(Tarekat gozaliyah)
MAKALAH
Dosen pengampu
Kelompok 3
1. Dede khaerul
2. Dimas pebriana fadilah
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpah kanrahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang membawa kita dari zaman
kegelapan menujucahaya Islam.
Makalah yang berjudul Aliran tariqah gozaliyah ini disusun dalam rangkah memenuhi
Tugas Mata Kuliah Tariqah Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada H.Deden saepudinM.hum selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Biografi pendiri............................................................................
B. Sejarah perkembangan.................................................................
C. Ajaran dan amalan.......................................................................
a. Amalam siang hari
b. Amalan malam hari
D. Enam kategori murid....................................................................
Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Latar belakang
Tarekat Ghazaliyah ini di asaskan oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali), mujaddid bagi kurun ke-5 Hijriyah. Untuk memahami
asal-usul Tarekat Ghazaliyah ini, kita akan mengimbas kembali perjalanannya sejak zaman
Rasululah saw SECARA RINGKAS.
Ada 3 TUNGKU AGAMA ISLAM sebagaimana yang dihuraikan dalam hadis sahih di mana
malaikat Jibril datang mengajarkan Rasulullah di hadapan beberapa orang sahabat baginda iaitu
FEKAH/FIQH (berkait dengan Rukun Islam), ‘AQIDAH (berkait dengan Rukun Iman) dan
TASAWUF (berkait dengan Rukun Ihsan). Setiap tungku agama ini ada mazhab-mazhabnya.
Semua tungku agama ini bermula sejak zaman Rasululah saw, tetapi diasaskan kemudiannya
sebagai mazhab-mazhab tersendiri oleh ulama-ulama yang datang kemudian, mengikut
keperluan dan tajdid sesuatu zaman dan keadaan itu.
BAB II
A. Biografi pendiri
Tariqat ghozaliah di dirikan oleh al imam gozali yang lahir di khurasan iran 450 H/ 1058
M dan beliau wafat pada 505 H/ 1111 M
Sebelum tariqat ini muncul telah banyak tariqat yang mendahuluinya seperti Tariqat
Muhasabiah, Junaidiyah, Kharaziah dan Qusyairiyah. Meskipun tariqat Gazaliah
merupakan tarikat yang terbesar di abad V H dari kelompok ahlusunah wal jama’ah.
Pada abad ke V H kita tidak mengenal tarikat selain Ghazaliah karena tarekat ini
merupakan akumulasi dari tarekat-tarekat sebelumnya. Tarekat ini di dirikan oleh Al-
Gozali, seorang faqih dan ahli filsafat islam, karena itu ajaran tasawufnya sangat moderat
dan jauh dari penyimpangan.
Menurutnya, tasawuf terdiri dari dua hal : tulus kepada allah dan berbuat baik terhadap
sesame. Setiap orang yang tulus kepada allah dan berbuat sesame manusia adalah sufi.
Tulus kepada allah berarti orang harus mengesampingkan kecenderuan dirinya demi
perintah allah.
Dalam pandangan imam ghozali mendahulukan ilmu dari ibadah menjadi wajib, karena
dua hal, pertama, agar ibadah menjadi sah dan diterima. Kedua, ilmu yang bermanfaat
menghasilkan ketakutan dan ketundukan dalam hati kepada Allah.
Al-Ghozali melihat bahwa ilmu yang harus di kuasai seorang tarekat ada tiga macam:
1. Ilmu tauhid. Batasan minimal yang harus dikuasai murid adalah apa yang di kenal
ilmu dasar-dasar agama dan kaidah kaidah dalam berakidah.
2. Ilmu sir (rahasia). Yaitu imu yang berhubungan dengan hati.
3. Ilmu adat yang terlihat, yaitu ilmu yang hubungan dengan tubuh, badan dan harta.
2. Mengedepankan kesungguhan, menghapus sifat tercela, memutuskan seluruh ikatan dan
tulus kepada allah.
Menurut Al-Ghozali, tarekatr adalah mengedepankan kesungguhan, menghapus sifat
tercela, memutuskan semua ikatan dan tulus dengan substansi cita-cita. Ada beberapa
langkah yang harus dilakukan . Pertama tama iya menyendiri dalam zawiyah
berkonsentrasi dengan ibadah-ibadah, baik yang fardu maupun yang rawatib, dan duduk
dengan hati yang hanya di penuhi dengan keinginan berdzikir kepada allah, kemudia
mengungulang-ngulang kalimat ‘’Allah’’ dengan lisanya serta menghadirkan hati dan
perasaan sampai pada kondisi tertentu. Kondisi dimana seandainya gerakan lisan telah
berhenti dan beralih kepada alam pikiran, terlihat seakan –akan lafadz itu tetap terucap
dari lisanya karena seringnya pengulangan.
Kondisi ini berlangsung sampai pengaruh lisan benar benar hilang di susun oleh gerakan
batin dan hati cecara terus menerus. Setelah itu barulah yang tertinggal dalam hati hanya
sebatas makna yang dimaksud, tidak lagi mengindahkan huruf-hurf dan struktur-struktur
kalimat. Seorang murid hanya berikhtiar sampai batas ini.
Tarekat Ghozaliah memiliki peran besar terhadap dzikir, fikr dan wirid Dengan dzikir
terus menerus akan melahirkan rasa cinta (Mahabah), dan dengan dzikir tidak
terputus akan mencapai ma’rifat.
Al-Ghozali berkata: ‘’Tidak ada keberuntungan selain bertemu kepada ALLAH SWT.
Dan tidak ada jalan untuk bertemu dengan-nya, kecuali mati dalam keadaan ma’rifat
dan mahabbah kepadanya. Mahabbah tidak akan tercapai tanpa membiasakan dzikir
kepada kekasih. Dan ma’rifat tidak akan tercapai tanfa berfikir tentang sifat-sifatnya.
Disamping kumpulan wirid yang disusunnya, Al-Ghozali juga membuat rincian untuk
wirid-wirid siang maupun malam.
Wirid siang ia rinci menjadi tujuh dalam empat waktu :
Wirid malam yang terinci menjadi lima dan terbagi menjadi lima waktu :
Selain wirid-wirid yang terbagi secara terperinci. Al-Ghozali memposisikan fikir sebagai
ibadah yang harus dijalankan setiap murid sebagai mana ibadah-ibadah lain. Jadi, dalam
fikr terkandung makna dzikir kepada Allah dengan dua kelebihan :
Pertama, kelebihan dalam ma’rifat, karena fikr merupakan kunci menuju ma’rifat dan
pembuka al-kasyf.
Kedua, kelebihan dalam mahabbah, dimana hati tidak akan merasa cinta sebelum
meyakini kebesarannya. Sementara keagungan-nya tidak akan terbaca sebelum
mengetahi sifat-sifatnya, kekuasaan-nya dan keajaiban ciptaan-nya. Jadi dar fikir tercapai
ma’rifat, dari ma’rifat muncul pengagungan dan dari rasa kagum tumbuh rasa cinta.
Bacaan ini disempurnakan hingga selesai sebagaimana telah di tulis dalam buku
kumpulan doa-doa. Selama berdoa, memakai pakaian dengan niat menutup aurat sebagai
pelaksanaan perintah Allah.
Selepas wudlu mengerjakan shalat sunah dua raka’at, lebih utama dikerjakan dirumah
sebagai mana telah di lakukan Rasulullah SAW, SElesai shalat di rumah atau masjid
membaca do’a yang diriwayatkan Ibnu Abbas:
ك ِم ْن ِع ْندكَ تَ ْه ِدى بِهَا قَ ْلبِي ٰ
َ ُاللّهُ َّم اِنِّي اَ ْساَل
Kemudian keluar rumaah menuju masjid dengan berjalan kaki tenang, tidak tergesa-gesa
dan tetap sopan sebagaimana anjuran sunnah. Memasuki masjid dengan mendahulukan
kaki kanan sambil membaca do’a masuk masjid. Di dalam masjid diusakan mencari
temapat paling awal jika memungkinkan. Tidak memaksakan diri jika tempatnya penuh
sebagai mana di jelaskan pada bab shalat jum’at.
Melaksanakan shalat sunah pajar dua rakaat jika belum mengerjakan-nya di rumah, di
susul bacaan doa-doa. Jika sudah mengerjakan shalat sunah dua rakaat di rumah,
hendaknya melaksanakan shalat tahiyyat di masjid. Kemudian duduk menanti jamaah,
lebih utama bersegera melaksanakan jamaah, karena Rasulullah selalu dating awal waktu
subuh.
Selesai shalat sunnah dua rakaat sebaiknya membanya istigfar dan tasbih hingga dating
saat shalat subuh berjamaah bacaan istigfar tersebut adalah:
(70X)
Dan bacaan tasbih:
َ س ْب َحانَ هَّللا ِ َوا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َوالَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوهَّللا ُ أَ ْك
ب ُ
(100)
Melaksanakan shalat fardhu dengan tetap menjaga etika lahir maupun batin. Usai shalat,
duduk di masjid berdzikir hingga terbit matahari. Sebaiknya tidak berbicara, akan tetapi
yang dilakukan hingga terbit matahari adalah empat hal: berdoa, mengulang-ulang dzikir,
membaca al-Quran dan bertafakur (merenung):
1. Waktu masuk shalat Maghrib sampai hilang kemerah-merahan mega di ufuk barat,
(al-Ghazâli, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 345-346). Usai
shalat Maghrib, dilanjutkan shalat sunnah 2 Rakaat. Rakaat pertama membaca Surat al-
Kâfirûn dan kedua membaca Surat aI-Ikhlâs. Dilaksanakan setelah shalat Maghrib tanpa
diselingi ucapan atau tindakan apapun. Kemudian shalat lagi 4 Rakaat agak lebih lama
dan mengakhirinya dengan bacaan-bacaan ringan hingga habis waktunya.
2. Dari masuk waktu `Isyâ’ hingga waktu tidur malam, (al-Ghazâli, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn,
juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 346-347). Urutan-urutan wiridnya sebagai
berikut:
Melaksanakan shalat sunnat 10 Rakaat, 4 Rakaat sebelum shalat `Isyâ’ antara adzan dan iqamah
dan enam Rakaat sesudahnya, 2 Rakaat salam dan 4 Rakaat salam. Bacaan Alquran dalam shalat
ini sebaiknya dengan ayat-ayat tertentu, seperti: penutup Surat al-Baqarah, ayat kursi, permulaan
Surat al-Hadîd, dan akhir Surat al-Hasyr.
Shalat Witir 13 Rakaat. Riwayat terbanyak mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW.
melaksanakan yang demikian.
Shalat Witir sebelum tidur jika tidak terbiasa bangun malam.
3. Pada waktu sebelum tidur, (al-Ghazâli, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, juz 1, Indonesia: al-
Haramain, halaman: 348-350). Jika tidur dilakukan dengan menjaga etika yang baik,
tidak ada salahnya dikategorikan sebagai wirid dan merupakan ibadah. Dalam Ihyâ’
‘Ulûm ad-Dîn, al-Ghazâli menuliskan sepuluh etika saat menjelang tidur, diantaranya:
suci dari hadats, bersiwak atau menyikat gigi, menghadap qiblat, menulis wasiat di kertas
dan diletakkan di bawah bantal, bertaubat, tidak makan, tidak tidur sebelum mengantuk,
berdo’a sebelum tidur, zikir sebelum tidur dan berdo’a saat pikiran setengah sadar.
4. Lepas tengah malam hingga seperenam akhir malam, (al-Ghazâli, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn,
juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 350-352). Waktu ini dipergunakan untuk shalat
Tahajjud. Dikatakan tahajjud karena dilaksanakan setelah tidur malam. Selesai membaca
do’a bangun tidur, segeRA mengambil air wudhu’. Mengerjakan wudhu’ lengkap dengan
sunnah-sunnahnya, melaksanakan shalat menghadap qiblat dan membaca do’a iftitah,
membaca tasbih, tahmid dan tahlil masing-masing 10 kali.
5. Pada seperenam akhir dan waktu malam, yaitu waktu Sahur, (al-Ghazâli, Ihyâ’ ‘Ulûm al-
Dîn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 352-353). Amalan-amalan pada waktu ini
adalah melaksanakan shalat-shalat sunnah dan wirid hingga tiba waktu fajar.
Enam kategori murid
Âbid adalah kategori orang yang hanya melakukan ibadah, tidak memiliki kesibukan selain
beribadah. Sekiranya ia meninggalkan ibadah untuk sekedar duduk, maka batal ibadahnya. Urut-
urutan wiridnya sebagaimana diterangkan di atas.
Âlim adalah kelompok orang yang dengan pengetahuannya dapat memberi manfaat kepada
orang lain, baik dengan cara memberi fatwa, pengajaran atau melalui karya-karyanya.
Muta’allim adalah orang menyibukan diri dengan belajar atau menuntut ilmu. Kesibukan seperti
ini lebih utama dari melakukan zikir dan amalan-amalan sunnah Urut-urutan wiridnya sama
dengan ‘âlim.
Muhtarif adalah orang yang sanggup melakukan zikir dalam kondisi apapun.
Ketika membutuhkan usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dia tidak
boleh menghabiskan semua waktu dengan beribadah sehingga akan
menelantarkan keluarga.
Wali sebagaimana imam atau hakim atau juga pemimpin, dia juga mencurahkan
perhatian terhadap persoalan-persoalan kaum muslim. Dialah yang mewakili
keperluan umatnya sesuai syari’at dengan niat tulus.
Muwahid adalah orang yang telah mencapai derajat menyatu dengan Dzat Yang
Maha Tunggal atau dia yang hanya mencintai Allah SWT, dia yang hanya takut
kepada-Nya, yang tidak menerima rizki selain dari-Nya, dan dia yang hanya
melihat Allah SWT pada setiap pandangannya.