Anda di halaman 1dari 38

TUAN GURU SYEKH ABDURRAHMAN

SHIDDIQ (MUFTI KERAJAAN INDRAGIRI)


Syekh Abdurrahman Shiddq Al-Banjari Sapat Indra Giri dilahirkan ditahun 1857
M,di desa Dalam Pagar martapura kalimantan Selatan,beliau lahir di akhir masa
pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq billah bin sultan Sulaiman Al-Mu'tamidillah
(1825-1857 M). Nama kecil atau panggilannya adalah Durahman, sedang nama
lengkapnya adalah Syekh Abdurrahman siddiq bin Syekh Muhammad Afif (Datu
Landak) bin Anang Mahmud bin H.Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi
(Pangeran Diponogoro). Sedangkan nama ibunya adalah Shafura binti H.
Muhammad Arsyad (Pagatan).
Silsilah dari pihak ayahnya, bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari
dari istrinya yang bernama Gowat (Go Hwat Nio) seorang keturunan Cina. Dari
istrinya ini Syekh Muhammad Arsyad memiliki enam orang anak, di antaranya
adalah Khalifah Haji Zainuddin. Haji Zainuddin kawin dengan Ambas melahirkan
tujuh orang anak, satu di antaranya bernama Sari. Sari bersuamikan Mahmud dan
melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya adalah Haji Muhammad Afif,
orangtua dari Abdurrahman.
Silsilah keluarga dari pihak ibu juga bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad dari
istrinya yang bernama Bajut. Bajut melahirkan anak yang bernama Syarifah.
Syarifah bersuamikan Usman dan melahirkan Muhammad Asad yang kawin
dengan Hamidah dan melahirkan 12 orang anak. Salah satu di antara anak
Muhammad Asad dan Hamidah bernama Muhammad Arsyad. Muhammad Arsyad
beristrikan Ummu Salamah dan melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya
bernama Shafura dan Shafura inilah ibu dari Abdurrahman Siddiq.
Abdurrahman Siddiq merupakan zuriat kelima dari Syekh Muhammad Arsyad alBanjari (1770-1812 M), yang urutannya adalah Abdurrahman Siddiq bin Shafura
binti Mufti H. M. Arsyad bin Mufti H. Muhammad Asad bin Syarifah binti Syekh
Muhammad Arsyad. Kemudian apabila dilihat dari pihak neneknya, Ummu
Salmah, Abdurrahman Siddiq merupakan generasi keempat dari Syekh Muhammad
Arsyad, yakni Abdurrahman Siddiq bin Shafura bin Ummu Salamah binti Pangeran
Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Masa Kecil dan Pendidikan


Sewaktu Abdurrahman berusia dua bulan, ibunya wafat, beliau diasuh oleh adik
ibunya yang bernama Saidah. Walaupun demikian, Abdurrahman boleh dikatakan
beruntung karena ia diasuh dan dibimbing oleh seorang wanita terdidik dan cerdik
seperti Saidah yang dikenal sebagai seorang alimah pada masa itu, terutama di
daerah Banjar. Kealiman Mak Cik-nya itu benar-benar bermanfaat dalam
mengantar Abdurrahman kepada pertumbuhannya, baik fisik maupun mentalnya,
terutama ketika umurnya di bawah lima tahun yang merupakan masa-masa sensitif
bagi pertumbuhan seorang anak. Ia dididik oleh adik ibunya itu dalam suasana
keagamaan dengan penuh rasa kekeluargaan. Pada usia yang sangat dini ia telah
mulai belajar Quran (biasa juga disebut mengaji) langsung dari Mak Cik nya itu
pula. Berkat kesungguhan dan kecerdasan serta didukung ketabahan bibinya itu
dalam mengajar dan membimbingnya, pada usia delapan tahun ia telah
mengkhatamkan al-Quran.
Setelah mengkhatamkan al-Quran, dia dimasukkan oleh Mak Ciknya ke Pesantren
Dalam Pagar Martapura yang pada waktu itu diasuh oleh Haji Abdussamad.
Setelah belajar selama lebih kurang dua tahun, ia keluar dan memilih belajar secara
private dengan pamannya yang bernama Abdurrahman Muda yang mahir dalam
bahasa Arab. Meskipun belajar dengan pamannya tersebut kurang terjadwal,
namun ilmu yang diperolehnya cukup memadai sebagai dasar baginya untuk
melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Atas anjuran pamannya, ia
melanjutkan pelajaran secara teratur dengan seorang Ulama terkemuka di
Martapura bernama Said Wali. Selama belajar dengan ulama ini, ia benar-benar
belajar dengan tekun selama empat tahun sehingga ia boleh dikatakan mahir
membaca dan memahami Kitab-kitab Kuning, suatu tingkat kemahiran yang
setara dengan tamatan pesantren pada lazimnya.
Keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Mekah tertunda karena adanya
pergolakan di kesultanan Banjar. Pada tahun 1859 Belanda menghapuskan
kesultanan, dan terjadi perlawanan rakyat Banjar antara tahun 1859 1905.
Belanda dapat mematahkan perlawanan rakyat itu dan semakin memonopoli

perekonomian rakyat, bahkan rakyat disuruh kerja paksa (dalam istilah Banjar
disebut irakan).
Sesuai dengan harapan sanak keluarganya yang menginginkan Abdurrahman
meneruskan pendidikannya ke Mekkah, maka untuk mewujudkan cita-citanya
tersebut, ia terlebih dahulu berniaga untuk memperoleh biaya pendidikan. Selain
berniaga, bahkan beliau sempat menuntut ilmu agama dan menamatkan
pendidikannya di Padang pada tahun 1882.
Akhirnya setelah 2 tahun beliau pulang pergi Padang Tapanuli, ia berhasil
mengumpulkan uang. Dari hasil perniagaan yang diperolehnya ternyata melebihi
target yang direncanakan semula. Sebelum menuju ke Tanah Suci, beliau terlebih
dahulu singgah di Mentok (Bangka) dari ayahandanya yang telah lama bermukim
di sana. Atas bantuan pamanya, Haji Mohammad Saad, Abdurrahman bisa
berangkat ke Mekah. Beliau berangkat menuju ke Tanah Suci dalam usia 25 tahun.
Aktivitas dan Karya
1. Aktivitas
Aktivitas dan perjalanan Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai ulama dan diakui
keulamaannya oleh masyarakat di mana ia berada, dapat penulis paparkan sebagai
berikut:
a. Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah
Setelah sampai ke Tanah Suci Abdurrahman mulai belajar dengan tekun, seluruh
waktu dimanfaatkannya untuk mengaji di Masjid al-Haram dan rumah-rumah
ulama yang terkenal alim pada masa itu. Menurut buku catatan yang pernah beliau
sampaikan kepada murid-muridnya - guru-guru beliau antara lain: Syekh Said
Bakri Syatha, Al-Syah Muhammad Said Babasyil dan Nawawi Banten. Sedang
kanteman yang seangkatan dengan beliau sama-sama mengaji di Mekkah pada
masa itu diantaranya: Ahmad Chatib (Minangkabau), Ahmad Dhamyati (Mufti
Mekkah tahun 1912), Syekh Abdullah Zawawi, Syekh Said Yamani, Syekh
Mukhtar, Abdul Qadir Mandahiling, Syekh Umar Sumbawa, Awang Kenali
(Kelantan Malaysia), Hasyim Asyari (Jombang), Syekh Jamil Jaho (Sumatra
Barat), Abdul Karim Amrullah (Sumatra Barat), Syekh Sulaiman Arrasuli
(Candung-Bukittinggi) dan Syekh Thahir Jalaluddin.

Ketekunan Abdurrahman selama menuntut ilmu di tanah suci Makkah alMukarramah disertai dengan sifat-sifatnya yang mulia dan senantiasa memuliakan
guru-gurunya, mencatat pelajaran dan pengetahuan yang diperoleh dengan teliti,
kemudian mendiskusikan pada teman-teman maupun pada halaqah-halaqah yang
diikuti selanjutnya mengamalkan apa yang sudah diperoleh. Di akhir masa
studinya Syekh Abdurrahman mendapat gelar kehormatan "Al Shiddiq" dari
gurunya Syekh Sa'id Bakri Syatha'. Sejak itu nama beliau dilengkapkan dengan
panggilan Abdurrahman Shiddiq.[1]
Setelah genap 5 tahun lamanya menuntut ilmu di Mekkah, kemudian beliau pergi
ke Madinah dan melanjutkan pelajaran selama 2 tahun. Selain itu Abdurrahman
Siddiq juga giat mengaji agama di halaqah-halaqah yang ada di Masjid Nabawi
Madinah sambil mengambil berkah beribadah di Masjid Nabawi serta berziarah ke
makam Rasulullah SAW. Teman akrab beliau yang sama-sama belajar di Madinah
adalah Syekh Mustafa.[2]
Sesudah menuntut ilmu selama 2 tahun di Madinah , beliau kembali ke Mekkah
(1897). Di Mekkah beliau mendapat izin mengajar (tauliyah) berbagai disiplin ilmu
di Alqah Masjid al-Haram dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi Arabia,
diantaranya: Tafsir, Tauhid, Tasawuf, dan lain-lain.
Syekh Abdurrahman dikenal dimana-mana, bahkan sejak beliau di kota Mekkah.
Karena beliau mengajar di Masjidil Haram atas kepercayaan dari pemerintah Arab
Saudi sehingga murid-murid beliau tersebar sampai Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Singapura dan Malaysia.
Setelah kurang lebih setahun lamanya beliau mengajar di Masjid al-Haram
Mekkah, beliau mengambil keputusan untuk kembali ke tanah air (Indonesia),
mengingat di tanah air pada masa itu masih kekurangan guru agama. Apalagi
selama beliau berada di Mekkah, ia banyak menerima surat dari teman-temannya
agar beliau pulang, karena pemerintah Kolonial Belanda sedang giat-giatnya
memecah belah ummat Islam dengan politik adu domba yang bertujuan
menghancurkan aqidah ummat Islam.[3]

Maksud beliau ingin pulang ke tanah air disampaikan kepada rekan-rekannya,


terutama pada Syekh Ahmad Khathib, akhirnya beliau pulang bersama Syekh
Ahmad Khathib. Setibanya di Batavia (sekarang Jakarta) keduanya berpisah
menuju daerah masing-masing. Syekh Ahmad Khatib menuju ke Sumatra Barat
dan Syekh Abdurrahman Shiddiq ke Martapura (Kalimantan Selatan).
b. Martapura
Hanya lebih kurang 8 bulan berada di kampungnya, setelah berziarah ke kuburan
kakeknya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan bersilaturrahmi dengan sanak
keluarga, handai taulan dan sahabat-sahabatnya; dalam waktu yang begitu singkat
itu pula, beliau memanfaatkan pula untuk berdakwah sehingga banyaklah ulama di
Kalimantan yang menjumpai beliau di Martapura[4]
c.
Batavia
Setelah 8 bulan berada di Martapura, belia berangkat ke Batavia (1898), selama 3
bulan berada di Batavia, beliau bertemu dengan teman lama (Syekh Ahmad
Khathib) yang kebetulan akan berangkat kembali ke Mekkah. Pada kesempatan
tersebut Syekh Abdurrahman Shiddiq menitipkan salam pada teman-temannya
yang masih bermukim di Mekkah dan Madinah.[5] Sebelum berangkat, Syekh
Ahmad Khathib menganjurkan kepada Syekh Abdurrahman Shiddiq, selain
mengajar dan berdakwah juga mengarang kitab-kitab agama, karena menurut
penilaian Syekh Ahmad Khathib kitab-kitab bacaan bagi ummat Islam masih
sangat kurang.
d. Bangka
Pada tahun 1899 dari Batavia Syekh Abdurrahman Shiddiq meneruskan
perjalannya ke Pulau Bangka, yaitu tempat ayahandanya menetap dan mengajar.
Setibanya di Pulau Bangka, beliau mengajar di Mentok, kemudian menjelajah
sampai ke pelosok-pelosok pulau, berdakwah di Surau dan Masjid dengan sasaran
dakwah untuk memurnikan tauhid (aqidah) karena pada masa itu sedang
berkembang pencampuradukkan antara ilmu Tauhid dengan ilmu
Kebathinan/Pedukunan yang merusak aqidah. Khurafat dan tahyul dibasmi dengan
cara yang bijaksana.
Diantara muruid-murid beliau, terdapat pula anak-anak pegawai yang bekerja pada
pemerintah Belanda. Hal ini menyebabkan pemerintah Kolonial Belanda tidak

dapat menghalangi kegiatannya sebagai guru agama, bahkan oleh Residen


Palembang, beliau diberi semacam Surat Keterangan yang mengizinkan beliau
mengajar ilmu agama. Pada dasarnya beliau tidak begitu senang menerima Surat
Keterangan tersebut karena beliau khawatir pada suatu saat akan mengikat
kebebasan beliau serta adanya latar belakang politik tertentu yang dapat
menguntungkan pemerintahan Belanda. Meskipun demikian Surat Keterangan
tersebut terpaksa diterima dengan alasan kebolehan untuk mengajar dan
berdakwah. Sejak itu banyak murid-murid beliau yang tersebar di berbagai
pelosok, dan pada suatu masa diharapkan antara murid-muridnya tersebut dapat
melanjutkan tugas beliau.[6]
Untuk wilayah Bangka. Secara umum dipahami dan mungkin menjadi pendapat
umum bahwa Islamisasi terasa aktif akhir abad 19. Masa ini ditandai dengan
kehadiran ulama asal Banjar, Haji Muhammad Afif (turunan Muhammad Arsyad
al-Banjari) dan dilanjutkan oleh anaknya Syaikh Abdurrahman Siddik. Bahkan
Syaikh Abdurrahman Siddik (di Bangka kurang lebih 12 tahun: 1898 1910)
dalam beberapa pendapat dianggap sebagai tonggak penyebaran Islam di Bangka.
[7]
Pada tahun 1898, Syekh Abdurrahman bermukim di Bangka untuk
mengembangkan ilmunya, berdakwah sambil memulai menulis kitab. Pada suatu
kesempatan, ketika Syekh Abdurrahman berkunjung ke Singapura, ia bertemu
dengan Haji Muhammad Arsyad, saudagar kaya asal Banjar yang bermukim di
Indragiri. Muhammad Arsyad inilah yang memohon agar Syekh Abdurrahman
bersedia bermukim di Indragiri untuk menjadi pembimbing rohani masyarakat di
sana. Sebelum pindah ke Indragiri, Syekh Abdurrahman sempat ke Batavia pada
sekitar tahun 1907 dan bertemu dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam, antara lain Haji
Samanhudi dan HOS.Tjokroaminoto.[8]
2. Karya Tulis
Selama Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq al-Banjari berada di Pulau Bangka
dan Indragiri, beliau telah menulis dan mengarang serta menyalin ulang berpuluh
tulisan dan risalah serta buku-buku.

Di sela-sela kesibukannya sebagai kepala keluarga, sebagai Dai/Muballigh, Guru


dan pimpinan pesantren serta sebagai Mufti; beliau tetap meluangkan waktu
membaca dan menelaah berbagai kitab dan menyempatkan diri menulis sebagai
tanda kecintaan beliau kepada ilmu pengetahuan.
Diantara koleksi kitab, tulisan dan karya Syekh Abdurrahman Shiddiq tersebut
masih ada yang dapat ditemui, disamping itu banyak pula yang tersebar pada sanak
keluarga serta murid-muridnya, bahkan ada pula yang hilang, terutama ketika
terjadi agresi Belanda pada tahun 1948 membumi hanguskan pesantren yang di
dalamnya banyak tersimpan berbagai koleksi buku, termasuk buku yang dikarang
oleh Tuan Guru. Ketika itu anak keturunan dan kaum kerabatnya berusaha
menyelamatkan buku-buku dan peninggalan Tuan Guru, tetapi karena suasana
yang begitu kalut dan kacau menyebabkan tidak semua buku terselematkan. Selain
itu, disamping pewaris beliau ada pula orang lain yg turut menyelamatkan bukubuku tersebut.[9]
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh UU. Hamidy pada tahun 1981
tentang Naskah-naskah Kuno di Riau, beliau bersama kawan-kawan dari
Universitas Riay berhasil menemukan 5 kitab yang ditulis oleh Syekh
Abdurrahman Shiddiq.[10]
Sedangkan Syafie Abdullah berhasil mendata 13 judul karangan Syekh
Abdurrahman Shiddiq, termasuk di dalamnya beberapa judul yang sudah didata
oleh UU. Hamidy.[11] Sedangkan Muhammad Arrafie Abduh di dalam Tesisnya
mensenaraikan sebanyak 15 judul karangan Syekh Abdurrahman Shiddiq.[12]
Diantara karya Syekh Abdurrahman Shiddiq yang berhasil penulis rangkum,
terutama yang telah diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura maupun
yang dicetak ulang di Banjarmasin serta yang masih berupa tulis tangan, yaitu:
1. Kumpulan Doa doa
Kitab ini masih berbentuk manuskrip (belum dicetak). Ditulis dengan
menggunakan aksara Arab Melayu (huruf Jawi) ditulis di kulit kambing yang
sangat tipis dengan ukuran panjang +25 cm dan lebar + 16 cm. Bagian terakhir
manuskrip ini telah rusak dan ada pula yang hilang. Manuskrip ini diperkirakan
ditulis oleh Tuan Guru ketika beliau sudah berada di Hidayat antara tahun 13321358 H.

Manuskrip ini berisi tentang berbagai macam doa dan bacaan wirid yang diambil
dari ayat-ayat al-Quran, Hadits Rasulullah SAW, sahabat Rasulullah serta dari
tokoh tokoh sufi terkenal seperti al-Junayd al-Baghdadi, al-Ghazali, Abdul Qadir
al-Jaylani, dan lainnya.[13]
2. Bayal-Hayawan Li al-Kafirin
Kitab ini telah diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1335
H. Kitab ini ditulis karena adanya kasus di Indragiri, dimana sebagian besar
masyarakat (ummat Islam) tidak mau menjual hasil ternaknya kepada orang-orang
Belanda dan Cina karena beredar anggapan bahwa menjual hewan kepada orang
Kafir tidak dibolehkan agama Islam. Di dalam kitab ini Tuan Guru menguraikan
berbagai pendapat ulama mengenai hal ini disamping mengutarakan pendapatnya
sendiri. Beliau membolehkanb menjual hewan yang halal kepada orang kafir jika
tidak ada orang Islam yang mau membelinya.[14]
3.
Kitab al-Faraidh
Kitab ini diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1338 H.
Kitab ini dicetak denganb menggunakan aksara Arab Melayu. Tujuan penulisan
dan penerbitannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan praktis bagi
ummat Islam dalam memahami masalah faraidh. Di dalam kitab ini, beliau
menguraikan tentang hal-hal yang berkenaan dengan dengan pembagian harta
waris, seperti: zawi al-furudl, hijab, ashabahdan lainnya.[15]
4. Tarjamah Kumpulan Khuthbah al-Muthallaqah
Kitab ini sebenarnya karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang berisi
kumpulan khuthbah yang ditulis dalam bahasa Arab, kemudian dikumpulkan dan
diterjemahkan oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq, diterbitkan oleh Mathbaah
Ahmadiyah Singapura pada tahun 1938 H.[16]
5. Tuhfat al-Raghibin fi Bayan Haqiqat al-Muminin
Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu dengan menggunakan aksara Arab Melayu
(Jawi) yang menjelaskan tentang berbagai macam aliran pemikiran dalam bidang
Ilmu Kalam, seperti: Jabariyah, Qadariyah, Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah dan Ahl
al-Kasyf. Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura tahun 1342 H.[17]

6. Risalah Fath al-Rahma


Kitab ini menjelaskan tentang tingkat-tingkat keyakinan dalam aqidah, yakni: Ilm
al-Yaqin; Ain al-Yaqin dan Haqq al-Yaqin serta tingkatan dalam tasawuf, yaitu: alFana, al-Baqa, al-Marifah dan al-Kasyf. Kitab ini diterbitkan dalam aksara Arab
Melayu oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1342 H.[18]
7. Syair Ibarat dan Khabar Qiyamat
Menurut Syafie Abdullah, sebelum Syekh Abdurrahman Shiddiq berangkat
meninggalkan pulau Bangka (1910 M), beliau telah menyelesaikan sebuah buku
syair yang bernamaSyair Ibarat dan Khabar Qiyamat; Jalan Menuju
Keinsyafan (1332 H). Syair ini terdiri dari 1.857 bait atau 7.428 baris.[19]
sebagai kenang-kenangan bagi masyarakat Bangka dan sekaligus untuk
mengalihkan kegemaran masyarakat dari cerita cerita dongeng yang tidak
bermanfaat dan bertentangan dengan faham serta keyakinan agama pada masa itu.
[20]
Kitab syair ini sangat banyak beredar di kalangan ummat Islam, baik di Bangka,
Riau, Kalimantan Selatan, Singapura maupun Malaysia, karena selain kitab ini
beredar dalam bentuk manuskrip, juga dalam bentuk cetakan yang diterbitkan oleh
Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1344 H yang telah diregistrasikan
kepada Gubernement Inggris Singapura pada 1 Juli 1915 M serta dicetak ulang
oleh Toko Buku Kitab Usaha Bersama Kotabaru Kalimantan Selatan pada tahun
1989 M sebanyak tiga kali cetak.
8. Fath alAmin fi Tartib al-Talim li Jamiiha
Isi kitab menguraikan berkenaan dengan persoalan aqidah atau ilmu Kalam. Isi
pokoknya membahas tentang Ilahiyyat yang sangat penting untuk dipelajari dan
dihayati oleh setiap muslim yang mukallaf. Kitab ini selesai dikarang oleh Syekh
Abdurrahman Shiddiq pada 10 Syaban 1324 H/1902 M, ketika beliau masih
berada di Bangka, kemudian dicetak berkali-kali oleh Mathbaah Ahmadiyah
Singapura. Cetakan kedua pada tanggal 28 Syaban 1347 H/8 Februari 1929 M,
kemudian kembali dicetak ulang oleh toko buku Kitab Usaha Bersama Kotabaru
Kalimantan Selatan.[21]
9.

Asrar al-Shalat min Iddat al-Kutub al-Mutamadah

Kitab ini merupakan kitab fiqih yang menjelaskan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan shalat, baik yang wajib maupun yang sunat serta
kaifiyat maupun rahasia yang terkandung di dalamnya. Kitab ini dicetak untuk
pertamakalinya pada bulan Zulqaidah 1349 H bersamaan dengan 2 April 1931 M
oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura. Selama lima tahun, kitab ini telah dicetak
ulang sebanyak 7 kali oleh percetakan yang sama. [22]
10. Tadzkirah li Nafsi wa li Amtsali
Kitab ini diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1354 H dan
dicetak ulang oleh Toko Buku Usaha Bersama Kalimantan Selatan. Isinya berbagai
peringatan bagi kaum muslimin agar menyadari akan makna yang paling dalam
dari hakikat hidup yang dianugrahkan Allah kepada setiap manusia. Dalam kitab
ini Tuan Guru memberikan tekanan bahwa tasawuf Islam dapat memberikan nilai
tambah bagi upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
penghayatan yang mendalam terhadap makna hakikat hidup manusia.[23]
11. Thariqat Khalwatiyah al-Samaniyah
Kitab ini diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1354 H,
berisikan uraian tentang keberadaan thariqat Khalwatiyah dan al-Samaniyah dari
segi sejarah, amalan serta maqam-maqam yang harus dilalui. Di dalam uraiannya
tampak Tuan Guru menggabungkan inti ajaran kedua thariqat tersebut.[24]
12. Majmu al-Ayat wa al-Ahadits fi Fadhail al-Ilm wa al-Mutaallimin wa alMustamiin li Khadim al-Thalabah
Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1354 H. Kitab ini
berisi ayat-ayat dan Hadits yang penting-penting (berupa kamus
ringkas/ensiklopedi sederhana) untuk kepentingan orang-orang yang mempelajari
ilmu agama.[25]
13 Kitab al-Hukama
Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1354 H. Berisi
tentang ilmu syariat dan ilmu hakikat. Kedua ilmu mempunyai hubungan erat.
Syariat tanpa hakikat adalah hampa hakikat tanpa syariat adalah sesat. Antara
keduanya, ilmu hakikat dalam hal ini yang merupakan ilmu bathin dari ilmu
syariat atau ilmu lahir.[26]
14 Risalah fi Aqaid al-Iman

Kitab ini selesai ditulis oleh Tuan Guru pada 16 Rabiul Awwal 1334 H di Parit
Hidayat (Sapat) dan dicetak pada tanggal 18 Syaban 1355 H/2 November 1936 M
di Mathbaah Ahmadiyah Singapura. Berisi tentang ilmu Ushuluddin disertai
dengan argumen Kalam baik yang bersifat aqliyah maupun naqliyah.
Inti yang dibicarakan adalah: (1) Hal-hal yang merupakan kewajiban muslim untuk
meyakinkannya (ma yajib al-itiqad bih); (2) Hal hal yang merupakan kewajiban
muslim untuk mengetahuinya (ma yajib marifatuh); (3) Hal-hal yang merupakan
kewajiban muslim untuk mengamalkannya (ma yajib al-amal bih).[27]
15. Risalah Amal Marifah
Rangkaian isi kitab ini mulai ditulis oleh Tuan Guru sejak beliau masih berada di
Bangka, kemudian diselesaikan setelah beliau menetap di Hidayat pada tahun 1332
H. Kitab ini merupakan kitab beliau yang paling banyak tersebar di kalangan
ummat Islam, karena selain diterbitkan di Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada
tahun 1355 H, juga beberapa kali dicetak ulang oleh Toko Buku Kitab Usaha
Bersama Kotabaru Kalimantan Selatan. Isinya tentang syariat, thariqat, hakikat
dan marifat. [28]
16 Risalah Takmilah Qawl al-Mukhtashar
Kitab ini diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1356 H.
Berisi tentang tanda-tanda hari qiyamat yang bersumber dari Hadits Nabi
Muhammad saw, yang dinuqilkan kembali oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq dari
tulisan kakeknya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dari kitab: Hujat Allah ala
al-Alamin fi Mujizat Sayyid al-Mursalin karangan Syekh Yusuf al-Nabhaniy. Ia
juga menukilkan kitab: Al-Isyaah li Asyrath al-Saat karangan Sayyid Muhammad
Abd al-Rasul al-Husainiy al-Barzanjiy al-Madaniy. [29]
17 Sejarah Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar
Kitab ini merupakan karya semi-sejarah yang menguraikan sejarah perkembangan
Islam di wilayah kerajaan Banjar dan sejarah kerajaan Banjar itu sendiri. Walaupun
kitab ini belum bersifat hystorical factual secara sistematis secara menyeluruh,
namun catatan peristiwa dan kejadian yang terdapat di dalamnya dapat dijadikan
rujukan awal untuk mengetahui perkembangan Islam dan sejarah kerajaan Banjar.
Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura pada tahun 1356 H dan

beberapakali dicetak ulang oleh Toko Buku Kitab Usaha Bersama Kotabaru
Banjarmasin. [30]
18 Risalah Syajarah al-Arsyadiyah wa ma Ulhiqabiha
Latar belakang Syekh Abdurrahman Shiddiq menulis kitab ini adalah karena
banyaknya permintaan dari zuriyat dan murid-murid Syekh Muhammad Arsyad alBanjari dan murid-muridnya sendiri. Kitab ditulis selama 14 tahun, selesai ditulis
pada hari Jumat 12 Syawal 1350 H dan baru diterbitkan oleh Mathbaah
Ahmadiyah Singapura pada tahun 1356 H. Kemudian dicetak dan diterbitkan ulang
oleh Toko Buku Kitab Usaha Bersama Kotabaru Kalimantan Selatan. Kitab ini
berupa biografi mini tentang sejarah hidup Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
dan silsilah keturunannya serta hubungannya dengan para Sultan kerajaan Banjar.
[31]
19 Mauizatun li Nafsi wa li Amtsali min Ikhwan
Karangan ini merupakan kumpulan brosur-brosur dakwah yang pernah
disampaikan oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq al-Banjari, isinya merupakan
nasehat dan peringatan keagamaan bagi ummat Islam, seperti: (1) memantapkan
keimanan atas landasan tauhid, (2) menjunjung tinggi segala perintah dan menjauhi
segala larangan dengan penuh keikhlasan serta senantiasa bertaubat kepada Allah,
(3) senantiasa berbaik sangka kepada Allah, (4) memperbanyak zikir dan (5)
berbudi pekerti dengan akhlaq mulia. Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah
Singapura pada tahun 1355 H.[32]
20 Nahw wa Dhamm wa Sharf
Kitab ini merupakan petunjuk praktis pelajaran bahasa Arab untuk panduan di
dalam pengajaran dan pendidikan di Madrasah yang dipimpinnya. Ditulis dalam
bahasa Arab, tetapi terdapat terjemahan dalam bahasa Melayu yang menggunakan
aksara Arab Melayu di bawah tulisan bahasa Arabnya. Kitab ini diperkirakan
ditulis pada tahun 1313 H dan diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura
pada tahun 1357 H.[33]
Berbicara mengenai keberadaan Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai
Mufti. Tuan Guru pernah beberapakali ditawarkan menjadi Mufti, yaitu:
a). Tawaran Mufti Batavia

Setelah 8 bulan berada di Martapura, Abdurrahman Shiddiq berangkat ke Batavia


(1898), selama 3 bulan berada di Batavia, beliau bertemu dengan teman lama
(Syekh Ahmad Khathib) yang kebetulan akan berangkat kembali ke Mekkah. Pada
kesempatan tersebut Syekh Abdurrahman Shiddiq menitipkan salam pada temantemannya yang masih bermukim di Mekkah dan Madinah. Sebelum berangkat,
Syekh Ahmad Khathib menganjurkan kepada Syekh Abdurrahman Shiddiq, selain
mengajar dan berdakwah juga mengarang kitab-kitab agama, karena menurut
penilaian Syekh Ahmad Khathib kitab-kitab bacaan bagi ummat Islam masih
sangat kurang.
Ketika Syekh Ahmad Khatib akan kembali lagi ke Mekah, Abdurrahman sempat
menemui gurunya itu di Batavia (Jakarta). Pada kesempatan itu juga Abdurrahman
sempat bertemu Sayyid Usman, Mufti Batavia yang pernah dikecam Ahmad
Khatib karena fatwa-fatwanya yang dipandang terlalu memenuhi keinginan
pemerintah Hindia Belanda.
Selama di Batavia, Syekh Abdurrahman Shiddiq tinggal di rumah Syekh Said
Usman Betawi, ketika itu Syekh Said Usman Betawi menawarkan kedudukan
Mufti untuk menggantikannya sebagai mufti di Batavia, tawaran tersebut
ditolaknya secara bijaksana dengan alasan ingin menetap di Bangka bersama
ayahanda dan familinya.[1]
b). Tawaran Mufti di Penyengat dan Semenanjung
Setelah Abdurrahman Shiddiq menetap di Sapat (Indragiri), pada tahun 1911 beliau
melakukan perjalanan dakwah ke Tanah Semenanjung, yaitu ke Johor. Sultan Johor
pernah menawarkan kepada beliau untuk menjabat sebagai Mufti kerajaan Johor
dengan $ 1.000. Tawaran tersebut beliau tolak dengan halus. Begitu juga ketika
beliau melakukan kunjungan dakwah ke Kedah, pihak kerajaan di Kedah
menawarkan jabatan sebagai Mufti.Permintaan ini pun beliau tolak dengan
menawarkan keluarganya yang ada di Kedah sebagai pengganti.
Sebelum kembali ke Sapat, beliau menyempatkan singgah melaksanakan syiar
agama di Tanjung Pinang. Di sinipun beliau ditawarkan jabatan Mufti kerajaan
Bentan, tetapi beliau menolak dan menawarkan dengan menunjuk dua orang

sebagai penggantinya, yaitu H. Aziz dan H. Arsyad untuk menjadi Mufti di


Penyengat.[2]
c). Mufti Kerajaan Indragiri
Dengan tersebarnya murid-murid Syekh Abdurrahman Shiddiq di berbagai daerah,
menyebabkan namanya semakin terkenal sehingga masyarakat menyebut beliau
sebagai Tuan Guru atau Tuan Alim. Berita tentang kealiman dan
keberhasilan yang telah dicapai oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq membina dan
mengembangkan kehidupan sosial keagamaan masyarakat sampai ke wilayah
kerajaan Kesultanan Indragiri.
Pada waktu itu, jabatan Sultan kerajaan Indragiri di pegang oleh Sultan Mahmud
Syah bin Sultan Isya (sultan ke-25 keturunan dari kesultanan Johor Lama). Sultan
Indragiri telah lama hendak mengangkat seseorang untuk menjadi Mufti Kerajaan
Indragiri. Pada ketika itu setelah tahun 1912 M, Syekh Abdurrahman Shiddiq telah
menetap di Sapat (Kuala Indragiri). Tahun 1918 Sultan Mahmud Syah telah
mengirim utusan ke tempat Syekh Abdurrahman Shiddiq. Sultan Mengutus Datuk
Bendahara Muhammad Alie didampingi oleh Panco Atan yang telah lama
mengenal Syekh Abdurrahman Shiddiq. Sesampainya di Sapat, Datuk Bendahara
langsung menyampaikan undangan Sultan agar Syekh Abdurrahman Shiddiq
bersedia menjadi Mufti Kerajaan Indragiri. Pada mulanya beliau menolak jabatan
tersebut, tetapi karena terus didesak dan mengingat untuk kepentingan ummat
Islam, tapi atas dasar pertimbangan yang matang untuk maslahat ummat dan
agama beliau akhirnya menerima dengan catatan:
1. Tidak menggangu aktivitas/karir hamba sebagai penyuluh agama dalam proses
belajar mengajar yang berkedudukan di dusun Hidayat desa sapat Kuala Indragiri.
2. Hamba tidak berkenan menerima Gaji/Upah selama hamba menjabat sebagai
Mufti. akhirnya Raja Sulthan Rengat pun menyetujui alasan-alasan tersebut diatas.

Berdasarkan kesepakatan itu, pada tahun 1918 M, Tuan Guru Syekh Abdurrahman
Shiddiq diangkat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri. Walaupun beliau sudah resmi
menjabat sebagai Mufti, namun beliau masih menetap di Parit Hidayat (Sapat)
memimpin dan menjadi guru serta menerima murid-murid yang berasal dari
berbagai daerah yang juga menetap di Hidayat selama belajar dengan beliau.
Pernah suatu ketika pihak kerajaan mengirimkan gaji beliau sebagai Mufti, pihak
kerajaan berharap Tuan Guru bersedia menerima dan tidak mengembalikannya.
Gaji tersebut beliau bagi bagikan kepada orang orang yang memerlukannya,
adapun untuk biaya hidup sekeluarga beliau dapat dari hasil kebun dan pertanian
beliau sendiri, bahkan dari hasil itu banyak murid murid yang beliau tanggung
biaya hidupnya.
Wafat beliau
Setelah beliau pergi ke Martapura Kalimantan Selatan untuk ziarah ke makam
datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,tak berapa lama setelah kembali ke
Sapat Indera Giri beliau pun jatuh sakit,maka pada hari senin tanggal 4 Sya'ban
1356 H ,bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M roh nya yang mulia kembali
ke Rahmatullah dalam usia 82 tahun,jasadnya dimakamkan di kampung Hidayat
Sapat Indera Giri.
Kepergian beliau ke Hadirat Sang Khaliq membawa amal bakti yang tak ternilai
harganya,karena dimasa hidupnya yang hanya menuntut ilmu dan beribadah serta
mengajak orang orang ke jalan Allah SWT. Subhanallah ...mudah mudahan kita
semua dikumpulkan dengan orang orang sholeh di akhirat nanti...amiin Ya Robbal
Alamin...
Adapun beberapa wasiat / pesan-pesan beliau diantaranya:
1.
Hendaklah anak-anak serta juried-juriad hamba menuntut ilmu agama yang betul-betul
ahlusSunnah waljamaah dengan ulama-ulama memakai Al-Qran, Hadist, Ijmak dan kias.
2.
Hendaklah seorang ulama itu beradap sepeti adap para ambiya (Nabi)
3.
janganlah mengambil upah atau gaji dalam mengajar atau menguraikan ilmu agama,
siapa-siapa yang mengambil gaji dalam mengajarkan agama tidaklah berkat ilmunya.

4.
sepanjang pendapat dan kajian hamba tidak ada pangkat yang lebih tinggi pankat derajat
selain ulama (ilmu yang saheh / benar bermanfaat).
5.
hendaklah engkau berusaha dalan menuntut kehidupan, semata-mata untuk ilmu dan
ibadah seperti brkebun dan berhumma.
6.
kurang lebih 15 tahun hamba di bangka dan 29 tahun di Indragiri mengajar ilmu agama,
namun tak pernah menunutut gaji, meminta upah kepada murid, hanya hamba berusaha sendiri
berkebun dan berhumma.
SYAIR-SYAIR PUJIAN KEPADA ALMUL ALLAMAH SYEKH ABDULRAHMAN SHIDDIQ BIN
MUHAMMAD AFIF AL-BANJARI FUFTI KERAJAAN INDRAGIRI SUMATERA RIAU

1.

alhamdulilah hamba ucapkapkan


tanda syukur atas nimatnya
sholawat dan salam di haturkan
kepada rasul dan kerabatnya

2.

ijinkan hamba membaca syairnya


riat hidup dan perjuangannya
banyaklah orang yang mengenalnya
sebagai tanda kewaliannya

3. Abdurrahman itu namanya


SHIDIQ itu adalah gelarnya
martapura bumi lahirnya
Sumatra riau negeri rantaunya

4. menuntut ilmu dikampung lahirnya


jalan pagar itu namanya
meneruskan ke negeri nabinya

makkah, madinah itukah tempatnya

5. 70 tahun sudah wafatnya


4 syaban tanggal bulannya
bersama kita mengingatkannya
sebagai tanda rasa cintanya

6. riwayat nyata perjuangannya


suka dan duka dialamnya
qorban jiwa qorban hartanya
membela agama yang diutamakanya

7. jiwa dan raga direlakannya


hanya untuk agama tuhannya
tidak mengharap belas pujinya
kepada orang yang menerimanya

8.

pahit dan getir dirasakannya


berbagai macam uji cobanya
banyaklah hasil sangat nyatanya
semua orang menikmatinya

9.

banyaklah orang mendatanginya


untuk menuntut ilmu amalnya
duhai beruntung yang mendapatkannya
tiada terhingga nilai harganya

10. luas ilmunya banyak amalnya


disana disini bukti nyatanya
murit tersebar amat banyaknya
berkat ilmu dan keramahnya
11. beruntung orang yang menjumpainya
ilmu dan amal diberikan
berbagai macam nama kitabnya
tergantung tingkat pelajarannya

12. marilah kita tuntut ilmunya yang sudah ada di sajikannyaamal marifat aqaidul-imannya itulah salah satu
karya nya

13. Iman dan yakin adalah kuncinya untuk menangkap ilmu amalnya handai dan tolan pada umumnya
terhadap keturunan yang utamanya

14. sibuk dan mengajar selama hidupnya kepada umat pada numumnya terhadap anak yang utamanya
sebagai penerus risalahnya

15. banyaklah orang mengambil berkahnya bermacam suku mendatangi nya yakin da nyata kemuliaan nya
ramailah orang yang menjiarahinya

16. makan dan minum dijamin dijaminnya tamu yang datang dijamunya selama menuntun ilmu amalnya
tiada lepas dari perhatian nya

17. tiada mengambil upah gajinya selama menjabat mufti rajanya di negeri Rengat kedudukan nya kampung
hidayat tempat tinggalnya

18. banyak jasanya tiada kiranya khususnya di Inhil bumi tempat tinggalnya marilah kita kenang jasanya
mengadakan haulan salah satunya

19. ikhlas Ilmu ikhlas Amalnya ikhlas harta ikhlas jiwanya sungguh mulia jasad dan rohnya menghadap
tuhan yang menciptakan nya

20. marilah kita ulurkan tangan membangun Agama di negeri tinggalnya untuk mengenang jasa-jasanya
sebagai peneus perjuangan nya

21. janganlah ragu janganlah bimbang untuk terus memperjuankannya tuhan yang kasai dan maha saying
akan selalu menyertainya
22. menyesal akhir tiada gunanya menyesal sekarang banyak untungnya coba pikirkan untung ruginya hidup
didunia sebentar masanya

23. Sumatra ria nama pulaunya indragiri nama kerrajaan nya hidayat sapat bumi tinggalnya sekaligus
tempat wafatnya

24. terimakasih atas perhatian nya syair dikarang mengenang jasanya tiada terhingga riwayat hidupnya
kalau diceritakan tiada habisnya

25. hamba ucapkan akhir kalamnya kepada hadirin sekaliannya hilap dan salah itu tempatnya kepada
manusia wadah letaknya

ya Allah ya Tuhan kami bentangkan bau harum kridhoanmu kepada Syech Abdurrahman Siddiq Albanjari dan anugrahkanlah kepada kami berkat rahasia kewalian yang engkau titipkan kepadanya

wa sholallahu ala syyidina muhammdin wa ala alihi wasahbihi ajmain walhamdulillahirrabil alamiin

Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari


Sapat indra Giri
7 April 2011 pukul 5:21

Syekh Abdurrahman Shiddq Al-Banjari Sapat Indra Giri dilahirkan ditahun 1857
M,di desa Dalam Pagar martapura kalimantan Selatan,beliau lahir di akhir masa
pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq billah bin sultan Sulaiman AlMu'tamidillah,ayah beliau adalah Syekh Muhammad Afif (Datu Landak)bin Anang
Mahmud bin H.Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran
Diponogoro),sedang ibunya adalah Syafura binti Mufti H.Muhammad Arsyad
Lamak Pagatan bin Mufti H.Muhammad As'ad putra Syarifah binti Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjari,ketika beliau berusia 3 bulan ibunya meninggal
dunia dan kemudian diasuh oleh saudari ibunya yang bernama Sa'idah,didalam
asuhan bibinya dan juga nenek kakeknya (Syekh Muhammad Arsyad
Lamak),kakeknya ini meinggal ketika usianya baru sekitar satu tahun dan mulai
saat itu hingga dewasa beliau diasuh oleh neneknya yang bernama Ummu
Salamah,neneknya ini adalah seorang perempuan sholeh yang berilmu
pengetahuan dan suka beribadah,maka dalam pemeliharaannya itu Abdurrahman
kecil di didik serta diajari membaca Al-Qur'an,kemudian setelah dewasa barulah
beliau disuruh belajar ilmu agama ke Dalam Pagar Martapura,guru guru beliau di
Dalam Pagar antara lain -KH.Muhammad Said Wali
-KH.Muhammad Khatib
-KH.Abdurrahman Muda
setelah sekian lama belajar dikampung halaman maka beliau berkeinginan
menuntut ilmu ketanah suci,menurut riwayat sebelum beliau pergi ke Tanah Suci
Mekkah beliau berdagang emas perak dan permata hingga keluar daerah hingga ke
Pulau Bangka,Sumatera Selatan,padang Sumatera Barat,setelah dirasa cukup oleh
beliau untuk melaksanakan cita cita beliau menuntut ilmu ke Tanah Suci dengan
ijin dari orang tua dan keluarganya akhirnya pada tahun 1887 M beliau berangkat
ke Tanah Suci Mekkah,diantara guru guru beliau di Mekkah adalah
-Sayyid Bakri Syatha

-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan


-Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil
-Syekh Nawawi Al-Bantani
beliau bermukim di Mekkah sekitar 7 tahun,5 tahun belajar ilmu agama 2 tahunnya
beliau mengajar (tawliah)di Masjidil Haram,dan pada waktu disana lah salah satu
gurunya menambahkan nama dibelakang dengan Ash-Shiddiq,dalam salah satu
riwayat beliau pulang ke kampung pada tahun 1894 M setelah mendapatkan ijin
dari guru guru beliau,beliau pulang ke Indonesia dengan salah satu sahabatnya di
Mekkah yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi,setelah sampai di Batavia
mereka berpisah menuju daerah masing masing,kedatangan Syekh Abdurrahman
Shiddiq disambut dengan sangat meriah oleh masyarakat dan sanak kerabat
beliau,walaupun ada sedikit kesedihan karena orang yang selama ini mengasuh
beliau yaitu neneknya telah berpulang ke Rahmatullah waktu beliau masih
menuntut ilmu di Mekkah,dan setelah setahun beliau berada di Martapura
Kalimantan Selatan beliau pindah ke Sumatera bersama keluarganya.
Indra Giri adalah sebuah kerajaan yang terletak di kepulauan Riau (sumatera) dulu
ke Sultanan nya dibawah Sultan Kerajaan Johor Malaysia,disini lah beliau memilih
tinggal di sebuah kampung yang bernama Sapat,dikampung ini beliau membuka
lahan pertanian dan perkebunan serta membuat irigasi untuk pengairan sawah
sawah,dengan demikian banyaklah orang orang berpindah kekampung ini dan
akhirnya ramailah kampung tersebut dan ramailah penduduknya,namun hal ini
tidaklah melupakan beliau untuk mengajarkan ilmu ilmunya kepada masyarakat
setempat hingga masyhur lah nama beliau kesegenap pelusuk negri,hingga pada
suatu hari datanglah utusan dari Istana Kerajaan Negri Indra Giri menemuinya
untuk menyampaikan undangan dari Sultan Mahmud Syah supaya beliau
berkunjung ke Istana Kerajaan,pada saat pertemuan mereka Sultan meminta beliau
supaya mau menjadi Mufti Kerajaan Indera Giri karena keluasan ilmu beliau,pada
mulanya beliau menolak,memang sebelum nya iya juga pernah ditawarkan jabatan
Mufti oleh gurunya yaitu oleh Habib Utsman bin Yahya Betawi Jakarta yang pada
saat itu menjabat sebagai Mufti,tapi tawaran itu beliau tolak dengan halus,adapun
di Indera Giri Sultan Mahmud Syah berulang kali mengharap beliau agar
menerima tawaran itu,semula ia menolak tapi setelah Sultan memohon dengan

berdasarkan kepentingan umat akhirnya beliau menyetujuinya.disamping mengajar


dan berdakwah beliau sempat pula mengarang berbagai macam kitab seperti kitab
Tauhid,Fiqih,Tasawuf serta kitab kitab lainnya yang berkaitan dengan
agama,diantara karangan beliau adalah:
1.Aqa'idul Iman
2.Fathul Alim
3.Amal Ma'rifat
4.Maw'izha lin Nafsi
5.Majmu'ul Ayat wal Hadits
6.Takmilah Qawlul Mukhtashar
7.Asrarus Shalah
8.Kumpulan Khutbah Jum'ad dan Dua Hari Raya
9.Bay'ul Hayawan lil Kafirin
10.Kitabul Fara'idh
11.syair Ibarat Khabar Kiamat
12.Syajarah al-Arsyadiyyah
13.Pelajaran Agama Islam Untuk Anak-Anak
menurut salah seorang keturunannya,selama Syekh Abdurrahman Shiddiq
menjabat sebagai Mufti beliau tidak pernah menggunakan gaji jabatannya untuk
dirinya,gaji tersebut beliau bagi bagikan kepada orang orang yang
memerlukannya,adapun untuk biaya hidup sekeluarga beliau dapat dari hasil kebun
dan pertanian beliau sendiri,bahkan dari hasil itu banyak murid murid yang beliau
tanggung biaya hidupnya,setelah sekian lama beliau bermukim di Sapat Indera
giri,maka terakhir kali ia datang ke Martapura Kalimantan Selatan untuk ziarah ke
makam datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,tak berapa lama setelah
kembali ke Sapat Indera Giri beliau pun jatuh sakit,maka pada hari senin tanggal 4
Sya'ban 1356 H ,bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M roh nya yang mulia
kembali ke Rahmatullah dalam usia 82 tahun,jasadnya dimakamkan di kampung
Hidayat Sapat Indera Giri.
Kepergian beliau ke Hadirat Sang Khaliq membawa amal bakti yang tak ternilai
harganya,karena dimasa hidupnya yang hanya menuntut ilmu dan beribadah serta
mengajak orang orang ke jalan Allah SWT. Subhanallah ...mudah mudahan kita

semua dikumpulkan dengan orang orang sholeh di akhirat nanti...amiin Ya Robbal


Alamin...cukup sekian yang saya sampai kan,kalau ada kekurangan atau atau
kesalahan dalam penulisan riwayat ini alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya
wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
~sumber~Riwayat Singkat syekh H.Abdurrahman Shiddiq mufti Indera Giri (Anis
Syihab AM)

RIWAYAT SINGKAT SYEHK ABDURAHMAN


SIDDIQ
RIWAYAT SINGKAT /MANAQIB ALIMUL ALLALAH SYEKH
ABDURRAHMAN SIDDIK BIN SYEKH MUHAMMAD AFIF AL-BANJARI
MUFTI KERAJAAN INDRAGIRI SUMATRA RIAU

BISMILLAHIRRAMANIRRAHIM
Syekh abdulrahman siddiq atau yang lebih dikenal dengan sebutan tuan guru adalah seorang ulamak
besar yang lahir pada tahun 1857 M disebuah desa yang bernamaDalam pagar martapura kalimantan
selatan.beliau lahir di masa pemerintahan sultan Adam Al wastiq billah bin sultan sulaiman Al
mutamadillah yang memerintah di kerajaan banjar sejak tahun 1825 s.d.1857 M .

Nama ayah nya syekh Muhammad affif bin ummi sari binti khalifah syekh zainuddin bin maulana syekh
uhammad arsyat Al-bnjari atau yang lebih dikenal dengan sebutan datu kalampayan pegarang kitab
sabilal muhtadin, tuhfaturraghibin , dll. Semasa kacilnya beliau belajar agama kepada nenek beliayau
sendiri bernama ummisalmah setelah bergerag dewasa belajar kepada beberapa orng ulama yang ada
didalam pagar padamasa itu, antaranya: fhadil H. abdurrahman muda ,dll. Kemudian beliau brcita cita
ingin meneruskan pendidikan nya ketanah suci mekkah . sebelum berangkat beliau berkeliling
mengembara ke berbagai negri di wilayah Sumatra dian taranya bangka, palembang, pariaman, singkil,
perlak/ aceh , dll. sambil berdagang batu batu permata sebagai modal untuk melanjut kan studi agama
ketanah haram. Juga sambil mengajarkan ilmu yang di peroleh selama di dalam pagar . dalan
perantauwan itu beliau juga menyempatkan waktubelajar sambil meminta berkah, doa dari beberapa
ulama baik yng masih hidup maupun yang sudah wafat pada masa itu. Setelah berkumpul
segaperbekalan , beliau meminta doarestu kepada orang tuanya dan sanak famil serta guru guru beliau
untuk meneruskan pendidikannya ketanah haram.

Selama di mekkah kurang lebih 7 tahun, banyak lah ilmu serta pengalaman yang didapat atas ketajaman
otak dan kealiman nya yang luarbiasa, ia diberi gelar oleh gurunya siddik artinya benar ilmunya
benar amalnya diantara guruuu beliau selama ditanah haram nyaitu :
1 .syekh muftisaid zainidahlan
2 .syekh nawawi Al-bantani
3 .syekh bahri shatho
4 .syekh m. said babasil
5 . dll

selama di mekah beliau juga dipercayakan untuk mengajar di alqah masjidil haram,berbagai disipplin
ilmu diantaranya : tafsir, hadist, tauhid, tasauf, dll. Setelah dirasa cukup terhadap ilmu yang dituntut ,
beliau di perkenankan untuk pulang ke tanah jwi (Indonesia) diantra sahabat-sahabat beliau selama
dimekah adalah : syekh ahmad khatib minang kabau , syekh umar sumbawa , syekh datuk awing kenail
kelantan malaisia , syekh hasyim Asari jombang yang juga pendiri nahdlatul ulama syekh sulaiman
arrusuli bukittinggi, syekh ali junaid Brao kaliman tan timur , syekh ahmad dimyati (mufti mekkah 1912)
dan lain lain . pulang keindonesia ditemani beberpa orang sahabat diantaranya syekh ahmad khatib
minangkabau , syekh abdulrahman siddiq atau datu sapat terus melanjut kan prjalanan menuju kampung
halaman menemui orang tua sanak fami dan berziarah kemakam datu kelampayan (syekh Muhammad
arsyadAl-banjan) . tidak beberapa lama di kalimantan beliau kembali berazam merantau keber bagai
negri yng ada di jawa dan Sumatra, ketika di jawa beliau di tawarkan menjabat sebagai mufti di Batavia
(jakarta sekarang ) untuk menggan tikan mufti said usman bin Abdullah bin aqil bin yahya , namun
beliau tolak dikesultanan johor malai sia beliau juga di tawarkan sebagai mufti namun juga beliau
tolak . namun ketika beliau bermakam di sapat kuala indragiri setelah kurang lebih 15 tahun di bangka ,
oleh kesultanan indragiri dengan raja pada saat itu sultan mahmud syekh beliau syekh abdulrahman
siddik diminta datang keistanarengat dengan agenda untuk membicarakan mufti (penasehat /pakar huum
dalam bidang keagamaan ) , beliau di mohonkan untuk menjabat sebagai mufti indragiri namun
sebelumnya smpat beliau tolak , tapi atas dasar prtimbangan yang matang untuk kemasalahan umat dan
agaa beliau akhirnya menyatujui diangkat menjadi mufti kerajaan dangan syarat :
1.

tidak mengganggu aktifitas hamba sebagai penyuluh Agama , dalam belajar mengajar yang ber
kedudukan di hidayat sapat .

2.

haba tidak mau menerima gaji selama menjabat sebagai mufti.

Akhirnya sultanpun mamperkenankan alas an-alasan tersebut lebib kurabg 27 tahun lamanya menjabat
mufti kesultanan indragiri , dan pada akhirnya beliau memohondiri untuk tidak lagi menjabat sebagai
ufti . beliau tinggal di kampung yang bernama Al- hidayah artinya petunjuk . memiliki sembilan orang

istri , kurang 30 orang anak dan beberapa orang menantu . selama di hidayat sapat ramailah orang
menuntut ilmunya dari berbagai negri, suku mendaanginya untuk menimba ilmu danberkah nya.
Diantara murid yang melanjutkan perjuangannya adalah: Al-fadhil H . abdurrahman yaqub pasar
kembang kota baru AL-fadhil H. abdul patah mumpa , Al fadhil ghazali sungai perak yang juga
menantu beiau ,Al-fadhil H. Abdul ghaffar Bangka dan lain-lain.

Telah banyak tersebar murid-murid beliau (Datu Sapat) diberbagai negeri. Baik di jambi, Tungkal,
Medan, Rengat, Malaisya, Singapura, Dll. Bahkan dari Mekkah, Mesir, Hadral Maut (Yaman) mereka
datang untuk mengunjungi dan menuntut ilmunya sekaligus meminta doa dan berkahnya. Selama lebih
kurang 29 tahun tinggal di Indragiri dengan aktifitas mengajar sambil berkebun mereka yang menuntut
ilmu, makan, minum, bahkan tempat tinggal sekalipun beliau jamin selama mengabdi kepada ilmu dan
amal (agama). Hari demi hari, waktu demi waktu badanpun semakin lemah tenaga semakin berkurang,
penyakitpun tidak kunjung sembuh. Tepat pada hari senin, 4 Syaban 1358 H/10 maret 1939 M, roh yang
mulia itu kembali menghadap kehadirat Alla SWT, dengan di iringi isak tangis dan duka cita yang amat
dalam oleh istri, anak, karib, kerabat serta murid-murid yang mencintainya. Mereka telah kehilangan
seorang maha Guru atau Wali Allah Taala yang selama ini menerangi negeri dengan ilmu dan amalnya
dengan beribu jasa yang tidak ternilai harganya, segala harta, tenaga, pikiran bahkan nyawa sekalipun
hanya ia persembahkan untuk agama, umat dan bangsa. Semoga kita yang tinggal selalu mendapat
berkah dan mampu menghargai atas segala jasa dan keramahannya yang luar biasa, serta meneruskan
segala cita-cita dan perjuangannya amin Allahumma Amin. beberapa karya / jasa-jasa yang di
tinggalkannya diantaranya berupa tulisan kitab-kitab yang disebut dengan Dawah Bil Kitabah
diantaranya.
1.
2.
3.
4.
5.

Aqaidul Iman (Tauhid)


Amal Marifat (Tauhid, Tasauf)
Asrorusollah (fiqih)
Syair ibarat
Dll.

Berupa monumen sejarah / peniggalan beliau diantaranya: satu buah Mesjid, rumah yang sekarang yang
mengalami beberapa kali renopasi ulang, perkebunan kelapa rakyat, di samping beliau seorang ulama,
ternya beliau juga seorang ekonom, pakar pertanian, budyawan, tujuan agama dan kemerdekaan.

Adapun beberapa wasiat / pesan-pesan beliau diantaranya:


7.
Hendaklah anak-anak serta juried-juriad hamba menuntut ilmu agama yang betul-betul
ahlusSunnah waljamaah dengan ulama-ulama memakai Al-Qran, Hadist, Ijmak dan kias.
8.
Hendaklah seorang ulama itu beradap sepeti adap para ambiya (Nabi)
9.
janganlah mengambil upah atau gaji dalam mengajar atau menguraikan ilmu agama, siapasiapa yang mengambil gaji dalam mengajarkan agama tidaklah berkat ilmunya.
10.
sepanjang pendapat dan kajian hamba tidak ada pangkat yang lebih tinggi pankat derajat selain
ulama (ilmu yang saheh / benar bermanfaat).

11.
hendaklah engkau berusaha dalan menuntut kehidupan, semata-mata untuk ilmu dan ibadah
seperti brkebun dan berhumma.
12.
kurang lebih 15 tahun hamba di bangka dan 29 tahun di Indragiri mengajar ilmu agama, namun
tak pernah menunutut gaji, meminta upah kepada murid, hanya hamba berusaha sendiri berkebun dan
berhumma.
Ada beberapa penyebab kemuduran agama dan bangsa yaitu:
1.
2.
3.

karena manusia tidak menghayati menuntut ilmu agama dengan cara yang benar.
manusia dengan mudh melupakan sejarah.
mereka tidak menghargai karya-karya ulama yang berjasa terhadap agama dan bangsa.

Dalam kitab Nasahihul Ibad karya Syech Nawawi Al Bantani Rasulullah SAW bersabda selagi akan
datang suatu masa terhadap umat, mereka lahir pengajaran ulama Pukaha maka apabila yang terjadi
yang demikian, Allah SWT akan menimpakan 3 macam balak dan musibah kepada mereka:
1.

segala apa yang mereka usahakan tidak mendapat berkah dan pahala di sisi Allah Taala.

2.
Allah SWT menjadikan raja (pengusa) yang Zholim buat mereka dan akan tertimpa penyakitpenyakit Cinun (Tidak Waras) segala pemikiran selalu tearah kepada maksiat / dosa (Buruk sangka
kepada Allah dan Makhluk.
3.
Allah akan matikan dia dalam keadaan kafir/ tidak beriman(Al Hadist)
Demikian adanya semoga dengan riwayat singkat ini akan menambahkan ahasl yang sempurna untuk
keselamatan kita dunia dan Akhirat, berbagai keramat Syech Abdul Rahman Siddik sengaja tidak di tulis
di sini untuk menyingkat tulisan semoga dalam kesempatan bias dimuat, salah dan Khilaf ohon maaf
semoga bermanfaat dan berkah amin.

SYAIR-SYAIR PUJIAN KEPADA ALMUL ALLAMAH SYEKH ABDULRAHMAN SHIDDIQ BIN


MUHAMMAD AFIF AL-BANJARI FUFTI KERAJAAN INDRAGIRI SUMATERA RIAU

1.

alhamdulilah hamba ucapkapkan


tanda syukur atas nimatnya
sholawat dan salam di haturkan
kepada rasul dan kerabatnya

2.

ijinkan hamba membaca syairnya

riat hidup dan perjuangannya


banyaklah orang yang mengenalnya
sebagai tanda kewaliannya

3. Abdurrahman itu namanya


SHIDIQ itu adalah gelarnya
martapura bumi lahirnya
Sumatra riau negeri rantaunya

4. menuntut ilmu dikampung lahirnya


jalan pagar itu namanya
meneruskan ke negeri nabinya
makkah, madinah itukah tempatnya

5. 70 tahun sudah wafatnya


4 syaban tanggal bulannya
bersama kita mengingatkannya
sebagai tanda rasa cintanya

6. riwayat nyata perjuangannya


suka dan duka dialamnya
qorban jiwa qorban hartanya
membela agama yang diutamakanya

7. jiwa dan raga direlakannya


hanya untuk agama tuhannya

tidak mengharap belas pujinya


kepada orang yang menerimanya

8.

pahit dan getir dirasakannya


berbagai macam uji cobanya
banyaklah hasil sangat nyatanya
semua orang menikmatinya

9.

banyaklah orang mendatanginya


untuk menuntut ilmu amalnya
duhai beruntung yang mendapatkannya
tiada terhingga nilai harganya

10. luas ilmunya banyak amalnya


disana disini bukti nyatanya
murit tersebar amat banyaknya
berkat ilmu dan keramahnya
11. beruntung orang yang menjumpainya
ilmu dan amal diberikan
berbagai macam nama kitabnya
tergantung tingkat pelajarannya

12. marilah kita tuntut ilmunya yang sudah ada di sajikannyaamal marifat aqaidul-imannya itulah salah satu
karya nya

13. Iman dan yakin adalah kuncinya untuk menangkap ilmu amalnya handai dan tolan pada umumnya
terhadap keturunan yang utamanya

14. sibuk dan mengajar selama hidupnya kepada umat pada numumnya terhadap anak yang utamanya
sebagai penerus risalahnya

15. banyaklah orang mengambil berkahnya bermacam suku mendatangi nya yakin da nyata kemuliaan nya
ramailah orang yang menjiarahinya

16. makan dan minum dijamin dijaminnya tamu yang datang dijamunya selama menuntun ilmu amalnya
tiada lepas dari perhatian nya

17. tiada mengambil upah gajinya selama menjabat mufti rajanya di negeri Rengat kedudukan nya kampung
hidayat tempat tinggalnya

18. banyak jasanya tiada kiranya khususnya di Inhil bumi tempat tinggalnya marilah kita kenang jasanya
mengadakan haulan salah satunya

19. ikhlas Ilmu ikhlas Amalnya ikhlas harta ikhlas jiwanya sungguh mulia jasad dan rohnya menghadap
tuhan yang menciptakan nya

20. marilah kita ulurkan tangan membangun Agama di negeri tinggalnya untuk mengenang jasa-jasanya
sebagai peneus perjuangan nya

21. janganlah ragu janganlah bimbang untuk terus memperjuankannya tuhan yang kasai dan maha saying
akan selalu menyertainya
22. menyesal akhir tiada gunanya menyesal sekarang banyak untungnya coba pikirkan untung ruginya hidup
didunia sebentar masanya

23. Sumatra ria nama pulaunya indragiri nama kerrajaan nya hidayat sapat bumi tinggalnya sekaligus
tempat wafatnya

24. terimakasih atas perhatian nya syair dikarang mengenang jasanya tiada terhingga riwayat hidupnya
kalau diceritakan tiada habisnya

25. hamba ucapkan akhir kalamnya kepada hadirin sekaliannya hilap dan salah itu tempatnya kepada
manusia wadah letaknya

ya Allah ya Tuhan kami bentangkan bau harum kridhoanmu kepada Syech Abdurrahman Siddiq Albanjari dan anugrahkanlah kepada kami berkat rahasia kewalian yang engkau titipkan kepadanya

wa sholallahu ala syyidina muhammdin wa ala alihi wasahbihi ajmain walhamdulillahirrabil alamiin

ATURAN ATURAN ADAB TATA CARA DALAM MENUNTUT ILMU YANG DIAMBIL DARI BERBAGAI
KITAB , SEKIRANYA ILMU NYANG DITUNTUT ITU MENDAPAT BERKAH, FADHILAT DAN
MANFAAT.

A.
1.

Adab terhadap Guru/Murabbi


apabila ia berjumpa dengan Gurunya hendaklah ia memberi salam terlebih dahulu.

2.
bahwa jangan membanyakan berkata/soal yang sia-sia yang tidak ada sangkut pautnya
terhadap agama
3.
menyenangkan hati guru dengan memberikan/melaksanakan sesuatu yang bermanpaat
dan berpaedah atas dasar kemampuan si murid
4.

jangan menyangkal mengingkari akan perkataan perbuatan gurunya

5.
jangan membuat isyarat atau hal-hal yang sifatnya dapat menyinggung membebanai
perasaan gurunya

6.
jangan berpaling kekiri dan kekanan , hendaklah duduk sopan dang menghadap gurunya
dengan penuh adab
7.
hendaklah kita menolong membela suka dan duka dengan niat ikhlas karena Allah,
hanya mengharaf ridho darinya
8.
apabila seorang guru datang dan pergi hendaknya kita mentazim memberi hormat dan
adab atau ketika kita berjumpa dan meninggalkan nya
9.
jangan jahat sangka terhadap perkataan,perbuatan gurunya walau menyalahi dalam
pandangan zahir stariat adat sekaligus karena seorang guru itu terlebih mengetahui dan pada si murid
10

anganlah mengayunkan kaki dan berjongkok dan bertengkok dihadapan sang guru karena itu bersalahan
dengan adab

B. ADAB ADAB TERHADAP KITAB DAN DIKALA BELAJAR


1.

Hendaklah berwudhu terlebih dahulu ketika hendak memegang kitab

2. jangan mencoret coret mengori kitab kecuali untuk catatan yang ada sangkut pautnya dengan ilmu dan
amal
3. jangan menaruh kitab diatas lantai karena sangat tercela dan menyalahi adab
4. jangan mengunjurkan kaki berjongkok dihadapan kitab karena itu juga jahat adab
5. selalu menghadiahkan Fatehah kepada pengarang kitab, dan mencium akan kitab ketika hendak belajar
atau setelah selesainya
6. mengambil,membuka kitab hendaklah dengan tangan kanan dan janganlah meletakan sesuatu diatas
kitab
7. berpakaian yang bersih,rapi dan menutup aurat dan senantiasa menggunakan minyak harum
Diposkan oleh syam di 10.40

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

RIWAYAT SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ,


( Mufti Kerajaan Indragiri )
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq dilahirkan di Kampung Dalam Pagar, Martapura,
Kalimantan Selatan pada tahun 1287 H / 1864 M., dari seorang ayah bernama
Muhammad Afif bin Khadhi H. Mahmud dan ibu bernama Shafura.
Beliau adalah keturunan (buyut) dari Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,
yaitu sosok ulama besar yang pertama kali mengembangkan Islam di Kalimantan.
Syekh Abdurrahman Siddiq memulai pendidikannya dengan menimba ilmu dasar-dasar
agama pada Mak Ciknya, Siti Saidah, seperti membaca al-Quran, ilmu fiqh dan ilmu
Alat (khususnya dari kitab-kitab fiqh seperti: Kitab Dammun, Matan Jurumiah,dan Matan
Bina).
Pada usia 13 tahun,Beliau meluaskan pengetahuannya dengan mempelajari berbagai kitab
antara lain: Kitab Mukhtasar,Kailani, Ilmu Bayan, Mantik,Maani, Tafsir dan Hadis.
Saat usianya menginjak dewasa,Beliau memutuskan ke Mekkah untuk memperdalam
ilmu agama di sana.
Di Mekkah,Beliau berguru pada beberapa ulama besar kala itu, seperti Syekh Said Satta
(pengarang kitab Ianatut al-Thalibin), Syekh Ahmad Dimyati, Syekh Ahmad Bapadhil,
dan Syekh Umar Sambas.
Selain berguru secara formal pada guru-guru terkemuka di Masjidil Haram,Beliau juga
banyak berguru pada ulama-ulama sufi di kota Mekkah.
Maka tak heran, jika Syekh Abdurrahman Siddiq lebih banyak berkarya di bidang ilmu
tauhid daripada ilmu fiqh.
Setelah 6 tahun menimba ilmu di Mekkah,sekitar tahun 1316 H,Beliau kembali ke
kampung halamannya di Kampung Dalam Pagar, Martapura,untuk menyebarkan agama
Islam.
Sekitar tahun 1324 H/1913 M, Syekh Abdurrahman Siddiq merantau ke Indragiri. Ketika
datang pertama kali,Beliau bermastautin di Sapat (sekarang ibukota kecamatan Kuala

Indragiri) sebagai tukang mas selama 7 bulan.


Kemudian tahun 1337 H, Beliau secara resmi diangkat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri
yang pertama oleh Sultan Mahmud Syah yang berkedudukan di Rengat.
Beliau menjabat mufti di Kerajaan Indragiri selama kurang lebih 20 tahun.
Disamping sebagai mufti,Beliau juga membuka perkebunan kelapa di Parit Hidayat dan
mendirikan sebuah perguruan untuk mengajarkan ilmu agama kepada santri-santrinya.
Pengajaran biasa diberikan di masjid atau di rumah yang biasa disebut Rumah Besar.
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq wafat di Parit Hidayat, Sapat,Kecamatan Kuala
Indragiri,Riau, pada tanggal 10 Maret 1366 H/1930 M.
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq meninggalkan sembilan orang istri yaitu Salmah,
Nursam, Rahmah, Zulaiha, Halimah, Fatimah, Hutnah, Aminah, dan Fatmah dan 35
orang putra-putri.
Salah satu peninggalan Syekh Abdurrahman Siddiq yang terkenal adalah Masjid Tua di
Parit Hidayat yang dibangun bersama para santri pada tahun 1927.

Pemikiran / Pengaruh
Salah satu karya Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq yang sangat terkenal adalah
"Syair Ibarat Khabar Kiamat" yang dikategorikan sebagai karya sastra keagamaan
(Islam).
Ide, gagasan, dan pandangan Syekh Abdurrahman Siddiq banyak tertuang melalui syairsyair yang termaktub di dalamnya.
Salah satunya adalah mengenai eksistensi manusia dan hari kiamat. Menurut syekh
Abdurrahman Siddiq,eksistensi manusia sebagai makhluk tuhan adalah sebagai khalifah
dan sekaligus hamba Allah di muka bumi, yang datang dan akan kembali kepada-Nya.
Konsep eksistensi manusia sebagai khalifah adalah meletakkan manusia sebagai makhluk

tuhan yang bertanggung jawab atas segala tingkah-lakunya di dunia ini.


Manifestasi dari konsep manusia sebagai khalifah dapat dilihat dalam pengabdian diri
kepada tuhan melalui shalat bagi umat Islam.
Shalat adalah sebuah kewajiban yang konstan dan absolut, tidak ada pengecualian
terhadap suatu golongan untuk tidak mengerjakan perintah shalat dalam kondisi apapun.
Hal inilah yang mengakibatkan adanya ganjaran dan hukuman bagi manusia di akhirat
kelak.
Ibadah shalat merupakan syarat utama dalam mengesahkan pemberian ganjaran
tersebut,sebagaimana digambarkan dalam syair berikut :
Pahala sembahyang tiada berkurang banyaknya lebih daripada bintang..
Meninggalkan dia amal pun hilang di akhirat tiada lagi ditimbang..
Jika tiada sembahyang selama-lama..
Haji dan zakat tiada diterima...
Adapun pandangan Syekh Abdurrahman Siddiq mengenai hari kiamat ialah bahwa
kefanaan dunia ini diakhiri sebuah kejadian yang mahadahsyat yaitu hari kiamat.
Terjadinya kiamat adalah sebuah momen puncak hancurnya dunia ini dan disambut oleh
alam akhirat yang kekal dimana semua manusia akan menemuinya setelah menjalani
proses kematian di dunia.
Ide dan gagasan Syekh Abdurrahman Siddiq tersebut,banyak memberikan pengaruh
kepada para seniman di daerah Sumatera,khususnya Riau dan kawasan- kawasan lain
seperti Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan bahkan sampai ke pulau Jawa.
Karya-karya Beliau Sebagai sosok ulama besar dan seorang pujangga, Tuan Guru Syekh
Abdurrahman Siddiq telah melahirkan beberapa karya tulis berupa buku-buku agama dan
karya sastra, antara lain:
1. Syair Ibarat Khabar Kiamat, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura
(tahun 1915).

2. Fath al-Alim fi Tartib al-Talim (tahun 1929).


3. Risalah Amal Ma rifat, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura (tahun
1338).
4. Asrar al-Shalat min Iddat al-Kutub al-Mu tabarat, diterbitkan oleh Mathba ah
Ahmadiah Press, Singapura (tahun 1931).
5. Bay al-Hayawan li al- Kafirin, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press,
Singapura (tahun 1916 M).
6. Risalah fi Aqaid al-Iman, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura
(tahun 1936).
7. Kitab al-Farai dh, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura (tahun
1919).
8. Majmu al-Ayat wa al- Ahadits fi Fahmi al- Ilm wa al- Ulama wa al-Muta allimin wa
al-Mustami in, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura (tahun 1927).
9. Tazkiratun li Nafsi wa li Amtsali, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press,
Singapura (tahun 1935).
10. Maw izhatun li Nafsi wa li Amtsali Min al-Ikhwan, diterbitkan oleh Mathba ah
Ahmadiah Press, Singapura (tahun 1936).
11. Risalah Syajarah al-Arsyadiyyah wa ma Ulhiqa Biha, diterbitkan oleh Mathba ah
Ahmadiah Press, Singapura (tahun 1937).
12. Risalah Takmilat Qawal al-Mukhtashar, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press,
Singapura (tahun 1937).
13. Sejarah Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar.
14. Kumpulan Khutbah, diterbitkan oleh Mathba ah Ahmadiah Press, Singapura (tahun
1938).

( Pustaka Indragiri )

Anda mungkin juga menyukai