Anda di halaman 1dari 21

Oportunis, Optimis dan Pesimis

Seringkali kita menemukan kata-kata ini saat membaca artikel di koran atau
majalah. Beberapa contohnya adalah ketiga kata sifat berikut ini, yaitu
oportunis, optimis dan pesimis. Apa sih perbedaan ketiga sifat ini? Dan
bagaimana ciri-ciri orang yang memiliki sifat ini? Kia bahas, yuk…

Oportunis
Oportunis adalah sikap tidak ingin berpihak kemana pun, kecuali untuk hal yang
menguntungkan bagi dirinya. Biasanya orang oportunis lebih mementingkan diri
sendiri sehingga terlihat egois dan nggak suka bekerjasama dengan orang lain.
Sebenarnya sifat oportunis nggak seburuk kelihatannya, kok. Karena terkadang
kita perlu bersikap seperti ini. Misalnya, ketika kita berada dalam tim kerja yang
nggak akur dan lebih suka berdebat daripada menyelesaikan tugas. Daripada
pusing disuruh milih berpihak ke salah satu kelompok, lebih baik kita
mengerjakan sendiri tugas yang diberikan, sehingga bisa selesai dengan baik
dan tepat waktu.
Pesimis
Pesimis adalah sifat yang penuh keraguan dan bimbang dengan kemampuan diri
sendiri. Orang yang pesimis biasanya nggak berani mengambil resiko dan
mudah putus asa setiap menghadapi rintangan. Sifat pesimis ini memang cukup
merugikan karena kita jadi nggak percaya diri setiap kali ingin melakukan
sesuatu. Boleh saja memiliki rasa takut akan kegagalan, tapi bukan berarti kita
harus menyerah dan berhenti berusaha. Misalnya, dalam berkompetisi, kita
sadar bahwa saingan kita cukup kuat sehingga akan sulit mengalahkan mereka.
Tapi, kita tetap maju dan berupaya menunjukkan kemampuan kita. Berarti kita
sudah berhasil mengalahkan sifat pesimis kita.

Optimis
Kebalikan dari pesimis, sifat optimis adalah sifat yang penuh dengan pikiran
positif dan keyakinan pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat optimis
biasanya penuh percaya diri dan berani mengambil keputusan. Meskipun tahu
akan banyak rintangan di depan, orang optimis akan tetap mencoba maju. Dan
seandainya dia gagal, orang optimis nggak akan kecewa dan bersedih terlalu
lama. Karena mereka yakin akan bisa berhasil kalau mau terus berusaha. Sifat
optimis inilah yang harus ada dalam diri kita setiap kali ingin melakukan
sesuatu.

OPTIMIS ADALAH EMOSI POSITIF

Optimisme adalah emosi positif yang telah mendorong untuk mencapai sesuatu.
Optimisme diperlukan di hampir setiap konteks, apakah itu prestasi, karir,
kreativitas, dan sebagainya.
Penambahan optimis akan keyakinan dapat mencapai sesuatu. Sementara itu,
kepercayaan diri selama ia mampu membentuk adaptasi untuk diri mereka
sendiri dengan logika digunakan untuk merasionalisasi suatu hasil yang akan
diterjemahkan. Pada dasarnya dalam konteks ini adalah untuk menciptakan
rasa optimis yang didasarkan pada rasio bahwa sesuatu bisa dilakukan atau
bisa dicapai dengan kecerdasan seseorang secara sadar. Optimis , tidak
memiliki pikiran pikiran negatif menghambat prestasi. Pikiran yang menyertai
keadaan pikiran optimis adalah kebranian, perwujudan, penciptaan,
pengembangan kapasitas, kelayakan, dan pikiran positif lainnya.
Takut, khawatir, dan lainnya, tidak bisa berdekatan dengan optimis. Ini menjadi
bagian pembicaraan yang berbeda.
Rasa takut adalah ayah dari keadaan negatif yang selalu menghantui untuk
perwujudan hasil tertentu.
Ini berarti, takut tidak membantu menghasilkan manifestasi apapun.
Hambatan terbesar bagi seseorang untuk mecapai keindahandalam menjalani
hidup adalah dengan ketakutan yang nyata dari pikiran.
Pemikiran bahwa ketakutan akan menghasilkan dalam keadaan ketakutan.
Tidak mengherankan, ketika perasaan takut mendominasi pada seseorang,
maka akan menghasilkan pesimisme cukup kuat. Alasan pesimisme irasional
sering menyertai keadaan ini.
Pada dasarnya, proporsional terbalik dengan situasi optimis dan pesimis selalu
jauh dari perwujudan usaha. Pesimis selalu mengacu pada tidak adanya bisnis,
gerakan, langkah-langkah untuk manifestasi.
Sekali lagi harus optimis bahwa hanya mengacu pada pikiran-pikiran terbaik,
bekerja untuk yang terbaik, dan mengharapkan hal-hal terbaik, dan terus fokus
pada yang terbaik.

Ada satu kekuatan pendorong yang dengannya kita dapat melakukan apapun.
Dengannya kita dapat memiliki semangat yang begitu besar. Dengannya kita
dapat termotivasi dengan luar biasa. Kekuatan itu adalah OPTIMIS. Iya, optimis.
Dialah pendorong motivasi yang luar biasa. Disaat orang lain jatuh karena
pesimis maka kita berdiri karena optimis. Disaat orang lain lemah karena
pesimis, maka kita kuat karena optimis.

Itulah optimis. Optimis adalah tanda iman.

Optimis adalah kekuatan luar biasa yang dapat menguatkan kita saat
menghadapi ujian yang begitu berat. Optimis adalah kekuatan yang dapat
menjadikan kita pribadi yang luar biasa disaat orang lain betah dengan
kepribadian yang biasa-biasa saja karena sifat pesimis mereka.

Optimis adalah tanda iman.

Kenapa?. Karena optimis adalah keyakinan akan kekuatan yang Allah berikan
kepada kita sebagai pribadi pemenang yang telah menjadi pemenang sejak kita
terlahir ke muka bumi ini. Optimis adalah sifat pribadi yang beriman yang
percaya akan segala ke-Maha-an Allah. Optimis merupakan sifat pribadi yang
beriman yang meyakini segala kekuasaan Allah.

Optimis adalah tanda iman.

Kita selalu optimis karena dalam hidup ini Allah tidak mungkin membebani diluar
batas kemampuan kita. Kita selalu optimis karena kita yakin bahwa Allah pasti
akan selalu menolong hamba-Nya yang beriman. Kita selalu optimis karena kita
adalah pribadi yang beriman yang ingin membaikkan kehidupannya dengan
segala kemampuan yang Allah berikan kepada kita.
Optimis.

Itulah kata yang ada dalam setiap pribadi yang beriman. Tidak ada kata pesimis
dalam diri mereka. Karena pesimis adalah sifat yang tidak meyakini kekuatan
yang Allah berikan kepada mereka. Pesimis adalah sifat pribadi yang tidak
meyakini segala kekuasaan dan kekuatan Allah.

Karena itu optimislah dalam langkah mengejar segala impianmu. Karena Allah
pasti akan membantumu jika engkau memohon kepada-Nya. Kepada siapakah
engkau akan minta bantuan?. Kepada siapakah engkau akan bersandar?.
Apakah kepada manusia yang memiliki begitu banyak kelemahan?. Apakah
kepada manusia yang bisa saja menyerah menolongmu atau mereka sama
sekali tidak mau menolongmu?. Mintalah bantuan kepada Allah Yang Maha
Hebat. Ingat, Allah akan selalu menolong hamba-Nya yang beriman. Itulah sifat
optimis yang sangat meyakini segala sifat luar biasa yang Allah miliki sebagai
Pemilik segalanya.

Optimis adalah tanda iman.

Karena itu optimislah jika engkau mendapatkan ujian hidup yang begitu berat.
Optimislah untuk dapat mengatasi masalah itu karena Allah tidak akan
membebani diluar kemampuan kita. Ingat, optimis adalah tanda pribadi yang
beriman. Karena itu optimislah.

Kita selalu optimis karena kita meyakini bahwa segala yang terjadi dalam
kehidupan ini adalah jalan bagi Allah untuk membaikkan kehidupan kita. Kita
selalu optimis karena kita meyakini bahwa segala peristiwa dalam hidup ini tidak
lain hanyalah untuk kebaikan hidup dan untuk kematangan kualitas hidup kita.

Optimislah !

Optimislah dalam segala langkah pencapaian impianmu. Beranilah bermimpi


karena itu adalah sifat optimis dan karena optimis adalah tanda iman.
Optimislah untuk dapat mengatasi segala masalah dalam kehidupanmu karena
Allah akan selalu membantumu jika engkau meminta pertolongan kepada-Nya
selama engkau selalu berdiri tegar dan tak pernah menyerah untuk berusaha.

Optimislah !

Karena dengan optimis kita akan meyakini bahwa “kita dapat melakukan apapun
bersama Allah”.

Optimislah !

Optimis dibarengi dengan usaha, keyakinan dan penyerahan segala hasil


kepada Allah. Ingat, Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan usahamu selama
engkau berserah diri kepada-Nya.

Optimis melahirkan kata BISA. Pribadi yang optimis selalu meyakini bahwa dia
BISA.

Optimis melahirkan kata YAKIN. Pribadi yang optimis akan selalu YAKIN untuk
dapat melalui segala alur kehidupan dengan INDAH.

Optimislah !, karena hanya dengan optimis kita dapat merasakan bahwa hidup
ini indah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Optimisme
Manusia hidup didunia ini pastilah memiliki harapan, tanpa adanya
harapan manusia tidak memiliki arti sebagai manusia.1[1]Pendefinisian harapan
sering disamakan dengan definisi dari cita-cita. Padahal keduanya memiliki arti
yang berbeda dimana harapan merupakan keinginan yang belum terwujud.2[2]
Sedangakan cita-cita memiliki definisi sebagai keinginan yang ada dalam hati
seseorang. Cita-cita mungkin bisa tercapai atau tidak, agar cita-cita tersebut
dapat dikabulkan oleh Allah ada beberapa factor yang harus dipenuhi yaitu
berdoa dan berbakti kepada Allah serta bekerja keras.3[3]Dalam bekerja keras
tentulah manusia memerluka sikap optimisme sehingga termotivasi untuk
mencapai harapan dan cita-cita yang diinginkan.
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari bahasa latin yaitu
“Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, dalam arti khas kata, pada
akhirnya berarti satu harapkan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi
tertentu.4[4] Menurut Inggris Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme
sebagai memiliki "harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang
sukses dari sesuatu; Kecenderungan untuk mengambil pandangan positif atau
penuh harapan". Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “optimis”
adalah orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dl menghadapi
segala hal.5[5]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya optimisme
merupakan suatu sikap penuh dengan keyakinan yang tinggi dalam
mengahadapi permasalahan kehidupan didunia ini, dan dimasa depan akan
meraih kesuksesan yang telah dicita-citakan sebelumnya. Optimisme
merupakan sebuah sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus
berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang
diinginkan, meskipun seberat apapun problematika yang dihadapi namun
dengan adanya keteguhan dan sikap optimisme akan menjadikan seseorang
dapat menghadapinya dan mencari problem solving.
Namun dalam bersikap optimis yang berlebihan akan membawa
sesorang kedalam kesombongan dan akan membawanya dalam jurang
kehancuran. Dengan demikian haruslah kita bersikap optimis dengan
mengimbanginya dengan usaha keras serta berserah diri kepada Allah SWT.
Apabila seorang hanya bersikap optimis tanpa diikuti oleh tindakan yang nyata
dan kerja keras tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai, setelah bersikap
optimis dan bekerja keras haruslah kita tetap berserah diri kepada Allah SWT,
karena hanya ditangan Allah lah yang akan menetukan hasil kerja keras kita.
Dengan bersikap optimis dalam mengahadapi persoalan kehidupan
akan menjadikan seorang muslim lebih bersikap bahagia, karena dapat
mencapai apa yang telah dicita-citakan baik cita-cita dunia maupun akherat.
Selain hal tersebut menurut ahli yang telah melakukan riset menyatakan
bahwasanya orang yang bersikap optimis akan memiliki badan yang sehat dan
lebih panjang umur dari pada orang-orang yang bersikap pesimistis. Para
peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup
menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi.6[6]
B. Langkah Menembuhkan Optimisme
Menumbuhkan sikap optimisme tidak mudah untuk dilakukan tidak
seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam
menumbuhkan sikap ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak
mudah untuk dilakukan. Namun kalau kita sudah bersikap pesimistis maka sikap
optimisme ini tidak akan dapat terealisasikan, bagaimana bisa merealisasikan
sikap optimisme dalam kehidupan kalau kita sudah bersikap pesimistis untuk
menumbuhkan atau merealisasikan sikap ini.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini akan terus menghadapi
permasalahan-permasalahan yang terus dating silih berganti. Hal ini merupakan
sebuah bukti tanda bahwasanya Allah cinta terhadap makhluknya, karena
dengan adanya cobaan-cobaan yang diberikan akan menjadikan seorang
muslim semakin teguh, kuat, menjadikan manusia dapat mengambil hikmah
dibalik permasalahan yang dihadapi, serta dapat meningkatkan keimanan diri
seseorang terhadap Allah SWT. Namun dalam mengahadapi permasalahan-
permasalahan ini manusia memerlukan benih-benih sikap kepercayaan akan
adanya kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT sebagai pengatur
setiap peristiwa di alam ini.7[7]
Kepercayaan dalam menghadapi sebuah masalah yang menghadang
dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal. Semakin kuat
kepercayaan kita untuk dapat mengahadapi permasalahan yang menghadang,
maka akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa optimis dalam diri
semakin bertambah. Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa
optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati.
Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis
dalam diri. Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan
Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan peperangan yang
tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar hingga peperangan di
masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.8[8]

Ada beberapa hal yang dapat meninkatkan rasa optimisme dalam diri,
antara lain sebagai berikut:9[9]
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat
keberhasilannya.
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan
memberi jalan keluar.

Keyakinan diri akan adanya kesuksesan akan memotivasi kita untuk


berbuat yang terbaik, bekerja keras, dan pantang menyerah. Guna
menumbuhkan keyakinan ini perlulah seseorang melihat jerih payah orang-
orang yang telah sukses pada saat ini. Dengan demikian secara tidak langsung
akan membuat kita “iri”, dimana kata “iri” ini bukan konotasi yang bermakna
negative namun dengan “iri” akan keberhasilan orang lain dalam hidupnya akan
mendorong diri kita untuk bersikap optimis, berusaha lebih giat, tekun, dan
pantang menyerah dalam mengahadapi problematika kehidupan yang bersifat
duniawi maupun akhirat.
Semua keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa kita bisa
melakukannya. Untuk selanjutnya perlu disusun planning yang matang dan
usaha yang maksimal dalam proses yang dilakukan untuk mencapai target atau
tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, dahulu karena Rasulullah dan para
sahabat yakin bisa merubah peradaban dengan peradaban Islam, meskipun
dengan berbagai kekurangan pada awalnya baik harta, pengikut, maupun
sarana yang lain, tetapi dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal,
juga doa yang senantiasa terpanjat, Islam bisa memegang peradaban.

C. Konsep Optimisme Dalam Islam


Dalam setiap Agama tentunya mengajarkan kepada umatnya untuk
berbuat yang terbaik didunia ini untuk dapat mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan dunia dan akherat. Guna mencapai kebahagian dalam kehidupan
didunia dan akherat tidak lepas akan adanya sikap optimisme dalam bekerja
maupun beribadah, karena dengan adanya sikap optimisme dapat memotivasi
dalam diri manusia untuk dapat berbuat terbaik. Dalam islam dikenal dengan
adanya konsep tawakal, dimana tawakal merupakan optimisme dalam arti luas.
Tawakal dapat diartikan sebagai optimisme dalam arti yang luas karena
optimisme dalam bahasa aslinya bermakna positive-thinking atau harapan baik,
sementara dalam makna Islami selain mencakup makna tersebut juga
melibatkan keikutsertaan Allah SWT. Yaitu berbuat sebaik-baiknya lalu
menyerahkan hasil akhirnya kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.10[10]
Islam menuntunkan kepada manusia untuk bersikap optimis dan tidak
bersikap pesimistis. Karena pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia
sebagai makhluk terbaik dan memerintahkanya untuk berusaha keras dan
bersikap optimisme baik dalam urusan dunia dan urusan akhirat, dengan
adanya sikap optimisme dapat menunjukan kadar keimanan seorang muslim
terhadap Tuhanya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam
QS.Al-Imran ayat 139 sebagai berikut:

)١٣٩( َ‫َوال ت َ ِهنُوا َوال تَحْ َزنُوا َوأ َ ْنت ُ ُم األ ْعلَ ْونَ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِم ِنين‬

Artinya: ”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimistis), dan janganlah


(pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Manusia diciptakan dan diturunkan dimuka bumi hanya untuk beriman


kepada Allah SWT salah satunya dapat ditunjukan dengan sikap optimisme
dalam mengahadapi problematika kehidupan untuk mencapai kebahagian
didunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW jg telah menyuruh dan meminta
umatnya untuk bersikap optimis dan tidak bersikap pesimistis. Sebelum dan
Setelah berusaha atau berikhtiar umat muslim dituntut untuk berprasangka baik
terhadap Allah SWT dengan berpandangan bahwasanya setelah kita melakukan
suatu usaha dengan keras Allah SWT akan memberikan dan mengabulkan hasil
yang terbaik buat kita, disamping itu umat muslim diminta untuk selalu ingat
kepada Tuhanya karena pada dasarnya boleh kita berusaha sekeras mungkin
dan hal ini malah dianjurkan dalam agama Islam, namun semua itu kembali
kepada Allah SWT, karena hanya ditangan Allah lah yang menentukan hasil
usaha keras kita. Sebagaimana tertera dalam hadits shahih nabi yang
diriwayatkan oleh Bukhari:
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Allah
berfirman “Aku tergantung persangkaan hambaKu pada diri-Ku, dan Aku
bersamanya apabila ia mengingatKu “. (Shahih Bukhori, Hadits No. 6856)
Optimisme dalam konsep Islam menuntut kepada umat muslim untuk
terus berusaha dan dalam usahanya tidak lupa akan Tuhanya, karena pada
dasarnya setiap hasil usaha atau ikhtiar manusia itu berada di tangan Allah
SWT, dalam memberikan atau menentukan takdir manusia sesungguhnya Allah
memberikanya sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Sebagaimana tercantum dalam QS. at-Thalaq,65 ayat 3:11[11]

‫َّللاَ بَا ِل ُغ أ َ ْم ِر ِه َق ْد َجعَ َل‬ ْ ‫َّللاِ فَ ُه َو َح‬


َّ َّ‫سبُهُ ِإن‬ َّ ‫ع َلى‬
َ ‫ِب َو َم ْن يَتَ َو َّك ْل‬ ُ ‫َويَ ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
ُ ‫ْث ال يَحْ تَس‬
)٣( ‫َّللاُ ِل ُك ِ ِّل ش َْيءٍ َقد ًْرا‬
َّ
Artinya: “dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu.”

Dengan adanya konsep optimisme tersebut, haruslah umat islam


berbenah diri untuk lebih bersiakap optimisme dalam berusaha sehingga dapat
mencapai harapan dan cita-cita sebagai seorang muslim yaitu bahagia didunia
maupun diakhirat. Kita lihat pada saat ini umat islam masih berada di bawah
negara-negara barat dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mengejarnya dan
menjadikan umat islam sebagai Khoiru Ummah dimuka bumi ini perlulah adanya
sikap optimisme dikalangan umat islam. Tanpa adanya sikap optimisme dalam
jiwa umat islam mustahil kita bisa mengejar ketertinggalan ini dan imposible
umat islam dapat menjadi Khoiru Ummah yang sejati, yang dapat menguasai
dunia baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan
aspek-aspek kehidupan yang lain.
OPTIMIS BIKIM HIDUP MAKIN HIDUP
Optimisme adalah suatu sikap yang lahir dari dalam diri individu yang
merupakan sikap terhadap masalah yang sedang dihadapi. Sikap terhadap
sesuatu mengandung unsur penilaian (positif atau negatif). Sikap optimisme
merupakan pilihan yang dimunculkan seseorang dalam mempersepsikan
masalahnya. Sikap optimis bertolak belakang dengan sikap pesimis yang
berorientasi pada sikap yang negatif.

Banyaknya tekanan hidup yang harus dialami seseorang membuat kebanyakan


orang mengalami frustasi. Beberapa orang karena menghadapi beban
pekerjaan yang berat harus mengalami stres pekerjaan. Problem lainnya seperti
bencana alam dan kematian orang dekat juga bisa membuat depresi dan
frustasi. Hanya sedikit orang yang sanggup menghindari tekanan hidup sehari-
hari yang dapat membuat orang frustrasi dan berpandangan pesimistis. Namun,
meski menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis
bermanfaat khususnya untuk kesehatan.

Optimisme adalah sebuah kekuatan terbesar manusia. Optimisme memberikan


energy dan arah pada tujuan yang lahir sebelum aksi nyata. Para orator ulung
dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan kemampuan
berkomunikasi yang mereka miliki. Itu terjadi karena mereka telah berpikir
optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia mulai ke puncak
pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia tundukkan. Ia terus
berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu hanyalah secuil
keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan ketidakberhasilannya tak
dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.

Optimisme (dalam Islam hampir sepadan dengan kata husnu dzan), berpikir
positif atau yang lebih dikenal dengan positive thinking adalah sebuah formula.
Sebuah paradigma. Sebuah kerangka pikiran. Sebuah sistem cara berpikir.
Memandang sesuatu dari segi baiknya saja, kendati orang lain menganggapnya
buruk.
Orang optimis biasanya lebih mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, bila
dibanding dengan orang pesimis, yakni orang yang melihat sesuatu dari sudut
negatif. Orang pesimis telah gagal, bahkan sebelum mulai sesuatu. Orang
optimis telah berhasil, bahkan sebelum ia memulai pekerjaannya (Napoleon Hill
dalam Berpikir dan menjadikaya).

Di sana akan ditemukan hal tak terduga, yakni, ternyata selama ini orang hidup
dalam lingkungan yang pesimis, tidak ada harapan untuk maju. Tidak ada
harapan untuk hidup bahagia. Sebagian besar orang terjebak dalam
paradigmanya sendiri. Paradigma yang jauh dari kenyataan semesta.

Pengertian

Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme


merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta
kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme
dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma
atau cara berpikir.

Sewaktu mengalami kegagalan atau tekanan hidup, bagaimana perasaan


seorang optimis? Seorang yang berpikiran positif atau berpikir secara optimis
tidak menganggap kegagalan itu bersifat permanen. Hal ini bukan berarti bahwa
ia enggan menerima kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa
masalahnya. Lalu, sejauh keadaan memungkinkan, ia bertindak untuk
mengubah atau memperbaiki situasi.

Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap


kegagalan dari sisi yang negatif. Umumnya seorang pesimis sering kali
menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa
kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib,
kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan
tidak mau berupaya.
Berpikir positif juga menjadi kunci sukses untuk mengelola stres. Optimisme
akan membuat seseorang menghadapi situasi tidak menyenangkan dengan cara
positif dan produktif.

Dimana saja seharusnya sikap optimisme itu dimunculkan? Menurut Victor


Frankl, Sikap optimis itu dapat dimunculkan dimana saja, bahkan dalam
penderitaan sekalipun. Dari pandangan ini kemudian memunculkan pendekatan
logoterapi dalam psikologi.

Perbedaan Sikap Optimisme dengan Pesimisme

Dum Spiro Spero mengungkapkan: (Dimana ada kehidupan, disana ada


harapan!) … Bila saya adalah salah satu dari benda-benda di langit, saya akan
bersinar diatas yang baik dan buruk … Tetapi saya adalah seorang manusia.

Sikap mental orang pesimis menjurus kepada keputusasaan, sikap mental orang
optimis memancarkan harapan. Sikap mental kedua, yaitu orang optimis yang
harus kita peluk erat. Optimis sepanjang waktu akan membuat kita tetap
bersemangat menjalani hari-hari yang kadang kita rasa membosankan.

Optimisme menghasilkan engergi positif, tetapi pesimisme menguras energy


yang ada dengan menutupi atau membuang-buang energy yang ada. Jika
pesimisme menuntun kedepan, maka pesimisme mendorong kebelakang,
bahkan jauh kebelakang menjadi orang-orang yang neurotic.

Mamfaat Sikap Optimisme

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun
tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset
menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur
dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga
memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres
dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa
manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.

 Lebih panjang umur


 Lebih jarang mengalami depresi
 Tingkat stres yang lebih kecil
 Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
 Lebih baik secara fisik dan mental
 Mengurangi risiko terkena penyakit jantung
 Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres

Mengapa manfaat ini bisa diperoleh bagi orang yang optimis dan berpikiran
positif? Karena biasanya orang yang optimis akan menghindari kegiatan yang
dilakukan orang yang pesimis dalam menghadapi stres dan tekanan hidup.
Orang pesimis ketika menghadapi stres akan mengalihkan perhatian dengan
kegiatan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan menikmati makanan tanpa
terkendali. Sedangkan seorang optimis akan melakukan lebih banyak aktivitas
fisik yang positif, mengikuti diet sehat, serta mengurangi rokok dan alkohol.

Cara untuk Bersikap Lebih Optimistis

Jika Anda sering berpikir secara negatif terhadap orang lain ataupun terhadap
situasi yang berat, bukan berarti Anda tidak dapat berpikir positif. Anda dapat
mengubah cara berpikir negatif menjadi positif. Tidaklah sulit untuk
melakukannya, namun membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat
kebiasaan baru ini. Berikut ini beberapa cara untuk lebih optimistis dan memiliki
pikiran dan sikap yang positif.
Periksa diri Anda (instropeksi diri/Muhasabah)
Sewaktu berpikir bahwa tidak akan bisa menikmati suatu peristiwa buruk atau
tidak akan sukses melakukan suatu tugas, segera singkirkan pikiran itu.
Berfokuslah pada hal positif yang akan dihasilkan. Lakukan pemeriksaan secara
berulang. Jika pikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan dengan pikiran
positif.
Ikuti gaya hidup sehat

Berolahraga tiga kali sehari dapat mengubah suasana hati menjadi positif dan
mengurangi stres. Pola makan yang sehat juga mempengaruhi pikiran dan
tubuh. Serta coba mengelola stres.

Nikmati pekerjaan (Enjoy)

Berupayalah menikmati pekerjaan Anda. Tidak soal pekerjaan Anda, carilah


aspek-aspek yang menyenangkan.

Cari teman yang positif

Carilah teman-teman yang memandang kehidupan dengan positif. Orang-orang


demikian adalah orang yang optimis dan selalu mendukung dengan memberi
saran yang baik. Sebaliknya jika dikelilingi oleh orang-orang pesimis, akan
meningkatkan stres bahkan membuat ragu untuk mengelola stres dengan cara
yang sehat.

Hadapi dan terima (Qana’ah)

Hadapilah situasi yang dapat Anda kendalikan; berupayalah menerima situasi


yang tidak dapat Anda kendalikan.

Miliki rasa humor

Cobalah untuk tersenyum dan tertawa khususnya saat menghadapi saat yang
sangat sulit. Carilah kejadian yang mengundang tawa dalam kegiatan sehari-
hari. Rasa humor yang baik membantu seseorang memiliki pikiran, emosi, dan
perilaku yang lebih positif.
Catat hal baik

Setiap hari, catatlah tiga hal baik yang dialami dan ingat hal-hal yang buruk
untuk diubah.

Aturan sederhana

Jangan katakan apapun kepada diri Anda sesuatu yang tidak ingin Anda
katakan ke orang lain.

Memang untuk bersikap optimistis sangatlah tidak mudah. Bencana alam, beban
hidup, dan juga musibah bisa terjadi yang membuat banyak orang merasa sulit
untuk berpikiran positif. Namun dengan berupaya bersikap optimis dan berpikir
positif akan menghasilkan kehidupan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.

Siapa saja yang seharusnya optimis

 Masyarakat Harus Optimis

Orang optimis adalah orang yang berfikir bahwa rezeki di dunia ini begitu
banyak, sehingga ia berusaha keras untuk meraihnya, ia yakin rezeki yang
bayak itu pasti ia dapatkan, jika tak cepat, mungkin juga kurang cepat, namun ia
yakin pasti mendapatkannnya, meski dengan melalui beberapa
ketidakberhasilan.

Dalam hal berusaha, orang optimis bersedia menunda mengaharap hasil sampai
waktu yang sesuai untuknya. Jadi, orang optimis bukan tukang utang. Ia dapat
menikmati apa yang telah ia dapatkan, seraya mencari yang lain.

 Pemeluk Agama Optimis

Dalam hal beragama, orang optimis hanya berfikir untuk mencari pahala dan
berbuat baik untuk manusia lain. Orang beragama yang optimis tidak
menyibukkan diri dengan mengkritik ibadah dan gaya hidup orang lain. Ia lebih
banyak memberi jalan keluar dari orang lain, dan ia tak pernah menyalahkan
siapapun meski memang salah, namun, ia mengajukan penyelesaian.

Orang optimis selalu merasa dirinya aman dan terlindung. Ia merasa semua
orang adalah saudaranya. Hidup orang optimis adalah hidup orang yang
bahagia. Ia selalu membantu orang lain keluar dari kesulitan, tetu saja sesuai
kemampuannya. Ummat optimis lebih bayak mengingat surga dari neraka.

 Pemimpin yang Optimis

Pemimpin optimis adalah pemimpin yang menganggap anggotanya selalu


bersamanya untuk membangun organisasi. Pemimpin menganggap seluruh
anggotanya adalah saudaranya. Pemimpin bertindak sebagai pengasuh,
sebagai orang tua bagi seluruh anggota. Pemimpin yang begini adalah
pemimpin yang diidolakan sepanjang zaman.

Penjabat kuasa yang optimis adalah pejabat yang berprinsip bahwa jabatannya
sebagai amanah yang harus ia pertanggung jawabkan. Ia sadar bahwa ia
diamanatkan. Pejabat optimis bertindak sebagai penunjuk jalan bagi kemajuan
organisasi. Ia bekerjasama dengan segenap anggota yang beberapa orang lebih
pandai dari dia. Kendati ia adalah orang nomor satu di, ia tahu, orang lain yang
lebih pandai itu, mungkin saja tidak mau menjadi pejabat di kursinya sekarang.
Pejabat optimis hanya ambil yang haknya saja.

 Atasan Optimis

Atasan optimis adalah yang mampu membuat bawahannya bekerja maksimal.


Atasan yang begini bisa membuat suasana tempat bekerja yang ia pimpin
sebagai tempat yang penuh kegembiraan dan persaudaraan. Kehadirannya
selalu dinantikan bawahan. Ia disayangi, bukan disegani, apalagi ditakuti. Ia
mampu menyemangati siapapun, kendati keadaan perusahaannya sedang
dalam masaalah besar. Ia selalu bisa menunjukkan peluang untuk maju. Dalam
mulutnya selalu keluar kata ‘Ayo!” tak pernah mulutnya mengucapkan “Jangan!”

 Manusia Optimis
Orang optimis mampu menghidupkan sebuah kampung yang telah mati. Ia bisa
membuat sesuatu yang dibilang lingkungannya tak mungkin. Orang optimis bisa
mempengaruhi bangsanya yang tertindas untuk menuntut merdeka. Ia seorant
motivator handal dan ulung. Hidup bersama orang semacam ini adalah sebuah
anugrah. Ada anugrah yang lebih besar, yakni, membuat diri kita menjadi
optimis dalam segala hal. Optimis adalah sikap yang membuat seseorang
menjadi pemenang.

Satu hal yang lebih menggembirakan, orang optimis bisa membuat orang di
sekelilingnya ikut optimis, tetulah jika aura keoptimisannya lebih besar dari
orang-orang tersebut. Jika ingin punya aura optimis yang besar, maka kita
harus menguasai tehnik berkomunikasi yang efektif. Komunikasi efektif
diperlukan karena budaya penduduk bumi bersumber darinya. Dan kita tahu,
bapak moyang komunikasi adalah berbicara, selanjutnya barulah menulis.

Para orator ulung dan para penulis besar telah mengubah dunia dengan
kemampuan berkomunikasi yang mereka miliki. Itu semua terjadi karena
mereka telah berpikir optimis jauh-jauh hari sebelum ia dikenal orang. Saat ia
mulai ke puncak pencapaiannya, amat banyak tantangan yang harus ia
tundukkan. Ia terus berjalan di jalan yang telah ia pilih. Yang orang tahu
hanyalah secuil keberhasilannya, sedangkan ratusan, bahkan ribuan
ketidakberhasilannya tak dihiraukan lagi. Begitulah hasil pola pikir optimis.

Kesimpulan

Orang yang optimism selalu mengambil sisi-sisi positif dari segala hal yang
dihadapi. Kendati begitu, optimisme kadang jadi becana. Optimisme yang begitu
disebut optimisme buta. Optimisme semacam ini dipraktikkan tanpa pendukung
yang memadai. Orang semacam ini disebut pemikir optimis, artinya optimis itu
hanya dalam pemilirannya saja, namun ia tak menyediakan pendukung. Jika ini
yang terjadi, dapat dipastikan, orang itu takkan berhasil. Optimis yang tepat
adalah optimisme positif. Orang begini disebut peyakin positif. Bedanya hanya
pada pendukung. Misalnya, jika diturunkan ke sebuah danau, pemikir positif
langsung turun ke danau itu, ia menganggap danau itu dangkal dan ia bisa
berenang walau tak pernah mempelajarinya. Sedangkan peyakin positif adalah
orang yang telah belajar berenang, dan ia telah mencari tahu, berapa dalam
danau itu.

Para pemikir positif sering membawa kehancuran, sedangkan para peyakin


positif sering membawa kemajuan, kendati butuh waktu lebih lama. Misal dalam
hal politik, politik praktis adalah cara berpolitik orang pesimis. Sedangkan
politik manusiawi dipraktikkan peyakin positif.

Sebelum kita membahas 6 Trik Menanamkan Sikap Optimis Dalam Diri, terlebih dulu kita
bahas apa yang dimaksud dengan Optimis. Optimis adalah salah satu syarat kesuksesan
terpenting dalam menciptakan hubungan dengan orang karena optimis memiliki peran yang
besar dalam mengoptimalkan energi, membangkitkan semangat dan menumbuhkan kepercayaan
dimasa depan.

Selanjutnya bagaimana kamu bisa Menanamkan Sikap Optimis Dalam Diri, tanpa panjang
lebar lagi mari kamu ikuti bagaimana kiat-kiatnya, sebagai berikut:

1. Ucapkan berulang-ulang kalimat bernada optimis dan mampu melakukan suatu perkerjaan:

 Saya mampu melakukan….


 Saya akan menjadi yang terbaik, terhebat, ter…….
 Sekarng saya bisa……..
 Saya lebih bagus dari apa yang saya kira…….

2. Ambillah pelajaran dari pengalaman dan lihat kembali kesuksesan yang pernah kamu capai,
jika keraguan untuk meraih kesuksesan menggangu kamu atau benteng kegagalan mengepung
kamu.

3. Jangan pernah mengeluhkan pada kondisi yang ada disekitar kamu, namun berusahalah
memanfaatkannya untuk keuntungan diri kamu. Tidak penting apa yang menimpa kita, namun
yang penting adalah bagaimana kita menghadapi apa yang menimpa kita, yang penting juga kita
tahu bagaimana kejadian itu bisa memberikan pengaruh positif dalam diri dan kehidupan.

4. Selalu hindari mengulang-ulang kalimat patah semangat dan pesimis, seperti dibawah ini:

 Saya tidak bisa……….

 Saya belum mampu……….

 Saya tidak sesuai dengan yang di inginkan………

 Saya bukan orang yang cocok menjalankan tugas ini!


 Saya tidak memiliki cita-cita dan harapan dalam hidup ini!

5. Catat hasil-hasil dan kesuksesan kamu dalam buku agenda kamu. Sekali waktu lihatlah
kembali, terutama ketika kamu merasakan frustasi atau hilang semangat.

6. Jahui sikap yang mudah menyalahkan diri sendiri, kuasailah perasaan-perasaan yang
menyakiti, jangan biarkan orang lain kasihan kepada kamu. Didalam sebuah pepatah kelasik
dinyatakan “engkau akan menjadi seperti yang engkau pikirkan”

Anda mungkin juga menyukai