Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAUBAT, KHAUF, DAN ZUHUD


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tauhid dan Akhlak Tasawuf
Dosen pengampu : Muhammad Idris, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 7
Putri 2231710036
Dea Ramadani 2231710042
Vindi Susan Aryandani 2231710043

PEROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia
nikmat- Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Taubat, Khauf, dan Zuhud” disusun untuk memenuhi
tugas pada mata kuliahTauhid dan Akhlak Tasawuf. Makalah ini berisi tentang
pembahasan mengenai Taubat, Khauf, dan Zuhud.

Dalam penyusunan makalah ini penulis melibatkan berbagai pihak. Oleh


karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Meski telah disusun secara maksimal
oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa
makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca
dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Samarinda, 22 Februari
2023

Kelompok 7

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I....................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................1
BAB II...................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................2
D. Pengertian Taubat........................................................................2
E. Pengertian Khauf.........................................................................4
F. Pengertian Zuhud.........................................................................6
BAB III..................................................................................................9
KESIMPULAN.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh keingintahuan kami


sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal dan pikiran sehingga
menuntut kami untuk mencari tahu segala sesuatu yang diciptakannya. Dari
sekian banyak penciptaan Allah SWT. Salah satunya adalah kehidupan.
Akhlak adalah hal ikhwal yang melekat pada jiwa (sanubari). Kedudukan
akhlak manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun
masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah
lahir dan batinnya. Dan bagi orang-orang yang mempubyai akhlak tentunnya
mereka adalah orang-orang yang mempunyai sifat terpuji. Diantaranya
Taubat, Khauf, dan Zuhud. Seperti dalam Menyusun makalah ini di dasarkan
atas tugas kelompok yang harus di selesaikan.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Mengenai Taubat ?


2. Jelaskan Mengenai Khauf ?
3. Jelaskan Mengenai Zuhud ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu taubat


2. Untuk mengetahui apa itu khauf
3. Untuk mengetahui apa itu zuhud

1
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian Taubat

1. Pengertian Taubat
Secara etimologi taubat merupakan masdar dari ‫زا – رابة‬GG‫ ٘ةي‬yang
bermakna kembali. Taubat secara terminologi syariat adalah menyesal
dengan sepenuh hati atas dosa yang telah lalu, memohon ampunan
(istigfar) dengan lisan, menghentikan kemaksiatan dari badan, bertekad
untuk tidak mengulangi lagi di masa depan.1 Sayyidina ‘Ali menuturkan
bahwa taubat itu terhimpun dari enam unsur, yaitu penyesalan terhadap
dosa di masa lalu atau melaksanakan hal-hal yang fardlu (jika taubat dari
meninggalkan fardlu), mengembalikan harta benda yang dizalimi pada
pemiliknya, meminta maaf pada pihak yang dizalimi, bertekad untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa itu lagi, dan berkomitmen untuk mendidik
nafsu dalam ketaatan pada Allah sebagaimana pernah menggiring nafsu
pada kemaksiatan.2
Taubat semestinya merupakan pintu masuk pertama bagi seorang
hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sebab di
dalam taubat ada penyesalan terhadap perbuatan tercela yang telah
dilakukan di masa silam sekaligus terdapat daya tarik (ikhtiar)
kebangkitan jiwa dari seorang hamba untuk bebuat kebaikan di masa yang
akan datang. Salah satu alasan inilah mengapa kemudian konsep taubat
Imam Al-Ghazali menarik untuk dilakukan pembahasan.

Bertaubat dengan segera adalah tuntutan bagi seorang mukmin


sejati. Tidak boleh menunda-nunda taubat (ta’khir) atau menangguhkan
(tawsit) taubat, karena menurut Yusuf Qardhawi, hak tersebut dapat
mengganggu hati orang yang beragama, sehingga apabila ia tidak segera

1
Wahbah al-Zuḥayli, Tafsir al-Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 2014) hal. 706
2
Wahbah al-Zuḥayli, Tafsir al-Muni… hal.703

2
menyucikannya dengan bertaubat maka sedikit demi sedikit pengaruh
dari perbuatan dosa itu menjadi membengkak.3
2. Syarat-syarat Taubat
a) Ikhlas bertaubat karena Allah Swt. Dan menyadari atas perbuatan dosa
yang dilakukan
b) Menyesali diri dari perbuatan dosa yang telah dilakukan.
c) Merasa malu dihadapan Allah Swt. Karena telah melakukan apa yang
dilarang atau meninggalkan yang diwajibkan Allah Swt.
d) Bertekat untuk mengakhiri kemaksiatan dan tidak akan mengulangi
perbuatan tersebut.4
3. Macam-macam Taubat
a) Taubat dalam kemaksiatan
Taubat ini umumnya untuk segala macam bentuk kemaksiatan,
termasuk taubat dari kekafiran dan kemusyrikan sebelum ajal
menjemput. Taubat seperti ini banyak disebutkan dalam Al-Quran,
seperti An-Nisa ayat 17.
b) Taubat orang murtad dan orang munafik
Taubat semacam ini tidak diterima oleh Allah. Ayat-ayat tentang hal
ini banyak sekali seperti ayat Al-Imran ayat 90. Makna taubat dalam
ayat ini ada 3, diantaranya:
1) Taubat orang kafir tidak diterima karena biasanya mereka baru mau
bertaubat pada saat kematian datang menjemput
2) Taubat orang kafir hanyalah taubat sebatas lisan, tidak ikhlas dari
hati.
3) Taubat dalam ayat ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-
Zamakhsahari adalah kinayah dari mati dalam kekafiran.

c) Taubat para nabi


3
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah, Cet I (Bandung:
Mizan Pustaka, 2008), hal. 55-57
4
Aminudin Harjan Syuhada, Akidah Akhlak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2019), Hal 55

3
Taubat ini bermakna keridhoan dan kasih sayang dan merupakan
taubat dari perbuatan yang kurang afhdhol, bukan perbuatan buruk
atau tercela.

E. Pengertian Khauf

1. Pengertian Khauf
Kata khauf berasal dari bahasa Arab terdiri dari tiga huruf, yaitu
kha’, waw, fa’ yang berarti menunjukkan gentar dan terkejut. Kata khauf
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda yang memiliki
arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir adalah kata sifat yang
bermakna takut, gelisah, atau cemas terhadap sesuatu yang belum
diketahui dengan pasti.5

Khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang


mencelakakan, berbahaya atau mengganggu. Jadi khauf secara bahasa
adalah rasa khawatir atau takut terhadap sesuatu di masa depan yang
belum diketahui dengan pasti dan dianggap membawa suatu bahaya atau
keburukan. Secara terminologi khauf merupakan suatu sikap mental yang
merasa takut kepada Allah karena kurang sempurnanya suatu pengabdian
seorang hamba. Menurut Qusyairiyah takut mempunyai arti yang
berhubungan dengan masa yang akan datang, karena orang akan takut
menghalalkan yang makruh dan meninggalkan yang sunah. Hal ini tidak
begitu penting kecuali jika membawa dampak positif di masa depan. Jika
sekarang hal itu muncul, maka pengertian takut tidak terkait. Sedangkan
pengertian takut kepada Allah ialah takut kepada siksaan Allah baik di dunia
maupun di akhirat.6

5
Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa Tasawuf
Dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora Uin Walisongo Semarang, (Semarang:
Skripsi UIN Walisongo Semarang, 2015) hal.11
6
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah Qusyairiyah
Sumber Kajian Ilmu Tasawuf,(Jakarta: Pustaka Amani, 2002) hlm.167

4
Al-Falluji berpendapat bahwa khauf adalah suatu bentuk
kegelisahan Ketika seseorang memperkirakan sesuatu yang ia benci akan
menimpanya. Senada dengan pendapat diatas, Muhammad Quraisy Shihab
dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, khauf adalah keguncangan hati
karena menduga akan adanya bahaya. Kata khauf digunakan untuk
menandakan adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam,
sehingga yang bersangkutan mencari cara atau jalan keluar untuk
menghindari atau mengatasinya.7
2. Macam-macam khauf
1) Khauf ajillah
Khauf ajillah adalah khauf yang dimiliki oleh orang-orang mulia
(kelas tinggi) yang telah dibarengi oleh iman yang kuat. Seperti yang
terdapat dalam firman Allah:

Artinya: sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaiton yang


menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik quraisy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(Q.S Al-Imran 175)
2) Khauf Ausat
Ausat berarti pertengahan, sehingga khauf ausat merupakan perasaan
takut akan terputusnya hubungan dengan Allah dan tercemarnya
kejernihan ma’rifat, dimana mereka takut murka dan siksa Allah.
3) Khauf Ammah
Khauf Ammah dimiliki orang-orang awam dimana rasa takut mereka
dicerminkan pada kegelisahan dan kegoncangan hati mereka karena
mengetahui betapa kuasa dzat yang disembahnya. 8

7
Dolizal Putra, Khauf Khasyyah dan taqwa dalam tafsir al-misbah karya Muhammad
Quraish shihab hal.2
8
Departemen Agama RI, Syamsil Al-Quran for woman, (bandung: sigma examedia
arkanleema, 2004)

5
3. Sebab-sebab Khauf
Diantara sebab-sebab timbulnya rasa khauf terhadap Allah ialah
a. Pernah melakukan dosa dan mengingat dosa-dosanya
b. Khawatir melakukan kecerobohan dalam menunaikan kewajiban
c. Mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti terjadi atau sesuatu
yang dikehendaki terjadi
d. Mengagungkan Allah dan merenungi kalam Allah
e. Takut kepada azab dan dzat Allah
f. Memikirkan tentang datangnya hari kiamat
g. Mendengar nasihat-nasihat atau khutbah agama
h. Mempelajari ilmu tentang Allah, asma Allah, sifat-sifat Allah,
kalamnya, dan sabda rasul.9

F. Pengertian Zuhud

1. Pengertian Zuhud
Zuhud secara bahasa artinya meninggalkan sesuatu. Secara istilah
ialah meninggalkan kelezatan hidup duniawi yang sementara dan fana
karena menginginkan kelezatan ukhrawi yang lebih baik dan kekal, jika
yang ditinggalkan itu adalah sesuatu yang tidak disukai sama sekali
karena tidak ada harganya.
Zuhud mengandung arti melepaskan diri dari keterikatan kepada
dunia atau melepaskan diri dari diperbudak oleh dunia. Dengan demikian
zuhud bukan berarti melepaskan diri terhadap kebutuhan dunia, karena
hidup tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan. Namun, janganlah
menganggap bahwa dunia adalah segala-galanya, sehingga lupa akhirat.
Seorang zuhud menganggap sama antara pujian dan celaan.
Demikian pula Ruwaim Ibn Ahmad mengatakan bahwa Zuhud
ialah menghilangkan bagian jiwa dari dunia, baik bereupa pujian dan
sanjungan, maupun posisi dan kedudukan disisi manusia 10. Dalam kondisi

9
Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf terhadap perilaku menyontek mahasiswa tasawuf dan
psikoterapi Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, Hal 21-23
10
Al-Tusi, Abu Nasr al-Tusi, al-Luma’, disunting oleh ‘Abdul Halim Mahmud Dar al-
Kutub al-Hadisah, (Mesir: 1969) Hlm 73

6
ini seorang Zahid merasa tidak memiliki dan dimiliki oleh sesuatu.
Dengan demikian zuhud dibedakan dengan Faqr yang mengandung arti
“tidak adanya sesuatu yang dibutuhkan.” 11
Zuhud disini berupaya menjauhkan diri dari kelezatan dunia dan
mengingkari kelezatan itu meskipun halal, dengan jalan berkuasa yang
kadang-kadang pelaksanaannya melebihi apa yang di tentukan oleh
agama. Semuanya itu dimaksudkan demi meraih keuntungan akhirat dan
tercapainya tujuan Tasawuf, yaikni Rida, bertemu dan Ma’rifat Allah
SWT.12
Disini zuhud berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia
yang telah ada ditangan, dan tidak merasa bersedih karena hilangnya
kemewahan itu dari tangannya. Bagi Abu Al-Wafa Al-Taftazani, Zuhud
ini bukanlah kependetaan atau terputusnya kehidupan duniawi, akan tetapi
merupakan hikmah pemahaman yang membuat seseorang memiliki
pandangan khusus terhadap kehidupan dunia itu. Mereka tetap bekerja
dan berusaha, namun kehidupan duniawi itu tidak menguasai
kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari tuhan.
2. Macam-macam Zuhud
Menurut Ibnu Qayyim, zuhud itu ada beberapa macam, yaitu:
a. Zuhud dalam hal yang haram, yang hukumnya fardhu ‘ain
b. Zuhud dalam hal yang syubhat, tergantung kepada tingkatan-
tingkatan syubhat. Apabila syubhat itu lebih kuat, ia lebih
dicondongkan kepada sunnah.
c. Zuhud dalam hal-hal yang berlebih, zuhud dalam hal-hal yang tidak
dibutuhkan, berupa perkataan, pertanyaan, pertemuan, zuhud di
tengah manusia, zuhud terhadap diri sendiri, sehingga dia
menganggap diri sendiri hina karena Allah Swt.
d. Zuhud yang menghimpun semua itu, yaitu zuhud dalam perkara
selain Allah. Zuhud yang paling baik ialah menyembunyikan zuhud
11
Al-Gazali, Ihya’, IV:186
12
Abu al-Wafa al-Taftazani, al-Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islami, Dar al-Saqafah,
Qahirah, 1970) hlm. 25.

7
itu sendiri dan zuhud yang paling berat adalah zuhud dalam perkara
yang menjadi bagian diri sendiri.13
Barang siapa yang menjual dunia dengan akhirat, berarti ia
zuhud terhadap dunia. Dan barang siapa yang menjual akhirat
dengan dunia berarti ia pun zuhud, namun zuhud terhadap akhirat.
3. Perilaku Zuhud
Seseorang Zahud (orang yang zuhud) bukanlah suatu pribadi yang
lemah yang hidup dibawah perintah para penyembah dan terkadang
mengharapkan sisa-sisa makan mereka. Namun, yang dimaksud ialah
orang yang memiliki derajat di atas para penyembah dunia,
mempunyai tingkatan ilmu dan pemikiran yang lebih tinggi dari
mereka.14
Mereka sama sekali tidak merasa takut apabila berpisah dengan
dunia. Mereka tidak terpengaruh dengan berkurang dan bertambahnya
dunia. Sehingga mereka termasuk orang yang dipenuhi sifat berani,
bebas, dan merdeka, seorang yang bertakwa dan menjaga kehormatan.
Bahkan mereka juga seorang yang sanggup berkorban.
Nabi Saw membuat perbandingan antara dunia dengan akhirat,
antara lain dinyatakan bahwa perbandingan antara keduanya bagaikan
seseorang yang mencelupkan jari-jarinya kedalam lautan, maka (dunia
bagaikan air) yang melekat pada jari-jarinya tersebut. Namun, beliau
tidak menganjurkan untuk meninggalkan dunia sekali. Karena yang
disebut zuhud bukan berarti menghalalkan yang haram dan
meremehkan harta, akan tetapi zuhud mempunyai arti tebalnya
kepercayaan kepada Allah Swt daripada apa yang telah ada di
tangannya.15

BAB III

KESIMPULAN

13
Hambal, zuhud., 3.
14
Muthahhari, jejak-jejak Ruhani., 63.
15
Syukur, Zuhud., 30.

8
1. Taubat secara terminologi syariat adalah menyesal dengan sepenuh hati atas
dosa yang telah lalu, memohon ampunan (istigfar) dengan lisan,
menghentikan kemaksiatan dari badan, bertekad untuk tidak mengulangi lagi
di masa depan.
Adapun macam-macam taubat yaitu Taubat dalam kemaksiatan, Taubat orang
murtad dan orang munafik, serta Taubat para nabi.
2. Khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang
mencelakakan, berbahaya atau mengganggu. Adapun macam-macam khauf
yaitu Khauf Ajillah, Khauf Ausat dan Khauf Ammah.
3. Zuhud mengandung arti melepaskan diri dari keterikatan kepada dunia atau
melepaskan diri dari diperbudak oleh dunia

DAFTAR PUSTAKA

9
Abu al-Wafa al-Taftazani, al-Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islami, Dar al-Saqafah,
Qahirah, 1970,

Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah


Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Jakarta: Pustaka Amani,
2002)

Al-Tusi, Abu Nasr al-Tusi, al-Luma’. disunting oleh ‘Abdul Halim Mahmud Dar
al-Kutub al-Hadisah (Mesir: 1969)

Aminudin Harjan Syuhada, Akidah Akhlak, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2019)

Departemen Agama RI, Syamsil Al-Quran for woman (bandung: sigma examedia
arkanleema, 2004)

Dolizal Putra, Khauf Khasyyah dan taqwa dalam tafsir al-misbah karya
Muhammad Quraish shihab

Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa


Tasawuf Dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora Uin
Walisongo Semarang. (Semarang: Skripsi UIN Walisongo Semarang,
2015)

Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf terhadap perilaku menyontek mahasiswa


tasawuf dan psikoterapi Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN
Walisongo Semarang,

Wahbah al-Zuḥayli, Tafsir al-Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 2014)

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah. Cet I


(Bandung: Mizan Pustaka, 2008),

10

Anda mungkin juga menyukai