Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BUDI PEKERTI

Sabar, Pemaaf dan Marah

OLEH
KELOMPOK 5 :

NADYA RAHMA ZAFIRA (19129269)

RETI SUMILA (19129155)

VIKRI (19129176)

19 BB 06

DOSEN PEMBIMBING :

Syahrul Ismed, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menjadikan manusia
sebagai makhluk sempurna yang dilengkapi dengan akal pikiran,supaya manusia mampu
memanfaatkannya untuk memenuhui kebutuhan hidup. Kemudia shalawat beserta salam
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT yang brtugas
untuk menyampaikan risalah-nya sebagai petunjuk dan peringatan untuk manusia.
Penulisan makalah ini menjadi suatu bahan bagi penulis untuk memenuhui tugas mata
kuliah Budi Pekerti. Secara umum makalah ini memuat materi tentang Sabar, Pemaaf dan
Marah.
. Tim penulis telah berusaha semaksimal membuat makalah ini,walaupun masih ada
kekurangan. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan
kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada :

1. Bapak Syahrul Ismed, M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan
arahan dalam proses perkuliahan.
2. Teman – teman dalam kelompok yang sudah bekerja keras mengerjakan tugas ini
serta pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, menjadi amal kebaikan disisi
Allah SWT. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kemajuan penulis dimasa depan.
Semoga makalah dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik yang terkait secara
langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan
kekuatan dan memberkahi semua amal baik yang telah kita perbuat. Amin.

Padang, 21 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya Timbul
perbuatan- perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan akal pikiran
lebih dahulu.Akhlak terpuji umumya disama artikan dengan akhlakul karimah. Dimana
setiap kesempatandan situsional orang berbicara tentang akhlak terpuji. Memang ini
menarik untukdibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekan. Banyak hal yang dapat di
lakukan untukmewujudkan akhlak atau perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Selain akhlak terpujiyang perlu kita tanamkan dalan diri kita adalah akhlak kepada
pencipta, dimana itu berhubungan langsung dengan ketaatan dan ketaqwaan kepada
Pencipta yaitu Allah SWT.
Karena semakin majunya zaman banyak generasi muda yang jauh dari ilmu agama,
dan sering menyimpang dari akhlak terpuji, negara kita perlu adanya generasi muda yang
beradaban tinggi dan berakhlak terpuji agar menjadi negara yang maju, makmur, dan
berbudi pekerti luhur, selain itu ternyata menerapkan perilaku terpuji juga baik untuk
kesehatan, baikkesehatan jasmani maupun rohani, oleh sebab itu, saya mengangkat tema
akhlak terpuji danakhlak kepada Pencipta dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu sabar?
2. Apa itu pemaaf?
3. Apa itu marah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai beeikut:
1. Untuk mengetahui apa itu sabar?
2. Untuk mengetahui apa itu pemaaf?
3. Untuk mengetahui apa itu marah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SABAR
1. Pengertian Sabar
Sabar merupakan bentuk pengendalian diri atau kemampuan menghadapi rintangan,
kesulitan menerima musibah dengan ikhlas dan dapat menahan marah titik berat nurani
( hati ). Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itu seorang hamba
akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dakm menghadapi
berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Kedudukan sabar dalam
iman laksana kepala bagi seluruh tubuh Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi
kehidupan di dalam tubuh" (A Fawa'id, hal 95)

2. Macam Sabar -Macam


Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsamin rahimahullah berkata, "Sabar itu terbagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai
hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun
yang berasal dari orang lain (Syarh Tsaktsatul Ushul hal 24)
3. Perintah Sabar

1. ‫ايتها الذين قاموا أصبروا وصابروا ورابطوا واتقوا هللا لعلكم‬


"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung"
Dari ayat diatas Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa
kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan:
Kaitan antara sabar dengan iman adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan
yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala,
dan allah menjanjikan keberuntungan bagi orang yang bersabar dan bertaqwa.

2. ‫أيها الذين قالوا اشتعينوا بالصبر والصلوة إن هللا مع الديرين‬


"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah dengan sabar dan
(mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar"
Surah ini menunjukkan betapa penting dan strategis nya peranan shalat bagi seorang
Muslim, sanpai detail gerakan dan bacaannya dicontohkan langsung oleh beliauSejatinya,
shalat adalah ibadah paripurna yang memdukan olah pikir, okh gerak, dan olah rasa
(sensibilitas). Ketiganya terpadu secara cantik dan selaras, Kontemplasi dan riyadhah yang
terintegrasi sempurna, saling melengkapi dari dimensi perilaku/lisan (al bayan), respons
motorik, rasionalitas (menempatkan diri secara proporsional), dan kepekaan terhadap jati diri
kepekaan dan kehalusan untuk merasakan cinta dan kasih sayang Allah SWT.
Alquran kerap menggandengkan ritual shalat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam QS Al
Baqarah [2] ayat 153. "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar"
3. Dan orang-orang yang sabar karem mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Ra'd
[13]22).
Secara psikobgis kita bisa memakni sabar sebagai sebuah kemampuan untuk
menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan Dengan kata lain, sabar adalah upaya
menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha
Allah.
4. Hai jiwa yang terang (mfs yang mutmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang bening dalam ridha-Nya QS Al Fajr [89]: 27-28).
Salah satu ciri orang sabar adakh mampu menempatkan diri dan bersikap optimal
dalam setiap keadaan. Sabar bukanlah sebuah bentuk keputusasaan mekinkan optimisme
yang terukur. Ketika menghadapi situasi di mana kita harus marah" misalnya, maka marahlah
secara bijak serta diniatkan untuk mendapatkan kebaikan bersama. Karena itu mekanisme
sabar dapat melembutkan hati menghantarkan sebuah kemenangan yang manis atas dorongan
syaithaniyah untuk menuruti ketidakseimba ngan pemuasan hawa nafsu.
Orang-orang yang memiliki jiwa muthm' innah akan mampu mengaplikasikan nilai-
nilai shalat dalam kesehariannya. Sebuah nilai yang didominasi kesabaran paripurna:
Praktiknya tercermin dari sikap penuh syukur, pemaaf. lemah lembut. penyayang, tawakal,
merasa cukup dengan yang ada, pandai menjaga kesucian diri, serta konsisten

4. Bentuk Perilaku Sabar


Secara etimologi sabar (ash shabr) dapat diartikan dengan "menahan" (al habs). Dari sini
sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan
sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Sabar termasuk kata yang banyak disebutkan Al-quran.
Jumlahnya lebih dari seratus kah. Tidak mengherankan, karem sabar adalah poros sekaligus
asas segak macam kemuliaan akhlak Muhammad Al Khudhairi mengungkapkan bahwa saat
kita menelus uri kebaikan serta keutamaan, maka kita akan menemukan bahwa sabar selalu
menjadi asas dan landasannya.
a. "Iffih [menjaga kesuwan dir] misalnya, adakh bentuk kesabaran dan menahan diri dari
memperturutkan syahwat.
b. Syukur adalah bentuk kesabaran untuk tidak mengingkari nikmat yang telah Allah
karuniakan.
c. Qaa'ah [merasa cukup dengan apa yang ada) adalah sabar dengan menahan diri dari
angan-angan dan keserakahan.
d. Hilm [lemah-lembut] adahıh kesabaran dalam memhan dan mengendalikan amarah
e. Pemaaf adalah sabar untuk tidak membalas dendam.
Demikian pula akhlak-akhlak mulia lainnya. Semuanya saling berkaitan Faktor faktor
pengukuh agam semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang
berbeda

5. Manfaat Sabar
Seperti yang tertulis dalam QS Ali Inron 185, gambaran sukses akherat menurut ayat tersebut
ada 4 yaitu :

‫فاز وما‬ ‫كل نفس ذائقة الموت و إثما توفون أجوركم يوم القيمة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد‬
‫الحيونة األخيا إال م ع الغرور‬

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh in telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan"
Dari ayat diatas dapat diambil 4 poin yaitu :
1. Pertemuan dengan Tuhannya
2. Mendapat ampuran akan kesalahanya
3. Terbebaskan dari api nerakan
4. Tinggal di surga dengan berbagai keindahannya
Selain itu manfaat lain dari sabar adalah :
1. Jiwanya tenang
2. Membuka gerbang kebaikan
3. Mendapatkan setengah iman

6. Penyebab Sulitnya Pengendalian Diri ( Sabar )


1. Hawa nafsu yang berlebihan
2. Menyukai sesuatu secara berlebihan
3. Tidak berfikir positif

B. PEMAAF
1. Arti Maaf dalam Beberapa Pandangan
Kata “maaf” merupakan kata yang sering kita dengar apalagi menjelang hari Raya
Idul Fitri. Tapi, apakah kita tahu arti dan makna dari kata “maaf” itu sendiri? Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata “maaf” memiliki tiga arti, arti yang pertama yaitu “pembebasan
seseorang dr hukuman (tuntutan, denda, dsb) krn suatu kesalahan”, arti yang kedua yaitu
“ungkapan permintaan ampun atau penyesalan” serta arti yang ketiga yaitu “ungkapan
permintaan izin untuk melakukan sesuatu”. Dari ketiga arti tersebut, kita biasanya
mengetahui arti maaf sebagai arti yang kedua, yaitu ungkapan permintaan ampun atau
penyesalan.
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang berdekatan maknanya untuk
mengistilahkan kata “maaf”. Kata yang pertama yaitu “al-afuw” yang secara bahasa berarti
maaf atau ampun (pengampunan), bisa dilihat dari Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 52 yang
berbunyi
َ‫ك لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
َ ِ‫ثُ َّم َعفَوْ نَا عَن ُك ِم ِّمن بَ ْع ِد َذل‬
Artinya: Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Kata yang selanjutnya yaitu ‫( الصفح‬al-shafh), ‫( مغفرة‬maghfirah) yang keduanya memiliki arti
maaf/ampunan. Filosofis “maaf” dalam Islam menurut Ibnu Qudamah dalam Minhaju
Qashidin yaitu sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak
menuntut qishash atasnya atau denda kepadanya. Islam mengajak umat Islam untuk saling
memaafkan karena manusia sehari-harinya tidak akan pernah luput dari yang namanya
kesalahan. Orang yang memberi maaf memiliki keistimewaan yang tinggi di hadapan Allah
SWT. seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syura ayat 40 yang berbunyi:

ِ ‫فَ َم ْن َعفَا َوأَصْ لَ َح فَأَجْ ُرهُ َعلَى هَّللا‬


Artinya: “. . . maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. . . .”
Terkadang sulit bagi kita untuk memaafkan kesalahan orang lain, apalagi kalau
kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang besar yang biasanya sampai menyakiti hati
kita. Tapi, apabila kita terlalu lama menyimpan rasa dendam, benci dan marah di dalam hati
kepada orang yang bersalah kepada kita, maka kita tidak akan pernah menikmati indahnya
saling memaafkan antar sesama makhluk Allah SWT.
Dari hasil penelitian para psikolog di negeri maju menemukan bahwa mereka yang
mampu memaafkan ternyata lebih sehat baik jasmani/raga maupun rohani/jiwa mereka.
Gejala-gejala pada raga dan kejiwaan seperti susah tidur, sakit perut, dan sakit punggung
akibat stress/tekanan jiwa, hal tersebut justru sangat berkurang pada para pemaaf. Di samping
itu memaafkan juga mampu merendam emosi negatif, mematangkan mental, menjernihkan
pikiran, menyiram perasaan dendam, serta meluaskan hati dan perasaan. Dengan memaafkan
kita sedikit mengurangi penderitaan kita.
Dengan memaafkan diri sendiri dan orang lain, kesehatan emosi kita akan
meningkat”.(Forgiveness Institute)
Ada dua sisi dalam “Memaafkan”:
1. Untuk diri sendiri.
2. Untuk orang lain.
Kesalahan kita di masa lalu terkadang menjadikan kita takut untuk melangkah lebih
maju. Padahal, sudah sewajarnya kita sebagai manusia melakukan kesalahan. Pertanyaannya
sekarang, apakah kita mau menerimanya dan berubah menjadi lebih baik atau tetap
terkungkung dalam "perasaan berdosa" yang terus kita rasakan?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerima/memahami diri sendiri
yaitu:
1. Kita bukan manusia sempurna, yang bisa salah. Pahami baik buruknya yang sudah
kita lakukan. Apakah ada pilihan lain saat itu.
2. Mungkin kita tidak mengerti konsekuensinya saat itu. Maksudnya baik tapi akibatnya
bisa buruk. (contoh: ibu membelikan anaknya motor, tapi kemudian anaknya
kecelakaan dan meninggal.
3. Transformasikan kesalahan masa lalu. Daripada penyesalan berkepanjangan, lebih
baik menebus kesalahan masa lalu dengan melakukan yang terbaik mulai sekarang.
(contoh: ayah stroke karena dimarahin anaknya, si anak bisa memberikan perhatian
penuh ke ayahnya yang sakit sekarang).
Lantas bagaimana kalau kesalahannya dilakukan oleh orang tua (kekarasan orang tua) ? inilah
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan :
1. Mengakui bahwa masih ada rasa sakit dalam hati kita.
2. Terus selanjutnya mau ngapain (langkah transformatif).
Lakukan sesuatu misalnya:
a. Minta pendapat orang lain
b. Bicarakan langsung dengan orangtua, katakan kalau kamu sudah dewasa,
bukan anak kecil lagi dan ungkapkan harapanmu ke orang tua.
c. Ekspresikan dalam bentuk lain, misalnya: prestasi yang istimewa, jadi orang
terkenal, dsb.
b. Tangani rasa sakit dengan baik
3. Maafkan orangtua. Mungkin tidak bisa melupakan kesalahannya, pikirkan hal itu
dengan cara yang berbeda, misalnya: apa manfaat dari sikap keras orangtua, misanya
kita menjadi lebih tangguh menghadapi tantangan hidup, bagaimana supaya kita bisa
menjadi orangtua yang lebih baik terhadap anak-anak kita (tidak mengulang
kesalahan yang sama dari orangtua).

2. Pentingnya Memaafkan
Setidaknya ada lima alasan kenapa kita sebaiknya memaafkan orang lain :
1) Self-Help. Membantu diri sendiri, kenapa kita harus selalu dihantui kesalahan orang
lain sementara dia sendiri sudah lupa dan lagi bersenang senang (kita buat diri kita
sengsara ditengah kesenangan orang yang bersalah sama kita..., ngapain….!)
2) Self-Speed. Kita bisa hidup lebih lapang, lega dan lancar. (maaf yang tertunda ibarat
beban yang kita panggul mendaki puncak kesuksesan kita
3) Self-Health. Untuk kesehatan diri kita sendiri. Kata pakar kesehatan kalau kita
merasa kesal, "racun" akibat kesal itu masih beredar didalam diri kita selama 5 jam.
(ini cara hemat untuk hidup sehat
4) Self-Spiritual. Untuk kehidupan spiritual dan beragama yang lebih baik, lebih dekat
kepada Tuhan. (orang yang berbuat jahat kepada kita sebetulnya dia telah
mengurangi dosa-dosa kita... jadi, maafin aja & ucapkan terima kasih...)
5) Self–Happiness. Dengan melepaskan "belenggu" amarah, kita akan menjadi lebih
bahagia. Apa rahasia orang Jepang berumur panjang? karena mereka hanya
mengingat memori yang menyenangkan saja. (jadi orang Jepang itu pemaaf ...)
3. Hikmah - Hikmah
Dalam bahasa Arab, maaf diungkapkan dengan kata al-afwu. Kata al-afwu, berarti
terhapus atau menghapus. Jadi, memaafkan mengandung pengertian menghapus luka atau
bekas-bekas luka yang terdapat dalam hati. Dengan memaafkan kesalahan orang lain berarti
berhubungan antara mereka yang bermasalah kembali baik dan harmonis karena luka yang
ada di dalam hati mereka, terutama yang memaafkan, telah sembuh. Islam mendorong
Muslim untuk memiliki sikap pemaaf. Sifat ini muncul karena keimanan, ketakwaan,
pengetahuan dan wawasan mendalam seorang Muslim tentang Islam. Seorang Muslim
menyadari bahwa sikap pemaaf menguntungkan, terutama mebuat hati lapang dan tidak
dendam terhadap orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga jiwanya menjadi tenang dan
tentram. Apabila ia bukan pemaaf, tentu akan menjadi orang pendendam. Dendam yang tidak
terbalas menjadi beban bagi dirinya. Ini penyakit berbahaya karena selalu membawa
kegelisahan dan tekanan negatif bagi orang yang bersangkutan. Hanya orang-orang bodoh
yang tidak memiliki sikap pemaaf. Allah Subhanahu wa Ta-ala berfirman, "Jadilah engkau
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang baik, serta berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh." (QS 7: 199).
Sikap pemaaf yang menjadi tradisi Muslim jauh lebih baik dari sedekah yang
diberikan dengan diiringi oleh ucapan atau sikap yang menyakitkan bagi orang yang
menerimanya. Allah Subhanahu wa Ta-ala berfirman, "Perkataan yang baik dan pemberian
maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakikan (perasaan si
penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyatun." (QS 2: 263)
Seorang Muslim bukan hanya dituntut memberikan maaf. Ia juga diperintahkan
berbuat baik kepada yang pernah berbuat salah kepadanya. Mereka yang mampu berbuat
demikian mendapat kedudukan tinggi, pujian dan pahala yang baik dari Allah Subhanahu wa
Ta-ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta-ala, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan
yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS 42:
40)
Suka memberi maaf kepada orang yang berbuat salah merupakan ciri orang bertakwa.
Orang yang demikian akan memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya, meskipun yang
bersalah tidak pernah minta maaf kepadanya. Allah berfirman, "Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orasng-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya
dan memmaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,"
(QS 3: 1330134).
Sikap pemaaf perlu melekat pada diri Mulsim dan menjadikan akhlak karimahnya
sebagai buah iman, takwa dan ibadahnya kepada Allah. Dengan sikap pemaaf, seorang
Muslim di cintai Allah dan disenangi manusia. Dengan sikap pemaaf yang dimiliki setiap
Muslim akan memperkokoh silaturahimantara sesama kita.
Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam al-Quran adalah sikap memaafkan, yang
bermaksud: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan
pedulikan orang-orang yangNcerdikBsungguh.”
Dalam ayat lain Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: “... dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahawa Allah mengampunimu?
Dan Allah Maha Pengampun,NMahaMPenyayang.”M(An-Nur:22)
Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia al-Quran akan merasa sukar memaafkan
orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap apa pun kesalahan yang diperbuat. Padahal,
Allah s.w.t telah menganjurkan orang beriman bahawa memaafkan adalah lebih baik: “... dan
jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
(At-Taghaabun:14)
Juga dinyatakan dalam al-Quran bahawa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji.
“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk
perbuatan yang mulia.”
Berlandaskan hal tersebut, orang beriman adalah orang yang bersifat memaafkan,
pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam al-Quran, “... menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan)MorangMlain.”M(Ali-Imran:134)
Para pengkaji percaya bahawa pelepasan hormon stres, keperluan oksigen yang
meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah daripada keping-keping
darah, yang mengarah kepada pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan
meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat
melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan
akan mengakibatkan kemungkinan terkena serangan jantung.
Pemahaman orang beriman tentang sikap memaafkan amat berbeza daripada mereka
yang tidak menjalani hidup berlandaskan ajaran al-Quran. Meskipun banyak orang mungkin
berkata bahawa mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti hati mereka, namun
memerlukan waktu yang lama untuk membebaskan diri daripada rasa benci dan marah dalam
hati mereka itu. Sikap mereka cenderung memperlihatkan rasa marah itu.
Oleh sebab mereka tahu bahawa manusia diuji di dunia ini, dan belajar daripada
kesalahan mereka, maka mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih daripada itu,
orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah.
C. MARAH

1. Hakekat Marah

Marah adalah suatu sifat yang dimiliki setiap orang. Namun demikian, Setiap orang
memiliki tingkatan marah yang berbeda-beda. Marah adalah suatu bentuk emosi yang bersifat
fitrah atau bawaan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak para
tokoh maupun para ahli yang berusaha mendefinisikan mengenai hakikat marah. Marah
termasuk potensi manusia untuk pembelaan diri ketika wilayah kebenaran religi diusik. Dari
definisi tersebut sangat jelas bahwa sifat marah akan muncul manakala seseorang
mendapatkan semacam gangguan. Definisi lain menyatakan bahwa marah timbul karena
adanya kekangan yang muncul dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Definisi
kedua ini tidak jauh berbeda dengan definisi sebelumnya hanya saja disini lebih menekankan
pada terhalangnya pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagai sebab munculnya
kemarahan.
Tentang kemarahan ini juga dijelaskan didalam Al quran, bahwa Allah telah
mengizinkan Rasulullah dan kaum muslimin untuk mempergunakan kekuatannya demi
melawan kaum kafir yang menghalangi penegakan agama Allah. Kekuatan ini bersumber dari
dari adanya kemarahan yang berawal dari adanya kekangan dalam menyebarkan agama islam
dan menyerukan keimanan kepada Allah, sebagai mana firman-Nya, QS Al Fath 29
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (QS Al
Fath 29)

Dalam pandangan islam marah merupakan refleksi dari sifat syitan yang keji. Ia
berusaha untuk menjerumuskan manusia melalui kemarahannya. Karena dalam keadaan
marah orang akan sangat mudah untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji yang lain.
Namun demikian bisa disimpulkan bahwa marah merupakan sifat hati yang harus dikelola,
agar setiap kemarahan tidak bersifat destruktif.

2. Tingkat-tingkat Marah
Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa setiap orang memiliki
potensi atau sifat pemarah akan tetapi berbeda-beda tingkatannya. Dalam makalah ini akan
dijelaskan tiga tingkatan marah yaitu;
a. Golongan Tafrith
Yaitu mereka yang tidak memiliki sifat marah. Apa saja yang berlaku disekelilingnya
maka dia tidak menunjukkan perasaan marah. Manusia jenis ini sama sekali tidak memiliki
sikap pembelaan terhadap kebenaran. Dia tidak terasa tersinggung apabila agamanya diinjak-
injak oleh musuh-musuh Islam. Sedangkan Rasulullah SAW. yang terkenal dengan sikap
tawaduk tetap marah mempertahankan agama dengan menentang musuh-musuhnya sekiranya
perlu. Golongan jenis ini juga apabila terjadi perlanggaran terhadap kehormatan diri maupun
ahli keluarganya maka dia akan menghadapinya dengan sikap yang lemah dan terlalu
merendah diri. Jelas di sini sifat tafrith atau langsung kehilangan sifat marah adalah tercela di
sisi syara’.
b. Golongan Ifrath
Yaitu mereka yang tidak dapat mengawal perasaan marah lalu bersikap berlebih-
lebihan sehingga hilang pengawalan akal yang waras terhadap dirinya.
Golongan seperti ini akan berteriak dengan suara yang kuat serta mengeluarkan kata-kata
kasar lagi kesat. Ada kalanya sehingga menyebabkan terjadinya pukul-memukul ataupun
amukan yang dahsyat sehingga terjadi pertumpahan darah.
Marah yang tidak dapat dikawal juga dapat membentuk perasaan dendam, benci dan
dengki sehingga mendorongnya untuk melakukan pembalasan terhadap orang yang
dimarahinya. Allah juga memuji mereka yang dapat mengendalikan perasaan marah melalui
firman-Nya dalam surah Ali-Imran: 133-134)
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,. (Yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan.

c. Golongan I’tidal
Yaitu golongan yang bersikap sederhana di antara tafrith dan ifrath. Mereka tidak
menghilangkan sikap marah secara total tetapi hanya akan marah dalam situasi yang
bersesuaian. Akal juga masih menguasai dirinya dan mereka sentiasa mengikuti batasan-
batasan yang telah ditetapkan oleh syara’. Kemarahan yang tergolong dalam kategori terpuji
adalah kemarahan yang timbul hanya kerana menurut perintah Allah dan untuk membela
agama Islam serta umatnya. Oleh itu hendaklah kemarahan yang ada dalam jiwa seorang
muslim itu bertindak untuk menolak gangguan orang lain terhadap kehormatan dirinya,
keluarganya serta umat Islam keseluruhannya dan menghukum mereka yang ingkar kepada
perintah Allah. Di antara sifat Rasulullah SAW. ialah Baginda tidak menunjukkan kemarahan
dan melakukan pembalasan hanya kerana kepentingan peribadinya. Segala kemarahannya
adalah kerana mempertahankan hukum-hukum Allah.

3. Keutamaan Menahan Marah

Tidak semua kemarahan itu adalah jelek akan tetapi ada kemarahan yang memang diharuskan
seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Diantara kemarahan yang diperbolehkan
yaitu manakala sudah menyangkut terusiknya kebenaran keyakinan kita. Terlepas dari
berbagai definisi maupun pendapat yang ada, penulis berpendapat bahwa walaupun
kemarahan itu ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak, akan tetapi secara umum
sesungguhnya marah itu mempunyai konotasi yang negatif. Oleh karena itu tentu ada
keutamaan tersendiri bagi orang yang bisa menahan marahnya terutama marah yang memang
tidak dianjurkan dalam agama.

Memang sulit menahan marah, marah termasuk bagian dari sifat kemakhlukan seseorang
yang punya bisikan dan hawa nafsu duniawiyah. Banyak orang yang hebat bisa menaklukkan
musuhnya, atau mungkin menaklukkan laki-laki dengan kecantikannya atau sebaliknya,
menaklukkan orang lain dengan hartanya akan tetapi menaklukkan amarahnya tidak berhasil.
Karena seidentik dengan keinginan yang manusiawi, semacam power dari dalam, sehingga
menahan amarah adalah sesuatu yang sulit.

Dalam sebuah sabdanya Rasulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya barang siapa yang
dikaruniai untuknya dari watak lemah lembut (tidak pemarah), maka ia sama dengan telah
dikaruniai bagian dari kebajikan dunia dan akhirat. Dan barang siapa diharamkan baginya
watak lemah lembut (ahli pemarah), maka iapun diharamkan bagiannya dari kebaikan dunia
dan akhirat”. Dalam berbagi tulisan lain juga menyebutkan bahwa marah bisa menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit, oleh karenanya dengan menahan marah berarti kita telah
menjaga diri dari potensi terkenanya penyakit-penyakit tersebut.

4. Langkah Terapi Menahan Marah


Marah memang tidak semuanya buruk akan tetapi secara umum bahwa sifat ini adalah sifat
yang negatif . Oleh karena itu sifat marah yang destruktif mestinya harus dihilangkan
diantaranya yaitu dengan terapi yang diajarkan Rasulullah;

1) Mengucapkan Taawudz

‫الشيطان الرجيم أعوذباهلل من‬

(Aku berlindung kepada Allah daripada syaitan yang terkutuk).


Ini adalah kerana perasaan marah itu timbul dari hasutan syaitan.

2) Diam atau tidak berbicara.


3) Jika semasa timbul perasaan marah itu seseorang itu sedang berdiri maka hendaklah
dia duduk. Jika tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring.
4) Berwudulu kerana air wuduk itu dapat menenangkan jiwa yang sedang marah

Untuk mengobati sifat pemarah seseorang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu;

1. Terapi Ilmu
Ilmu termasuk cara mengenal proses marah merupakan alat terapi yang sangat efektif.
Orang yang memiliki pengetahuan tinggi maka cenderung mereka akan lebih memahami
bagaimana mereka harus memposisikan diri. Maka dari itu ilmu merupakan hal penting bagi
seseorang sehingga ia mampu untuk mengelola emosi kemarahannya. Allah menjelaskan
dalam Al quran bahwa orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya termasuk ia
tidak akan terndahkan martabatkan karena sifat pemarahnya.

2. Terapi Amaliah
Terapi marah dengan amaliah tentu harus berkeyakinan bahwa marah sesungguhnya
marah bukan perbuatan yang diinginkan. Ia berbuat demikian karena jauh diluar
kesadarannya sampai menghilangkan kemakhlukan, sungguh perbuatan itu samadengan
mengundang kemarahan Allah. Ini disebabkan ketidaksadaran tersebut disetir oleh syaitan.
Dalam keadaan seperti ini Rasulallah menganjurkan untuk minta perlindungan kepada Allah
dengan mengucapkan ta’awudz.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sabar merupakan bentuk pengendalian diri atau kemampuan menghadapi rintangan,


kesulitan menerima musibah dengan ikhlas dan dapat menahan marah titik berat nurani
( hati ). Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itu seorang hamba
akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dakm menghadapi
berbagai macam cobaan.
Kata “maaf” merupakan kata yang sering kita dengar apalagi menjelang hari Raya
Idul Fitri. Tapi, apakah kita tahu arti dan makna dari kata “maaf” itu sendiri? Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata “maaf” memiliki tiga arti, arti yang pertama yaitu “pembebasan
seseorang dr hukuman (tuntutan, denda, dsb) krn suatu kesalahan”, arti yang kedua yaitu
“ungkapan permintaan ampun atau penyesalan” serta arti yang ketiga yaitu “ungkapan
permintaan izin untuk melakukan sesuatu”. Dari ketiga arti tersebut, kita biasanya
mengetahui arti maaf sebagai arti yang kedua, yaitu ungkapan permintaan ampun atau
penyesalan.“Dengan memaafkan diri sendiri dan orang lain, kesehatan emosi kita akan
meningkat”.(Forgiveness Institute)

Apakah yang dapat kita simpulkan tentang sifat marah ini? Sekiranya sifat marah itu
hilang sama sekali dalam jiwa seseorang maka ia termasuk dalam perbuatan yang tercela dan
menunjukkan ciri-ciri seorang insan yang lemah pegangan agamanya, penakut, lemah
imannya dan kurang cintanya terhadap agama Allah. Begitu juga sifat marah yang berlebih-
lebihan tanpa batasan ia juga mengundang bahaya serta boleh menimbulkan suasana yang
kacau-bilau. Oleh itu, sekalipun sifat marah itu perlu ada pada diri seseorang tetapi ia sentiasa
diarahkan kepada perkara yang kena pada tempatnya. Dikawal oleh akal yang bijaksana dan
batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syarak. Inilah sikap pertengahan yang adil lagi
terpuji malah ia merupakan ciri-ciri umat Nabi Muhammad SAW. yaitu umat yang bersikap
penuh kesederhanaan dalam semua perkara. Firman Allah: QS Al-Baqarah: 143

B. Saran

Di harapkan mahasiswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari


demi menjaga hubungan silaturrahmi antar mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munzhiri, Z.D. (2002). Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Penerbit Mizan

Baron, R.A. & Byrne, D. (2004). Social Psychology: Undersatnding Human


Interaction.Boston: Allyn and Bacon.

Enright, R.D. (20 Martin, Anthony Dio. 2003. Emotional Quality Management: Refleksi,
Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.

Martin, A.D. (2003). Emotional Quality Management: Refleksi, Revisi dan Revitalisasi
Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Penerbit Arga.

Fatihuddin Abul Yasin, Terapi Rohani Pebngobatan Penyakit Hati, Terbit Terang, surabaya,
2002

Robert Nay, Mengelola Kemarahan, PT SUN, Jakarta, 1996

Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Gema Insani, Jakarta, 2005

Paul Hauck, Tenangkan Diri, Arcan, Jakarta, 1993

Irawati Istadi, Ayo Marah, Pustaka Inti, Bekasi, 2010

Anda mungkin juga menyukai