BAB I
PENDAHULUAN
Manusia diutus Allah ke muka bumi untuk melakukan banyak hal. Tujuan
manusia diutus ke muka bumi ini adalah sebagai khalifatul fil ardh (pemimpin di
muka bumi). Sebagai khalifah atau pemimpin, manusia dibekali Allah dengan
berbagai kelebihan. Jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, tentu manusia
memiliki berbagai keunggulan. Salah satunya yaitu manusia diciptakan dengan
sebaik-baik penciptaan, serta manusia juga dibekali dengan akal pikiran untuk
membantunya mengemban tugas sebagai pemimpin di muka bumi.
Manusia sebagai khalifatul fil ardh tentu menjalani berbagai cobaan dan ujian
dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan manusia harus diselesaikan dengan cara yang tepat. Apabila masalah
tersebut dibiarkan akan berdampak pada tidak terselesaikannya masalah tersebut,
sehingga memunculkan suatu kondisi stress yang berkepanjangan.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin telah mengatur segala aspek
kehidupan manusia. Bukan hanya mengatur hal-hal umum saja, namun Islam juga
mengatur hingga ke aspek terkecil dalam kehidupan manusia. Termasuk cara
untuk menghadapi ujian dan cobaan. Ujian dan cobaan yang dihadapi manusia
cukup beragam. Ada yang berupa nikmat dan adapula yang berupa musibah.
Adapun cara mengatasinya hanya satu, yaitu dengan bersabar, bersabar dalam
nikmat, maupun dalam musibah.
Konsep sabar dalam Al-quran merupakan salah satu bahasan ulama yang
cukup menarik dan penting. Sabar merupakan kata yang mengacu pada pikiran
positif terhadap berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan. Sabar merupakan
akhlak mulia yang ditekankan dalam Islam. Setiap umat Islam perlu mengetahui
bagaimana konsep bersabar dalam Al-qur’an sebagai pedoman untuk menghadapi
berbagai permasalahan hidup. Berdasarkan latar belakang tersebut, pemakalah
tertarik untuk membahas tentang menajemen sabar dalam menghadapi musibah
berdasarkan persfektif Al-qur’an surat Al-baqarah ayat 155-156.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Secara etimologi, lafal sabar berasal dari tiga komponen huruf, yaitu al-shad,
al-ba’, dan al-ra’. Pada dasarnya, sebuah kata yang tersusun dari ketiga huruf
tersebut memiliki tiga kandungan makna, yaitu: pemenjaraan (al-habs), puncak
sesuatu (a’ali al-syai’), dan salah satu jenis batu yang kuat dan kasar
permukaannya.1
Jika ditinjau dari makna yang pertama, dapat diindikasikan bahwa sabar
merupakan pemenjaraan dari hawa nafsu manusia yang mengarah kepada hal-hal
negatif. Makna yang kedua, dapat mengindikasikan bahwa jika seseorang mampu
bersabar, maka ia dapat mencapai puncak dan akhir dari tujuannya, yaitu selamat
di dunia maupun di akhirat, serta menjadikannya seseorang yang mulia dan tinggi
kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan, makna yang ketiga,
dapat mengindikasikan bahwa sabar dapat menjadikan seseorang kuat dan tegar
dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup seperti batu yang kuat dan kasar
permukaannya. Seseorang yang sabar akan tegar menghadapi berbagai cobaan
maupun musibah dengan senantiasa optimis, serta tetap mencari solusi dari
berbagai permasalahan hidupnya tersebut.
Ada pula pendapat yang menyebutkan, Sabar itu diambil dari kata
mengumpulkan, memeluk, atau merangkul. Sebab, orang yang sabar itu yang
merangkul atau memeluk dirinya dari keluh-kesah. Ada pula kata shabrah yang
tertuju pada makanan. Pada dasarnya, dalam sabar itu ada tiga arti, yaitu:
menahan, keras, mengumpulkan atau merangkul, sedang lawan sabar adalah
keluh-kesah.2
1
Ibn Zakariyya, Maqayis Al-Lugah Jilid 3 (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), h. 329
2
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Keistimewaan Akhlak Islami Terjemahan Dadang Sobar
Ali, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 342
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disumpulkan bahwa,
kesabaran menuntut ketabahan dalam menahan diri dari hawa nafsu negatif. Sabar
berarti tidak berkeluh kesah, walaupun menghadapi sesuatu yang sulit dan berat.
Sabar dalam membatasi jiwa untuk mencapai sesuatu yang luhur dan agung, yaitu
keselamatan dunia dan akhirat. Sabar juga berarti kuat dan teguh, serta senantiasa
optimis.
Sabar secara terminologis didefinisikan beragam oleh para ulama. Hal ini
disebabkan oleh cara pandang ulama yang berbeda-beda. Selain itu, perbedaan
mendefinisikan sabar tersebut juga disebabkan oleh latar belakang keilmuan para
ulama yang berbeda-beda pula. Berikut beberapa pengertian sabar menurut para
ulama:
3
Al-Gazali, Ihya Ulumuddin Terjemahan Ismail Yakub, (Jakarta: CV. Faizan, 1982), h. 275
4
M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan, 2007), h. 165-166
5
Ahmad Mubarok, Psikologi Qurani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 73.
6
Sopyan Hadi, Konsep Sabar dalam Al-Quran, (Pamulang: Jurnal MADANI UNPAM, 2018), h. 475
5. Menurut Dzu Al-Nun, sabar ialah menghindarkan diri dari
pertentangan (mukhalafah), tenang ketika ditimpa musibah, dan
menampakan diri berkecukupan ketika mengalami kefakiran.7
6. Menurut Abdul Mustaqim, sabar adalah sifat yang aktif, bukan pasif,
sabar juga merupakan sifat yang positif sehingga kata sabar harus
digunakan untuk konteks yang positif.8
Sabar merupakan suatu sifat yang amat mulia dalam Islam. Kesabaran
memiliki manfaat yang besar untuk membina jiwa dalam mengendalikan hawa
nafsu, menguatkan diri dalam menghadapi berbagai cobaan dan musibah, serta
memantapkan kepribadian seorang muslim. Orang yang kuat dalam
mengendalikan dirinya dari berbagai cobaan dan hawa nafsu, serta ikhlas menjaga
kesabarannya dalam rangka taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan
membawa kebaikan di dunia dan akhiratnya, serta memperoleh balasan syurganya
Allah.
١٥٦ ﴿ ﴾اَّلِذ يَن ِإَذ ا َأَص اَبْتُهْم ُمِص يَبٌة َقاُلوا ِإَّنا ِهَّلِل َوِإَّنا ِإَلْيِه َر اِج ُعوَن
“155. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar, 156. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un”
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).”9
9
Al-Quranul Karim,
mereka. Ucapan itu juga merupakan ungkapan pengakuan bahwa mereka adalah
para hamba-Nya dan hanya akan kembali kepada-Nya di akhirat..10
٢٠٠ ﴿ ﴾َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اْص ِبُروا َو َص اِبُروا َو َر اِبُطوا َو اَّتُقوا َهَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
10
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan Ahmad Abdul Rabbi An-Nabi, (Solo: Insan Kamil,
2015), h. 30-31
11
Al-Quranul Karim
menjawab, “Ya, setiap yang menyakiti kaum muslimin adalah musibah. (HR. Abu
Dawud)12
2. Membangun Kekuatan
12
Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi Jilid 2 Terjemahan Fathurrahman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010),
h. 217
13
M. Quraish Shibah, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran Vol. 1. (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 365
Kalimat inna lillahi adalah tauhid dan pengakuan terhadap status kita sebagai
hamba di hadapan Allah, serta pengagungan atas kekuasaan Allah. Aedangkan
kalimat wa inna ilaihi rajiun adalah pengakuan bahwa kita akan binasa dan akan
dibangkitkan dari alam kubur kita, serta keyakinan bahwa segala hal yang ada di
dunia ini adalah milik Allah, dan semua urusan akan kembali kepada-Nya.14
3. Mewujudkan kemerdekaan
Sabar dalam mengahadapi musibah terbagi menjadi dua. Pertama, sabar yang
bersifat depensif, yaitu sabar dengan memiliki pertahanan yang kuat atau hanya
bertahan saja, atau biasa disebut dengan tawakal. Kedua, sabar yang bersifat
opensif, yaitu keadaan dimana menunjukkan menyerang atau istilah lain mencari
jalan keluar untuk dapat bangkit dari ujian atau masalah yang sedang dihadapi.15
14
Al-Qurtubi, Op.Cit.
15
Andi Irawan, dkk., Manajemen Sabar, (Palembang: Raden Patah Publishing, 2021), h. 73-74
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Pemakalah menyarankan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Media Pustaka
Al-Gazali. 1982. Ihya Ulumuddin Terjemahan Ismail Yakub. Jakarta: CV. Faizan
Pustaka Azzam
Hadi, Sopyan. 2018. Konsep Sabar dalam Al-Quran. Pamulang: Jurnal MADANI
UNPAM
Irawan, Andi dkk. 2021. Manajemen Sabar. Palembang: Raden Patah Publishing
Jaya, Asri dkk. 2021. Menajemen Sabar Menghadapi Musibah dalam Perspektif
Katsir, Ibnu. 2015. Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan Ahmad Abdul Rabbi An-Nabi.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Quran