika terlintas dalam fikiran untuk melakukan ghibah, maka hendaklah introspeksi
diri dengan melihat aib diri sendiri dan slalu berusaha memperbaikinya. Mestinya
merasa malu jika membicarakan aib orang lain sedangkan aib sendiri tidak
terhitung jumlahnya.
3. Jika pun merasa tidak memiliki aib, maka hendaklah senantiasa mensyukuri nikmat
yang telah dilebihkan Allah, bukan malah dengan mengotori diri dengan
melakukan ghibah.
4. Menjada diri dari sifat-sifat tercela seperti iri dengki dengan keberhasilan orang
lain, sombong dengan kelebihan diri sendiri, serta menjauhi sifat dendam.
5. Jika berghibah karena pengaruh teman, atau karena takut dikucilkan karena tidak
ikut serta dalam ghibah, maka hendaklah selalu mengingat bahwa murka Allah
terhadap siapa yang mencari keridhaan manusia dengan sesuatu yang membuat
Allah murka.
6. Berdoa mohon perlindungan Allah agar terhindar dari perbuatan-perbuatan keji.
Serta sebisa mungkin menjauhi perkumpulan-perkumpulan yang tidak bermanfaat.
Ada beberapa hal yang ditolerir karena menyebut-nyebut keburukan orang
lain adalah yang mempunyai tujuan yang benar menurut sayriat yang tujuan ini
menurutnya tidak dapat dicapai kecuali hanya dengan cara itu, dalam hal ini dosa
ghibah dianggap tidak ada, diantarnya adalah:
1. Karena adanya tindak kedzoliman, orang yang didzolimi boleh menyebut
keburukan orang yang berbuat dzolim kepada sesorang yang mampu atau bisa
mengembalikan haknya (penguasa/pemerintah, hakim atau yang berwenang dalam
memutuskan perkara yang hak), dalam al-Quran surah an-Nisa ayat 148 Allah
berfirman:
10
Allah tidak mencintai orang yang suka menceritakan keburukan orang lain
kecuali bagi orang yang teraniaya, dan Allah Maha Melihat dan Maha
Mengetahui
2. Sebagai sarana untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan orang dzlim
atau yang berbuat maksiat kepada jalan yang benar (memperingati dari kejahatan).
Dalam hal ini umat muslim saling tolong-menolong dalam beramar maruf nahi
munkar.
3. Dibolehkan dalam menyebutkan ciri-ciri seperti pincang, si buta, si pendek agar
orang lain cepat paham (bukan membicarakan keburukan akan tetapi
mengungkapkan bentuk atau cirri kepada orang yang bertanya).
4. Dalam hal ini ulama sepakat dalam menilai rawi (al-Jarh wa Tadil) boleh dan
bahkan harus diungkapkan pada kaum muslimin untuk kemaslahatan dalam
beribadah (ini kaitannya dalam penelitian hadits sohih atau doif).
5. Boleh menceritakan kepada khalayak ramai tentang orang yang melakukan
perbuatan yang terlarang, seperti mabuk-mabukan, menjarah, dan perbuatan bathil
lainnya, seperti dalam hadits Nabi berikut, (Ibn Qudaimah, h. 214).
6. Dalam rangka meminta fatwa, artinya dalam rangka membela haknya, namun
dalam menyebutkan keburukan lebih baiknya dengan kat-kat yang halus.
2.2.2
memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa merupakan
reaksi
atas
orang
lain,
bisa
juga
dilakukan
dari
awal
berbicara.
11
2.2.3
dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini
termasuk
perbuatan
tercela
yang
dilarang
agama.
Nabi
bersabda:
Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji
dan perbuatan keji dalam riwayat lain:Surga itu haram bagi setiap orang yang
keji. (HR. Ibnu Hibban)
12
2.2.4
Janji Palsu
Pengertian Mulut sering kali cepat berjanji, kemudian hati mengoreksi dan
memutuskan tidak memenuhi janji itu. Sikap ini menjadi pertanda kemunafikan
seseorang.
Firman Allah: Wahai orang-orang beriman tepatilah janji (QS 5:1)
Pujian Allah SWT pada Nabi Ismail as: Sesungguhnya ia adalah seorang yang
benar janjinya. (QS 19:54)
13
Rasulullah SAW bersabda: ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka
dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara
dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat Muttafaq alaih dari Abu
Hurairah.
2.2.5
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang bahaya lisan di atas, harus dipahami tentang lisan
yang tidak terkontrol yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita
hendaknya kita selalu menjaga agar terhindar dari perkataan yang dilarang oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
15