111-122
Hari Mulyadi
Universitas Pendidikan Indonesia
harimulyadi@upi.edu
Bambang Widjajanta
Universitas Pendidikan Indonesia
bambangwidjajanta@upi.edu
ABSTRAK
Tujuan - untuk mengetahui gambaran keterampilan wirausaha terhadap keberhasilan usaha.
Desain/metodologi/pendekatan - penelitian ini dilakukan pada rentang waktu kurang dari satu tahun, maka
desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional method. Penelitian ini menggunakan pendekatan
verifikatif dengan metode explanatory survei. Sebanyak 34 responden sebagai sampel menggunakan sampel
jenuh. Angket penelitian digunakan sebagai instrument penelitian untuk mengumpulkan data dari responden serta
teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear sederhana.
Temuan – keterampilan wirausaha berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan usaha.
Orisinalitas - perbedaan ditemukan dalam variabel independen, objek dan metode penelitian, populasi dan
sampel penelitian, periode penelitian, alat ukur dan hasil penelitian, serta sumber teori dan jurnal asing dan buku.
ABSTRACT
Objective - to know the description of entrepreneurial skills to business success.
The design / methodology / approach - this study was conducted over a period of less than one year, the
research design used was cross sectional method. This research uses verifikatif approach with explanatory
survey method. A total of 34 respondents as samples using saturated samples. Questionnaire research is used as
a research instrument to collect data from respondents and data analysis techniques used are simple linear
regression.
Findings - Entrepreneurial skills have a significant effect on business success.
Originality - differences are found in independent variables, research objects and methods, population and
sample research, research periods, measurement tools and research results, as well as sources of foreign
theories and journals and books.
Keywords: Luxury Brand Perception, Purchase Intention
Type of article: Research
111
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
kegagalan usaha (Shabir Hyder Robert Lussier, disebabkan karena kurangnya keinginan konsumen
2016). Keberhasilan usaha yang terjadi di negara untuk membeli atau mengoleksi lukisan
Thailand mengalami banyak ketidakpastian yang (http://bali.tribunnews.com/2014/11/01/wisatawan-
berujung pada kegagalan, terutama pada usaha kecil asia-kurang-tertarik-beli-lukisan Senin, 25
dan menengah (Chittithaworn, 2011). Di Malaysia Desember 2017 jam 13:21). Sebagaimana penelitian
UKM mengalami tingkat kegagalan yang tinggi yang diakukan oleh Jamil, Anwar, & Kholiq (2011)
selama lima tahun terakhir (Chong, 2012). Di bahwa kesenian yang ada sekarang dapat dianggap
Australia, tingkat kegagalan UKM dilaporkan 23% tidak sesuai dengan obyek dan tujuan dari
sementara di Malaysia tingkat kegagalannya sangat pembangunan yang sedang dijalankan, sehingga
tinggi yaitu 60 persen (Ahmad, 2009). peran pemerintah untuk membesarkan dan
Penelitian mengenai keberhasilan usaha, telah melestarikan kesenian pun kurang direalisasikan.
banyak dilakukan pada industri usaha kecil dan Masih minimnya apresiasi masyarakat
menengah (Mandah Chidinma. W. A., 2012), dan terhadap pagelaran seni tari, teater, maupun lukis
juga pada bisnis yang baru dimulai (David akibat kurangnya pemahaman akan esensi seni itu
Smallbone, 2015). Penelitian tentang keberhasilan sendiri (Retro H, http://www.pikiran-
usaha itu masih penting untuk diteliti karena rakyat.com/seni-
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu budaya/2012/05/25/189833/apresiasi-masyarakat-
negara (Shabir Hyder Robert Lussier, 2016). terhadap-seni-masih-minim, diakses pada 27
Penelitian tentang keberhasilan usaha pada industri februari 2018 pukul 19:32) .Pertumbuhan yang
makanan dan minuman juga diteliti oleh Yonk et al dialami oleh industri lukisan (industri lainnya)
(2017). Keberhasilan usaha menjadi bahan mengalami penurunan yang signifikan tiap
perhatian para peneliti seperti yang dilakukan oleh tahunnya (2013-2015). Penurunan yang dialami
Ahmad Ali Masykuri dan Yoyok Soesatyo (2013) pada industri lainnya sebesar 13,59%. Untuk lebih
bahwa pengangguran di indonesia masih sangat jelasnya pertumbuhan tiap industri dapat dilihat di
tinggi hal itu dikarenakan kebehasilan usaha di tabel berikut.
Indonesia masih kurang terutama pada Usaha
Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) baik itu
pengetahuan, modal, dan lain-lain seputar bisnis
masih kurang.
Keberhasilan usaha biasanya terkait dengan
kemampuan pengusaha untuk menciptakan dan
mendistribusikan kekayaan, tetapi juga pada
diferensiasinya, yang biasanya terkait dengan
inovasi (Vala, 2017). Penentu utama keberhasilan
usaha terletak pada ada atau tidaknya manajemen
strategis yang berkaitan dengan pengaturan tujuan
organisasi jangka panjang dan pengembangan yang
akan mempertahankan UMKM dalam memenuhi
tujuan yang ditetapkan (Aremu, & Olodo, 2015).
Jaringan sosial penciptaan usaha dan pertumbuhan
menentukan keberhasilan usaha, dan bahwa
jaringan ini bergantung pada kepercayaan antara Sumber : Laporan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
pengusaha (Batsaikhan, 2016), selain itu Tahun 2015
kemudahan informasi, sangat penting untuk Tidak semua komoditas subsektor-subsektor
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan ekraf ada dalam seri data ekspor Indonesia. Selama
(Hunjra, 2011) Dengan kata lain, keberhasilan periode 2010–2016 hanya ada tujuh subsektor ekraf
usaha sangat penting dalam kelangsungan usaha yang komoditasnya diekspor ke luar negeri yaitu
yang telah dijalankan dan untuk memajukan film animasi dan video, kriya, kuliner, musik,
pertumbuhan ekonomi suatu negara. fashion, penerbitan, dan seni rupa. Berikut adalah
Penduduk benua Asia memiliki jumlah data mengenai ekspor ekonomi kreatif menurut
populasi sekitar 4,4 milyar jiwa, dengan jumlah subsektor dari tahun 2010-2016 :
penduduk sebanyak itu benua Asia menjadi pangsa
pasar yang potensial untuk berbagai industri.
Namun penduduk Asia kurang meminati industri
seni rupa terutama pada seni lukis, hal ini
112
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
113
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
barang di pasar yang kompetitif (Say, 1803). Ahli membuat barang atau jasa baru, atau mengetahui
teori klasik mengartikulasikan tiga mode produksi cara yang lebih baik untuk melakukannya, manfaat
yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. bisa didapat melalui pengetahuan ini. Pengusaha
b. Teori Neoklasik (Neo-classical Theory) memberdayakan pengetahuan ketika mereka yakin
Model neo-klasik muncul dari kritik model klasik akan memperoleh beberapa keuntungan yang
dan menunjukkan bahwa fenomena ekonomi dapat ditentukan secara individu.
diturunkan ke contoh pertukaran murni, Kerangka neoklasik sebelumnya tidak
mencerminkan rasio optimal, dan terjadi dalam menjelaskan kegiatan tersebut; Ini diasumsikan
sistem ekonomi yang pada dasarnya ditutup. Sistem persaingan sempurna, membawa asumsi sistem
ekonomi terdiri dari peserta pertukaran, pertukaran tertutup, menelusuri data fakta yang dapat diamati,
kejadian, dan dampak hasil pertukaran pelaku pasar dan menyimpulkan asas observasi berbasis
lainnya. Pentingnya pertukaran ditambah dengan observasi. Sebaliknya, AMP menolak anggapan
utilitas marjinal yang semakin sedikit menciptakan bahwa keadaan berulang, selalu mengarah pada
dorongan bagi kewiraswastaan dalam gerakan hasil yang sama dalam sistem ekonomi. Sebaliknya,
neoklasik (Murphy, J.P, Liao, J & Welsch, 2006). pengusaha pengusaha diberi insentif untuk
Beberapa kritik diajukan terhadap dugaan menggunakan pengetahuan episodik (yaitu,
neo-klasik. Pertama adalah bahwa permintaan mungkin tidak pernah terlihat sebelumnya dan tidak
agregat mengabaikan keunikan aktivitas pernah terlihat lagi), untuk menghasilkan nilai.
kewirausahaan pada tingkat individu. Kedua, baik AMP didasarkan pada tiga konseptualisasi utama
nilai tukar maupun nilai tukar mencerminkan nilai (Kirzner, 1973). Yang pertama adalah pasar
inovasi di masa depan. Ketiga, alokasi sumber daya arbitrase di mana peluang muncul bagi pelaku pasar
rasional tidak menangkap kompleksitas sistem tertentu karena orang lain mengabaikan peluang
berbasis pasar. Poin keempat yang diangkat adalah tertentu atau melakukan aktivitas suboptimal. Yang
bahwa, kinerja berbasis efisiensi tidak memasukkan kedua adalah kewaspadaan terhadap peluang
inovasi dan keluaran yang tidak seragam. Cara / menghasilkan keuntungan, yang ditemukan
ujung yang diketahui dan pengetahuan sempurna pengusaha dan keuntungan kewirausahaan.
atau semi-sempurna tidak menggambarkan Konseptualisasi ketiga, berikut menurut Say (1803)
ketidakpastian. Selain itu, persaingan sempurna dan Schumpeter (1934), adalah bahwa kepemilikan
tidak memungkinkan inovasi dan aktivitas berbeda dari kewiraswastaan. Dengan kata lain,
kewirausahaan. Poin kelima adalah bahwa, tidak kewiraswastaan tidak memerlukan kepemilikan
mungkin untuk melacak semua input dan output sumber daya, sebuah gagasan yang menambahkan
dalam sistem pasar. Akhirnya, aktivitas konteks pada ketidakpastian dan risiko.
kewirausahaan dapat merusak tata tertib pada Konseptualisasi ini menunjukkan bahwa setiap
sistem ekonomi. kesempatan unik dan oleh karena itu aktivitas
c. Austrian Market Process (AMP) sebelumnya tidak dapat digunakan untuk
Pertanyaan yang tidak terjawab dari gerakan neo- memprediksi hasil secara handal.
klasik ini menghasilkan sebuah gerakan baru yang Model AMP bukan tanpa kritik. Kritik pertama
kemudian dikenal sebagai the Austrian Market adalah bahwa sistem pasar tidak sepenuhnya
Process (AMP). AMP, model yang dipengaruhi kompetitif namun dapat melibatkan kerja sama
oleh berkonsentrasi pada tindakan manusia dalam antagonis. Yang kedua adalah monopoli sumber
konteks ekonomi pengetahuan. Schumpeter (1934) daya dapat menghambat persaingan dan
Menggambarkan kewiraswastaan sebagai kewirausahaan. Yang ketiga adalah bahwa
pendorong sistem berbasis pasar. Dengan kata lain, kecurangan / penipuan dan pajak / kontrol juga
fungsi penting suatu perusahaan adalah berkontribusi terhadap aktivitas sistem pasar. Yang
menciptakan sesuatu yang baru yang menghasilkan keempat adalah perusahaan swasta dan negara
proses yang berperan sebagai dorongan bagi gerak berbeda tapi keduanya bisa berwirausaha dan
ekonomi pasar. kelima, kewiraswastaan bisa terjadi dalam situasi
Menurut Murphy, J.P, Liao, J & Welsch (2006) sosial non-pasar tanpa persaingan. Kritik terhadap
berpendapat bahwa gerakan tersebut menawarkan AMP telah memberi dorongan pada penjelasan
logika realitas dinamis. Dalam menjelaskan hal ini, terakhir dari psikologi, sosiologi, antropologi, dan
mereka menunjukkan fakta bahwa pengetahuan manajemen.
dikomunikasikan ke seluruh sistem pasar (misalnya Model AMP bukan tanpa kritik. Kritik pertama
melalui informasi harga), inovasi terjadi, pengusaha adalah bahwa sistem pasar tidak sepenuhnya
memenuhi kebutuhan pasar, dan perubahan tingkat kompetitif namun dapat melibatkan kerja sama
sistem terjadi. Jika seorang wirausahawan tahu cara antagonis. Yang kedua adalah monopoli sumber
114
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
daya dapat menghambat persaingan dan orang-orang yang memiliki integritas dan terutama
kewirausahaan. Yang ketiga adalah bahwa visioner.
kecurangan / penipuan dan pajak / kontrol juga Model trait masih belum didukung oleh bukti
berkontribusi terhadap aktivitas sistem pasar. Yang penelitian. Satu-satunya cara untuk menjelaskan
keempat adalah perusahaan swasta dan negara atau mengklaim bahwa itu ada adalah melihat
berbeda tapi keduanya bisa berwirausaha dan melalui lensa karakteristik / perilaku seseorang dan
kelima, kewiraswastaan bisa terjadi dalam situasi menyimpulkan bahwa seseorang memiliki kualitas
sosial non-pasar tanpa persaingan.. Kritik terhadap bawaan untuk menjadi pengusaha.
AMP telah memberi dorongan pada penjelasan a. Locus of Control
terakhir dari psikologi, sosiologi, antropologi, dan Locus of control adalah aspek penting
manajemen kepribadian. Konsep ini pertama kali diperkenalkan
2. Psychological Entrepreneurship Theories oleh Julian Rotter di tahun 1950an. Mengacu pada
Tingkat analisis dalam teori psikologis adalah Locus of Control sebagai persepsi individu tentang
individu (Landstrom, 1998). Teori-teori ini penyebab utama peristiwa dalam hidupnya (Rotter,
menekankan karakteristik pribadi yang 1966). Dengan kata lain, orientasi locus of control
mendefinisikan kewiraswastaan. Sifat kepribadian adalah kepercayaan tentang apakah hasil tindakan
yang dibutuhkan untuk pencapaian dan lokus kita bergantung pada apa yang kita lakukan
kontrol ditinjau dan bukti empiris disajikan untuk (orientasi pengendalian internal) atau pada kejadian
tiga karakteristik baru lainnya yang telah ditemukan di luar kendali pribadi kita (orientasi kontrol
terkait dengan kecenderungan kewiraswastaan. Ini eksternal).
adalah pengambilan risiko, inovasi, dan toleransi Dalam konteks ini, kesuksesan pengusaha berasal
terhadap ambiguitas. Bagi para teoretikus dari kemampuannya sendiri dan juga dukungan dari
karakteristik ada kualitas lahir tua atau potensi luar. Yang pertama disebut sebagai lokus kontrol
individu yang secara alami membuatnya menjadi internal dan yang terakhir disebut sebagai lokus
pengusaha. Pertanyaan yang jelas atau logis di kontrol eksternal. Sementara individu dengan lokus
benak Anda mungkin adalah "Apa ciri khas / kontrol internal percaya bahwa mereka dapat
kualitas bawaan?" Jawabannya bukanlah jawaban mengendalikan kejadian hidup, individu dengan
yang lurus karena kita tidak bisa menunjukkan ciri- lokus kontrol eksternal percaya bahwa kejadian
ciri tertentu. Namun, model ini memberikan hidup adalah hasil dari faktor eksternal, seperti
beberapa wawasan tentang sifat atau kualitas kebetulan, keberuntungan atau takdir.
bawaan ini dengan mengidentifikasi karakteristik b. Need for Achievement theory
yang terkait dengan wirausahawan. Ciri-ciri Sementara model sifatnya berfokus pada kualitas
memberi kita petunjuk atau pemahaman tentang bawaan lahir muda dan lokus kontrol terhadap
sifat atau potensi bawaan ini. Sebenarnya, persepsi individu tentang penghargaan dan
menjelaskan sifat kepribadian berarti membuat hukuman dalam hidupnya. Pengusaha didorong
kesimpulan dari perilaku. oleh kebutuhan untuk mencapainya dan berprestasi.
Beberapa karakteristik atau perilaku yang terkait Meskipun tidak ada bukti penelitian untuk
dengan wirausahawan adalah bahwa mereka mendukung ciri kepribadian, ada bukti hubungan
cenderung lebih didorong oleh kesempatan, antara motivasi berprestasi dan kewirausahaan
menunjukkan tingkat kreativitas dan inovasi yang (Johnson, 1990). Motivasi berprestasi mungkin
tinggi, dan menunjukkan tingkat keterampilan merupakan satu-satunya faktor personifikasi yang
manajemen dan pengetahuan bisnis yang tinggi. meyakinkan terkait penciptaan usaha baru.
Mereka juga terbukti optimis, (mereka melihat Mengambil risiko dan berinovasi, kebutuhan akan
cangkir itu setengah penuh dari setengah kosong), prestasi, dan toleransi terhadap ambiguitas memiliki
tahan emosi dan memiliki energi mental, mereka pengaruh positif dan signifikan terhadap
adalah pekerja keras, menunjukkan komitmen dan kecenderungan kewirausahaan. Namun, locus of
ketekunan yang kuat, berkembang pada keinginan control (LOC) memiliki pengaruh negatif terhadap
kompetitif untuk berprestasi dan menang, kecenderungan wirausaha. Lokakarya pengendalian
cenderung tidak puas dengan status quo dan juga ditemukan sangat berkorelasi dengan variabel
keinginan perbaikan, pengusaha juga bersifat seperti pengambilan risiko, kebutuhan akan
transformasional, yaitu pembelajar seumur hidup pencapaian, dan toleransi terhadap ambiguitas.
dan menggunakan kegagalan sebagai alat dan batu Temuan baru-baru ini tentang pengambilan risiko
loncatan. Mereka juga percaya bahwa mereka memperkuat studi empiris sebelumnya yang
secara pribadi dapat membuat perbedaan, adalah menunjukkan bahwa keengganan untuk mengambil
risiko menurun seiring dengan kenaikan kekayaan,
115
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
yaitu aset bersih dan nilai pendapatan masa depan kewirausahaan seperti inovasi yang juga berujung
(Szpiro, 1986). pada perilaku penciptaan usaha. Kebangsaan
3. Sociological Entrepreneurship Theory individu mempengaruhi sikap dan perilaku dan
Teori sosiologis adalah teori kewiraswastaan budaya mencerminkan kompleksitas etnis, sosial,
ketiga yang utama. Perusahaan sosiologis berfokus ekonomi, ekologi, dan politik tertentu pada
pada konteks sosial. Dengan kata lain, dalam teori individu. Dengan demikian, lingkungan budaya
sosiologis tingkat analisis secara tradisional adalah dapat menghasilkan perbedaan sikap serta
masyarakat (Landstrom, 1998). Menurut Reynolds perbedaan perilaku kewirausahaan.
(1991) telah mengidentifikasi empat konteks sosial 5. Opportunity–Based Entrepreneurship
yang berkaitan dengan peluang kewirausahaan. Theory
Yang pertama adalah jaringan sosial. Di sini, Teori berbasis kesempatan ini dilambangkan
fokusnya adalah membangun hubungan sosial dan dengan nama-nama seperti Peter Drucker dan
ikatan yang mempromosikan kepercayaan dan Howard Stevenson. Pendekatan berbasis
bukan oportunisme. Dengan kata lain, pengusaha kesempatan menyediakan kerangka konseptual luas
seharusnya tidak mengambil keuntungan yang tidak untuk penelitian kewiraswastaan. Lebih lanjut dia
semestinya dari orang-orang agar sukses. mengatakan, "Ini mendefinisikan pengusaha dan
Sebaliknya kesuksesan datang sebagai hasil dari kewiraswastaan, pengusaha selalu mencari
menjaga kepercayaan dengan orang-orang. perubahan, meresponsnya, dan memanfaatkannya
Yang kedua ia menyebut konteks tahap kehidupan sebagai sebuah peluang". Kesempatan membangun
yang melibatkan analisis situasi kehidupan dan pengusaha memiliki lebih banyak mata untuk
karakteristik individu yang telah memutuskan untuk kemungkinan yang diciptakan karena perubahan
menjadi pengusaha. Pengalaman orang bisa daripada masalah. Hal ini didasarkan pada
mempengaruhi pemikiran dan tindakan mereka penelitian untuk mengetahui perbedaan antara
sehingga mereka ingin melakukan sesuatu yang manajemen kewirausahaan dan pengelolaan
berarti dengan kehidupan mereka. administrasi. Dia menyimpulkan bahwa pusat
Konteks ketiga adalah identifikasi etnis. Latar pengelolaan kewirausahaan adalah "mengejar
belakang sosiologis seseorang adalah salah satu kesempatan tanpa memperhatikan sumber daya
faktor "dorongan" yang menentukan untuk menjadi yang saat ini dikendalikan".
pengusaha. Misalnya, latar belakang sosial 6. Resource- Based Entrepreneurship
seseorang menentukan seberapa jauh dia bisa pergi. Theories
Kelompok marjinal mungkin melanggar semua Teori kewiraswastaan berbasis sumber daya
rintangan dan berusaha meraih kesuksesan, berpendapat bahwa akses terhadap sumber daya
didorong oleh latar belakang mereka yang kurang oleh para pendiri merupakan prediktor penting dari
beruntung untuk membuat hidup lebih baik. kewirausahaan berbasis peluang dan pertumbuhan
Konteks sosial keempat disebut ekologi populasi. usaha baru (Alvarez & Barney, 2007). Teori ini
Idenya adalah faktor lingkungan memainkan peran menekankan pentingnya sumber daya keuangan,
penting dalam kelangsungan usaha. Sistem politik, sosial dan manusia (Aldrich, 2006). Modal
peraturan pemerintah, pelanggan, karyawan dan keuangan, sosial dan manusia mewakili tiga kelas
persaingan adalah beberapa faktor lingkungan yang teori berdasarkan teori kewiraswastaan berbasis
mungkin berdampak pada kelangsungan usaha baru sumber daya.
atau keberhasilan pengusaha. a. Financial Capital/Liquidity Theory
4. Anthropological Entrepreneurship Penelitian empiris telah menunjukkan bahwa
Theory pendirian perusahaan baru lebih umum terjadi
Teori utama keempat disebut sebagai teori ketika orang memiliki akses terhadap modal
antropologi. Antropologi adalah studi tentang asal finansial. Dengan implikasi teori ini menunjukkan
mula, perkembangan, kebiasaan, dan kepercayaan bahwa orang dengan modal finansial lebih mampu
suatu komunitas. Dengan kata lain, budaya memperoleh sumber daya untuk mengeksploitasi
masyarakat di masyarakat. Teori antropologi peluang kewiraswastaan secara efektif, dan
mengatakan bahwa bagi seseorang yang berhasil membuat perusahaan untuk melakukannya
memulai usaha, konteks sosial dan budaya harus (Clausen, 2006). Hal ini disebabkan oleh fakta
diperiksa atau dipertimbangkan. bahwa garis penelitian yang terkait dengan teori
Disini penekanannya adalah pada model batasan likuiditas pada umumnya bertujuan untuk
kewirausahaan budaya. Model tersebut mengatakan menentukan apakah akses pendiri terhadap modal
bahwa usaha baru diciptakan oleh pengaruh budaya ditentukan oleh jumlah modal yang digunakan
seseorang. Praktik budaya mengarah pada sikap untuk memulai usaha baru. Menurutnya, ini tidak
116
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
selalu mengesampingkan kemungkinan memulai dan fitur yang stabil dan bertahan lama.
sebuah firma tanpa banyak modal. Oleh karena itu, Penekanannya adalah pada ciri kepribadian
akses pendiri ke modal merupakan prediktor (Brockhaus, R.H. and Horwitz, 1986). Menurut
penting pertumbuhan usaha baru namun belum Smilor (1997) dan Kilby (1971) keterampilan
tentu penting untuk pendirian usaha baru (Lusardi, kewirausahaan mengacu pada aktivitas, atau
2004) pengetahuan praktis, yang dibutuhkan untuk
Teori ini berpendapat bahwa pengusaha memiliki membangun dan menjalankan bisnis dengan sukses.
sumber daya spesifik individu yang memfasilitasi Ini mungkin terdiri dari area keuangan, akuntansi,
pengakuan peluang baru dan perakitan sumber daya pemasaran atau produksi. Banyak orang lain ingin
baru untuk perusahaan yang baru muncul (Alvarez membedakan antara keterampilan manajerial dan
& Barney, 2007). Penelitian menunjukkan bahwa kewirausahaan. Sebagai contoh, Chen, C.C., et al
beberapa orang lebih mampu mengenali dan (1998) menulis bahwa banyak kursus sekolah
memanfaatkan peluang daripada yang lain karena bisnis, "berfokus pada keterampilan manajemen
mereka memiliki akses terhadap informasi dan yang teridentifikasi, namun sering mengabaikan
pengetahuan yang lebih baik. keterampilan kewirausahaan seperti inovasi dan
b. Social Capital or Social Network Theory pengambilan risiko". Namun penelitian yang
Pengusaha tertanam dalam struktur jaringan sosial dilakukan Timmons (1999), dosen pendidikan
yang lebih besar yang merupakan proporsi kewirausahaan di AS mengatakan "Kewirausahaan
signifikan dari struktur kesempatan mereka adalah cara berpikir, penalaran dan akting yang
(Clausen, 2006). Shane (2003) mengatakan bahwa merupakan kesempatan terobsesi".
seorang individu mungkin memiliki kemampuan
untuk mengenali bahwa ada peluang Kewirausahaan menjadi hal yang sangat
kewiraswastaan yang ada, namun mungkin tidak penting dan telah diteliti oleh banyak ahli teori
memiliki hubungan sosial untuk mengubah karena kontribusi positifnya terhadap kehidupan
kesempatan menjadi bisnis yang dimulai. ekonomi dan sosial. Terdapat dua sudut pandang
Diperkirakan bahwa akses ke jaringan sosial yang yang berkembang dalam mendefinisikan
lebih besar dapat membantu mengatasi masalah ini. kewirausahaan. Pertama disebut sebagai sekolah
Literatur mengenai teori ini menunjukkan bahwa ekonomi. Pengusaha menciptakan nilai melalui
hubungan sosial yang lebih kuat dengan penyedia eksplorasi, inovasi, berpikir kreatif dan dengan
sumber daya memfasilitasi perolehan sumber daya menemukan produk, layanan, sumber, teknologi
dan meningkatkan probabilitas eksploitasi peluang dan pasar baru. Memahami kewirausahaan terutama
(Zimmer, 1986). yang berkaitan dengan individu dan proses perilaku
c. Human Capital Entrepreneurship Theory (Geri, 2013).
Yang mendasari teori kewirausahaan modal Keterampilan usaha menjadi suatu perdebatan
manusia adalah dua faktor, pendidikan dan apakah kewirausahaan bisa dipahami sebagai
pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh dari sesuatu yang bisa diajarkan atau tidak (Jarkko
pendidikan dan pengalaman merupakan sumber Pyysiainen, 2014). Menurut Katz (1991)
yang didistribusikan secara heterogen ke seluruh mengemukakan bahwa kemungkinan besar ada
individu dan pada dasarnya penting untuk beberapa keterampilan yang bisa diajarkan dan
memahami perbedaan dalam identifikasi dan beberapa hal yang tidak bisa diajarkan. Chen, C.C.,
eksploitasi peluang. studi empiris menunjukkan et al (1998) membedakan enam jenis peran atau
bahwa faktor modal manusia secara positif terkait tugas kewirausahaan yaitu pemasaran, inovasi,
dengan menjadi wirausahawan yang baru lahir manajemen, pengambila resiko dan pengendalian
meningkatkan pengenalan peluang dan bahkan keuangan.
kesuksesan kewirausahaan (Becker, 1975). Keterampilan diartikan sebagai kemampuan
Karakteristik wirausaha terdiri dari 3 jenis, seseorang terhadap suatu hal meliputi tentang
karakteristik umum, karakteristik wirausaha sukses, kecakapan, sikap, nilai, dan pengertian yang
karakteristik wirausaha gagal (Z. Heflin Frinces, semuanya dipertimbangkan sebagai sesuatu yang
2011). penting untuk menunjang keberhasilan didalam
Keterampilan wirausaha sangat penting, penyelesaian tugas (Yanto, 2005) dalam (Nafuroh,
karena konsep keterampilan menyiratkan 2013). Keterampilan adalah pola kegiatan yang
kemungkinan belajar, dan mengajar. Dalam literatur bertujuan untuk memanipulasi dan mengkoordinasi
psikologis tentang kewirausahaan, dan juga informasi. Keterampilan ini dapat dibedakan
beberapa teori oleh ekonom, pengusaha sering menjadi dua kategori, yakni keterampilan fisik dan
digambarkan sebagai individu dengan karakteristik keterampilan intelektual (Sutarna, 2016).
117
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti mencapai tujuannya. Suatu bisnis dikatakan berhasil
cakap, mampu, dan cekatan. Menurut Iverson bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan orang
(2001) mengatakan keterampilan membutuhkan melakukan bisnis. Keberhasilan usaha adalah
pelatihan dan kemampuan dasar yang dimiliki kemampuan perusahaan untuk menciptakan dan
setiap orang dapat lebih membantu menghasikan mendistribusikan kekayaan, tetapi juga pada
sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat. diferensiasinya, yang biasanya terkait dengan
Keterampilan usaha hal-hal yang berkaitan inovasi (Ketchen, Ireland, & Snow, 2007). Menurut
untuk menciptakan atau inovasi bisnis, Purnama (2010) keberhasilan usaha pada industri
menumbuhkembangkan unit usaha yang sudah kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor.
berjalan, dan melakukan penyehatan unit usaha Keberhasilan usaha pada perusahaan merupakan
yang mengalami krisis (Z. Heflin Frinces, 2011). salah satu tujuan dari setiap pengusaha.
Robbins (2006) mengatakan keterampilan dibagi Keberhasilan usaha industri kecil dapat diartikan
menjadi 4 kategori, yaitu 1). Basic Literacy Skill, sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian
keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai
setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat
serta mendengarkan. 2). Technical Skill, keahlian dilihat dari berbagai aspek, seperti kinerja keuangan
secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dan image perusahaan. Menurut Ina Primiana, dkk
dalam bidang teknik seperti mengoperasikan (2009) mengemukakan bahwa, keberhasilan usaha
kompter dan alat digital lainnya. 3). Interpersonal adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran
Skill, keahlian setiap orang dalam melakukan yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi.
komunikasi satu sama lain seperti mendengarkan Menurut Algifari (2003) mengatakan bahwa,
seseorang, memberi pendapat dan bekerja secara keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi
tim. 4). Problem Solving, keahlian seseorang dalam proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan
memecahkan masalah dengan menggunakan logika efisiensi secara teknis dan efisiensi secara
atau perasaanya. ekonomis. Henry Faizal Noor (2008)
Menurut Z. Heflin Frinces (2011) bahwa Mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada
keterampilan wirausaha terdiri dari 3 hal yaitu hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis
keterampilan teknis, keterampilan manajemen mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil
bisnis dan keterampilan kewirausahaan personal. bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari
Fitriati & Hermiati (2010) mengatakan bahwa seseorang melakukan bisnis. Sedangkan Dwi
keterampilan wirausaha memiliki tiga dimensi yaitu Riyanti (2003) Mengemukakan bahwa keberhasilan
1). Technical Skill, 2). Business Management Skill, usaha didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil
3). Personal Entrepreneurial Skills. atau tujuan organisasi.
Keberhasilan usaha didorong oleh orientasi Fry F.L Stoner (1998) menyatakan sejumlah
kewirausahaan (Covin, 1991), keberhasilan usaha indikator keberhasilan untuk memasukkan kinerja
biasanya merupakan hasil dari cara berbisnis dan keuangan, kebutuhan dan nilai pelanggan, kualitas
kerjasama. Kerjasama antar perusahaan, konsultasi, produk dan layanan, inovasi dan kreativitas, dan
pengukuran kinerja, dan fleksibilitas dapat komitmen karyawan. Dwi Riyanti (2003)
memainkan peran penting dalam kesuksesan bisnis. Mengemukakan bahwa dimensi dalam mengukur
Kerjasama antar perusahaan memberikan kontribusi keberhasilan usaha, yaitu 1). Peningkatan dalam
positif untuk mendapatkan legitimasi organisasi dan akumulasi modal atau peningkatan modal, 2).
untuk mengembangkan reputasi pasar yang Jumlah produksi, 3). Jumlah pelanggan, 4).
diinginkan. Kerjasama juga memungkinkan Perluasan Usaha, 5). Perluasan daerah pemasaran,
perusahaan kecil untuk memperbaiki posisi 6). Perbaikan saran fisik, dan 7). Pendapatan usaha.
strategisnya, fokus pada bisnis intinya, memasuki Selain itu Henry Faizal Noor (2008)
pasar internasional, mengurangi biaya transaksi, Mengemukakan bahwa dimensi dalam mengukur
mempelajari keterampilan baru, dan mengatasi keberhasilan usaha, yaitu 1). Laba, 2).
perubahan teknologi yang cepat (Chittithaworn, Produktivitas dan Efisiensi, 3). Daya Saing, 4).
2011). Keberhasilan usaha adalah kemampuan Kompetensi dan Etika Usaha, 5). Terbangunnya
bisnis untuk mencapai tujuannya. Ini adalah Citra Yang Baik.
pencapaian bisnis berkaitan dengan tujuan Penelitian yang dilakukan oleh Hunjra (2011),
bisnisnya (Muhammad Shukri Bakar, 2011). mengatakan bahwa keberhasilan usaha dipengaruhi
Menurut Henry Faizal Noor (2008) juga oleh beberapa faktor seperti sumber daya keuangan,
mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada strategi pemasaran, sumber daya tekhnologi,
hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dukungan pemerintah, kemudahan mengakses
118
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
119
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
“Kemampuan dalam pencatatan keuangan dari skor ideal yang terletak pada indikator trust
(akunting) dalam setiap transaksi”. external dengan pernyataan “Kemampuan dalam
menekan komplain/keluhan pelanggan”
120
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
Social Science, 7(5), 180–190. Ketchen, D. J., Ireland, R. D., & Snow, C. C.
https://doi.org/10.5539/ass.v7n5p180 (2007). Strategic entrepreneurship,
Chong, W. Y. (2012). Critical Success Factors for collaborative innovation, and wealth creation.
Small and Medium Enterprises : Perceptions Strategic Entrepreneurship Journal, 271–395.
of Entrepreneurs in Urban Malaysia. Journal Mandah Chidinma. W. A. (2012). Failure of small
of Busieness and Policy Research, 7(4), 204– scale businessin Nigeria: causes and solutions
215. (a case study of selected firms in enugu state).
Chukwujioke, K. (2013). The Relative Contribution Journal of Management, 1(1), 1–102.
of Management Skills to Entrepreneurial Mulyadi, H. (2010). Pengaruh Motivasi dan
Success: A Survey of Small and Medium Kompetensi Kerja Terhadap Produktivitas
Enterprises (SMEs) in the Trade Sector, 7(1), Kerja Karyawan pada PT. Galamedia
8–16. Bandung Perkasa. Manajerial, 9(17), 97–111.
Covin, J. & S. D. (1991). A Conceptual Model Of Nafuroh, S. (2013). PELATIHAN TERHADAP
Entrepreneurship As Firm Behaviour. PENGEMBANGAN KARIR PADA PT .
Entrepreneurship Theory and Practice, 16(1), TIRTA INVESTAMA SURABAYA, 360–
7–25. 369.
David Smallbone. (2015). Success and Failure in Nkansah. (2011). Entrepreneurship theories and
New Business Start-ups. Journal of Business, Empirical research : A Summary Review of
8(2), 34–47. the Literature. European Journal Of Business
Fitriati, R., & Hermiati, T. (2015). Entrepreneurial and Management, 3(6), 1–9.
Skills and Characteristics Analysis on the Purnama, C. & S. (2010). Motivasi dan
Graduates of the Department of Kemampuan Usaha Dalam Meningkatkan
Administrative Sciences, FISIP Universitas Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi
Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Pada Industri Kecil Sepatu Di Jawa Timur).
Organisasi Journal of Administrative Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 12,
ScienceS & Organization, 17(3), 262–275. 177–184.
Geri, S. (2013). Relationship between Pyysiainen, J. (2014). Developing the
Entrepreneurial Skills and Tendencies : A entrepreneurial skills of farmers : some myths
Research on Physical Education Students. explored. Int J Logistics Management, 12(1),
International Journal of Business and Social 21–39.
Science, 4(5), 179–185. https://doi.org/10.1108/09574090910954864
Guido Corbetta, Morton Huse, D. R. (2004). Robbins. (2006). Unraveling the differential effects
Crossroads Of Entepreneurship. Springer of motivational and skills, social, and self-
Science + Business Media, Inc (Vol. 1). New management measures from traditional
York: Kluwer Academic. predictors of college outcomes. Journal of
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324. Educational Psychology, 98(3), 598–616.
004 https://doi.org/10.1037/0022-0663.98.3.598
Hunjra, A. I. (2011). Determinants of business Shabir Hyder Robert Lussier. (2016). Why
success of small and medium enterprises. Businesses Succeed or Fail : A Study on
International Journal of Business and Social Small Businesses in Pakis. Journal of
Science, 2(20), 274–280. Retrieved from Entrepreneurship in Emerging Economies,
http://works.bepress.com/ahmed_hunjra/21/ 8(1).
Iverson. (2001). Physician Communication Skills: Sukri, M. B. (2012). Determinants of Business
Results of a Survey of General/Family Success, 3(November), 37–42.
Practitioners in Newfoundland. Medical Sutarna, N. (2016). PENERAPAN METODE
Education Online Http://www.med-Ed- PENUGASAN UNTUK MENINGKATKAN
online.org/res00014.htm, 1–11. KEMAMPUAN MEMAHAMI PETA PADA
https://doi.org/10.3402/meo.v6i.4521 SISWA SEKOLAH DASAR, 16(April), 34–
Jamil, M. M., Anwar, K., & Kholiq, A. (2011). 43.
LUNTURNYA KESENIAN Vala, L. (2017). Innovation Management Processes
TRADISIONAL. Research Report, 5(Ii), 41– and Routines for Business Success and Value
51. Creation. Journal of Management, 5(5), 471–
Katz, J. (1991). The institution and infrastructure of 481. https://doi.org/10.17265/2328-
entrepreneurship. Entrepreneurship Theory 2185/2017.05.011
and Practice, 85–102. Yonk, R. M., Harris, K., Martin, R. C., Anderson,
121
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 3, December 2018, page. 111-122
122