PEMBAHASAN
A. Syukur
Kata syukur berasal dari bahasa Arab شكر-يشكر- شكراyang berarti
terimakasih, bersyukur. Kata syukur yang diambil dari kata syakara, yaskuru,
syukran dan tasyakara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya. Syukur dari
kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya.1 Selain itu, dalam
Kamus Bahasa Indonesia berarti ucapan dari perasaan senang, bahagia,
melegakan ketika mengalami suatu kejadian yang baik. Secara istilah, syukur
merupakan suatu tindakan, ucapan, perasaan senang, bahagia, lega atas nikmat
yang telah dirasakan, didapatkan, dari Allah Swt. Maka penulis menyimpulkan
bahwa syukur adalah bentuk tindakan, ucapan maupun perasaan yang didapat
setelah mendapat sesuatu. Ada tiga ayat tentang pengertian syukur yaitu QS. Al-
Furqan ayat 62, QS. Saba ayat 13 dan QS. Al-Insan ayat 9. Syukur terbagi
menjadi 3 macam yaitu:
1. Bersyukur dengan hati artinya mengakui dan menyadari dengan
sepenuh bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt.
dan tiada seseorang pun selain Allah Swt. yang dapat memberikan
nikmat itu.
2. Bersyukur dengan lisan, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan
rasa syukur itu dengan kalimat hamdalah.
3. Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu menggunakan nikmat yang
telah Allah berikan. Misalnya: Menggunakan anggota tubuh untuk
berbuat kebaikan.
1
Ulya Ali Ubaid, Sabar dan Syukur, (Jakarta: AMZAH, 2012), h. 171
Allah Swt. dan akan terhindar dari siksa yang amat pedih dan masih banyak
lagi.
B. Qana’ah
Berasal dari bahasa Arab قنع-يقنع-قنعا- قماعةberarti rela, suka menerima apa
yang diberikan kepadanya. Qana’ah, menerimanya hati terhadap apa yang ada,
meskipun sedikit, disertai sikap aktif, usaha. Ia adalah perbendaharan yang tidak
akan sirna.2 Sikap ini cukup efektif untuk menterapi diri dan atau orang lain dari
penyakit psikis yang sering membawa dampak negatif terhadap kesehatan pisik,
karena dari dalam diri seseorang muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika
sakit maupun sehat, ketika dalam kondisi kaya maupun miskin.3 Selain itu,
qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki
serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang. Qana’ah justru
berfungsi sebagai dinamisator yang mendorong manusia untuk giat bekerja
dalam mencapai kesejahteraan hidup. Orang yang bersikap qana’ah akan tetap
bekerja keras, namun hasil kerjanya akan diterima dengan rasa syukur dan rasa
lega.
2
Imam Hanafi, dkk, Maqamat Tasawuf dan Terapi Kesehatan Mental (Studi Pemikiran Amin
Syukur), (STAIN Pekalongan: RELIGIA Vol. 18 No. 2, 2015), hal. 199
3
Ibid, h. 199
gagal dan jauh dari sifat frustasi, memiliki hati yang tenteram dan damai,
merasa berkecukupan dan sebagainya.
4
Ibid, h.198
meskipun demikian ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar
atas dorongan nafsu tersebut.
Sabar juga dapat diterapkan dalam beberapa hal, yaitu sabar dalam
melaksanakan ibadah, sabar dalam meninggalkan maksiat, sabar dalam
menghadapi maksiat.
Dikatakan bahwa orang yang sabar akan berhasil dalam meraih cita-
citanya, ia akan memiliki jiwa yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai
persoalan hidup. Orang yang sabar juga dicintai Allah. Orang yang sabar akan
tenang, karena sesungguhnya sikap sabar dan ridha adalah mencerminkan puncak
ketenangan jiwa seseorang.
5
Ibid, h.199