(BAHAYA LIDAH)
Afatul lisan adalah dua ungkapan kata yang memiliki arti bahaya lidah, hal ini bukan
berarti lidah selalu membawa mudhorat bagi manusia, karena lidah juga bermanfaat bagi
manusia. Dengan lidah seseorang dapat berbicara dan menyampaikan maksud yang
diinginkan. Namun harus disadari pula bahwa betapa banyak orang yang tergelincir karena
lidahnya, akibat ketidak mampuan pemilik lidah menjaga dari ucapan dan kata-kata yang
keluar dari lidah tersebut. Karena itu sangatlah urgen dalam kehidupan seorang muslim
memahami bahaya dari lisan sebagaimana juga memahami akan manfaat lisan tersebut.
Dua hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita-manusia- adalah menjaga
dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah saw. berpesan kepada kita
semua yaitu :
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Qiyamat hendaklah berkata yang baik
atau diam."
Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan hal
yang buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa pikir akan membawa kepada
krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah.
Maka dengan menjaga lidah dan tutur kata, dapat dipastikan akan terjalinnya
kehidupan yang tenteram, damai dan sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa. Dalam
konteks inilah Rasulullah saw berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku agar tidak
mengganggu dan melampaui batas atau menyentuh hak dan muruah (wibawa) orang lain.
Lidah memang tak bertulang, pepatah itu menggambarkan betapa sulit mengatur lidah
ini. Terkadang dalam tempat-tempat perkumpulan, keadaan menjadi semakin seru bahkan
akan menjadi segar, bila seseorang menyodorkan gosip 'baru'. Terlebih bila sang pencetus
gosip' pernah merasa dirugikan oleh 'sang calon' pesakitan. Yang ini bisa jadi akan tambah
seru. Dia pernah disakiti, disinggung, dipermalukan, dijahili, ataupun yang serupa dengan itu.
Maka rem lidah benar-benar sering blong.
2. HAKIKAT LIDAH
Lidah adalah salah satu dari nikmat Allah. Manusia wajib memeliharanya dari dosa
dan kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan
kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat.
"Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa
yang dahulu mereka kerjakan." (QS. 24:24)
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 1
Lidah juga termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan
yang diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya
membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak sulit untuk
digerakkan dan dipergunakan. Dia adalah alat paling penting yang bisa dimanfaatkan oleh
syaithan dalam menjerumuskan manusia.
Dalam hadits disebutkan :
"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan
yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh antara timur
dan barat". (Muttafaq alaih, dari Abu Hurairah)
Dan lidah juga merupakan sarana mempermudah manusia menyampaikan maksud
yang diinginkan kepada orang yang diajak bicara sehingga dengan itu orang yang diajak
bicara akan memahami maksud dari orang tersebut. Jika lisan tidak ada maka seseorang akan
sulit berbicara dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan kecuali dengan bahasa isyarat.
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara
yang baik atau diam". (Muttafaq alaih, dari Abu Hurairah)
Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab dan dibalas atas segala ucapan
lidahnya, maka dia akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan dia pun akan
mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya dipergunakan. Allah berfirman :
"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib dan
Atid." (QS.Qoof: 18)
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 2
mengatakan apa-apa tanpa berfikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali. Nabi
Muhammad SAW juga pernah bersabda, "Tiada akan lurus keimanan seorang hamba,
sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya. dan
seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari
kejahatannya."
Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaran kita
bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya:
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 3
dan terakhir, yaitu setelah terjadi kebuntuan dimana pendekatan dengan hikmah dan
nasihat/pengajaran yang baik tidak berhasil. Itupun dilangsungkan dengan akhlak dan adab
yang tinggi.
Allah berfirman :
Etika debat yang perlu dipatuhi untuk menghasilkan natijah yang baik bahkan
sekaligus debat disifatkan sebagai terbaik ialah:
1. Hindari penggunaan bahasa yang rendah, tindakan yang kasar dan tidak menghormati
pemikiran lawan. Jika perlu, adakan penengah untuk menengahi perjalanan debat.
Penengah perlu diberi hak memberi kartu kuning atau merah, bahkan menskor' pendebat
yang melanggar disiplin debat dan aturan.
2. Hendaklah lebih banyak mencari titik persamaan antara kedua belah pihak. Kurangi usaha
mencari titik perbedaan. Lebih banyak persamaan yang ditemui, lebih banyak hasil yang
diperoleh. Arahkan sepenuhnya kepada titik-titik persamaan.
Debat al-Quran yang berlangsung antara Nabi s.a.w. dengan Yahudi dan Nashara
bahkan dengan kaum musyrikin menjadi contoh untuk dipelajari, disiplin, akhlak dan
etikanya. Dikemukakan di sini debat antara Nabi dengan musyrikin dalam ayat 24-26 surah
Saba' yang bermaksud; Allah berfirman :
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 4
"Bertanyalah wahai Muhammad, siapa yang memberi rezeki kepada kamu dari langit
dan bumi ? Terangkanlah jawabnya ialah Allah. Sesungguhnya tiap-tiap satu golongan,
sama ada kami atau kamu tetap di atas hidayat atau tenggelam dalam kesesatan. Katakanlah
: Tuhan akan menghimpunkan kita semua pada hari kiamat, kemudian akan menyelesaikan
krisis di antara kita dengan penyelesaian yang benar."
Debat nabi-nabi jelas beretika dan halus budi bahasanya. Setiap patah kata dalam
ungkapannya dapat menjadi contoh bagi para da'i yang mencintai kebenaran. Tetapi sayang,
sebagian pendebat sekarang banyak menyimpang jauh dari panduan nabi-nabi, mereka
berdebat seolah-olah berperang. Segala isu yang muncul dalam dakwah, besar kemungkinan
ada persamaannya dalam politik.
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 5
6. Al Mizaah (Bercanda dan senda gurau)
Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw. Bersabda :
"Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka bersendagurau dan saya tidak
akan mengatakan kecuali yang benar-benar."
Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia
(nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja penghuni
syurga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa biarpun orang
tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.
Rasullullah saw. Bersabda : "Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa
seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk syurga). Karena Allah Ta'ala
berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
". Maksudnya : tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. "Dan Kami jadikan
mereka gadis-gadis perawan"
Pada hadits tersebut dan hadits-hadits yang lain, banyak menceritakan bagaimana
Rasullullah saw. bercanda, dan sesungguhnya bercanda yang benar saja yang diperbolehkan.
Beberapa dai banyak yang menggunakan banyolan-banyolan dalam penyampaian
dakwahnya, terkadang sudah keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang serius, bukan
dijadikan bahan tertawaan. Masyarakat yang mendengar dai-dai ini berbanyol, hanya
mendapatkan ketawanya saja, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak tawanya. Dan
sesungguhnya Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa. Padahal
dalam suatu hadits yang menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda itu menyempitkan hati.
Di hadist tsb, menerangkan bahwa Rasullulllah tak pernah terlihat palate (langit-langit
tenggorokan)-nya bila beliau sedang ketawa, hanya senyuman-lah yang selalu menghiasi
pribadi beliau saw.
7. Bidza'atul lisan wal qoulul faahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan /nyelekit)
Secara sadar atau tidak banyak kita jumpai perkataan yang menjurus kepada mencaci,
menghina, merendahkan, mengejek dan mempermainkan nama Allah, sifat-sifat-Nya, rasul-
rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ayat-ayat-Nya dan hukum-hukum-Nya serta hukum-hukum yang
diterangkan oleh rasul-Nya. Dan juga perkataan yang menolak, menafikan dan mengingkari
segala perkara dari alim ulama' dimana semua orang tahu bahwa perkara itu dari agama.
Mislanya seperti katanya mengenai mana-mana hukum Islam:
"Hukum apa ini?"
"Hukum ini sudah usang."
"Zaman sekarang tidak pantas diharamkan riba karena menghalangi kemajuan."
"Dalam zaman yang serba maju ini kaum wanita tak perlu dibungkus-bungkus."
"Berzina jikalau suka sama suka apalah haramnya?"
"Minum arak kalau dengan tujuan hendak menyehatkan badan untuk beribadat apalah
salahnya?"
"Berjudi kalau masing-masing sudah rela menerima untung ruginya apa salahnya?"
"Kalau diberlakukan hukum-hukum Islam sampai kiamat kita tak maju-maju."
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 6
"Ini perbuatan tidak beradab' - diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. setelah
makan: menjilat sisa makanan di jarinya.
Untuk itu Imam Al Bashri mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak
dibelakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dahulu. Kalau perkataan itu
kira-kira bakal bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya,. Kalau dirasakannya akan
membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sedangkan hati orang dungu terletak dibelakang
lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya. "Apalagi mengatakan yang tidak
pernah dikerjakan, dan membungkus keburukan hati dan keculasan perangai dengan ucapan
indah yang berbunga-bunga. Barangkali manusia dapat dikelabui, tetapi apakah Allah swt.
dapat ditipu?
Dan beberapa hadits Nabi yang melarang hal tersebut di antaranya: Hadits Abu Dawud
Tsabit bin ad-Dhahak berbunyi : Melaknat seorang mukmin adalah seperti membunuhnya."
(Mutafaqun alaihi)
Hadits dari Abu Hurairah berbunyi : "Tidak pantas bagi seorang shiddiq (orang yang
mengikuti kebenaran) menjadi tukang laknat." (HR Muslim)
Dan Hadits dari Abu Darda' berbunyi : "Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi
pemberi syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat." (HR Muslim)
Hadits Abdullah bin Mas'ud berbunyi : "Seorang mukmin bukanlah tukang cela dan
tukang laknat dan bukanlah orang yang suka berkata keji lagi kotor." (HR Tirmidzi) ; Hadits
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 7
ini dicantumkan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab beliau Shahih Jami' Tirmidzi no 610
dan Silsilah Hadits Shahih no 320
Di dalam Silsilah Hadits Shahih tercantum sebuah hadits yang berbunyi : "Apabila
sebuah laknat terucap dari mulut seseorang, maka ia (laknat itu) akan mencari sasarannya.
Jika ia tidak menemukan jalan menuju sasarannya, maka ia akan kembali kepada orang yang
mengucapkannya."
Hakekat laknat adalah menjauhkan sesuatu dari rahmat Allah. Seseorang yang melaknat
berarti telah menyatakan bahwa sesuatu telah dijauhkan dari rahmat Allah, padahal itu
termasuk perkara gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Maka perbuatan seperti
ini termasuk berdusta dan mengada-ada atas nama Allah Dalam sebuah hadits dari Abu
Hurairah ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Dahulu kala ada dua orang Bani
Israil yang bersaudara. Salah seorang di antara keduanya sering berbuat dosa, sedangkan
yang lain tekun beribadah. Yang tekun beribadah selalu mendapati saudaranya berbuat dosa,
ia berkata, Tahanlah dirimu dari perbuatan dosa!' Pada suatu hari, ia melihat hal serupa, ia
berkata, Tahanlah dirimu.' Saudaranya berkata, Biarkan aku bersama Rabbku! Apakah
engkau diutus sebagai pengawasku?' Maka ia pun berkata kepada saudaranya tersebut, Demi
Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu
ke dalam surga.' Kemudian ruh keduanya dicabut, lalu bertemu kembali di hadapan Allah
Rabbul Alamin. Allah berkata kepada yang tekun beribadah, Apakah engkau mengetahui
tentang Aku? Atau apakah engkau berkuasa atas apa yang ada ditangan-Ku?' Kemudian Allah
berkata kepada saudaranya, Masuklah ke dalam surga dengan rahmat-Ku.' Dan Allah berkata
kepadanya, Seret ia ke neraka!'"
Abu Hurairah berkata, "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, orang tersebut telah
mengatakan sebuah kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR Abu Dawud
dengan sanad hasan) Cobalah perhatikan kalimat yang diucapkan oleh seorang ahli ibadah
tadi ternyata lebih besar daripada dosa yang dilakukan saudaranya, karena ia berani
bersumpah atas nama Allah. Hanya Allah sajalah yang dimintai pertolongan-Nya. Merupakan
musibah besar jika seseorang berani melaknat ibunya. Para sahabat sempat menganggap
mustahil perbuatan seperti itu, lalu Rasulullah menjelaskan maksudnya kepada mereka, yaitu
dengan mencela ayah ibu orang lain hingga orang tersebut mencaci ayah ibunya.(Muttafaqun
alaihi)
"Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan olok-
olokan." (Luqman: 6)
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 8
Mengenai ayat ini Ibnu Abbas ra berkata bahwa Lahwal hadist dalam ayat ini berarti
"Nyanyian". Ibnu Mas'ud r.a menerangkan bahwa Lahwal hadist itu adalah al-Ghina
(nyanyian).
Allah berfirman :
"Maka apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu mentertawakan
dan tidak menangis sedang kamu bernyanyi-nyanyi." (An-Najm : 59-60)
Kata Ikrimah r.a dari Ibnu Abbas r.a bahwa kata "As-Sumud" dalam akhir ayat ini
berarti Al-Ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar Al-
Qur'an dibacakan, mereka bernyanyi-nyanyi, maka turunlah ayat ini.
Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari sahabat Abi Amir dan Abi
Malik Al Asy'ari Rasulullah saw bersabda : "Akan muncul dari kalangan ummatku
sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamar dan alat-alat musik."
(lihat Fatul Bari, 10/51).
Nyanyian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati dan
jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: "Diantara
tipu daya setan - musuh Allah - dan diantara jerat yang dipasangnya untuk orang yang sedikit
ilmu, akal dan agamanya, sehingga orang yang bersangkutan tersebut terjebak kedalamnya
untuk mendengarkan kidung dan nyanyian yang diiringi musik yang diharamkan. Satu hal
yang mengherankan adalah sebagian manusia yang mengaku memiliki konsentrasi untuk
ibadah justru telah menjadikan nyanyian, tarian dan lagu-lagu lain sebagai wahana untuk
beribadah sehingga mereka meninggalkan Al-Qur'an.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya "Ighatsatul-Lahfan min Mashayidisy-Syaithan" menamai
nyanyian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu: lahwun (main-main), laghwun (pekerjaan
sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan), ruqyatuz-zina (jimat dalam
perzinahan), pedomannya setan, penumbuh nifak didalam hati, suara kedunguan, suara yang
penuh dosa, suara setan atau seruling setan.
Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu : Menyanyi pada hari raya. Hal itu
berdasarkan hadits A'isyah: "Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke bilik
'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul
rebana (dalam riwayat lain ia berkata: "... dan di sisi saya terdapat dua orang hamba sahaya
yang sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi Rasulullah malah
bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya,
sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini." (HR. Bukhari)
Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk menyemarakkan
suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda : "Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan suara
(lagu) pada saat pernikahan." (Hadits shahih riwayat Ahmad). Yang dimaksud di sini adalah
khusus untuk kaum wanita. Nasyid Islami (nyanyian Islami tanpa diiringi dengan musik)
yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan semangat, terutama
jika di dalamnya terdapat do'a.
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 9
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyenandungkan sya'ir Ibnu Rawahah dan
menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung: "Ya Allah tiada
kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain: "Kita telah
membai'at Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad." Ketika menggali tanah bersama
para sahabatnya, Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersenandung dengan sya'ir Ibnu
Rawahah yang lain: "Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat
petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat. Maka turunkanlah
ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian kami jika bertemu (musuh)
Orang-orang musyrik telah mendurhakai kami, jika mereka mengingin-kan fitnah maka kami
menolaknya." Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung "Kami menolaknya,
... kami menolaknya." (Muttafaq 'Alaih)
10. Attaqo'ur fil kalaam (Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian)
Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin hubungan dengan orang lain
adalah menarik perhatian. Untuk itu kerap kali orang berakting untuk mendapatkan perhatian
orang lain. Namun kadang orang sering kebablasan dalam akting yang dimainkan, sehingga
sering dijuluki over acting, sok gagah, sok fasih. Misalnya saja ada orang yang sering
menggunakan action Inggris untuk menunjukkan bahwa dia dapat berbahasa Inggris. Atau
dengan action Arab untuk menunjukkan dia dapat berbahasa Arab, walaupun pada
kenyataannya tidak. Pernah dalam kampanye Pemilu seorang jurkam sebuah parpol besar
(dengan penuh semangat berpidato di hadapan massanya) berkata," Saudara-saudara parpol
kami sangat berempati dan antonius dengan nasib rakyat jelata..." (Maksudnya mungkin
antusias).
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 10
Membuka rahasia rumah tangga kepada pihak lain sama sekali tidak mendatangkan
keuntungan, justru bencana dan malapetaka. Rumah tangga bisa berantakan karena salah satu
pihak merasa tersinggung dan terhina karenanya. Kehidupan rumah tangga terganggu, bahkan
tidak tertutup kemungkinan jika kemudian masalahnya berkembang sampai akhirnya terjadi
perceraian.
Jika anggota badan yang terluka bisa dijahit dan diperban. Akan tetapi jika hati yang
terluka bisa dibawa sampai mati. Hari ini bisa ditekan, tapi besok bisa muncul kembali. Itulah
sebabnya kenapa kita harus menjaga rahasia istri atau suami.
Dari Abu Said Al-Khudri ra beliau berkata: Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya
sejelek-jelek orang di sisi Allah pada hari qiamat kelak adalah suami yang sudah
mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya dan istrinya pun sudah menyerahkan
segala kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasia istrinya
(dan istrinya membuka rahasia suaminya). (HR. Muslim)
12. Alkadzibu (Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah)
Allah SWT berfirman
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 11
Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda, "Sampaikan kepada kedua temanmu
bahwa kalian sudah makan lauk pauknya." Setelah ia menyampaikan kepada mereka berdua,
lalu keduanya menghadap kepada Nabi saw dan katanya, "Kami tidak makan lauk pauk dan
seharian kami tidak makan daging." Kemudian Rasulullah bersabda, "Kalian telah
mengatakan saudaramu (Salman) begini-begitu. Maukah kalian memakan daging orang
mati?" Mereka menjawab, "Tidak!" "Jika kalian tidak mau makan daging orang mati, maka
janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan orang lain, sebab yang demikian itu berarti
memakan daging saudaranya sendiri."
Menurut Ibnu Abbas, kisah tersebut yang melatarbelakangi diturunkannya surat Al-
Hujarat : 12
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 12
kamu meminta pujian dari orang lain. Hendaknya engkau selalu berhubungan dengan Allah
Subhanahu wa Ta'ala (dengan selalu mengingatnya).
Dalam sebuah hadits disebutkan : "Barangsiapa yang mencari ridha Allah Subhanahu
wa Ta'ala, meskipun menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala
akan meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya. Dan barangsiapa yang
mencari kesenangan manusia, hingga membuat Allah murka maka Allah murka kepadanya
dan membuat manusia murka terhadapnya." (HR. At-Tirmidzi).
Jenis pujian lain adalah memuji diri sendiri atas kekurangan yang ada padanya. Ini
termasuk rekomendasi terhadap diri sendiri. Sebagian orang sengaja memuji diri sendiri di
hadapan orang banyak. Padahal Allah SWT telah berfirman :
15. Assukhriyah wal istihza' (Menyebutkan hal yang bikin malu - kejelekan diceritakan
untuk ditertawakan)
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa as, Nabi Khidir as, memberi nasihat,
"Hai Musa, janganlah terlalu banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu, dan jangan banyak
tertawa, juga jangan mentertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah dosa-dosa yang
telah kamu perbuat, hai putra Ali 'Imran." (Tanbighul Ghafilin: 192-193).
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 13
Tertawa, tentu saja, bukanlah sesuatu yang dilarang. Siapa saja boleh tertawa selagi
ingin. Dengan tertawa menunjukkan, bahwa seseorang sedang dalam keadaan senang.
Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk membuat sebuah buku.
Akan tetapi, tertawa dalam pengertian mengeluarkan suara meledak-ledak oleh sebab rasa
suka, geli apalagi mengandung unsur menghina seseorang, ini akan lain ceritanya.
Tidak didapati dalam ajaran di luar Islam yang mengatur tata hidup sedemikian rupa,
hingga masalah tertawa.
Allah swt berfirman :
"Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan
dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. At-Taubah:82).
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw bersabda : "Seandainya kamu mengetahui
apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa, ...." (HR.Abu Dzar ra) . Rasulullah
saw tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, tidak menoleh kecuali dengan wajah
penuh (maksudnya: tidak melirik). (Ja'far Auf, Mas'ud dari Auf Abdillah)
"Apakah dengan ajaran ini, kalian ta'ajub (heran)? Kamu tertawa dan tidak
menangis. Sedangkan kalian lengah." (An-Najm : 59-61)
Ibnu Abbas ra berkata, "Barangsiapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan
bercucuran tangis di neraka." Tertawa yang berlebihan, termasuk di antara 3 perkara yang
menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedang dua penyebab yang lainnya
yaitu : belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong (bicara ke sana kemari yang
tak berguna). Terkadang kita mendapati seseorang yang kesibukannya membuat orang
tertawa-tawa, sehingga bukan semata menjadi hiburan hati, tapi sudah mengarah pada
membuat orang menjadi lengah dan lupa. Kepada yang berbuat seperti ini Rasulullah saw
memberi peringatan : "Celakalah orang yang berdusta supaya ditertawakan orang lain.
Celakalah dia, celakalah dia!" (HR. Tirmidzi)
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 14
16. An-namiimah (Adu domba atau menghasut)
Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara manusia,
ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk ini tidak
boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan baginya,
bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan teman-temannya,
bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.
Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua
kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa besar
akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap yang pasti
dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syari'at tentang adu domba, bahwa nabi
perbah bersabda :
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (muttafaq alaihi).
"Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa yang
aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan
kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah
karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka ajukan) dan perselisihan
mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka". (H.R.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits tersebut kita diperintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh
beliau. Larangan tersebut dimaksudkan agar kita tidak terjebak dengan apa yang telah
menimpa umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa gara-gara terlalu banyak bertanya
kepada Nabi-Nabi mereka tentang sesuatu yang tidak ada faedahnya begitu juga seringnya
mereka berselisih dan membantah Nabi-Nabi mereka tersebut.
Secara global, barangsiapa yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi saw
dan menjauhi apa yang dilarang oleh beliau dan memfokuskan diri pada apa yang
diperintahkan kepadanya, terlepas dari yang lainnya maka dia akan mendapakan keselamatan
di dunia dan akhirat sedangkan orang yang berbuat sebaliknya dengan menyibukkan dirinya
berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan semata, maka dia telah terjerumus kedalam
apa yang dilarang oleh Nabi saw sama seperti halnya Ahlul Kitab yang binasa lantaran terlalu
banyak bertanya dan berselisih dengan para Nabi mereka dan ketidaktundukan serta
ketidakta'atan mereka kepada para Rasul yang diutus kepada mereka.
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 15
4. MENJAUHI BAHAYA LIDAH
1. Menjaga mulutnya agar tidak kemasukan barang haram.
2. Menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya
dikatakan.
Masuk keluarnya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga, sebab letak
keselamatan manusia, dunia dan akhiratnya itu terletak pada kemampuannya untuk
menjaga hal tersebut di atas.
Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti Rasulullah pernah meletakkan
tongkat di mulutnya untuk menjaga ucapannya. Lalu ia menunjuk lisannya seraya
berkata: "Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat tempat keluar (maksudnya:
keluar dari batas-batas kebenaran)."
Sebagai khalifah, Abu Bakar dikenal orang yang paling hemat dalam berbicara.
Ketika ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya berpidato sebentar.
Meskipun pidatonya sebentar, tapi kata-katanya dihafal oleh para sahabat, juga kaum
muslimin hingga sekarang. Singkat tapi padat. Penuh arti dan konsisten. Apa yang
dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Antara ucapan dan
tindakannya tidak terdapat perbedaan. Antara ucapannya hari ini dan besok tidak saling
bertentangan.
Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam tempo yang amat singkat,
tapi banyak hal yang bisa diselesaikan. Ancaman disintegrasi (pemurtadan), kerusuhan
rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam negeri segera dapat diatasi,
bukan dengan kata-kata, tapi tindakan. Bukan dengan lelucon, humor, apalagi gaya
ketoprakan.
Pemimpin model Abu Bakar inilah yang kita nantikan saat ini untuk memimpin
bangsa Indonesia menuju gerbang masa depan.
Semua pemimpin seharusnya dapat menahan diri dari perkataan yang tidak benar,
mengandung fitnah, dan adu domba. Mereka harus menahan diri dari ucapan yang dapat
menyakiti atau melukai perasaan orang lain, walaupun mengandung substansi yang benar.
Pemimpin adalah orang yang hemat berbicara, sedikit berkata-kata, dan berbicara
seperlunya saja.
_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 16