Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN
A. Syukur
Kata syukur berasal dari bahasa Arab ‫شكر‬-‫يشكر‬-‫ شكرا‬yang berarti
terimakasih, bersyukur. Kata syukur yang diambil dari kata syakara, yaskuru,
syukran dan tasyakara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya. Syukur dari
kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya.1 Selain itu, dalam
Kamus Bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia,
melegakan ketika mengalami suatu kejadian yang baik. Secara istilah, syukur
merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, lega atas nikmat
yang telah dirasakan, didapatkan, dari Allah Swt. Maka penulis menyimpulkan
bahwa syukur adalah bentuk tindakan, ucapan maupun perasaan yang didapat
setelah mendapat sesuatu. Ada tiga ayat tentang pengertian syukur yaitu QS. Al-
Furqan ayat 62, QS. Saba ayat 13 dan QS. Al-Insan ayat 9. Syukur terbagi
menjadi 3 macam yaitu:
1. Bersyukur dengan hati artinya mengakui dan menyadari dengan
sepenuh bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt.
dan tiada seseorang pun selain Allah Swt. yang dapat memberikan
nikmat itu.
2. Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan
rasa syukur itu dengan kalimat hamdalah.
3. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang
telah Allah berikan. Misalnya: Menggunakan anggota tubuh untuk
berbuat kebaikan.

Adapun hikmah dan manfaat syukur adalah membuat seseorang bahagia


karena apa yang ia dapatkan akan membawa manfaat bagi ia dan orang-orang
sekitarnya, Allah akan menambah nikmat yang ia peroleh sesuai dengan janji

1
Ulya Ali Ubaid, Sabar dan Syukur, (Jakarta: AMZAH, 2012), h. 171
Allah Swt. dan akan terhindar dari siksa yang amat pedih dan masih banyak
lagi.

B. Qana’ah
Berasal dari bahasa Arab ‫قنع‬-‫يقنع‬-‫قنعا‬-‫ قماعة‬berarti rela, suka menerima apa
yang diberikan kepadanya. Qana’ah, menerimanya hati terhadap apa yang ada,
meskipun sedikit, disertai sikap aktif, usaha. Ia adalah perbendaharan yang tidak
akan sirna.2 Sikap ini cukup efektif untuk menterapi diri dan atau orang lain dari
penyakit psikis yang sering membawa dampak negatif terhadap kesehatan pisik,
karena dari dalam diri seseorang muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika
sakit maupun sehat, ketika dalam kondisi kaya maupun miskin.3 Selain itu,
qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki
serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang. Qana’ah justru
berfungsi sebagai dinamisator yang mendorong manusia untuk giat bekerja
dalam mencapai kesejahteraan hidup. Orang yang bersikap qana’ah akan tetap
bekerja keras, namun hasil kerjanya akan diterima dengan rasa syukur dan rasa
lega.

Qana’ah dalam pribadi seorang muslim mempunyai fungsi sebagai


stabilisator dan dinamisator.

Artinya: “Qana’ah adalah merupakan simpanan yang tidak akan


lenyap” (HR. Thabrani)

Adapun manfaat qana’ah pada diri seorang muslim adalah seseorang


tersebut akan stabil karena ia mampu bersyukur apabila berhasil dalam
usahanya dan jauh dari sifat sombong, bersabar dan berlapang dada apabila

2
Imam Hanafi, dkk, Maqamat Tasawuf dan Terapi Kesehatan Mental (Studi Pemikiran Amin
Syukur), (STAIN Pekalongan: RELIGIA Vol. 18 No. 2, 2015), hal. 199
3
Ibid, h. 199
gagal dan jauh dari sifat frustasi, memiliki hati yang tenteram dan damai,
merasa berkecukupan dan sebagainya.

C. Ridha dan Sabar


Sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari segala
sesuatu yang bertentangan dengan syariat, tenang saat ditimpa musibah, dan
menampakkan kecukupan ketika dalam kefakiran.4 Sabar adalah menerima
segala sesuatu yang terjadi dengan senang hati. Orang yang ridha menyadari
bahwa segala sesuatu yang terjadi itu merupakan kehendak Allah Swt. Maka
dapat disimpulkan bahwa sabar adalah kuat dan tabah hati dalam menghadapi
sesuatu. Sabar berarti tahan menderita sesuatu. Allah Swt berfirman:

‫َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْفل‬ ُ ِ‫صابِ ُروا َو َراب‬


َّ ‫طوا َواتَّقُوا‬ ْ ‫ُحونَ ِِيَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ا‬
َ ‫صبِ ُروا َو‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan
kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri
kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Al-Imran:200)

Menurut Imam Al-Ghazali sabar adalah kesanggupan untuk


mengendalikan diri, maka kesabaran merupakam upaya pengendalian nafsu
yang ada dalam diri manusia. Dalam upaya tersebut manusia menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena ia
mempunyai daya juang dan kesabaran yang tinggi.
2. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya. Ia telah mencoba untuk
bertahan atas dorongan nafsunya, tetapi kesabarannya lemah, maka ia
kalah.
3. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsunya,
tetapi suatu ketika ia kalah, karena besarnya dorongan nafsu,

4
Ibid, h.198
meskipun demikian ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar
atas dorongan nafsu tersebut.

Sabar juga dapat diterapkan dalam beberapa hal, yaitu sabar dalam
melaksanakan ibadah, sabar dalam meninggalkan maksiat, sabar dalam
menghadapi maksiat.

Dikatakan bahwa orang yang sabar akan berhasil dalam meraih cita-
citanya, ia akan memiliki jiwa yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai
persoalan hidup. Orang yang sabar juga dicintai Allah. Orang yang sabar akan
tenang, karena sesungguhnya sikap sabar dan ridha adalah mencerminkan puncak
ketenangan jiwa seseorang.

Ridha secara etimologis berarti rela, tidak marah. Menurut al-Hujwiri,


rida terbagi menjadi 2, yaitu ridha Allah terhadap hamba-Nya, dan ridha
hamba terhadap Allah SWT. Ridha Allah terhadap hamba-Nya, adalah dengan
dengan cara memberikan pahala, nikmat, dan karamah-Nya, sedangkan ridha
hamba kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan tunduk
atas segala hukum-Nya.5

5
Ibid, h.199

Anda mungkin juga menyukai