Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AL UMUURU BIMAQOSHIDIHA

Dosen Pembimbing:

NOVI YANTI SANDRA DEWI.L.c.,M.E.

Disusun oleh kelompok 1

Anisa Varas Salsadila(2022G1D004)

Amalia Fitratunnisah(2022G1D002)

Iwan Syahputra(2021G1D035)

Habib Husaimin(2021G1D042)

M.Abdurrahman Muwahid(2021G1D017)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada ibu Novi Yanti
Sandra Dewi, Lc., M.E selaku dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu


pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran maupun kritik membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi semua khalayak. Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini
berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah serta taufik-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Mataram,20 September 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

C. Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. Makna Al Umuuru Bimaqoshidiha.......................................................................5

B. Niat Menurut Pandangan Ulama...........................................................................6

C. Sumber Hukum Dalil-Dalil...................................................................................7

D. Turunan Kaidah.....................................................................................................8

E. Pengaplikasian Kaidah..........................................................................................8

KESIMPULAN...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Niat merupakan hal yang penting dalam kajian Islam, tidak hanya
diimplementasikan pada ibadah (wajib maupun sunnah), niat juga dimplementasikan
dalam kegiatan muamalah. Karena niat, seseorang bisa dinilai mengerjakan kebajikan
atau kejahatan. Dengan niat sesorang juga dapat diganjar pahala atau dosa. Seseorang
bisa dianggap berdosa meskipun melakukan kegiatan yang secara tangible (tampak)
merupakan ibadah, Misalnya seseorang yang melakukan shodaqoh dari hasil
korupsinya dengan niat mengelabui pihak lain dan agar terlihat baik di depan orang
lain. Jika kita hanya mengamati saja, kita bisa menganggap orang tersebut akan
mendapatkan pahala dari shodaqohnya, namun karena tersimpan niat ingin menutupi
kejahatannya (korupsi) dan karena memiliki niatan ingin dipuji oleh orang lain.
Namun di sisi lain, seseorang akan dapat mendapatkan pahala hanya karena berniat
akan melakukan hal baik, meskipun hal baik itu belum sempat dilakukan. Misalnya
jika sebelum tidur seseorang berniat bangun untuk sholat tahajud, namun ternyata dia
baru terbangun saat adzan subuh, maka meskipun dia tidak melakukan tahajud, hal
yang sudah diniatkan tetap diganjar pahala oleh Allah.

Dalam kajian Fiqh ada kaidah maa yustaroru fiihi ta'yin, falkhotoou fiihi
mubtal, yang merupakan kaidah yang berkenaan dengan niat.akar dari kaidah Al-
Umuru Bimaqasidiha sama berkaitan tentang niat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penting nya menghadirkan niat secara benar dalam hal bermuamalah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pentingnya menghadirkan niat secara benar dalam hal
bermuamalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Al Umuuru Bimaqoshidiha
Maksud kata umuur. Kaidah pertama ini al-umuru bi maqashidiha terbentuk
asal 2 unsur yakni lafadz al-umuru dan al- maqashid. Secara etimologi lafadz al-
umuru merupakan bentuk dari lafadz al-amru yang berarti keadaan, kebutuhan,
peristiwa dan perbuatan. jadi, dalam bab ini lafadz al-umuru bi maqashidiha
diartikan menjadi perbuatan dari keliru satu anggota. Sedangkan dari terminologi
berarti perbutan dan tindakan mukallaf baik ucapan atau tingkah laris, yang dikenai
hokum syara’ sinkron menggunakan maksud berasal pekerjaan yg dilakukan.

Sedangkan maqashid secara bahasa artinya jamak berasal maqshad, dan


maqsad mashdar mimi berasal fi’il qashada, bisa dikatakan: qashada-yaqshidu-
qashdanwamaksadan, al qashdu serta al maqshadu artinya sama, beberapa arti
alqashdu adalah ali’timad berpegang teguh, al amma, condong, mendatangi sesuatu
dan menuju.

Makna Niat, istilah niat (‫ني‬EEE‫ ) ّة ال‬menggunakan tasydid di huruf “ya”


merupakan bentuk mashdar asal kata kerja nawaa-yanwii. Inilah yang masyhur di
kalangan pakar bahasa. ada juga yang membaca niat menggunakan ringan, tanpa
tasydid menjadi (niyah). Dapat diambil benang merah bahwa makna niat tidak keluar
berasal makna literar linguistiknya, yaitu maksud atau kesengajaan. Ada interim Ibnu
Abidin menyatakan niat secara bahasa berarti, kemantapan hati terhadap sesuatu,
sedangkan dari istilah berarti mengorientasikan ketaatan dan pendekatan diri pada
Allah pada mewujudkan tindakan dalam pengertian yg lebih spesial , qa’idah bisa jua
bermakna ajaran, garis panduan, formula, pola atau metode. Qa’idah mempunyai
makna yg sama menggunakan ‘asas’ atau ‘prinsip’ yang mendasari suatu bangunan,
agama atau yg semisalnya (al-Nadwi, 1991).

Kaidah pertama menegaskan bahwa semua urusan sinkron dengan maksud


pelakunya kaidah itu berbunyi: ‫ور بمقـاصدها‬EE‫“( األم‬segala masalah tergantung pada
niatnya”). Niat sangat krusial pada menentukan kualitas ataupun makna perbuatan
seorang, apakah seorang melakukan perbuatan itu menggunakan niat ibadah pada
Allah dengan melakukan perintah serta menjauhi laranganNya. Atau dia tidak niat
karena Allah, tetapi agar disanjung orang lain.

B. Niat Menurut Pandangan Ulama


Menurut pandangan ulama syafi’iyyah niat diidentifikasikan sebagagai
maksud melakukan sesuatu disertai pelaksanaanya sedangkan menurut hambali
bahwa niat ada didalam hati karna niat adalah perwujudan dari maksud dan tempat
dari maksud, jika seseorang memiliki keyakinan maka dia telah niat sebelum
melakukan sesuatu.menurut imam baihaqi “segala aktivitas manusia adakalanya
berpangkal pada hati sanubari, pada lisan dan adakalanya pada anggota badan”. Niat
yang berpangkal pada hati itulah aktivitas kejiwaan yang lebih penting dari pada
aktivitas pada lisan dan anggota badan.

Hal itu disebab kan karna niat bias dinilai ibadah. Sedangkan aktivitas lisan
dan anggota badan tanpa didasari niat ibada maka itu tak ada nilainya (yahya,m,
rahman f., 1986) dari pendapat di atas niat adalah yang disengaja (alqoshdu),niat
sangat berperan penting dalam penilaian kualitas dan bermakna ibadah dan perbuatan
seseorang.

Oleh karna itu posisi niat sangat penting,beberapa tujuan penting nya niat
sebagai berikut (azhari, 2015):

 Niat dilakukan agar pembeda anatar suatu ibadah dengan adat kebiasaan
 Niat pembeda antara yang baik dan yang buruk
 Niat juga pembeda anatar ibadah sunnah dan wajib

Mayoritas ulama sepakat bahwa niat itu didalam hati,tapi beberapa ulama
yang menganjur kan mengkokohkan dengan pengucapan lafadz, dikarnakan gerakan
hati yang begitu samar, maka dengan ucapan membantu meluruskan apa yang di niat
kan tersebut .seperti yang dikatakan rasul pada hadist arbain no 1 “segala sesuatu itu
tergantung niatnya” (muttafaqun alaih).

C. Sumber Hukum Dalil-Dalil


Yang menjadi dasar beberapa diantaranya adalah:

1. Qs. Al-Imran:145 Artinya: “dan setiap yang bernyawa tidak akan mati
kecuali dengan izin allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya
pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan
(pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.” Ayat di atas menjelaskan bahwa allah swt itu
sesuai prasangka hamba-nya, apa yang hamba-nya pikirkan tentang allah,
maka dia akan mendapatkan apa yang sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
Jika yang dipikirkan adalah hal positif dan baik tentang allah, maka dia akan
mendapatkannya dari allah, begitu juga sebaliknya. Sejalan dengan ayat al-
imran ayat 145, hadits rasulullah berikut juga menjelaskan bahwa allah,
sesuai dengan prasangka hamba-nya.
2. Qs Al-Baqarah Ayat 225 Artinya: “allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi allah menghukum
kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh
hatimu. Dan allah maha pengampun lagi maha penyantun.” (al-quran, ) .
3. Hr. Bukhari, no. 6970 dan muslim, no. 2675. Artinya: “allah ta’ala
berfirman: aku sesuai persangkaan hamba-ku. Aku bersamanya ketika ia
mengingat-ku. Jika ia mengingat-ku saat bersendirian, aku akan
mengingatnya dalam diri-ku. Jika ia mengingat-ku di suatu kumpulan, aku
akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu”. Salah
satu kaedah fiqh didalam nya yaitu: maa yustaroru fiihi ta'yin, falkhotoou fiihi
mubtal artinya: “dalam amal yang disyaratkan menyatakan niat, maka
kekeliruan pernyataannya membatalkan amalnya” (yahya & rahman, 1986).
Kaidah di atas menegaskan bahwa jika terjadi kekeliruan dalam pernyataan
niat akan menjadi tidak sahnya suatu amal perbuatan yang dilakukan. Oleh
karena setiap perbuatan itu dituntut (disyariatkan) disertai dengan niat untuk
membedakan ibadah yang satu dengan ibadah yang lainnya. Contohnya
apabila seseorang sholat dhuhur.

D. Turunan Kaidah
Jika niat memerlukan kejelasan atas niat nya, maka kesalahan pada penjelasan
akan membatal kan ibadah tersebut atau tidak sah ‫ ما يشترط فيه التعين فالخطأ فيه مبطل‬.

Misal dia niat sholat zuhur tapi lafaz nya niat sholat asar maka sholat zuhur
nya batal. ‫ ما يشترط فيه التعين فالخطأ فيه مبطل‬apa yang disyariatkan menentukan
secara terperinci (ta’yin) maka kesalahan dalam menjelaskan niat tersebut
menjadikannya batal atau tidak sah.

Begitu juga kasus kasus niat ibadah yang tidak seharus nya dijelaskan secara
terperinci ( seperti menyebutkan nama ibadahnya jumlah rakaatnya, nama imam nya
dsb.), cukup memberikan penjelasan umum, maka ketika ada kesalahan pada
penjelasan secara rinci tersebut juga menyebab kan ibadah itu tidak sah,kaidah nya
adalah:

.‫ما يشترط التعرض له خملة وال يشترطتعيينه تفصيالاذا عينه واخطأ ضر‬

Contoh dari kaedah tsb. Adaah sebagai berikut: ketika shoat berjamaah kita tidak
perlu menyebut kan secara terperinci nama imam ketika ia di posisi
makmum ,cukup mengucapkan “makmuman” orang yang mengikuti gerakan
imam. Tetapi jika dia menyebut kan missal makmuman kepada imam siroj, tapi
kemudian yang menjadi imam bukan beliau maka, niat nya batal sholatnya tidak
sah.karna tanpa ia sadari ketika ia jelas kan niat kepada imam siroj berarti ia
menafikan imam selain imam siroj tersebut, maka amalannya tidak sah.
E. Pengaplikasian Kaidah
‫ما يشترط فيه التعين فالخطأ فيه مبطل‬

Artinya “ maksud dari kata lafadz itu tergantung pada niat orang yang
mengatakannya “ (yahya,m, rahman f., 1986)

Maksud dari kaedah ini setiap ucapan atau perkataan itu tergantungpada niat
dihati orang tersebut contoh missal nya ada seseorang mengatakan bahwa ini
shodaqoh sunnah padahal itu adalah niat zakat mall yang wajib ia keluarkan maka
uang yang diberikan tersebut berupa zakat bukan shodaqoh sunnah , karna sesuai
sama qoidah di atas, perkataan ada pada niat orang tersebut.

Contoh lain missal ada orang yang berkata ” ini saya hibah kan kepada anda
tapi berikan saya uang sejumlah 1 juta” meskipun ia mengatakan hibah akadnya tetep
batal tpi dengan permintaan uang itu menandakan bukan hibah melainkan jual beli
dengan segala akibatnya.

1. Artinya perbuatan yang secara keseluruhan diharuskan niat, tetapi secara perinci
tidak diharuskan menyatakan niat nya, maka ketika dinyatakan ternyata keliru
maka itu berbahaya (yahya,m, rahman f., 1986) Contoh misalnya : dia niat
memberikan zakat tidak harus menyebutkan secara terperinci namun jika dia
menyebutkan secara terperinci misalnya: seseorang ingin memberikan zakat
keepada agil namun mslsh diberikan kepada akil maka niatnya batal. Niat zakat
adalah wajib pembeda antara menggugurkan kewajiban atau shodaqoh
sunnah.namun didalam niat nya tidak perlu menjelaskan secara terperinci kepada
siapa diberikannya. Contoh penerapannya: Apabila seseorang membeli anggur
dengan tujuan/niat memakan atau menjual maka hukumnya boleh. Akan tetapi
bila beliau membeli menggunakan tujuan/niat mengakibatkan khamr, atau
menjual di orang yang akan menjadikannya sebagai khamr, maka hukumnya
haram.
2. Apabila seorang menemukan di jalan sebuah dompet yg berisi sejumlah uang
kemudian mengambilnya menggunakan tujuan/niat mengembalikan kepada
pemiliknya, maka hal itu tidak mengganti bila dompet itu hilang tanpa sengaja.
Tapi bila beliau mengambilnya menggunakan tujuan/niat untuk memilikinya,
maka beliau dihukumkan sama menggunakan ghashib (orang yang merampas
harta orang). Bila dompet itu hilang, maka ia wajib merubahnya secara mutlak.
Apabila seseorang menabung di bank konvensional dengan tujuan/niat buat
mengamankan uangnya sebab belum ada bank syariah pada daerahnya, maka
beliau dibolehkan karena dharurat. Tapi jika dia menyimpan uang pada bank
konvensional itu dengan tujuan/niat memperoleh bunga dari bank itu, maka
hukumnya haram.
KESIMPULAN
Kaedah al-umur bi maqasidiha merupakan salah satu kaedah fiqhiyyah yg
boleh digunakan oleh pakar fuqaha’ di hal-hal dalam menuntaskan duduk perkara
ummat yang tidak ada didalam nas al-quran dan al-hadith, sama terdapat
menggunakan kedah ijtihad, qiyas dan sebagainya, ulamak pada hari ini jua perlu
bijak memakai fikiran mereka dalam mengeluarkan aturan, dimana aturan yg
dikeluarkan mestilah bersumberkan alquran, al-hadith, qiyas dan ijmak ulamak
kerana setiap duduk perkara yg berlaku berbeza mengikut sirkulasi zaman, serta
supaya hukum yg dikeluarkan bersesuaian dan bertepatan dengan keadaan zaman
tersebut.

Bisa disimpulkan jua disini, bahawa setiap sesuatu perbuatan mukallaf itu
akan dikira sesuai niatnya, bila niatnya kearah kebaikkan maka beliau akan mendapat
pahala, tetapi jika sebaliknya ia akan menerima kemurkaan daripada allah swt. Niat
juga ialah galat satu alat pengukur bagi perbuatan seorang mukallaf sama terdapat
berasal segi ibadah, muamat, muanakahat maupun jenayah. Sesuatu aidabat itu akan
tepat jika sesuatu perbuatan itu disertakan menggunakan niat.
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, f. (2015). Qowaid fiqh muamalah. Lembaga pemberdayaaan kualitas


ummat banjarmasin.
Yahya,m, rahman f. (1986). Dasar dasar pembinaan fiqh islam. Al ma'arif.
Khusnul Fikriyah, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
https://bogfiqh.blogspot.com/2019/03/a.html?m=1
Journal of Economics and Business Innovation
https://journal.inspirasi.or.id/index.php/nomicpedia
1 http://idr.uin-antasari.ac.id/6804/1/QAWAID%20FIQHIYYAH.%20revisidocx.
pdf

Anda mungkin juga menyukai