Anda di halaman 1dari 12

Menatap Masa Depan dengan Optimis, Ikhtiar, dan Tawakal

1. Optimis
a. Pengertian

Optimisme adalah suatu sikap penuh dengan keyakinan tinggi dalam mengahadapi
permasalahan kehidupan didunia ini, dan dimasa depan akan meraih kesuksesan yang telah
dicita-citakan sebelumnya. Optimisme adalah sebuah sikap yang akan mendorong seorang
individu untuk terus berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang
diinginkan, walaupun seberat apapun problematika yang dihadapi namun dengan adanya
keteguhan dan sikap optimisme akan menjadikan seseorang dapat menghadapinya dan
mencari problem solving.

Namun dalam bersikap optimis yang berlebihan akan membawa sesorang kedalam
kesombongan dan akan membawanya dalam jurang kehancuran. Dengan demikian haruslah
kita bersikap optimis dengan mengimbanginya dengan usaha keras serta berserah diri kepada
Allah SWT. Apabila seorang hanya bersikap optimis tanpa diikuti oleh tindakan yang nyata
dan kerja keras tujuan yang diinginkan tak akan tercapai, setelah bersikap optimis dan bekerja
keras haruslah kita tetap berserah diri kepada Allah SWT, sebab hanya ditangan Allah lah
yang akan menetukan hasil kerja keras kita.

Dengan bersikap optimis dalam mengahadapi persoalan kehidupan akan menjadikan


seorang muslim lebih bersikap bahagia, sebab dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan
baik cita-cita dunia atau akherat. Selain hal itu menurut pakar yang telah melakukan riset
menyatakan bahwasanya orang yang bersikap optimis akan mempunyai badan yang sehat dan
lebih panjang umur dari pada orang-orang yang bersikap pesimistis. Para peneliti juga
memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil
kemungkinannya mengalami depresi.

b. Ciri-ciri optimisme
Seseorang yang bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan.
Jika tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi untuk
kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai
berhasil. Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan tidak mau berusaha
lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sifat
pesimis akan membuat seseorang berprasangka buruk kepada diri sendiri dan kepada Allah
Swt.

Salah satu ciri orang yang optimis adalah ia memiliki harapan yang baik pada saat
sebelum melakukan suatu pekerjaan. Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan
senang serta Pada saat melaksanakan suatu pekerjaan. Orang yang optimis mensyukuri
keberhasilannya dan mengevaluasi kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu
pekerjaan.
Ciri lain dari orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah
kesempatan, peluang, dan kemungkinan. Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala
sesuatu sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan. Orang yang optimis biasanya ditandai
dengan wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum.

c. Cara menumbuhkan rasa optimis


Allah SWT memang menghadirkan beragam peristiwa agar manusia mampu
mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap peristiwa agar tingkat
keimanan seseorang semakin bertambah. Tentunya hal ini akan terwujud bila manusia
mempunyai benih kepercayaan akan kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT
sebagai pengatur setiap peristiwa di alam ini.

Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS. untuk melaksanakan perintah Allah SWT
menyembelih putranya tercinta Ismail adalah potret sejati seorang mumin yang mempunyai
kekuatan tawakal dan kepercayaan yang amat tinggi terhadap keputusan dan kekuatan
pencipta-Nya. Itulah harapan dari ajaran Islam agar manusia yang beriman selalu bisa
menempatkan possitive thinking kepada Allah SWT di dalam diri dan optimis dalam
melaksanakan perintah ajaran-Nya.

Kepercayaan akan hal ini dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal.
Semakin kuat kepercayaan ini, maka akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa
optimis dalam diri semakin bertambah. Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa
optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati. Untuk itulah
jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. Optimis yang
dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu
memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar hingga
peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain
sebagai berikut:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan
keluar.

d. Manfaat optimis
Optimis juga mempunyai berbaai manfaat bagi diri kita. Optimisme sangat diperlukan
dalam kehidupan kita sehari-hari guna mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam
hidup di dunia dan di akhirat. Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim,
kinerja untuk beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan
dengan baik. Doa, ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya dengan
kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu, optimism juga dapat
berpengaruh pada kesehatan.

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang
manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa
seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding
dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih
sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini
beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.
1. Lebih panjang umur
2. Lebih jarang mengalami depresi
3. Tingkat stres yang lebih kecil
4. Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
5. Lebih baik secara fisik dan mental
6. Mengurangi risiko terkena penyakit jantung

2. Ikhtiar
a. Pengertian

Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan,


atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan esuatu maka ia harus mau berusaha atau
berupaya untuk meraihnya. Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut :

a. Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.


b. Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja.
c. Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat.

Usaha-usaha tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam
diri tanpa ada upaya sama sekali. Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa,
memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.

Ikhtiar bukan hanya usaha, atau semata-mata upaya untuk menyelesaikan persoalan
yang tengah membelit. Ikhtiar adalah konsep Islam dalam cara berpikir dan mengatasi
permasalahan. Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita menuntaskan
masalah dengan mempertimbangkan apa yang baik menurut Islam, dan kemudian
menjadikannya sebagai pilihan apapun konsekuensinya, dan meskipun tidak populer atau
terasa berat.

b. Bentuk-bentuk ikhtiar

Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, Adapun bentuk-bentuk perilaku ikhtiar
yang harus diamalkan dalam kehidupan manusia adalah:

a. Mau bekerja keras dalam mencapai harapan dan cita-cita.

b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.

c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.


d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.

e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

f. Rajin berlatih dan belajar untuk meraih yang diinginkan dan dicita-citakan.

Sebab itu, setiap muslim wajib membiasakan diri berikhtiar. Sikap perilaku ikhtiar
akan memberikan kemampuan dalam menghadapi semua godaan dan tantangan dengan kerja
keras. Untuk itu, dalam ikhtiar harus selalu memperhatikan hal hal sebagai berikut:

a. Secara konsisten mempertebal iman kepada Allah SWT.

b. Melawan sikap malas dalam bentuk apapun.

c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.

d. Berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar.

e. Rajin dan bersemangat dalam melakukan setiap usaha.

f. Tekun dalam melaksanakan tugas, dan cerdas memanfaatkan waktu.

g. Memilik tekad, semangat dan upaya yang kuat dalam memajukan setiap ikhtiar.

c. Menumbuhkan semangat ikhtiar


Ikhtiar sendiri berarti syarat untuk mencapai maksud atau daya upaya atau sering kita
sebut berusaha. Cara menumbuhkan semangat ini dengan niatan dari awal untuk berusaha
jadi lebih baik. Dengan adanya niat, kita akan bertekad dan berusaha sebaik mungkin untuk
mencapai suatu hal yang kita inginkan. Maka kunci dari ikhtiar adalah niatan dalam diri kita
yang harus dimatangkan terlebih dahulu.

d. Manfaat Ikhtiar

Seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak positif, di antaranya
sebagai berikut :

1. Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuanya yang di miliki.

2. Terhormat di hadapan allah dan sesama manusia.

3. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.

4. Tidak mudah berputus asa.


5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.

6. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.

7. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada makhluk.

3. Tawakal

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam,
tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah


menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar
kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang
tenang dan hati yang tenteram.

Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam menyerahkan
urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya
kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah
(tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap
orang yang memberikan amanat tersebut.

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya
yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah
yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan
mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala
persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena
Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan
berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini mempunyai pemikiran,
tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Atau tidak
perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.

Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada
berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah
kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.

Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau
perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya -- menurut ajaran Islam -- ialah menyerah diri
kepada Allah swt setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan
kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.

Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat,
barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan
untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya
telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban
tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."

Ada 4 ciri orang yang bertawakal kepada Allah SWT, yaitu :

1. Mujahadah

Orang yang bertawakal selalu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu


pekerjaan .Seorang pelajar yang bertawakal akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk
dapat menyelesaikan studinya dengan hasil yang baik.Petani yang bertawakal akan bekerja
dengan ulet agar hasil pertaniannya dapat menghasilkan hasil panen yang maksimal. Bagi
orang yang bertawakal apa pun pekerjaannya asalkan tidak bertentangan dengan syariat
Islam akan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

2. Berdoa

Segala sesuatu ada dalam genggaman Allah SWT, berdoa adalah melambangkan
betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT.

Orang yang tidak pernah berdoa menunjukkan sifat takabur, padahal segala usaha yang kita
lakukan jika Allah tidak mengizinkan tidak akan pernah terjadi.Berdoa diperintahkan oleh
Allah SWT, seperti dalam firman-Nya :

Berdoalah kalian niscaya akan Aku kabulkan

3. Bersyukur

Mensyukuri segala apa yang diperoleh tanpa melihat besar kecilnya sesuatu yang
diperoleh merupakan ciri tawakal.Dengan bersyukur pada apa yang diperoleh, kita akan
selalu merasa puas, senang, dan bahagia.

Seperti dalam firman Allah :

Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur
sesungguhnya azabku teramat pedih

4. Sabar

Dari kesemuanya itu, apa pun takdir Allah SWT yang terjadi pada kita, baik
kegagalan, penyakit, kesusahan, bencana, kekayaan, pangkat, dan sebagainya, kita harus
sabar menerimanya.Dengan kesabaran, segala apa yang menimpa pada kita, jika itu suatu
musibah tidak akan menjadikan kita putus asa, dan jika itu suatu kesenangan tidak akan
menjadikan kita lupa diri.

Tawakal mengandung dua hal, Yang pertama adalah penyandaran diri kepada Alloh
dan beriman bahwa Dia adalah yang menjadikan segala sebab, dan bahwa takdir-Nya pasti
berlaku, dan Dialah yang menakdirkan segala perkara, dan Dialah yang menjaga dan
menuliskannya, maha suci Dia dan maha tinggi.
Yang kedua adalah melaksanakan berbagai sebab.
Maka bukan termasuk tawakal, jika meninggalkan berbagai sebab. Akan tetapi
tawakal itu adalah yang memadukan antara pelaksanaan sebab dan penyandaran diri kepada
Alloh. Barangsiapa yang meninggalkannya, berarti dia telah menyelesihi syariat dan akal.
Karena Alloh azza wa jalla memerintahkan dan menganjurkan (kita) untuk melakukan
sebab. Dia juga memerintahkan hal itu kepada rosul-Nya, dan menciptakan fitroh hamba-
hambaNya untuk melakukan sebab.

Bertawakal kepada Allah yaitu dengan menyerahkan segala usaha, daya dan upaya
yang telah kita lakukan hanya kepada Allah SWT, mengikhlaskan bagaimana pun hasil dari
usaha kita, itu sudah menjadi ketetapan Allah, dan meyakini sepenuh hati bahwa itulah yang
terbaik yang Allah berikan untuk kita.

Manfaat Tawakal
1. Dijamin Kemudahan dunia dan akhirat

Dengan berbekal sifat tawakal maka seseorang dijamin oleh Allah SWT akan selalu
diberikan ke jalan kemudahan didunia dan dikhirat berapapun besarnya kesusahan yang
sedang dijalaninya.

2. Mudah beradaptasi dengan masalah apapun

Seseorang yang memiliki sifat tawakal akan mudah beradaptasi dengan masalah yang
seberat apapun tanpa mudah menangis dan jauh dari prasangka buruk pada allah SWT hanya
karena merasa diri tidak berharga. Sifat tawakal dapat membuat seseorang menjadi berhati
sabar dan mampu bangkit kembali dari kegagalan.

3. Tawakal dapat mempertebal iman dan tidak mudah putus asa

Tawakal dapat merubah sifat egois atau mudah menyerah menjadi lebih sabar dan
dapat pula mempertebal iman serta membuat seseorang ingin selalu berterimakasih (
bersyukur ) pada allah SWT atas apa yang telah diberikan selama ini. Maka dari itu sebaik
baiknya orang yng beriman adalaah yang mempunyai sifat tawakal.

4. Tawakal dapat membuat seseorang menjadi lebih mandiri

Seacara tidak langsung sifat tawakal dapat menjadikan seseorang menjadi lebih
mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan masalah dunia yang sedaang dihadapinya tanpa
harus merugikan pihak manapun. Sifat tawakal dapat menjadikan seseorang mampu
memahami kekurangan dan kelebihan atas apa yang telah allah berikan, kondisi ini dapat
membuat seseorang menjadi lebih bisa untyk mrenghargai kekurangan orang lain.

5. Allah akan mencukupkan rejeki

Allah SWT akan mencukupkan segala kerbutuhan dan kepuasan batin bagi seseorang
yang bertawakal semata mata karena allah setelah dia berusaha dan berikhtiar dengan hati
yang bersih dan sabar. Bertawakal setelah melaksanakan ihktiar kepada allah SWT adalah
sesuatu yang disukai allah SWT dan akan dimasukkan dalam golongan orang orang yang
sabar dan berkecukupan dalam keadaan apapun.
4. Implementasi dan Pemahaman Optimis, Ikhtiar, & Tawakal
dari Beberapa Ayat Alqur-an dan Hadits
Q.S. Az-zumar/39:53









"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku, yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri (dalam mencari rahmat Allah), janganlah kamu terputus-asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun, lagi Maha Penyayang." (QS.39:53)

Ayat tersebut(QS.39.53) menjelaskan beberapa hal, yaitu Optimis bahwa kita


tidak boleh berputus asa dalam suatu hal. Ikhtiar bahwa kita harus bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan suatu hal. Tawakal bahwa setelah kita melakukan suatu hal,
menyerahkan segala usaha yang telah kita lakukan kepada Allah swt. dan meyakini sepenuh
hati bahwa itulah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita. Maknanya, Kita harus
mengimbangi optimis dengan usaha keras(ikhtiar) dan berserah diri(tawakal).

Q.S. An-najm/53:39-42




"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa yang
diusahakannya"




"Dan bahawa sesungguhnya usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya, pada hari kiamat
kelak)"


Kemudian usahanya itu akan dibalas dengan balasan yang amat sempurna;


Dan bahawa sesungguhnya kepada hukum Tuhanmu lah kesudahan (segala perkara);

[An-Najm/53:39 - 42]

Ayat tersebut menjelaskan bahwa, kita harus mengerjakan suatu hal dengan berusaha
(optimis, ikhtiar, dan tawakal). Karena segala usaha yang telah kita lakukan, akan dibalas
dengan sempurna oleh Allah swt.

Q.S. Ali-imran/3:159

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [QS. ALI IMRAN 3:159]

Ayat tersebut menjelaskan bahwa, Allah menyukai orang-orang yg


bertawakal. Oleh karena itu kita harus selalu bertawakal ketika mengerjakan suatu
hal.

Hadits terkait tentang optimis

Dari Abu Hurairah, ia berkata,
















Mukmin (orang yang beriman) yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mukmin yang lemah. Pada diri masing-masing memang terdapat kebaikan.
Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada
dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan,
maka janganlah kamu mengatakan; Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya
tidak akan menjadi begini dan begitu. Tetapi katakanlah; lni sudah takdir Allah dan apa
yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata
lau (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan. (Hadits Riwayat Muslim dari
Abu Hurairah, Shahh Muslim, juz VIII, hal. 56, hadits no. 6945)

Dari hadis tersebut di atas, kita harus yakin, mantap, dan tidak ragu atau bimbang jika
memunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan segala cita-cita yang sesuai dengan
jalan-Nya. Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa atau lemah karena sikap
demikian membuka pintu bujuk rayu setan. Akan tetapi, (sikap) optimistis tanpa
perghitungan dan pertimbangan yang tepat juga merupakan sesuatu kekonyolan (tidak
dibenarkan) yang dapat dibenci Allah. Sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi
seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang pesimistis pasti selalu merasa hidupnya
penuh dengan kesulitan. Ia selalu merasa berada dalam ketidakberdayaan menghadapi masa
depan. Sikap seperti ini sangat dibenci oleh Islam.

Berperilaku Optimis
Berperilaku optimis sangatlah penting.Tetapi, kita harus mengimbangi perilaku
optimis dengan ikhtiar dan tawakal. Contoh perilaku optimis :

1. Seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia
berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
2. Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu
dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta
dapat bekerja di perusahaan tersebut
Berperilaku Ikhtiar
Ikhtiar berarti tidak mengenal putus asa, dan yakni bahwa rahmat Allah pasti datang
setelah berikhtiar. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berikhtiar, dan melarang hamba-
Nya untuk berputus asa. manusia sebagai hamba Allah diperintahkan untuk berusaha, bukan
untuk berleha-leha. Sebab, rahmat Allah turun kepada kita melalui sebab atau usaha yang kita
lakukan. Artinya, kita jangan pernah berputus asa dalam mencari rahmat dan ridha Allah swt.

Berperilaku Tawakal
Tawakal dibagi 2, yaitu tawakalul wakil dan tawakalut taslim Tawakkalul wakil,
artinya tawakalnya seseorang yang hatinya merasa tenteram terhadap pemberian Allah
swt. Tawakal seperti itu adalah tawakalnya orang mukmin biasa di mana seseorang akan
mempercayakannya kepada Allah swt, karena ia telah yakin bahwa Allah swt merasa
belas kasihan kepadanya.Tawakkalut taslim, artinya tawakalnya seseorang yang telah
merasa cukup menyerahkan urusannya hanya kepada Allah swt, karena ia yakin bahwa
Allah swt telah mengetahui keadaan dirinya.

Artinya, seseorang sudah tidak lagi membutuhkan sesuatu selain hanya kepada Allah
swt. Tingkatan tawakal seperti ini adalah tawakalnya pada nabi dan wali. Contoh perilaku
tawakal :

1. Selalu bersyukur apabila mendapatkan nikmat (keberhasilan/kesuksesan dll) dari


Allah swt, dan bersabar apabila mendapatkan musibah.
2. Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan beriktiar
3. Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada
Allah swt
4. Tidak mudah berputus asa dalam berusaha
5. Menerima segala ketentuan Allah swt dengan rasa ikhlas dan ridha.
6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain

Anda mungkin juga menyukai