Anda di halaman 1dari 12

DIMENSI TASAWUF

( Sabar, syukur, ikhlas dan


ridha )

BY: KELOMPOK 7
Sabar dan Syukur

Sabar dan syukur merupakan dua akhlak yang perlu dikedepankan dalam
menjalani kehidupan di dunia yang notabenenya merupakan ujian bagi umat
manusia. Untuk itu bagi orang mukmin sabar dan syukur harus menjadi
pakaian dalam hidupnya. Nabi SAW bersabda Aku heran dengan urusan
orang mukmin, sesungguhnya urusan rang mukmin semuanya baik. Dan hal
itu telah ada kecuali bagi seorang mukmin. Jika ia ditimpa dengan
kesenangan ia pandai bersyukur maka hal itu baik baginya. Jika ia ditimpa
kesulitan ia bersabar itupun baik baginya (HR. Muslim dan Ahmad). Di Al-
Quran sendiri telah disebutkan lebih dari Sembilan puluh empat kali tentang
keutamaan dan pentingnya sabar. Allah SWT berfirman: Musa berkata
kepada kaumnya Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah,
sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik oleh
orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Araf 128).
Macam-macam sabar
Sabar dalam Ketaatan(Al-shabru ala al-Thaah). Hal itu dilakukan dengan cara istiqamah
(konsisten dan terus menerus) dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, artinya
seseorang harus konsisten dalam beribadah baik yang berkaitan dengan ibadah
maliyyah, badaniyyah, maupun ibadah qalbiyyah
Sabar dalam Musibah(Al-shabru ala al-mushibah). Ini dilakukan ketika kita ditimpa
musibah atau kemalangan. Allah akan menguji keimanan seseorang antara lain, dengan
ditimpakannya musibah kepadanya .
Sabar meninggalkan maksiat(al-shabru an al-mashiyyah). Ini dilakukan dengan cara
mujahadah (jihad spiritual), bersungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu dan
meluruskan keinginan-keinginan buruk yang dibisikkan oleh setan.
Tingkatan Orang sabar
Menurut ibnu Ajibah, orang sabar jika diklasifikasikan berdasarkan tingkatannya dpat
dibagi menjadi tiga:
Sabar tingkatan orang awam, seseorang dalam posisi ini akan selalu tabah atas
kesulitan-kesulitan dalam menjalankan ketaatan dan melawan segala bentuk
pelanggaran.
Sabar tingkatan orang khusus (khawash). Seseorang yang masuk dalam tingkatan ini
akan bisa menahan hati (tabah) ketika menjalankan riyadlah dan mujahadah
(perjuangan spiritual) dengan selalu melakukan muraqabah, sehingga dalam hatinya
selalu hadir nama Allah.
Sabar tingkatan khawashul khawas. Seseorang bisa dikatakan masuk dalam maqam ini
bila ia bisa menahan ruh dan sirr agar dapat menyksikan Allah (Musyahadah) dengan
mata hatinya.
A. Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji. Sabar berarti tahan
menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus
asa. Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang mampu
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini
mengandung arti sangat luas, misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan
sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar adalah orang yang mampu
mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan
kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa


kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran
merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin
dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala
dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana
juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.

Hakikat makna sabar, para ulama banyak memberikan definisi makna sabar
salah satunya Al- sayyid ali al-jurjani, dalam kitab al-tarifat menyatakan bahwa
sabar bisa berarti menahan diri untuk tidak mengeluh karena musibah atau derita
yang menimpanya, kecuali kepada Allah SWT.
B. Syukur
Pengertian Syukur, Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti
berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih kepada
Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Apabila direnungkan
secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah yang telah kita
terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak
mampu menghitungnya. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya.
Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Pada
dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti
kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat
Allah. Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua
yang telah berjasa menjadi perantara kehadiran kita di dunia.

Allah SWT berfirman: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu


memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kamu akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim : 7)
Macam-macam syukur
Al-syukru bi lisan, bersyukur dengan ucapan. Misalkan dengan mengucapkan
Alhamdulillah.
Al-Syukr bil arkan, bersyukur dengan melakukan amal shalih dan berbagai
macam perbuatan terpuji, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Dimana beliau setiap malam rajin melakukan shalat tahajjud sampai kedua
telapak kakinya bengkak.
Al-Syukr bil janani, bersyukur dengan hati yakni bersaksi bahwa setiap niat yang
ada pada diri seseorang adalah anugrah dari Allah SWT.

Hubungan Syukur dan Qanaah


Syukur tidak dapat dipisahkan dengan sikap qanaah. Syukur membuahkan
perasaan mau menerima apa yang diberikan Allah SWT. Qanaah yaitu, sikap
merasa cukup denganapa yang ada dam mau menerima kenyataan dengan sikap
ridha. Sikap qanaah sangat penting bagi kita, sebagai mana disebutkan dalam kitab
Kifayatul Azkiya wa Minhajul Ashfiya dari sahabat jabir bahwa Nabi saw pernah
bersabda bahwa qanaah itu adalah seperti simpanan (perbendaharaan) yang
tidak akan habis. (HR. Al-Baihaqi).
Tingkatan orang bersyukur

Orang bersyukur memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut:


Tingkatan orang umum (Awam). Ia bersyukur ketika mendapat nikmat saja,
tingkatan ini di ibaratkan seperti anak kecil yang hanya mau berterima kasih ketika
diberi sesuatu yang menyenangkan.
Tingkatan orang khusus (Khash). Ia bersyukur tidak hanya ketika diberi nikmat,
tetapi ketika diberi cobaan bencana atau musibah. Baginya musibah atau bencana
dan nikmat sama-sama ujian dari Allah SWT.
Tingkatan orang klawashul khawash. Dia bersyukur bukan karena mendapatkan
nikmat melainkan karena melihat al-munim ( Dzat yang memberi nikmat).

C. Ikhlas
Pengertian Ikhlas, Ikhlas Ialah sifat atau suatu kerelaan untuk menerima ada
adanya apa yang telah terjadi pada kehidupannya karena semua itu adalah kehendak
tuhan semesta. Dalam kitab Al-Raghib Al-Asfihani menjelaskan bahwa secara bahasa,
ikhlas berarti murni (Al-shafi) dan bersih dari campuran. Sifat ikhlas adalah sifat dasar
manusia sebagai alat pengendali, supaya tidak surut kebelakang dalam keputus asaan.
...Lanjutan

Ikhlas merupakan sifat yang berfungsi sebagai Etabilisator dan dinamisator.


Dikatakan Stabilisator orang yang mempunyai sifat ikhlas akan selalu
berlapang dada, berhati tentram dan menerima apa adanya. Ikhlas merupakan
Dinamisator kaena ikhlas sendiri bersangkutan dengan sikap hati atau sikap
mental dalam menghadapi kejadian-kejadian pada dirinya. Menerima yang
terjadi dengan rela.

Hakikat ikhlas adalah al-tabarri an kulli ma dunallah, bebas dari apa


yang selain Allah. Artinya, seseorang beribadah hanya mengharap ridha Allah
SWT, bukan karena mngharap tujuan makhluk. Secara kategoris, ikhlas dapat
dibagi menjadi dua: pertama, ikhlas dalam beramal atau beribadah. Artinya
kita berniat ikhlas dalam beramal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
mengagungkan perintah-Nya dan memenuhi panggilan-Nya. Kedua, ikhlas
dalam mencari pahala yaitu suatu keinginan unuk menggapai keselamatan
diakhirat dengan cara melakukan amal shaleh.
Keutamaan dan pentingnya Ikhlas

Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang keutamaan dan pentingnya ikhlas,
antara lain:
Orang yang ikhlas tidak akan dapat diperdaya oleh setan.
Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah seseorang
Ikhlas merupakan salah satu ciri khas ibadahnya para sahabat, dan pengikut nabi
Ikhlas akan menjadi innerpower (kekuatan batin) bagi seseorang dalam
melaksanakan amal ibadah.

Tingkatan Ikhlas
Ikhlas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu:
Ikhlas tingkatan orang umum (Awam). Ia beribadah kepada Allah tetapi masih
disertai mencari keuntungan duniawi dan ukhrawi.
Ikhlas tingkatan orang khusus (khawas). Dalam tingkatan ini seorang hamba
beribadah semata-mata untuk mencari keuntungan akhirat.
Ikhlas tingkatan orang khawashul khawash. Seorang hamba dapat dikategorikan ke
maqam ini jika ia beribadah tidak ada motivasi atau tendensi apapun, kecuali ingin
mendapatkan ridha dari Allah SWT.
D. Ridha
Pengertian Ridha, Ridha Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti
menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan.
Sedangkan menurut istilah, ridha adalah menerima semua kejadian yang menimpa
dirinya dengan lapang dada, menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan
tidak berputus asa ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi
dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-
Mausuah Al-Islamiyyah Al-Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam
firman-Nya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. (QS 98:
8).
Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti
menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk
mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan
datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa
yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap
dituntut untuk berusaha.

Hakikat ridha adalah menerima segala yang terjadi dengan senang hati
karena hal itu merupakan kehendak Allah SWT. Orang yang telah mencapai maqam
ridha tidak akan menentang keputusan (qadha) Allah SWT, maka hati orang yang ridha
akan tetap senang, meskipun sedang tertimpa musibah. Sikap ridha merupakan buah
dari marifatullah dan bukti bahwa seseorang telah benar-benar mencintai Allah SWT.
Keutamaan Ridha

Ridha merupakan sifat yang amat mulia. Kedudukannya lebih tinggi dari
pada sifat sabar. Sebab dalam kesabaran, boleh jadi, seseorang masih merasa sedih
atas musibah yang diterimanya, meskipun ia tabah. Sedangkan dalam ridha, seseorang
tidak lagi merasa sedih atas musibah yang menimpanya. Yang ada adalah rasa rela dan
ikhlas atas musibah yang menimpanya.

Manfaat Ridha
Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam
menjalani dan menatap kehidupan di masa depan dengan mengambil hikmah dari
kehidupan masa lampau.
Orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya menjadi
lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak atau rakus.
Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann, terhadap ketentuan-ketentuan Allah,
sehingga manusia tetap teguh iman dan amal shalehahnya.
Dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap
satu kesulitan ada dua kemudahan.
Dengan ridho akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah
SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai