Anda di halaman 1dari 63

Disusun Oleh : Amirah Nur Azizah N / IXB / 02

Optimis, Ikhtiar, & Tawakal


Dalam Perspektif Islam & Implementasinya
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pertama - tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan
ridho Allah SWT. karena rahmat dan hidayahnya, kita dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Nurul Hasan selaku
guru agama, yang membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini,
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman - teman yang
senantiassa membantu mencari informasi dalam pembuatan maklah
ini.Dalam makalah ini kami menjelaska tentang "Optimis, Ikhtiar,
Tawakal dalam Perspektif Islam dan Implementasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu
kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang membangun dari
segelah pihak.Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
dibidang Pendidikan Agama Islam.

Sekian dari kami, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamualaikum


wr.wb

Jember, Agustus 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua manusia pasti ingin meraih kesuksesan. Untuk
mendapatkan kesuksesan itu sendiri tidaklah mudah. Karena, kita
harus mengalami kegagalan terlebih dahulu sebelum
mendapatkan kesuksesan yang diinginkan. Kegagalan disini
memiliki arti ujian dan cobaan dari Allah SWT. Dalam kegagalan
itu, biasanya banyak orang berputus asa, stress, atau bahkan
depresi. Sebagai seorang mukmin sudah sepatutnya kita memiliki
sikap optimis, ikhtiar, dan tawakal dalam perspektif islam dan
implementasinya. Artinya, kita harus tetap optimis pada usaha
kita, karena telah berdoa dan mengusahakan yang terbaik, lalu
hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT. Karena apapun
keputusan Allah SWT, itulah yang terbaik untuk kita semua.
Ditambah lagi kepasrahan kita kepada Allah membuat hidup kita
jauh lebih tenang, sehingga mencegah kita mengalami hal -hal
negatif seperti stress dan depresi.
B. Kajian Teori
Pengertian Optimis Menurut Para Ahli
- Menurut Scheier dan Carver (2002)
Optimisme adalah mengharapkan hal-hal baik terjadi pada diri
kita, sedangkan pesimisme adalah mengharapkan hal-hal buruk
terjadi pada diri kita
- (Ghufron & Risnawita, 2010)
Berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan inspirasi baru,
kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan
sehingga mencapai keberhasilan.
- Seligman (1999)
Menyatakan bahwa optimisme adalah suatu pandangan sacara
menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif, dan mudah
memberikan makna bagi diri.
- Imam Al Ghazali
Optimis adalah kelapangan hati dalam menantikan hal yang
diharapkan pada masa yang akan datang dalam hal yang
mungkin terjadi.
- Imam Qusyairi
Optimis adalah terpikat hati kepada sesuatu yang
diharapkan yang akan terjadi pada masa yang akan dating.

Pengertian Ikhtiar Menurut Para Ahli


-(Nasution,1992)
Ikhtiar adalah kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam
memilih dan menentukan perbuatannya.
- Syekh Nawawi
mengatakan bahwa iktiar (usaha) merupakan salah satu bentuk
tawakal seseorang kepada Allah yaitu rela terhadap sesuatu yang
telah ditentukan Allah dari hasil ikhtiar tersebut, dan tidak
memunculkan keinginan memiliki yang lebih banyak dari
bagiannya itu.
- Eddi Saffan
Ikhtiar adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan
mengupayakan seluruh pemikiran.

Pengertian Tawakal Menurut Para Ahli


-Imam Al Ghazali
Didefinisikan pengertian tawakal sebagai penyandaran diri kepada
Allah Swt. sebagai satu-satunya al-wakiil (tempat bersandar)
dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-Nya
saat menghadapi kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana,
dengan jiwa yang tenang dan hati yang tentram.
-Imam Ahmad bin Hambal
Pengertian tawakal adalah perbuatan yang dilakukan oleh hati
bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan. Bukan juga sesuatu yang
dilakukan oleh anggota tubuh. Tawakal juga bukan merupakan
sebuah keilmuan dan pengetahuan. Imam Ahmad bin Hambal
menambahkan, tawakal bukan hanya berdia diri tanpa usaha,
bukan juga kepasrahan tanpa upaya
-Menurut Ibnu Qoyim Al Jauzi
Pengertian tawakal adalah amalan dan ubudiyah (penghambaan)
hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah,
tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan rida atas
sesuatu yang menimpa diri Anda.
C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan optimis?


2. Apa yang dimaksud dengan ikhtiar?
3. Apa yang dimaksud dengan tawakal?
4. Contoh sikap optimis dalam kehidupan sehari - hari
5. Contoh sikap ikhtiar dalam kehidupan sehari – hari
6. Contoh sikap tawakal dalam kehidupan sehari – hari
7. Jelaskan kandungan hadis tentang optimis
8. Jelaskan kandungan hadis tentang ikhtiar
9. Jelaskan kandungan hadis tentang tawakal
10. Bagaimana pandangan islam mengenai optimis,
ikhtiar, dan tawakal
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Optimisme

Pada umumnya, umat islam memiliki harapan dan keyakinan. Nah,


keselarasan antaraharapan dan keyakinan akan tercapainya harapan
tersebut, itulah yang disebut denganoptimisme, berikut ini merupakan
beberapa pengertian menurut beberapa keterangan dan para ahli:

1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Pengertian optimisme dalam kamus besar bahasa indonesia adalah


keyakinan atas segalasesuatu dari segi yang baik dan menguntungkan.
Orang yang memiliki sikap optimismedisebut orang optimis atau dapat
diartikan orang yang selalu semangat berpengharapan baik.
1. Dalam Perspektif Islam

Optimis dalam Islam, khususnya dalam Ilmu Tasauf yang mempelajari


tentang diri manusia,

lebih dikenal dengan istilah "Raja"

(harapan) merupakan suatu maqam bagi orang yang berjalan menuju


Allah dan hal (sifat mental) bagi orang yang menuntut dan ingin
mencapaiketinggian budi:

A. Menurut Ibnu Qudamah al-Muqadasi

Optimis adalah sesuatu yang terlintas di dalam hati yang merupakan


harapan pada masa yangakan datang. Rasa lapang dada karena
menantikan yang diharapkan dimana hal yangdiharapkan itu memang
mungkin terjadi.

B. Imam Qusyairi

Optimis adalah terpikat hati kepada sesuatu yang diharapkan yang akan
terjadi pada masayang akan datang.

Allah SWT memang menghadirkan beragam peristiwa agar manusia


mampumengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap
peristiwa agar tingkatkeimanan seseorang semakin bertambah.
Tentunya hal ini akan terwujud bila manusiamempunyai benih
kepercayaan akan kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT
sebagai pengatur setiap peristiwa di alam ini.
Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS. untuk melaksanakan perintah
Allah SWT. menyembelih putranya tercinta Ismail adalah potret sejati
seorang mu’min yang mempunyai kekuatan tawakal dan kepercayaan
yang amat tinggi terhadap keputusan dan kekuatan pencipta-Nya.
Itulah harapan dari ajaran Islam agar manusia yang beriman selalu
bisamenempatkan possitive thinking kepada Allah SWT di dalam diri
dan optimis dalammelaksanakan perintah ajaran-Nya. Kepercayaan
akan hal ini dalam pandangan Islam dikenalsebagai rasa tawakal.
Semakin kuat kepercayaan ini, maka akan mempertebal sikap tawakal,
dan akhirnya rasa optimis dalam diri semakin bertambah.

Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa optimis haruslah
mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati. Untuk
itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis
dalam diri. Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilahyang
menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan
peperangan yangtercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar
hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad
lamanya.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan rasa optimisme dalam diri,
antara lain sebagai berikut:

1. Temukan hal - hal positif dari pengalaman kita di masa lalu


2. Tata kembali target yang hendak kita capai
3. Pecah target besar menjadi target - target kecil yang segera dapat
dilihat keberhasilannya
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT. akan selalu menolong
dan memberi jalan keluar

Optimise juga mempunyai berbagai manfaat bagi diri kita. Optimisme


sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari - hari guna mancapai
sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di
akhirat. Dengan adanya sikap optimis dalam diri setiap Muslim, kinerja
untuk beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat
diselesaikan dengan baik. Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa
mengiringi, kerenahanya dengan kekuasaan-Nya apa yang kita
harapkan dapat terwujud. Selain itu, optimis juga dapat berpengaruh
pada kesehatan.

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan


tahun tentangmanfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan.
Hasil riset menunjukkan bahwaseorang optimis lebih sehat dan lebih
panjang umur dibanding orang lain apalagi dibandingdengan orang
pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis
lebihsanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya
mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan
sering berpikir positif:

1. Lebih panjang umur

2. Lebih jarang mengalami depresi

3. Tingkat stres yang lebih kecil

4. Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit

5. Lebih baik secara fisik dan mental

6. Mengurangi risiko terkena penyakit jantung

7. Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres

Dengan memperhatikan manfaat-manfaat rasa optimisme di atas, maka


diharapkan,umat islam dapat meningkatkan optimisme dan keyakinan
dalam dirinya agar kehidupannyaakan menjadi lebih baik.

Contoh Perilaku Optimis

1. Mencari solusi dari setiap permasalahan


Seseorang yang optimis memilih untuk segera bangkit dari
keterpurukan. Mereka memiliki kepercayaan bahwa kondisi kesulitan
yang tengah mereka alami hanya berlangsung sementara. Mereka juga
yakin ada banyak jalan yang tersedia untuk keluar dari kesulitan
tersebut.

Daripada berfokus pada permasalahan yang sedang membelit, orang


yang optimis lebih senang menyusun berbagai solusi. Apabila mereka
gagal melakukan strategi yang sudah mereka susun, mereka akan
segera beralih ke rencana selanjutnya.

Orang dengan optimisme sadar bahwa terus memikirkan permasalahan


yang mereka alami tentu membutuhkan banyak energi. Mereka enggan
membuang banyak energi untuk sesuatu yang tidak berguna, sehingga
memusatkan waktu, pikiran, dan tenaga kepada solusi karena dianggap
sebagai pilihan yang lebih baik.

2. Memiliki prasangka baik terhadap masa depan

Orang yang pesimis cenderung memikirkan segala kemungkinan


terburuk yang bisa terjadi di masa depan. Sebaliknya, orang dengan
optimisme percaya bahwa hal baik akan terjadi di masa depan. Namun,
bersikap optimis tidak berarti mengabaikan risiko buruk yang mungkin
terjadi.

Meskipun masa depan dipenuhi dengan segala ketidakpastian, orang


yang optimis menghindari kecemasan dan ketakutan berlebihan akan
masa depan yang buruk. Kekhawatiran akan hal yang belum tentu
terjadi hanya akan menghalangi kita untuk melangkah maju dan
mengupayakan langkah-langkah terbaik.

3. Berekspektasi pada hal baik

Pada tahun 1960 seorang psikolog Harvard bernama Robert Rosenthal


melakukan riset kolaborasi dengan kepala sebuah sekolah dasar di San
Fransisco bernama Lenore Jacobson untuk menguji teori self-fulfilling
prophecy. Teori ini berasumsi bahwa harapan terhadap seseorang
dapat menjadi kenyataan karena adanya umpan balik yang positif
antara keyakinan dan tindakan. Mereka ingin mengetahui bagaimana
ekspektasi guru dapat mempengaruhi performa siswa.

Baik Rosenthal maupun Jacobson memilih dua siswa secara random


untuk diuji. Kedua siswa itu diberi tahu bahwa mereka memiliki skor IQ
superior dibandingkan teman-teman lainnya. Tentu saja hasil itu
tidaklah benar. Namun, sesuai ekspektasi, kedua siswa tersebut
menunjukkan performa akademis yang baik.
Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah bahwa manusia sangat
dipengaruhi oleh ekspektasi yang diberikan kepadanya. Manusia dapat
meningkatkan optimisme sebagai respons atas ekspektasi yang
diberikan.

Untuk meningkatkan optimisme dalam diri, kita bisa mencoba


mengingat dan mencatat berbagai ekspektasi positif yang disematkan
orang lain kepada kita. Secara tidak sadar, kita akan berusaha
mewujudkan ekspektasi tersebut dan menerapkan perilaku optimis.

Selain bertindak terhadap ekspektasi orang lain, kita juga bisa menaruh
harapan terhadap diri sendiri, misalnya menjadi lebih produktif, atau
meningkatkan skor akademis, dsb. Dengan begitu, optimisme dapat
terus terjaga dalam diri kita.

4. Memetik hal baik dalam setiap permasalahan

Daripada terus larut dan meratapi nasib, orang yang optimis memilih
untuk belajar dari setiap permasalahan. Mempelajari pengalaman di
masa lalu dapat mencegah kita terjebak dalam kesalahan yang sama.
Selain itu, orang yang optimis juga selalu berusaha melihat hal baik dari
setiap kesulitan yang ia alami. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang
mereka miliki bahwa dibalik permasalahan akan selalu ada pelajaran
yang bisa dipetik.

1. Menjaga suasana hati

Merujuk pada riset yang dilakukan sejumlah peneliti Universitas


Boston, menjaga suasana hati merupakan salah satu kunci untuk
menjaga optimisme. Ketika menghadapi peristiwa yang membuat stres,
orang yang optimis enggan melabel kejadian itu sebagai sebuah
permasalahan. Mereka memilih untuk segera mengatasinya agar
suasana hatinya tidak terpengaruh.

Selain segera mengatasinya, orang yang optimis juga memilih untuk


secepat mungkin melupakan peristiwa tersebut. Sebab, jika terus
berlarut dalam pikiran, permasalahan yang dialami seseorang akan
mengarah pada stres.
Pandangan Islam Terhadap Optimisme

Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis?


Optimisme merupakansikap selalu mempunyai harapan baik dalam
segala hal serta kecenderungan untukmengharapkan hasil yang
menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif.Jadi
optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir. Bersikap
optimis dalam islamadalah wujud keyakinan hamba kepada RobbNya,
sebagai hamba Allah kita tidak bolehmerasa rendah diri karena kita
punya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu lagi Maha Pemberi.

Dalam surat Ali Imran ayat 139, Allah SWT bersabda:

”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu


bersedih hati, padahal kamu adalah orang - orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang - orang yang beriman”.

Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimis akan


menganggap kegagalan dari sisi yang buruk. Umumnya seorang pesimis
sering kali menyalahkan dirisendiri atas kesengsaraannya. Ia
menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi
karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya.
Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :

Allah berfirman “ Aku tergantung persangkaan hambaKu pada diri -Ku,


dan Aku bersamanya apabila ia mengingatKu “

(Shahih Bukhori, Hadits No. 6856)

Allah itu sesuai dengan persangkaan hambaNya. Jika seseorang sudah


tidak percaya pada dirinya sendiri, merasa tidak mampu, selalu ragu-
ragu, maka kemungkinan besar itulahyang akan terjadi. Akan tetapi jika
kita yakin kita bisa dan mau mencoba dengan usaha yangoptimal maka
insya Allah dengan pertolongan Allah kita akan bisa mencapai hasil
yangterbaik, bahkan kadang-kadang terasa tidak masuk akal
sebelumnya. Ketika alam pikir kitamengatakan kita tidak mampu maka
seluruh organ-organ tubuh kita juga akan meresponsama.

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang


yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan merekaberjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar."

(QS.Al Hujuraat:15)

Dasar dari sikap optimis umat Islam berakar dari keimanan yang ada di
dalam dada. Selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah di
Mekah, beliau memfokuskandakwahnya kepada keimanan atau tauhid.
Baru kemudian di Madinah mulai menyentuhsyariat-syariat dalam
Islam. Mengapa iman begitu penting? Karena imanlah
yangmengarahkan segala perilaku manusia. Ia adalah penuntun menuju
keikhlasan dan sikapihsan. Manusia yang beriman akan berbeda
dengan orang yang tidak beriman. Orang yang beriman, tidak akan ragu
untuk berjihad, melakukan kebaikan meskipun tidak dilihat
orangkarena dia yakin Allah melihatnya dan akan memberikan balasan
kepadanya. Ia yakin bahwaAllah sedang menguji kesabarannya untuk
menjadikannya lebih kuat.

Semua keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa kita bisa


melakukannya. Untukselanjutnya perlu disusun planning yang matang
dan usaha yang maksimal dalam proses yangdilakukan untuk mencapai
target atau tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, dahulu
karenaRasulullah dan para sahabat yakin bisa merubah peradaban
dengan peradaban Islam, meskipun dengan berbagai kekurangan pada
awalnya baik harta, pengikut, maupun saranayang lain, tetapi dengan
keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal, juga doa yangsenantiasa
terpanjat, Islam bisa memegang peradaban.

Hikmah Optimis dengan Ahklak Mulia

Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola


sikap manusia dalam menjalani kehidupan sehari hari. Tanggung jawab
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini akan tergantung kepada
akhlaknya. Apabila manusia mempunyai akhlak yang sesuai dengan
tuntunan Alqur’an dan Al - Hadits niscaya kehidupan di dunia ini akan
menjadi baik, manusia akan mampu menyelesaikan tugas ke
khalifahanya dengan baik pula. Hubungan sikap optimis dengan ahlak
mulia adalah salah satunya mempunyai sifat sabar. Semua itu
membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Allah SWT.
Memerintahkan manusia supaya menjadikan sabar dan salat sebagai
penolong dalam Al - Qur’an Surat Al - Baqarah Ayat 153 berikut ini,
Artinya :

" Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)


dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."

(Q.S. Al-Baqarah : 153)

Berfikir positif berarti berbaik sangka dan menjauhkan diri dari sikap
buruk sangka. Berbaik sangka disebut juga husnudhan, sedangkan
berburuk sangka dikenal dengan istilah suudzon. Sebaliknya, kita harus
menyikapi hal itu dengan pikiran positif. Kita akan menyadari bahwa
semua itu merupakan kehendak Allah SWT., yang muncul akibat cara
kita berkendara yang kurang hati-hati. Dengan demikian kita akan bisa
intropeksi diri sehingga kejadian itu tidak terulang lagi pada waktu yang
akan datang. Hal itulah yang disebut dengan huznudzon. Sikap yang
demikian untuk berfikir positif itu difirmankan Allah swt. Dalam Al -
Qur’an Surat Al - Hujarat Ayat 12 Berikut ini, Artinya :
" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
sesungguhnya sebagaia dari prasangka, itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan oranglain dan janganlah sebagian kamu
menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya "

(Q.S. Al - Qur’an Hujarat : 120

Berfikir positif juga berfikir matang, yaitu memperhitungkan dan


mempertimbangkan secara matang sesuatu yang akan dikerjakan.
Dengan berfikir matang, seseorang akan berlakuhati-hati. Hal ini akan
menghindar kanny adari kegagalan serta memupuk pikiran positifdalam
diri setiap umat Islam.

Sikap percaya diri atau optimisme merupakan bagian dari akhlak yang
mulia. Percayadiri adalah keyakinan terhadap kemapuan dri sendir
dalam melakukan sesuatu yang teahdirncanaakan. Sikap itu juga akan
memberi dorongan untuk mengatasi setiap kesulitan.Kegagalan
merupakan keberhasilan yang tertunda. Hal itu telah difirmankan Allah
swt,dalam Al - Qur’an Surat Al - Insyirah Ayat 5 - 6, Artinya:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


sesungguhnya sesudahkesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S. Al-Insyirah:5-6)
Sikap percaya diri dan optimis akan menghilangkan sikap putus asa.
Allah SWT.Melarang hamba yang beriman untuk berputus asa karena
putus asa adalah sifat orang - orangkafir. Contohnya, orang yang sakit
harus mempunyai perasaan optimis akan sembuh. Perasaan optimis
tersebut akan menimbulkan hidup yang akan memperlancar proses
penyembuhannya. Perintah untuk menjauhi sikap putus asa tersebut
difirmankan Allah swt. Dalam Al - Qur’an Surat Yusuf Ayat 87 berikut
ini, Artinya :

" Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesugguhny tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kamu yang kafir."

(Q.S. Yusuf : 87)

A. Pengertian Ikhtiar.
Secara bahasa, kata ikhtiar berasal dari bahasa arab yang berarti
memilih. Selanjutnya, ikhtiar diartikan berusaha, karena pada
hakikatnya orang yang berusaha adalah berarti memilih. Memilh
bekerja dari pada tidak bekerja, memilih sekolah dari pada tidak
sekolah dan secara istilah, ikhitar berarti melakukan suatu kegiatan
dengan maksud untuk memperoleh suatu hasil yang dikehendaki.
Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh
apa yang di kehendakinya. orang yang berikhtiar berarti dia memilih
suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh agar dapat berhasildan sukses. Dalam kata lain Ikhtiar
adalah berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan, tidak berdiam
diri dan berpangku tangan apa lagi lari dari kenyataan.

Macam - macam Ikhtiar.


1. Bersungguh-sungguh. Ini ialah salah satu yang harus diperhatikan,
dalam mencapai semua keinginan diperlukan kesungguhan yang
mendalam, jangan sekali pasti kita menginginkan jodoh yang baik,
karenanya kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
memantaskan diri dan memperbaiki diri kita, jika kita sudah pantas dan
baik maka dengan izin-Nya jodoh kita akan datang.

2. Bekerja Keras. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk


mendapatkan apa yang diinginkan. Bermalas-malasan ialah tindakan
yang sangat dilarang terlebih melakukan usaha dengan semaunya. Kita
harus bekerja keras dan berjuang dengan sekuat mungkin untuk
mendapatkan hasil yang baik. Misalnya: dalam mencari rezeki kita tidak
boleh bermalas-malasan dalam bekerja. Kita harus rajin dalam bekerja,
rapih, sungguh-sungguh dan ikhlas dalam bekerja.

1. Dilarang Putus Asa dan Pantang Menyerah. Bila kita melakukan


usaha lalu tidak mendapatkan hasil seperti yang kita harapkan
atau bahkan mungkin gagal maka kita harus terus untuk mencoba,
jangan mudah untuk menyerah, berputusasa karena usaha yang
kita kerjakan gagal, itu karena sebuah kegagalan merupakan
sebuah proses pembelajaran supaya kita dapat lebih berusaha

2. Dampak Positif Ikhtiar


Ada beberapa dampak positif dalam berikhtiar diantaranya :

-Merasakan kepuasan batin karena dapat mencukupi kebutuhan


hidupnya sendiri, walaupun usahanya dengan susah payah dia lakukan

-Terhormat dalam pandangan Allah dan sesama manusia karena sikap


perwira yang dimiliki

-Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan harta, karena hasil yang


diperoleh memerlukan usaha dan kerja keras

Hikmah Ikhtiyar

-Menghilangkan rasa malas, murung dan keluh kesah

-Menumbuhkan harapan baru dalam hidup. Karena setiap dari satu


usaha dapat menumbuhkan sejuta harapan. Dan dengan banyak
berusaha maka akan semakin banyak harapan

-Meninggikan derajat kita dihadapan manusia dari Allah SWT

Manfaat Ikhtiar.
seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak
positif, di antaranya sebagai berikut :

-Merasakan kepuasan batin, karena telah berusaha dengan sekuat


tenaga dan kemampuanya yang di miliki.

-Terhormat di hadapan allah dan sesama manusia.

-Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja. -Tidak mudah


berputus asa.

-Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.

-Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.

-Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada


makhluk.

Contoh - Contoh Ikhtiar.


Contoh-contoh ihktiar yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari
banyak sekali karena allah memberi kebebasan untuk manusia
berikhtiar dengan syarat tidak melanggar syariat allah swt,contoh
ikhtiar seperti belajar dengan tekun agar mendapat nilai yang baik,
seorang ayah bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan
lain sebagainya.

Membiasakan Diri Berikhtiar.

Harus disadari bahwa kebutuhan hidup manusia semakin hari semakin


banyak dan bermacam-macam. Sedangkan Allah SWT., Yang Maha
Pemurah telah menyediakan semua kebutuhan

hidup manusia. Oleh karenanya kewajiban manusia ialah berusaha


mencapainya dengan kemampuannya yang semaksimal mungkin. Dan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus :

-Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha terutama yang


sifatnya halal

-Tekun dalam melaksanakan suatu tugas yang diamanahkan terhadap


dirinya

-Pandai-pandai memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang


positif

-Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan

-Berusaha mendapatkan cara yang baru untuk memajukan usahanya


-Harus memiliki semboyang bahwa bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhan hidup lebihmulia dari pada meminta bantuan dan
menunggu belas kasihan orang lain.

A. Pengertian Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam
agama Islam , tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti
akibat dari suatu kondisi.

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut,


"Tawakkal adalah menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi
suatu kepentingan, bersandar kepada dalam waktu kesukaran, teguh
hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram. Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakkal adalah "keteguhan
hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang
demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang
diserahi urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki sifat amanah
(tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan
rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari
keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari
agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,
Pengetahuan Maha Luas, Dia yang menguasai danmengatur alam
semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan
segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta
tidak ada rasa curiga, karenaAllah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal.
Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang
semacam ini memiliki pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah
menghendaki pandai tentumenjadi orang pandai. Atau tidak perlu
bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kayatentu kaya, dan
seterusnya.

Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya,
seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah
menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dipegang
teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri. Menurut ajaran Islam,
tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau
perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya - menurut ajaran Islam -
adalah menyerah diri kepada Allahsetelah berusaha keras dalam
berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalammengikuti
sunnah Allah yang Dia tetapkan.

Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah


dikunci rapat, barulahia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah ada
seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu.
Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-
benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan
jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bisa engkau
bertawakkal." Jadi tawakal bisa juga diartikan Tawakkal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta'ala untuk
mendapatkan keselamatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut
urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan
barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya
jalan keluar dan memberi rizqi dari arah yang tidak ia sangka-sangka,
dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup
baginya." (Ath Tholaq : 2-3)
B. Makna bertawakkal kepada Allah

Banyak di antara para ulama yang telah menjelaskan makna Tawakkal,


diantaranya adalah Al Allamah Al Munawi. Ia mengatakan, "Tawakkal
adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran(diri) kepada yang
di Tawakkali. "( FaidhulQadir ,5/311). Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma
mengatakan bahwa Tawakkal berarti percaya sepenuhnya kepada
AllahTa'ala. Imam Ahmad mengatakan, "Tawakkal berarti memutuskan
pencarian disertai keputus-asaan terhadap makhluk." Al Hasan Al
Bashri pernah ditanya tentang Tawakkal, maka beliau menjawab,
"Ridho kepada Allah Ta'ala" , Ibnu Rojab Al Hambali mengatakan,
"Tawakkal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah
Ta'ala dalam memperoleh keselamatan dan menolak bahaya, baik
urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan. "Al Hafizh Ibnu Hajar
Al Asqolani mengatakan, "Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari
berbagai sebab setelah sebab disiapkan."
C. Mendapatkan Kebaikan dan Menghindari Kerusakan

Ibnul Qayyim berkata, "Tawakkal adalah faktor paling utama yang bisa
mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari
serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya.
Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi kondisi
seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau
yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan
Allah sebagai pelindungnya serta yang memberinya kecukupan, maka
musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.

"( Bada'i Al-Fawa'id 2/268)

Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, Imam Al Bukhori telah
mencatat dalam kitab shohih beliau, dari sahabat Ibnu Abbas
rodhiyAllahuanhuma,bahwa ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke
tengah-tengah api yang membara beliau mengatakan,"Hasbun Allahu
wa ni'mal wakiil." ( Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung). Kata ini pulalah yang diungkapkan oleh
Rosulullohshollallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepada beliau,
Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk
memerangimu, maka waspadalah kamu terhadap mereka.

"(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir. Lihat Fathul Bari


VIII/77 ) Ibnu Abbas berkata, "Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh
Nabi Ibrahim ketika iadilemparkan ke tengah bara api adalah: 'Cukuplah
Allah menjadi penolong kami dan Allahsebaik-baik pelindung'

." (HR. Bukhori)


D. Bertawakkal kepada Allah Adalah Kunci Rizki

Rosululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seandainya


kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya
kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat
pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan
kenyang.

" (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim).

Dalam hadis yang mulia ini Rosululloh menjelaskan bahwa orang yang
bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan
diberi rizki. Bagaimana tidak, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat
Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati. Abu Hatim Ar Razy berkata,
"Hadist ini merupakan tonggak tawakkal. Tawakkal kepada Allah itulah
faktor terbesar dalam mencari riqzi. " Karena itu, barang siapa
bertawakkal kepada, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan
mencukupinya. Allah berfirman yang artinya, "Dan barang siapa
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang Dia kehendaki).
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu. " (Ath-Thalaq: 3). Ar Rabi 'bin Khutsaim berkata mengenai ayat
tersebut, "Yaitu mencukupinya dari segala sesuatu yang membuat
sempit manusia."

E. Tawakkal Bukan Berarti Tidak Berusaha

Mewujudkan Tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Allah


memerintahkan hamba- Nya untuk berusaha sekaligus bertawakkal.
Berusaha dengan seluruh anggota badan dan bertawakkal dengan hati
merupakan perwujudan iman kepada Allah Ta'ala. Sebagian orang
mungkin ada yang berkata, "Jika orang yang bertawakkal kepada Allah
itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan
mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan
bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit? " kata itu sungguh
menunjukkan kebodohan orang itu pada hakikat Tawakkal. Nabi kita
yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki
itu dengan burung yang pergi di pagihari untuk mencari rizki dan pulang
pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki cadangan apapun,
baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar
berbekal tawakkal kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat
bergantung.

Para ulama-semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik


kebaikan-telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam
Ahmad, beliau berkata: "Dalam hadits tersebut tidak ada sinyal yang
memungkinkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada
sinyal yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits
tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam
bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui
bahwa kebaikan (rizki) itu di tangannya, tentu mereka tidak akan
pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan
selamat,sebagaimana burung-burung tersebut.

"( Tuhfatul Ahwadzi , 7/8)

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya


duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, "Aku tidak mau bekerja
sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri". Maka beliau berkomentar,
"Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi shollallahu
'alaihi wa sallam bersabda,' Sesungguhnya Allah telah menjadikan
rizkiku dalam bayang-bayang tombak perangku (baca: ghonimah ) '.
Dan beliau juga bersabda, 'Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang
diberikanNya kepada burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi
dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. '
(Hasan Shohih. HR.Tirmidzi).

Selanjutnya Imam Ahmad berkata, "Para sahabat juga berdagang dan


bekerja dengan mengelola pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan
kita.

" ( Fathul Bari , 11/305-306)

Kalau kita mau merenungi maka dapat kita katakan bahwa pengaruh
tawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha seseorang ketika bekerja
untuk mencapai tujuan-tujuannya. Imam Abul Qasim Al-Qusyairi
mengatakan, "Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya didalam
hati. Adapun gerak lahiriah maka hal itu tidak bertentangan dengan
tawakkal yang ada di dalam hati setelah seseorang meyakini bahwa
rizki itu datangnya dari Allah. Jika ada kesulitan, maka hal itu adalah
karena takdir-Nya. Dan jika ada fasilitas maka hal itu karena fasilitas
dariNya.

"( Murqatul Mafatih , 5/157).

Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah


berarti meninggalkan usaha adalah sebuah hadits. Seseorang berkata
kepada Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam ,"Aku lepaskan untaku dan
(lalu) aku bertawakkal?" Nabi bersabda, "Ikatlah kemudian
bertawakkallah kepada Allah." (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani
dalam ShohihJami'ush shoghir ). Dalam riwayat Imam Al-Qudha'i
disebutkan bahwa Amr bin Umayahradhiyallahu 'anhu berkata, "Aku
bertanya, 'Wahai Rosululloh!! Apakah aku ikat dahulu unta
tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan
begitu saja lalu aku bertawakkal? ', Beliau menjawab,' Ikatlah untamu
lalu bertawakkallah kepada Allah."

(Musnad Asy-Syihab , Qayyidha wa Tawakkal , no. 633, 1 / 368)

Tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap


muslim bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan
penghidupan. Hanya saja ia tidak bisa menyandarkan diri pada
kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa
segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia
semata.

F. Manfaat Tawakal kepada Allah Swt

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal


kepada Allah Swt.Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada
orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia
tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan,
sehingga martabat dan kemuliaan nya tetap terjaga. Ilmu pengetahuan,
industri,seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia.
Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran
materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, dan banyak
hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas
baginya.Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu
manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus
ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi
tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti
kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan
akan masa depan. Saat ini, banyak problem yang mengancam
masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum
dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiatri dengan
berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah
tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologis, mulai dari terapi
perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada
nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan
demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai
metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia
dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi
masalah-masalah kejiwaan. Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu
metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan
pengamatan empiris menekankan hal itu, dimana tawakal kepada Allah
Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai
penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta
menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan
kesabaran untuk manusia. Dalam Islamdi tegaskan bahwa tawakal
kepada Allah Swt.

Sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.


Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan
menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan
adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam

dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya


demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan
kemuliaannya tetap terjaga.Ilmu pengetahuan, industri, seni dan
teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan
teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki
berbagai fasilitas dalam kehidupannya, dan banyak hal yang awalnya
tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya. Dewasa ini,
banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada
satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para
pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi
kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman,
ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan. Saat ini,
banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan
depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi,
bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya, berupaya
memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran
pengobatan psikologis, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik
dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk
pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia
menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan
tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan
strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah
kejiwaan.Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang
dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris
menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat
mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik
yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan
ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran untuk
manusia.

Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt.

Sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.


Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan
menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan
adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam
Al-Qur'an, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal
atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta
menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. Sedangkan
secara istilah, salah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan
dan kepasrahan yang benar kepada Allah sebagai zat yang berkuasa
mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa
melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari
itu,tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT.

Sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal


adalah kepasrahan jiwa kepada Allah, karena itu segala bentuk ikhtiar
tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukantanpa kepasrahan kepada
Allah. Ketika manusia mengalami masalah dan merasa dirinya tidak
mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan
masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya,
dan dengan jalan tersebut telah meningkatkan kemampuannya. Oleh
karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu
dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi ke yang
mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan
kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar. Kenyataan ini sesuai
dengan tawakal manusia kepada Allah Swt.

Manusia senantiasa mengalami masalah dalam hidupnya, dan


mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu
menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi
ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor
alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas
Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah
Swt agar sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt
sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang
menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih
penyanyang dari segalanya.

Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki


berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa penyebab
utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan
keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan
dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung
penghargaantak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan
bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia
berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepadaAllah Swt dan
selain berusaha, ia juga akan meminta keberhasilan kepada-Nya.
Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat
menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan
mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu fitur orang
yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu bangga, dan
kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia
semaksimal mungkin berupaya memenuhi kebutuhannya dan
menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt.

Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya. Manusia seperti itu


bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak
dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tak kala
menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng
tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut.
Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi
mereka. Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang
tawakal.

Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya


orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt.

Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan


tawakal. Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman,
"Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa
berkata ketakutan," Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir
menyusul dan kemudian membunuh kita. "(61)" Musa berkata, "
Sesungguhnya perlindungan Allah selalu menyertai ke mana aku pergi.
Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan keselamatan. "Demikianlah,
Musa berusaha menenangkan Bani Israel dan membuang jauh- jauh
dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu.
"(62)Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan
kaumnya.

Ketika kaum Nabi Musa melihat bala tentara Firaun yang mengejar
mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan
mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Musa menenangkan
mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama
mereka.Padahal, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi
dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas
Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi
dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang
berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya. Selain itu, ia akan
menemukan arti darisegala peristiwa yang ia alami dalam
kehidupannya. Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam
menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu
yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan
pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai
tujuannya, namun jika mereka tidak mendapatkan hasil yang
diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu. Terkait hal
itu, Allah Swt dalamsurat al-Baqara ayat 216 berfirman,

".... Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu ada
kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru ada
keburukan. Allah sungguh mengetahui muslahat yang kalian ketahui.
Maka, sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian. " Salah satu sisi
lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada
anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit.

Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, dan


harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi
kebatilan, merupan dampak dari tawakal.Orang yang bertawakal
merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga iatidak
tenggelam dalam masalah yang ia hadapi. Manfaat lain dari tawakal
adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil
keputusan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa "Barang siapa yang ingin
menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus
bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat,
maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan ....."Kemuliaan dan
martabat di sisi masyarakat adalah buah dari tawakal kepada Allah Swt.
Orang yang bertawakal tidak pernah tergantung pada orang lain, sebab
ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah
merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga
martabat dan kemuliaan nya tetap terjaga.Terkait hal itu, dalam surat
al-Anfal ayat49, Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya orang-orang
yang menyerahkan urusan mereka kepada Allah dengan penuh
keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah,
niscaya Dia akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan
pada musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-
Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya. " Dengan tawakal,
urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Iaakan mendapat
rizki yang tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia
akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan
optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-
penyakit jiwa dan akhlak.

(IRIB Indonesia / RA /NA)


1. Kisah Nabi Muhammad

Nabi Muhammad saw. kerap kali memberikan nama kepada barang-


barang yang dimiliki dan dipakainya. Mulai dari hewan yang dikendarai,
barang-barang yang digunakan setiap harinya, hingga alat-alat perang
yang digunakannya ketika berperang. Qashwa adalah salah satunya.
Unta kesayangan Nabi Muhammad saw. yang dibeli dari Sayyidina Abu
Bakar as-Siddiq. Ia diberi nama seperti itu karena cepatnya ketika
berjalan.

Nabi Muhammad saw. menunggangi Qashwa ketika hijrah ke Madinah.


Selain menaiki untuk hijrah ke Madinah, Rasulullah juga menunggangi
Qashwa dalam beberapa peristiwa penting lainnya seperti Perang
Badar, Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah), Perjanjian
Hudaibiyah, dan Haji Wada’.

Nabi Muhammad saw. juga memiliki kuda yang bernama ath-Thirf.


Diberi nama demikian karena kuda itu mampu berlari dengan cepat,
secepat kedipan mata. Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga memiliki
kuda yang digunakan untuk perlombaan. Namanya as-Sakbu (kuda yang
berlari kencang bagaikan air yang mengalir). Dulu kuda ini miliki
seorang Badui dan bernama adh-Dharsu (kuda yang sulit dikendalikan
dan berkelakuan jelek). Kemudian Nabi mengubah namanya menjadi
as-Sakbu. Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga memiliki beberapa
kuda lainya yang diberi nama al-Wardu (kemerah-merahan), Sabhatun
(kuda yang jalannya begitu kencang), dan yang lainnya.
Hal yang sama juga Nabi Muhammad saw. lakukan kepada seperangkat
alat perangnya. Diantaranya bendera yang digunakan Nabi Muhammad
saw. untuk berperang yang diberi nama al-Uqab. Sementara untuk
pedang, Nabi Muhammad saw. memiliki beberapa seperti Zul Fiqar, al-
Mihzam (pemenggal), ar-Rusuub (tajam hingga bisa menembus daging),
al-Battar (tajam), al-Qal’iy (benteng), al-Qadhiib (pemenggal), al-Adhab
(tajam), dan al-Hatf (yang membuat binasa). Semuanya alat-alat perang
Nabi Muhammad saw. dinamai dengan nama-nama yang indah dan
bermakna.

Ada makna tertentu dibalik pemberian nama benda-benda tersebut


dengan penamaan yang indah dan baik. Merujuk buku Akhlak Rasul
Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018),
penamaan seperangkat alat perang dengan nama khusus tersebut
membuat benda-benda itu seakan-akan hidup dan menjadi teman setia
Nabi Muhammad saw. setiap kali mengikuti peperangan. Nama-nama
itu juga menunjukkan semangat keberanian dan tidak perlu ada yang
ditakuti kecuali Allah.

Nabi Muhammad saw. yakin, nama-nama yang baik atau kalimat yang
indah bisa dijadikan sarana untuk menumbuhkan semangat dan
optimisme. Bahwa nama-nama baik tersebut bisa menjadi pendorong
agar manusia berusaha lebih keras lagi. Sehingga apa yang diharapkan
dan dicita-citakannya bisa terwujud.

Hal seperti itu pernah dialami Nabi Muhammad saw. ketika peristiwa di
Hudaibiyah. Pada saat itu, baik pihak Nabi maupun pihak musyrik
Makkah saling mengirim utusan untuk berunding. Pihak musyrik
Makkah semula mengirim Budail bin Warqa al-Khuza’i, kemudian
Urwah bin Mas’ud, kemudian al-Hullais bin Alqamah, dan kemudian
Mukriz bin Hafsh. Semuanya tidak membuahkan hasil atau gagal.

Selanjutnya, tokoh musyrik Makkah mengutus Suhail bin Amr untuk


menemui Nabi Muhammad saw. Ketika mengetahui Suhail yang diutus,
Nabi Muhammad saw. optimis akan ada titik temu antara pihak Muslim
dan pihak musyrik Makkah. Beliau ‘mendasarkan’ atau ‘mengaitkan’
sikap optimismenya itu dengan nama Suhail –seakar dengan kata sahl –
yang berarti mudah.

“Telah dipermudah (sahula) untuk kalian urusan kalian,” kata Nabi


Muhammad saw. meyakinkan para sahabatnya, sebagaimana dikutip
buku Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan Al-Qur’an
dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018).

Betul saja, setelah berunding panjang pihak Muslim dan pihak musyrik
–yang diketuai Suhail bin Amr- akhirnya setuju dengan dicetuskannya
Perjanjian Hudaibiyah (Shulhul Hudaibiyah). Sebuah perjanjian yang
dinilai menguntungkan pihak musyrik dan merugikan umat Islam.
Namun setelah mendengarkan penjelasan dari Nabi Muhammad saw.,
akhirnya sahabat yang keberatan dengan isi perjanjian itu mau
menerima perjanjian itu meski dengan berat hati.

“Bersabarlah dan ikhlaslah, karena Allah akan memberimu dan


memberi orang-orang lemah jalan keluar,” kata Nabi Muhammad saw.
Di tengah perjalanan balik ke Madinah, Nabi Muhammad saw.
menerima wahyu dari Allah QS. al-Fath (kemenangan). Melalui
perjanjian itu, Allah memberikan kemenangan yang nyata kepada umat
Islam. Ternyata, butir-butir Perjanjian Hudaibiyah yang dinilai
merugikan justru malah menguntungkan umat Islam nantinya.
Begitulah Nabi Muhammad saw. yang seringkali menjadikan nama
sesuatu yang baik atau kalimat yang indah sebagai sarana untuk
menumbuhkan sikap optimisme
2. Kisah Pengamen dan Anjuran untuk Bersikap Optimis

Lampu menyalah merah. Saya behenti di belakang tiga mobil. Seorang


lelaki muncul dari bawah rindang pohon di pinggir jalan. Dengan gitar
kecilnya, ia melawan terik siang itu dan menghampiri satu persatu
mobil yang berhenti lantas bernyanyi di samping pengemudi.

Pengendara mobil pertama tidak merespon. Pengendara mobil kedua


juga tidak menurunkan kacanya. Pengendara mobil ketiga juga tidak
bergeming, tidak mengulurkan apa pun. Saya mengamati dengan
perasaan iba, lalu menyiapkan uang dan berharap dia segara
menghampiri mobil saya. Jari telunjuk saya letakkan di tombol jendela,
siap menurunkan kaca dan mengulurkan uang tanpa menunggu ia
bernyanyi.

Sayang, ia tidak menghampiri mobil saya. Ia justru berbalik, memotong


ruas jalan sebelah, dan bergegas kembali ke bawah rindang pohon dari
mana tadi ia muncul, padahal saat itu lampu masih menyala merah.
Saya pun menaruh kembali uang yang tadi saya siapkan. Ada terbersit
perasaan kecewa.

Ya, saya kecewa. Andai dia menghampiri saya, ia tidak hanya


menyempurnakan ikhtiarnya, tapi juga memberi kesempatan kepada
saya seperti kepada tiga pengendara di depan. Tapi ia tidak
melakukannya. Ia tidak mendapatkan sesuatu, dan saya urung
melakukan sesuatu. Itulah yang membuat saya kecewa.
Saya terus mengingat apa yang saya saksikan siang itu sebagai pelajaran
berharga tentang optimisme dan pesimisme. Saya tentu tidak tahu
kenapa lelaki itu tidak menghampiri saya. Mungkin saja dia punya
semacam rumus atau teori dalam mengamen: kalau tiga mobil pertama
tidak membuka kacanya, mobil-mobil selanjutnya juga akan seperti itu.

Tapi, dari mana dia bisa menyimpulkan seperti itu? Dan bagaimana pula
ia bisa begitu meyakininya?

Bagi saya, bisa jadi apa yang dipikirkannya saat itu adalah sebentuk
pesimisme. Semacam mental-blocking yang cenderung membuat orang
berpikir negatif dan menghalangi diri sendiri untuk berusaha atau
berikhtiar secara maksimal. Pikiran seperti ini hampir ada dalam benak
setiap orang, dan acap kali menjadi penghalang utama keberhasilan.

Seorang lelaki terancam akan selamanya “menjomblo” kalau setiap kali


menaksir perempuan ia punya pikiran cintanya akan ditolak. Seorang
calon penulis akan tetap menjadi calon penulis kalau setiap akan
menulis ia punya pikiran tulisannya jelek dan tidak membuat siapa pun
tertarik untuk membacanya. Seorang petani tidak akan pernah
menanam kalau punya pikiran “tandurannya” tidak akan berhasil
panen. Begitulah, pesimisme akan menghalangi dan memukul mundur
siapa pun yang hendak berusaha.

Pesimisme adalah cara berpikir negatif, bahkan bisa disebut proses


berpikir yang “salah kamar”. Kenapa? Karena hasil dari tiap usaha dan
ikhtiar sesungguhnya bukanlah domain manusia. Bagian manusia
hanyalah berusaha dan berikhtiar, hasilnya Allah yang menentukan.
Ketika manusia sudah berpikir tentang hasil dan bahkan meyakininya,
berarti ia sudah memasuki yang bukan wilayahnya.
Sebaliknya, optimisme adalah sikap mental positif yang akan membawa
kepada kebaikan serta mengatasi semua logika dan pikiran pesimistik.
Tak terhitung cerita inspiratif tentang kehidupan yang menyiratkan
pesan bahwa berpikir dan bersikap optimis adalah energi positif maha
dahsyat yang mampu menuntun orang kepada pencapaian-pencapaian
besar.

Sejarah mengabadikan beberapa contoh tentang itu. Karena berpikir


optimis, Nabi Ya’kub terus mendorong anak-anaknya untuk mencari
saudara mereka Yusuf, padahal sudah puluhan tahun menghilang.
Karena berpikir optimis pula, Bunda Hajar berlari bolak-balik antara
bukit Safa dan Marwa untuk mencari air, padahal jelas-jelas daerah itu
tandus dan gersang. Dan juga karena berpikir optimis, Nabi Zakaria
terus berdoa minta diberikan keturunan, padahal usianya sudah tua
dan istrinya mandul.

Andai berpikir pesimis, Nabi Yakub akan meyakini putranya Yusuf sudah
meninggal, dan tidak akan berusaha mencarinya.

Andai juga berpikir pesimis, Bunda Hajar akan berpikir bahwa tidak
mungkin menemukan air di bumi yang tandus, lalu beliau tidak akan
berlari bolak-balik antara Safa dan Marwa, hingga akhirnya tidak
menemukan Zam-Zam. Dan andai juga berpikir pesimis, Nabi Zakaria
akan berpikir bahwa karena usia tuanya dan kemandulan istrinya ia
tidak akan memiliki anak, dan karenanya tidak akan berdoa dan
berusaha agar diberi keturunan.
Keagungan sikap optimisme adalah karena dengannya seorang hamba
terjaga imannya, bahwa Allah Maha segalanya. Sementara keburukan
pesimisme adalah karena dengannya seorang hamba lupa bahwa Allah
Maha Segalanya. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim menegaskan bahwa
hanya orang-orang sesat yang punya sikap mental pesimistik dan putus
asa (Al-Hijr: 56). Nabi Ya’kub juga demikian, Ia mengingatkan anak-
anaknya bahwa pesimis dan putus asa ihanyalah sikap mental orang-
orang kafir (Yusuf: 87).

Semoga laki-laki pengamen tadi menepi dan tidak menghampiri saya


bukan karena ia pesimis atau putus asa. Aamiin.

Wallahu A’lam.
3. Kisah Perjuangan Siti Hajar, Ibu Nabi Ismail

Hajar namanya (orang Indonesia menyebutnya dengan Siti Hajar). Al-


Quran tidak pernah menyebut langsung namanya, bahkan sekadar
menyebut Umm Ismail juga tidak. Padahal dari darah, air susu dan
doanya lahir dan besar seorang Nabi yang meneruskan generasi para
Nabi berikutnya hingga Nabi Muhammad saw, yaitu Nabi Ismail as.,
darinya juga lahir ritual ibadah yang disyariatkan, yaitu sa’i (rukun haji,
kegiatan lari-lari kecil dari bukit Shafa dan bukit Marwah). Demikian
keterangan Ibn Abbas dalam riwayatnya di Tafsir At-Thabari. Tidak
banyak perempuan yang menjadi ‘sebab’ lahirnya sebuah ritual ibadah
suatu agama, terlebih pada agama yang lahir dalam tradisi patriarki.

Bint Syati’ ketika membahas tentang Ibu Nabi Ismail (Hajar), ia


mengutip satu ayat di surah Ibrahim,
َّ ‫ك ْال ُم َح ر َِّم َربَّنَ ا لِيُقِي ُم وا‬
ْ‫الص اَل ةَ فَاجْ َع ل‬ َ ِ‫ع ِع ْن َد بَ ْيت‬ ُ ‫َربَّنَا ِإنِّي َأ ْس َك ْن‬
ٍ ْ‫ت ِم ْن ُذرِّ يَّتِي بِ َوا ٍد َغي ِْر ِذي زَر‬
)37( َ‫ت لَ َعلَّهُ ْم يَ ْش ُكرُون‬ ِ َّ‫َأ ْفِئ َدةً ِمنَ الن‬
ِ ‫اس تَه ِْوي ِإلَ ْي ِه ْم َوارْ ُز ْقهُ ْم ِمنَ الثَّ َم َرا‬

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian


keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu)
agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim [14]:
37)
Jika melihat runtutan ayat dalam Mushaf Usmani, ayat di atas
merupakan rangkaian doa Nabi Ibrahim dari ayat 35-41 surah Ibrahim.
Meskipun demikian, daripada doa-doa yang lain, doa di ayat 37 ini
sangat identik dengan perjuangan Siti Hajar, ibu Nabi Ismail, untuk
mendapatkan makanan dan minuman untuk Nabi Ismail kecil yang
sedang menangis karena lapar dan haus. Dugaan ini dapat dilihat pada
beberapa penafsiran para mufasir, seperti At-Thabari, As-Samarqandi,
Ar-Razi dan lainnya.

Pada ayat tersebut jelas dikatakan bahwa Makkah, tempat Nabi


Ibrahim meninggalkan Hajar dan Nabi Ismail kecil adalah tempat yang
gersang, tidak ada tanaman, terlebih sumber air. Selain karena tempat
tersebut dimuliakan oleh Allah, para mufasir tidak menyinggung alasan
lain Nabi Ibrahim membawa dan meninggalkan istri dan anak kecilnya
tersebut. Di Mafatih Al-Ghaib, Ar-Razi mengutip sedikit percakapan Siti
Hajar dan Nabi Ibrahim. Mengetahui sekelilingnya yang tidak ada
tanaman dan sumber air, Siti Hajar kemudian bertanya ke Nabi Ibrahim
‘kepada siapa kita berpasrah?’, -sebuah pertanyaan yang wajar yang
muncul dari kekawatiran seorang ibu terhadap anaknya yang masih
kecil-. Nabi Ibrahim menjawabnya ‘berpasrah kepada Allah’, lalu
membaca doa sebagaimana ayat di atas.

Al-Quran memang tidak detail dan runtut dalam mengisahkan masa


kecil Nabi Ismail, ibu dan ayahnya. Asumsi dari Mun’im Sirry, hal ini
karena masyarakat Arab pada saat itu sudah sangat mengenal kisah
tersebut dari kitab suci sebelumnya. Ar-Razi pun melanjutkan cerita
singkat keadaan Hajar dan Nabi Ismail kecil. Setelah ditinggal Nabi
Ibrahim, ketakutan Hajar dan Nabi Ismail kecil benar-benar terjadi, Nabi
Ismail yang masih bayi menangis karena lapar dan haus, bisa
dibayangkan bagaimana kepanikan dan kebingungan Siti Hajar saat itu,
ia sendirian, sama sekali tidak ada orang lain untuk dimintai tolong,
sekelilingnya juga kering dan gersang, tidak ada satupun tanaman untuk
dimakan, dan tidak ada setetespun air untuk diminum, ia hanya bisa
berlari ke sana ke mari, bolak balik di medan yang tidak datar pula
dengan perasaan takut, kawatir, kalut, bingung, dan semacamnya,
hingga pada akhirnya dari ujung kaki Nabi Ismail bayi yang sedang
menangis itu keluar air ‘ajaib’ yang hingga sekarang tidak pernah surut,
yang dikenal dengan air zam zam. Sungguh kejadian yang luar biasa
yang mengiringi perjuangan keras seorang ibu.

Dalam tafsir, disampaikan bahwa pada bagian kisah ini, Nabi


Muhammad saw. berdoa,

ْ ‫ت لَ َكان‬
«‫َت َز ْم َز ُم َع ْينًا َم ِع ْينًا‬ ِ ‫»ر ِح َم هللاُ ُأ َّم ِإ ْس َم‬
ْ َ‫اعي َْل لَوْ اَل َأنَّهَا َع ِجل‬ َ
‘Semoga Allah merahmati Ibu Nabi Ismail (Siti Hajar), karena kalua dia
tidak segera membendung air zam zam, tentulah air itu akan menjadi
air yang mengalir’. Doa ini juga banyak terdokumemtasi dalam kitab
hadis, salah satunya di Shahih Al-Bukhari, hadis nomor 3112 riwayat Ibn
Abbas.
Kisah Tawakal Rasulullah

Kisah Pertama: Saat Rasulullah hijrah dari Makkah menuju Madinah


ditemani sahabat beliau Abu Bakar r.a pada tahun ke-14 kenabian.
Dalam perjalanan tersebut mereka dikejar oleh utusan kaum Quraisy
untuk membunuh mereka dengan hadiah 100 ekor unta, kemudian
Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalam Gua Tsaur selama tiga
malam.

Namun para utusan tersebut berhasil menyusul mereka, bahkan sudah


mencapai mulut gua, seandainya mereka menundukkan kepala ke
bawah gua maka sudah terlihat Rasulullah dan Abu Bakar di sana.
Dalam kondisi tersebut, Abu Bakar sangat khawatir dan gelisah
sementara Rasulullah sangat tenang dan berusaha menenangkan
sahabat beliau sehingga kondisi tersebut direkam di dalam al-Qur’an
dengan ungkapan Rasulullah kepada Abu Bakar “la tahzan inna Allah
ma’anā” jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita. Kisah ini
pula yang menjadi sebab turunnya ayat 40 dari surah al-Taubah.

Kisah kedua terjadi pada saat peperangan Badar. Dinamakan perang


Badar menunjuk pada lokasi peperangan terjadi yaitu Badar berjarak
sekitar 150 Km dari kota Madinah. Pada perang tersebut Rasulullah
membawa pasukan 313 orang sementara dari pihak lawan terdapat
1000 orang. Sebuah peperangan yang sangat tidak berimbang.
Rasulullah mengatur strategi peperangan dengan membangun markas
operasi pertempuran/perlindungan atas saran dari sahabat Sa’ad bin
Mu’adz. Nabi juga mengatur pasukan berbaris serupa dengan shaf
shalat dengan pasukan pemanah berada di Barisal paling depan.
Strategi ini masih belum dikenal di kalangan masyarakat Arab waktu itu
bahkan sikap tersebut dipuji oleh Allah dalam surah al-Shaff [61]: 4.

Saat pasukan Quraisy datang dan peperangan sedang berkecamuk,


pasukan muslim sangat disiplin mengikuti petunjuk Nabi, tidaklah
mereka maju menyerang kecuali setelah mendapat perintah dari Nabi.
Pada mulanya saat perang mulai berkecamuk Rasulullah berada dalam
markas, Rasulullah sangat gelisah dan sangat serius, sampai-sampai
serban beliau terjatuh. Melihat hal tersebut, Abu Bakar berusaha
menenangkan Nabi Saw sambil meletakkan kembali serban Nabi ke
bahu beliau. Abu Bakar berujar untuk menenangkan Nabi: “Cukuplah
berdoa, Sungguh Allah pasti akan memenuhi janjinya”.

Dalam dua kisah di atas terdapat dua kondisi yang bertolak belakang.
Namun sikap yang paling tepat dalam dua kondisi tersebut adalah sikap
Rasulullah Saw, meski tidak mengurangi apa yang telah ditampakkan
oleh Abu Bakar r.a.

Pada kasus pertama Rasulullah tenang, tidak gelisah dan berusaha


menenangkan Abu Bakar r.a karena pada kondisi tersebut sudah tidak
ada lagi upaya yang bisa mereka lakukan kecuali berserah diri kepada
Allah Swt. Sementara pada kasus kedua kondisi terbalik, Abu Bakar
tenang dan berusaha menenangkan Rasulullah yang gelisah. Hal
tersebut karena saat peperangan berkecamuk, Nabi merasa masih ada
waktu atau usaha yang bisa dilakukan oleh Rasulullah seperti
memanjatkan doa kepada Allah Swt.
BAB III
KESIMPULAN

Optimis, ikhtiar, dan tawakal merupakan akhlak terpuji yang harus


dimiliki setiap mukmin. Ketiganya menjadi kunci meraih kesuksesan
hidup, baik di dunia maupun akhirat. Semua manusia pasti ingin meraih
kesuksesan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengamalkan
ketiga sifat mulia ini dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap optimis akan menambah semangat dan kekuatan dalam meraih


cita-cita. Tidak cukup hanya optimis, harus ada usaha nyata guna
meraih cita-cita tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga dan berdoa,
pasrahkan hasilnya kepada Allah Swt. Kepasrahan kepada Allah Swt.
akan membuat hidup kita tenang dan senantiasa bersyukur. Tidak
sedikit orang yang berprasangka buruk kepada Allah Swt. karena cita-
cita atau keinginannya tidak tercapai. Allah Swt. Maha Berkehendak,
manusia hanya bisa berusaha sedangkan Allah Swt. yang menentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Tinjauan teori: Pendidikan Agama Islam SMP-MTs Kelas 9
Kurikulum 2013 Revisi 2018
https://hot.liputan6.com/read/4879751/pengertian-tawakal-
dalam-agama-islam-beserta-keutamaan-dan-jenis-jenisnya.
https://news.detik.com/berita/d-5722042/apa-arti-tawakal-ini-
penjelasan-lengkapnya-dalam-islam.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tawakal.
https://mediaindonesia.com/humaniora/504168/penjelasan-
dan-arti-tawakal-dalam-agama-islam-dan-contoh.
https://www.bola.com/ragam/read/4971750/pengertian-
tawakal-keutamaan-jenis-dan-contohnya.
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/10/07/apa-itu-
tawakal-berikut-pengertian-macam-contoh-dan-penerapannya.
https://cariustadz.id/artikel/detail/kisah-tawakal-rasulullah-
dan-pelarajan-yang-bisa-diambil.
https://www.republika.co.id/berita/qm5itx320/tawakal-nabi-
musa-as-saat-sakit-yang-ditegur-allah-swt.
https://catatankajian.net/tema/tematik/kisah-menakjubkan-
tentang-tawakal/. https://alif.id/read/mtf/tawakal-dan-ikhtiar-
kisah-seorang-sufi-ingin-berhenti-bekerja-b227355p/.
https://www.inilah.com/ini-empat-ciri-ciri-orang-yang-
bertawakal.
https://mediaindonesia.com/humaniora/504172/penjelasan-
dan-arti-ikhtiar-dalam-agama-islam-dan-contoh.
https://katadata.co.id/agung/berita/624a676a6a5ca/ikhtiar-
adalah-perilaku-sungguh-sungguh-ini-penjelasannya.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5755872/arti-ikhtiar-
pentingnya-bagi-kehidupan-manusia-dan-contohnya.
https://www.republika.co.id/berita/qgnkc7320/ikhtiar-langit-
nabi-zakariya-agar-dikaruniai-anak-segera.
https://zakat.or.id/kisah-nabi-ibrahim-as/.
https://plus.kapanlagi.com/arti-ikhtiar-menurut-agama-islam-
amalkan-dan-pahami-contohnya-di-kehidupan-sehari-hari-
49cfa6.html. https://roboguru.ruangguru.com/forum/ciri-ciri-
ikhtiar_FRM-SZ3EWGNC.
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61dffb0e607b2/optimis-
adalah-cara-pandang-positif-berikut-definisi-dan-manfaatnya.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-optimis/.
https://kumparan.com/ikhwan-abdul-asyier/sikap-optimis-
dalam-pandangan-islam-1xSSziOsXJj.
https://www.republika.co.id/berita/r06xpg320/rasulullah-saw-
tak-pernah-mengeluh-5-teladan-optimisme.https://
id.scribd.com/document/425069445/optimis-tawakal-ikhtiar
https://www.ayanews.net/2015/10/kisah-dua-ekor-katak.html.
Buku Pendidikan Agama islam dan Budi pekerti 3 untuk Kelas IX
SMP tiga serangkai:Kandungan surah An-najm ayat 39-42 dan
Hadis tentang ikhtiar

Anda mungkin juga menyukai