Anda di halaman 1dari 43

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM MEMBENTUK SIKAP TAWADHU


SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 KABUPATEN
MUARO JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

BOBBY VIKRI PRAMUDYA


NIM : 201190283

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,


karena rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan proposal skripsi dengan judul “INTERNALISASI NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK SIKAP
TAWADHU SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1
KABUPATEN MUARO JAMBI . Proposal skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk mengerjakan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mengerjakan
skripsi pada program studi Pendidkan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dari beberapa pihak karena itu pada kesempata kali ini kami
ingin mengucapkan terima kasih pada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya atas kesehatan,
kesempatan, kelancaran dayan kekuatan sehingga penuls dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari MA., Ph.. D Selaku rektor UIN Sultan
Thaha Saifuddin jambi yang telah meyediakan fasilitas dan memberikan
kebijakan kepada penulis dlam berbagai hal.
3. Dr. Hj. Fadhillah, M. Pd. I selaku Dekan fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin jambi yang telah banyak
mengarahkan penulis dalam proses perkuliahan
4. Dr. Risnita, M. Pd. Selaku wakil Dekan fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sultan Thaha Shaifuddin jambi yang telah banyak mengarahkan
penulis dalam proses perkuliahan.
5. Dr.Najmul Hayat, M. Pd. I selaku Wakil Dekan dan Dr. Yusria, M.Ag
selaku Wakil Dekan III yang telah banyak mengarahkan penulis dalam
proses perkuliahan.
6. Boby Syefrinando, M. Si Selaku Ketua Prodi PAI dan Dr. Salahudin,
Ma, M. Si selaku sekretaris Prodi PAI yang telah banyak membantu dan
mengarahkan penulis selama proses perkuliahan.

7. Kakak-kakak yang telah memberikan saran dan motivasinya dalam

i
penulisan proposal skripsi
8. Orang tua saudara, sahabat, atas doa dan dana serta bimbingan dan kasih
sayang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini tidak luput
dari beberapa kekurangan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan dan perbaikan sehingga laporan proposal skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Jambi, 7 Juli 2023

Boby Vikri Pramudya

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................... .......ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELAVAN

A. Kajian Pustaka .................................................................................................... 7

B. Studi Relavan .................................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ............................................................................................. 34

B. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................................... 34

C. Jenis dan Sumber Data...................................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................ 35

E. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 37

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data............................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam menyangkut
kemajuan dan mas depan bangsa. John Dewey menyatakan bahwa
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna
membentuk dan mempersiapkan peribadinya agar hidup dengan disiplin.
Secara tegas upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas tersebut tertuang dalam lembaran yuridis negara berupa
Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional.
Melalui Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem Pendidikan Nasional yang dapat meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta akhlak mulia dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam agama Islam juga menerangkan bagaimana pentingnya suatu


pendidikan seperti dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 122:
ٌ‫طا ِئفَة‬
َ ‫ىى ِليَ ٌْ ِف ُسوا كَافَّةً ۚ فَلَ ْى ََل ًَفَ َس ِه ْي ُك ِ ّل فِ ْسقَ ٍة ِه ٌْ ُه ْن‬
َ ٌُ‫َاى ا ْل ُو ْؤ ِه‬
َ ‫َو َها ك‬
‫ِيي َو ِليُ ٌْر ُِزوا قَ ْى َه ُه ْن إِذَا َز َجعُىا إِلَ ْي ِه ْن لَعَلَّ ُه ْن يَحْ رَ ُز‬
ِ ‫ِليَتَفَقَّ ُهىا فِي ال ّد‬
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS: AT-
Taubah: 122)
Dari ayat diatas jelas dapat diambil kesimpulan bahwasanya
pendidikan memegang peranan yang begitu penting bagi manusia
dalam menjalankan kehidupan sampai Agama Islam pun juga sangat
menganjurkan kepada orang muslim untuk selalu menuntut ilmu
dimanapun berada.

1
2

Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional, Pendidikan di sekolah


tidak hanya pada upaya penguasaan kognitif oleh peserta didik namun
harus di imbangi dengan pembentukan karakter. Pembentukan karakter
tersebut mencakup aspek-aspek dan prilaku sehingga menjadikan anak
didik sebagai manusia yang bertaqwa, berilmu dan berakhlak mulia
(Departemen Pendidikan, 2020).

Sikap merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan


dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, adat
istiadat, dan estetika. Posisi Internalisasi dan nilai-nilai Agama
Islam menjadi titik benang seseorang akan bertindak. Keduanya dinilai
berperan besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan
menurut Islam atau pendidikan yang berdasarkan islam atau sistem
pendidikan yang Islami yakni pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang
yang terkadang dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan As- Sunnah.
Pendidikan keislaman atau Pendidikan Agama Islam yakni upaya
mendidik tentang Agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar
menjadi way of life ( pandangan hidup seseorang).
Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, secara mendalam
melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikian
internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap kedalam diri
pribadi seseorang melalui binaan, bimbingan dan sebagainya agar ego
menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat
tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standar yang
diharapkan. Sedangkan internalisasi yang dihubungkan Agama Islam
dengan dapat diartikan sebagai proses memasukkan nilai-nilai Agama
Islam secara penuh kedalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak
berdasarkan ajaran Agama Islam. Internalisasi nilai Agama Islam terjadi
melalui pemahaman ajaran Agama Islam secara utuh, dan diteruskan
dengan kesadaran akan pentingnya Agama Islam, serta ditemukanya
3

posibilitas untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata. (Riyadi,


2015: 189-190).
Sesuai dengan beberapa uraian diatas bahwa nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam memiliki peranan begitu penting dalam pembentukan sikap.
Selain itu sikap Tawadhu ini bisa dijadikan sebagai wadah dalam proses
internalisasi nilai- nilai Pendidikan Agama Islam dalam pmbentukan
sikap Peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang di inginkan di sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi adalah kegiatan
pembelajaran peserta didik yang tidak hanya difokuskan untuk belajar
dengan menguasai ilmu-ilmu yang telah di pelajari, namun peserta didik
harus menerapkan ilmu positif yang di peroleh dalam kehidupan sehari-
harinya.
Zaman sekarang ini banyak instuisi pendidikan yang modren,
memiliki fasilitas yang lengkap dengan teknologi canggih. Namun, Masih
belum menghasilkan individu yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai
sikap tawadhu, banyak siswa yang memperihatkan sikap yang dianggap
tidak pantas dan tidak sesuai dengan moral agama di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah seperti: melawan guru dan bullying. Hal ni tentu
saja menjadi kekhawatiran orang tua dan pihak sekolah terhadap prilaku
anak-anak didiknya yang sudah tidak mencerminkan sikap yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan As-sunnah.
Fakta di lapangan peneliti temukan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Kabupaten Muaro jambi. Terlihat ketika siswa sudah berada di
dalam lingkungan sekolah tingginya angka kriminal di kalangan remaja
seperti beberapa kasus yang mencoreng dunia pendidikan khususnya di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro jambi beberapa
kejadian memperlihatkan rendahnya karakter dan sikap agama siswa
seperti siswa yang tidak mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru,
teman-temannya ataupun orang lain, tidak menegur gurunya ketika
bertemu, merokok di sekolah, membulli guru dan teman sebaya bahkan
menentang untuk berkelahi. Terlebih lagi banyak kasus pembulian,
seperti membulli gurunya jika guru memberi teguran atau peringatan
4

tentang hal baik, berbicara dengan suara keras kepada gurunya, menghina
temannya dan membanggakan diri serta sombong ketika memperoleh
nilai bagus (Observasi, Kepala Sekolah, 05 April 2023). Padahal sikap-
sikap yang telah diajarkan oleh guru dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam sudah maksimal, namun sepertinya siswa belum
mengimplementasikan sikap tawadhu yang diajarkan oleh guru tersebut
di dalam kehidupan sehari-hari.
Kasus-kasus diatas menggambarkan krisis moral dan kpribadian
bangsa. Keberadan dilapangan menunjukkan kejadian tersebut terus
berulang. Secara umum kejadian tersebut disebabkan oleh derasnya arus
budaya hidup materialistik, hedonistik dan sekuleristik, karena kurangnya
pembinaan akhlak. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang
semestinya mendapatkan perhatian besar. Masalah tersebut dikategorikan
masalah besar untuk dunia pendidikan karena menyangkut generasi masa
depan bangsa. Situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang
memprihatinkan tersebut telah mendorong pemerintah segera mengambil
insiatif untuk mengutamakan membanguna sikap siswa yang baik. Maka
dari itu sikap internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di instuisi
pendidikan sangatlah penting bagi peserta didik agar mereka dapat
mengetahui, mengamalkan serta melaksanakan ajaran dan niliai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya sehingga
tumbuh sikap Islami sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Penumbuhan sikap tawadhu tersebut memerlukan pembiasaan dan
keteladanan karena perubahan sikap dan prilaku (akhlak) kurang baik
untuk menjadi baik tidak akan terlaksana secara instan.
Dengan identifikasi masalah tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian secara mendalam tentang pembentukan sikap
Tawadhu siswa disekolah dengan menggali infromasi lebih jauh
mengenai optimalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam maka peneliti
melakukan penelitian dengan judul: “INTERNALISASI NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK SIKAP
TAWADHU SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1
KABUPATEN MUARO JAMBI”.
5

B. Fokus Permasalahan
Untuk menjawab permasalahan yang diteliti dan untuk menghindari
kesalahpahaman serta untuk mengatasi keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka penulis membuat adanya batasan penelitian dalam
penulisan proposal skripsi ini. Penelitian ini dibatasi dengan:
1. Sikap siswa yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada sikap
tawadhu.
2. Pemahaman pembentukan sikap tawadhu dalam penelitian ini
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Bimbingan
Penyuluhan di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Kabupaten Muaro
Jambi.

C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: Apa
faktor pendukung dan penghambat Internalisasi Pendidikan Agama Islam
dalam membentuk sikap siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muaro Jambi ?
1. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi ?
2. Bagaimana Internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan sikap tawadhu siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi.
3. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi faktor penghambat dan
pendukung dalam meningkatkan sikap tawadhu siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui tentang sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-
hari pada pelajaran Pendidkan Agama Islam Sekolah Menegah
Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi.
b) Mengajarkan dan mempraktekan sikap tawadhu dalam kehidupan
pada pelajaran Pendidkan Agama Islam Sekolah Menegah Pertama
6

Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi.


c) Menjalankan sifat tawadhu sebagai pegangan sehari-hari pada
pelajaran Pendidkan Agama Islam Sekolah Menegah Pertama
Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kegunaan peneliti
Hasil penelitian semoga bisa diharapkan bermanfaat
a. Kegunaan Akademisi
1. Bagi Peneliti
Berguna untuk menamabahkan pengrtahuan peneliti yang
lebih luas berkaitan dengan langkah-langkah dan penerapan
norma agama sikap tawadhu kepada siswa pada pelajaran
Pendidkan Agama Islam Sekolah Menegah Pertama Negeri 1
Kabupaten Muara Jambi.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan khususnya guru Pendidikan
Agama Islam agar dapat mencontohkan dan mengajarkan
kepada siswa agar lebih bisa memahami sifat tawadhu dan apa
saja sifat tawadhu dalam kehidupan sehari-hari
b. Kegunaan praktisi
1) Diharapkan bagaimana untuk menjadi acuan/ pertimbangan bagi
penerapan suatu ilmu dilapangan atau masyarakat.
2) Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap
tentang peran gutu pendidikan agama islam dalam pembinaan
ibadah shalat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN

A. Kajian Pustaka
1. Internalisasi Nilai
a. Pengertian Internalisasi
Secara etimologis, internalisasi menunjukan suatu proses.
Dalam bahasa Indonesia akhiran Isasi mempunyai arti proses.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan
sebagai penghayatan, penguasaan secara mendalam yang
berlangsung memalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan dan
sebagainya. Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman,
penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan
sebagainya. Dengan demikian Internalisasi merupakan suatu
proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang melalui
binaan, bimbingan dan sebagainya agar ego menguasai secara
mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin
dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang
diaharapkan (Riyadi, 2015: 56).
Seacara harfiah internalisasi dapat diartikan sebagai
penerapan yaitu secara praktis suatu hasil atau karya manusia.
Pengertian lain internalisasi “suatu peningkatan kemampuan
dalam melaksanakan program terukur”. Menurut Burhani,
internalisasi mmepunyai arti mendalam, penghayatan atau
pengasingan. Adapun internalisasi secara praktis menurut
Syihabiddin adalah bagaimana, mempribadikan sebuah model ke
dalam tahapan praksispembinaan atau pendidikan.

Pendapat lain mengungkapkan bahwa Internalisasi adalah


proses injeksi nilai pada seseorang yang akan membentuk pola
pikirnya dalam melihat makna realitas empiris. Nilai-nilai
tersebut bisa dari agama, budaya, kebiasaan hidup, dan norma

7
8

sosial. Pemakaian atas nilai-inilah yang mewarnai pemaknaan


dan penyikapan manusia terhadap diri, Lingkungan dan
kenyataan disekelilingnya. Dalam konteks agama, pada
pendakwah adalah orang yang sangat berperan pada fas ini.
Obyektivitasi disebut uapaya re-definisi nilai yang sudah
terinjektasi pada sistem of believe dalam kesadaran diri
manusia. Dalam fase ini ,muncul pertanyaan kritis tentang
fungsi, materi, urgensi, dan beberapa hal lain terkait dengan nilai
yang sudah dipahami tersebut. Hasil perenungan kembali yang
terkadang dibumbuhi dengan tindakan komtemplatif ini,
terkadang melahirkan proposisi nilai atau pemahaman baru yang
secara subyektif dianggap lebih baik dari proposisi sebelumnya
(Mustofa 2016:; 70)
Sedangkan internalisasi yang dihubungkan dengan agama
Islam dapat diartikan sebagai proses memasukkan nilai-nilai
agama Islam secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa
bergerak berdasarkan ajaran agama. Internalisasi nilai agama
terjadi melalui pemahaman ajaran agama secara utuh, dan
diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya agama Islam, serta
ditemukanya posibilitas untuk merealisasikannya dalam
kehidupan nyata.
Dalam proses Internalisasi yang diakaitkan dengan
pembinaan peserta didik ada tiga tahap yang mewakili proses
terjadinya internalisasi, dijelaskan sebagai berikut:
b. Tahap Transformasi Nilai
Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan
kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal
antara guru dan siswa.
c. Tahap transaksi nilai:
Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan
komunikasi dua arah, atau interaksi antara guru dan murid
9

yang bersifat interaksi timbal balik.


d. Tahap transinternalisasi:
Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada
tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi
verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi
tahap ini kemonikasi kepribadian secara aktif.
Berdasarkan paparan tentang pengertian internalisasi diatas
maka kita juga perlu mengetahui pengertian eksternalisasi
sebagai pebanding saja dengan internalisasi agar tidak rancu
dalam mengartikan pengertian internalisasi. Eksternalisasi adalah
upaya ekspresi manusia atas re- definisinya terhadap nilai yang
selama ini diyakini sebagai kebenaran.
2. Nilai- nilai Pendidikan
a. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Nilai
Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa
dilihat, diraba, maupun dirasakan dan tak terbatas oleh ruang
lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian
dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit
ditentukan batasnya, karena keabstrakanya itu maka timbul
bermacam-macam pengertian, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak khusus kepada pola pemikiran,
perasaan, keterkaitan maupun perilaku.
2. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan
tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada
kaitanya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan
fungsi-fungsi bagian- bagiannya.
3. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami
secara langsung.
10

4. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, bukan


benda konkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar
salah yang menuntut pembuktian Empirik, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi (Arifin, 2021: 89)
Beberapa pengertian tentang nilai diatas dapat difahami
bahwa nilai merupakan suatu yang abstrak, ideal dan
menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki,
dan memberikan corak pada pola pemikiran, perasaan, serta
perilaku. Dengan demikian untuk melacak sebuah nilai harus
melalui pemaknaan terhadap keyakinan lain berupa tindakan,
tingkah laku, dan pola pikir. Dengan demikian agama itu
adalah peraturan, yaitu peraturan yang mengatur keadaan
manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi
pekerti dan pergaulan hidup bersama. (Dadang Kahmad, 2022:
126-127)
Agama dalam bahasa arab adalah al-Dien dan al-milah.
Kata al- din sendiri mengandung berbagai arti. Dalam Al-
Qur’an kata al-Dien mempunyai banyak arti diantaranya
adalah balasan, taat, tunduk, patuh, undang-undang/hukum,
menguasasi, agama, ibadah, keyakinan (Dadang Kahmad,
2022: 128 ).

Dalam surat Al-Imron ayat 19 sebagaimana dijelaskan:

َ َ ‫ف الَّذِينَ أُوتُىا ْال ِكت‬


‫اب إِ ََّّل‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫اْلس ََْل ُم ۗ َو َها‬ ِ ْ ِ‫َّللا‬
َّ َ‫إِ َّن الدِّينَ ِع ْند‬
َّ ‫َّللا فَإ ِ َّن‬
َ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ت‬ ِ ‫ِه ْن بَ ْع ِد َها َجا َء ُه ُن ْال ِع ْل ُن َب ْغيًا بَ ْينَ ُه ْن ۗ َو َه ْن َي ْكفُ ْر بِآيَا‬
‫ب‬ َ ‫س ِري ُع ْال ِح‬
ِ ‫سا‬ َ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
11

Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (Anonim: QS.


Ali- Imron Ayat 19)
Sedangkan Kata Islam berasal dari bahasa arab yaitu
salam yang artinya selamat, sentosa, dan damai. Asal kata
tersebut dibentuk dari kata aslama, yuslimu, Islaman yang
berarti memelihara dalam keadaan sentosa, dan berarti juga
menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Dengan
demikian, secara antropologis perkataan Islam sudah
menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang
tunduk dan patuh kepada Allah ( M. Alim, 2016: 54)
Secara istilah, Islam berarti suatu nama bagi agama yang
ajaran ajaranya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seoarang Rasul. Atau lebih tegas Islam adalah ajaran-ajaran
yang diwahyukan Tuhan kepada Masyarakat melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya
membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu
segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Nilai-nilai agama Islam pada hakekatnya adalah
kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang
bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya
didunia ini, yang satu prinsip dengan lainya saling terkait
membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan.
Nilai-nilai agama Islam merupakan merupakan tingkatan
integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan
kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya,
universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi
rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan
mampu melampaui sunjektifitas golongan, ras, bangsa dan
stratifikasi sosial.
Dapat dilihat dari dua segi yaitu: segi nilai normatif dan
segi nilai operatif. Segi nilai normatif dalam pandangan
Kuppermen adalah standart atau patokan norma yang
12

mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihanya diantara


cara-cara tindakan alternative yang menitik beratkan pada
pertimbangan baik buruk, benar-salah, hak dan batil, diridhoi
atau diridhoi. Pengertian nilai normatif ini mencerminkan
pandangan dari sosiolog yang memiliki penekanan utamanya
pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
tingkah laku manusia (Rohmat Mulyana, 2018: 12)
Sedangkan nilai operatif menurut Muhaimin dan Abdul
Mujib adalah suatu tindakan yang mengandung lima kategori
yang menjadi prinsip standarisasi tingkah laku manusia; yaitu
baik, setengah baik, netral, kurang baik dan buruk yang dapat
dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut:
1. Wajib (baik), nilai yang baik dilakukan oleh manusia,
ketaatan akan memperoleh imbalan jasa (pahala) dan
kedurhakaan akan mendapat sanksi.
2. Unnah (setengah baik), nilai yang setengah baik dilakukan
manusia, sebagai penyempurnaan terhada nilai yang baik
atau wajib sehingga ketaatannya diberi imbalan jasa dan
kedurhakaanya tanpa mendapat sanksi.
3. Mubah (netral), nilai yang bersifat netral, mengerjakan
atau tidak, tidak akan berdampak imbalan jasa atau sanksi.
4. Makruh (kurang baik), nilai yang sepatutnya untuk
ditinggalkan. Di samping kurang baik, juga
memungkinkan untuk terjadinya kebiasaan buruk yang
pada akhirnya akan menimbulkan keharaman.
5. Haram (buruk), nilai yang buruk karena membawa
kemudharatan dan
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-
nilai agama Islam adalah seperangkat ajaran nilai-nilai luhur
yang ditransfer dan diadopsi ke dalam diri untuk mengetahui
cara menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam dalam membentuk kepribadian yang utuh.
13

Oleh karena itu, seberapa banyak dan seberapa jauh nilai-nilai


agama Islam bisa mempengaruhi dan membentuk suatu
karakter seseorang sangat tergantung dari seberapa nilai-nilai
agama yang terinternalisasi pada dirinya. Semakin dalam
nilai-nilai agama Islam yang terinternalisasi dalam diri
seseorang, maka kerpibadian dan merugikan diri pribadi
maupun ketentraman pada umumnya, sehingga apabila
subyek yang melakukan akan mendapat sanksi, baik
langsung (di dunia) atau tidak langsung (di akhirat).
Beberapa uraian diatas dapat disimpilkan bahwa nilai-
nilai agama Islam adalah seperangkat nilai-nilai luhur yang
ditransfer dan diadopsi ke dalam diri untuk mengetahui cara
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran-
ajaran Islam dalam membentuk karakter seseorang sangat
tergantung dari beberapa nilai-nilai agama yang
terinternalisasi pada dirinya. Semakin dalam nilai-nilai agama
Islam yang terinternalisasi dalam diri seseorang, maka
kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk.
(Muhaimin, 2022: 56)
b. Macam-macam Nilai Pendidikan Agama Islam
Posisi agama memiliki peranan yang sangat penting dalam
menjaga keseimbangan kehidupan dan karakter manusia
khususnya bagi para siswa yang masih membutuhkan pembinaan
ajaran Islam. nilai agama Islam yang terkandung dalam ajaran
Islam menjadi landasan dan patokan dari segi standarisasi
karakter manusia. Nilai-nilai agama Islam perlu di tanamkan biar
lebih mudak untuk membentuk karakter manusia sesuai dengan
ajaran Islam. Sebelum menanamkan nilai-nilai agama Islam,
terlebih dahulu mengetahui ajaran Islam yang mencakup tiga hal:
a) Iman
Yaitu kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur dengan keraguan sedikit
14

pun, serta memberikan pengaruh terhadap pandangan hidup


tingkah karakter dan perbuatan sehari-hari, yang meliputi
rukun iman: iman kepada Alloh SWT, iman kepada malaikat-
Nya, iman kepada Kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, Hari
Akhir, Qadha dan Qadhar.
b) Islam
Merupakan Agama yang diberikan oleh Allah dalam
membimbing manusia untuk mengikuti semua ajaran-ajaran
yang telah ditetapkan dalam hal ibadah, yang meliputi
rukun Islam:
mengucapkan syahadat, mendirikan sholat, membayar zakat,
berpuasa di bulan ramadhan dan melaksanakan ibadah haji
bagi yang mampu.
c) Ihsan
Adalah beribadah kepada Allah seolah-olah seorang
hamba seolah-olah hamba itu melihat Allah, dan jika tidak
melihat-Nya maka ia meyakini bahwa Allah lah melihatnya
(M. Alim, 2016: 234).
Mengkaji Nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam
sangat luas, karena nilai-nilai Islam menyangkut berbagai
aspek dan membutuhkan telaah yang luas. Pokok-pokok yang
harus diperhatikan dalam ajaran Islam untuk mengetahui
nilai-nilai agama Islam mencakup tiga aspek sebagai berikut:
1. Nilai Akidah
Nilai akidah memiliki peranan yang sangat penting
dalam ajaran Islam, sehingga penempatanya berada di posisi
yang utama. Akidah secara etimologi berartiyang terikat atau
perjanjian yang teguh, dan kuat, tertanam dalam hati yang
paling dalam. Secara etimologis berarti credo, credo yaitu
sebuah keyakinan hidup dalam arti khas, yaitu pengingkaran
yang bertolak dari hati. Dengan demikian, akidah adalah
urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati,
menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak
15

bercampur dengan keraguan.


Aspek nilai akidah tertanam sejak manusia dilahirkan,
telaah tersebut tertuang dalam surat Al-Araf ayat 172:

‫علَ ٰى‬
َ ‫ش َه َد ُه ْن‬ ْ َ‫ىز ِه ْن ذُ ِ ّزيَّت َ ُه ْن َوأ‬ ُ ‫َوإِ ْذ أ َ َخرَ َزبُّكَ ِه ْي بٌَِي آ َد َم ِه ْي‬
ِ ‫ظ ُه‬
‫أ َ ًْفُس ِِه ْن أَلَسْتُ بِ َس ِبّ ُك ْن ۖ قَالُىا بَلَ ٰى ۛ ش َِه ْدًَا ۛ أ َ ْى تَقُىلُىا يَ ْى َم ا ْل ِقيَا َه ِة‬
َ ‫غافِ ِل‬
‫يي‬ َ ‫ِإًَّا ُكٌَّا ع َْي ٰ َهرَا‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi
saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)
adalah orang- orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (Anonim: QS. Al-a’raf ayat 172).
Akidah atau keimanan merupakan landasan bagi umat
Islam, sebab dengan akidah yang kuat seseorang tidak akan
goyah dalam hidupnya. Akidah dalam Islam mengandung arti
adanya keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan
yang wajib disembah, ucapan dalam lisan dan kalimat
syahadat dan perbuatan dengan amal sholeh. Oleh karena itu,
persyaratan bagi seseorang agar bisa disebut orang muslim
dalam mengucapkan dua kalimah syahadat. Akan tetapi,
pengakuan tersebut tidak sekedar pengucapan semata, tetapi
juga harus disertai keyakinan yang kuat dalam hati dan
dibuktikan dengan amal.
Akidah sebagai sebuah kayakinan akan membentuk
tingkah laku, bahkan mempengaruhi kehidupan seorang
muslim. Menurut Abu A’la Al-Maududi, pengaruh akidah
dalam kehidupan sebagai berikut:
1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam
menghadapi setiap persoalan dan situasi
16

3. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu


harga diri.
4. Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani, tidak
gentar menghadapi resiko.
5. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil.
6. Membentuk pendirian yang teguh, sabar, taat dan disiplin
dalam menjalankan illahi
7. Mencipatakan sikap hidup damai dan ridha
Akidah atau keimanan yang dimiliki setiap orang selalu
berbeda. Akidah mempunyai tingkatan-tingakatan yang
berbeda pula. Tingkatan-tingkatan iman adalah:
1. Taqlid, tingakatan keyakinan berdasarkan pendapat
orang lain tanpa dipikirkan. Dengan kata lain, keyakinan
yang dimilikinya adalah meniru ada orang lain tanpa tahu
dasarnya.
2. Yakin, tingkatan keyakinan yang didasarkan atas bukti dan
dalil yang jelas, tetapi belum menemukan hubungan yang
kuat antara obyek keyakinan dengan dalil yang
diperolehnya.
3. Ainul yakin, tingkatan keyakina berdasarkan dalil rasional,
ilmiah dan mendalam sehingga mampu membuktikan
obyek keyakinan dengan dalil-dalil sertamampu
memberikan argumentasi terhadap sanggahan-sanggahan
yang datang.
4. Haquul yakin, tingkatan keyakinan yang disamping
berdasarkan dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, juga
mampu membuktikan hubungan antara objek keyakinan
dengan dalil- dalil, serta mampu menemukan dan
merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman
agamanya (M. Alim, 216: 43)
2. Nilai Syari’ah
Syariah menurut bahasa berarti tempat jalannya air, atau
17

secara maknawi syari‟ah artinya sebuah jalan hidup yang


ditentukan oleh Allah sebagai panduan dalam menjalankan
kehidupan dunia dan Akhirat.
Syari’ah merupakan sebuah panduan yang diberikan oleh
Allah SWT berdasarkan sumber utama yang berupa Al-
Qur‟an dan As-Sunnah serta sumber yang berasal dari akal
manusia dalam ijtihad para ulama atau para sarjana Islam.

Kata syari‟ah menurut pengertian hukum Islam adalah


hukum- hukum atau aturan yang diciptakan Allah untuk
semua hamba-hamba-Nya agar diamalkan demi mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat.43 Syari‟ah juga bisa
diartikan sebagai satu sistem ilahi yang mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Menurut Mamoud Syaltout dalam
Muhammad Alim, syari‟ah sebagai peraturan-peraturan atau
pokok-pokoknya digariskan oleh Allah agar manusia
berpegang kepadanya, dalam mengatur hubungan manusia
dengan Tuhanya, sesama manusia, alam dan hubungan
manusia dengan kehidupan.
Menurut Taufik Abdullah, syari’ah mengandung nilai-
nilai baik dari aspek ibadah maupun mu’amalah. Nilai-nilai
tersebut diantaranya:
1. Kedisiplinan, dalam beraktifitas untuk beribadah. Hal ini
dapat dilihat dari perintah sholat dengan waktu-waktu yang
telah ditentukan.
2. Sosial dan kemanusiaan.
3. Keadilan, Islam sangat menjujung tingggi nilai-nilai
keadilan. Hal ini bisa dilihat dalam waris, jual, haad
(hukuman), maupun pahala dan dosa.
4. Persatuan, Hal ini terlibat pada sholat berjamaah, anjuran
dalam pengambilan saat musyawarah.
5. Tanggung jawab (Taufik Abdullah, 2022: 14)
18

3. Nilai Akhlak
Dalam agama Islam akhlak atau perilaku seseorang
muslim seseorang dapat memberikan suatu gambaran akan
pemahamanya terhadap agama Islam. Nilai-nilai akhlak
sangatlah penting untuk diketahui dan diaktualisasikan oleh
seseorang muslim atau seseorang ketika dalam proses
pembinaan dan membentuk karakter yang tercermin sebagi
muslim yang sejati. Secara etimologi, pengertian akhlak
berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti, tabi’at,
perangai, tingkah laku buatan, ciptaan.
Adapun akhlak secara terminologi yang mengutip
pendapat dari ulama Ibnu Maskawaih dalam bukunya
Tahdzib al-ahlak yang mendifinisikan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui
pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya dari Imam Al-
Ghazali kitabnya Ihya’ Ulum Al-Din menyatakan bahwa
akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang
daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Taufik
Abdullah, 2022: 34).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa ahklak adalah keadaan yang melekat pada jiwa
manusia. Karena itu, suatu perbiatan tidak dapat disebut
akhlak kecuali memenuhi beberapa syarat yaitu:
1) Perbuatan tersebut telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang sehingga telah menjadi kepribadian
2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah tanpa
pemikiran. Ini bukan berarti perbuatan itu di lakukan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.
3) Perbuatan tersebut timbul dari dalam dorongan seseorang
yang mengerjakanya tanpa ada suatu paksaan atau tekanan
19

dari luar.
Perbuatan tersebut dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main, pura-pura atau sandiwara. Perbuatan
tersebut dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main,
pura-pura atau sandiwara. Perbuatan tersebut dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main, pura-pura atau
sandiwara.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam
agama Islam. Akhlak diibaratkan suatu “buah” pohon Islam
yang berakarkan aqidah, bercabang dan syari’ah ( M. Daud,
2016)
Dalam surat Al-Qolam ayat 4 menjelaskan tentang
pentingnya akhlak:

ٍ ُ‫َوإِنَّ َك لَعَلَ ٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍين‬
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti luhur” (QS. Al-Qalam ayat 4)

Ruang lingkup ajaran akhlak tidak jauh berbeda


dengan ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang
berhubungan dengan Tuhan dan sesama manusia. Akhlak
dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulam
akhlak terhadap Allah hingga terhadap sesame manusia. Lebih
jelasnya menurut Muhammad Alim sebagai berikut:
a. Akhlak Terhadap Allah
Berbagai cara yang dilakukan untuk berakhlak kepada
Allah dan kegiatan-kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak
kepada Allah. Diantara nilai-nilai keTuhanan yang mendasar
adalah:
1) Iman, sikap batin yang penuh keyakinan terhadap Allah
bahwasanya selalu hadir atau bersama manusia dimana pun
manusia itu berada.
2) Ihsan, kesadaran yang tinggi akan kehadiran Allah bersama
manusia dan dimanapun manusia itu berada.
20

3) Taqwa, yaitu berusaha berbuat hanya sesuatu yang


diridhoi Allah dengan menjauhi atau menjaga diri dari
sesuatu yang tidak diridhai-Nya.
4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan
semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas
dari pamrih.
5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah
denga penuh harapan dan keyakinan bahwa dia yang akan
menolong manusia dalam memberikan jalan terbaik.
6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan
penghargaan atas semua nikmat dan karunia yang tak
terhitung.
7) Sabar, yaitu sikap tabah dalam menghadapi segala
kepahitan hidup. Dengan kata lain, sabar adalah sikap batin
yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan
hidup, yaitu Allah SWT. (M. Alim, 2016: 23)

b. Akhlak Terhadap Manusia


Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia sangat
banyak, dan berikut ini diantara nilai-nilai tesebut yang patut
dipertimbangkan:
1) Silaturahmi, yaitu sikap menyambung rasa cinta kasih
sesame manusia.
2) Persaudaraan (ukhuwwah), yaitu semangat persaudraan.
Maksudnya manusia itu harus saling menjaga dan tidak
mudah menganggap dirinya yang paling baik.
3) Persamaan (musawwah), yaitu pandangan bahwa semua
manusia itu sama harkat dan martabat.
4) Adil, yaitu wawasan seimbang dalam memandang, menilai,
atau menyikapi seseuatu atau seseorang.
5) Baik sangka, yaitu sikap penuh baik sangka kepada orang
lain.
6) Rendah hati, yaitu sikap yang tumbuh karena kesadaran
21

bahwa segala kemulyaan hanya milik Allah.


7) Tepat janji (al-wafa’), yaitu selalu menepati janji apabila
membuat perjanjian dengan orang lain.
8) Lapang dada (Insyrof), yaitu sikap penuh kesadaran
menghargai pendapat orang lain.
9) Dapat dipercaya, yaitu penampilan diri yang dapat
dipercaya.
10) Perwira, yaitu sikap denga penuh harga diri, namun tidak
sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah
menunjukkan sikap pemalas.
11) Hemat, yaitu sikap yang bisa menghemat dan tidak kikir
dalam menggunakan harta.
12) Dermawan, yaitu sikap meiliki kesediaan yang besar
dalam menolong sesama manusia.

Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia diatas dapat


membentuk peribadi seseorang dan juga dapat membentuk
ketakwaan kepada Allah. Nilai-nilai ditata yang mementuk
akhlak masih bisa ditambah lagi dengan beberapa nilai yang
masih banyak sekali.
c. Akhlak Terhadap Lingkungan
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekita manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun
benda-benda yang tidak bernyawa. Pada dasarnya, nilai-nilai
akhlak terhadap lingkungan ini bersumber dari fungsi manusia
sebagai khilafah. Sikap kekhalifahan inimenuntut adanya
interaksi manusia dengan sesamanya dan juga alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, memelihara,
serta bimbingan agar setiap mahkluk mencapai tujuan
penciptanya.
22

3. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Melmambessy Moses Pendidikan adalah proses
pengalihan pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada
orang lain sesuai standar yang telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan
adanya transfer pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap
tingkah laku, kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian ke
dalam pendidikan formal dan informal (Moses 2012, 18).
Menurut Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Islam merupakan
satu upaya untuk dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh
dengan cara membina dan mengasuh peserta didik. Kemudian pada
akhirnya peserta didik dapat mengamalkan dan menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup. Menurut Tayar Yusuf, Pendidikan Agama
Islam adalah usaha sadar untuk mengalihkakn pengalaman,
pengetahuan, kecakapan serta keterampilan para generasi tua kepada
generasi muda agar kelak mereka menjadi manusia bertaqwa kepada
Allah SWT. (Irawan Massie, 2021: 50-51)
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Agama Islam Merupaka usaha sadar untuk membina peserta didik
dalam mengalihkan pengalaman agar mereka dapat menjadi manusia
yang bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Fungsi Pendidikan Agama Isalam
Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa
Pendidikan Agama Islam Berfungsi Sebagai Berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam
23

lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban


menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang
tua dalam keluarga berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,


kekurangan- kekurangan, kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan. (Siti Ariqah, 2021: 87)

4. Membentuk Sikap
a. Pengertian Sikap
Pendapat lain mengungkapkan bahwa Internalisasi adalah proses
injeksi nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya
dalam melihat makna realitas empiris. Nilai-nilai tersebut bisa dari
agama, budaya, kebiasaan hidup, dan norma sosial. Pemakaian atas
nilai inilah yangmewarnaipemaknaan dan Sikap dalam artian sempit
adalah pandangan atau kecendrungan mental. Sikap adalah
kecendrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik
atau buruk terhadap orang atau barang tertenu. Dengan demikian sikap
siswa untuk bertindak dengan cara terentu. Dengan demikian, pada
prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa
untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan
prilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecendrungan-
kecendrungan baru yang telah beruah suatu obyek, tata nilai, peristiwa,
dan sebagainya (Syah, 2010: 18).
Sikap adalah suatu keendrungan untuk bereaksi dengan cara
tertentu teradap suatu perangsang atau situasi yang diadapi. Bagimana
24

reaksi seseorang jika ia terkena suatur ransangan bai mengenai orang,


benda atau situasi mengenai dirinya (Purwanto, 2007: 7).
Sikap pada individu tidak akan membentuk dengan sendirinya
akan tetapi, melewati salah satu proses antar hubungan. Hal ini selaras
dengan pendapat W. Sarwono Patoni (2012:30) mengatakan bahwa
perbuatan membentuk sikap tak terbentuk begitu saja, melainkan
melewati rangkaian kegiatan tindakan yang jelas yakni melewati
kontak sosial secra terus menerus antara seseorang dengan orang yang
ada di sekitarnya. Sikap juga dapat tercipta dari anggapan yaitu
penilaian kepada beberapa hak menurut kenyataan dan penerangan
yang kurang lengkap, jadi sebelum seseorang menyadari benar
berkenan suatu hal, dia telah memilih pendapatnya tentang terkemuka
atas dasar dia itu membimbing sikapnya ( Najib, 2013: 123)
Ada beberpa hal memiliki peranan penting dalam pembetukan
sikap yakni:
1. Faktor dari dalam yakni: cara seseorang menanggapi dunia luarnya
secara selektif yang artinya apa yang berasal dari luar tidak
semuanya diterima tetapi seseorang mengalami pilihan kepada
dorongan tersebut. Pilihan kepada pengaruh dari luar lazimnya
disesuaikan dengan pola paling utama yang menjadi keinginan
perhatiannya.
2. Faktor dari luar yakni bagaimana keadaan dari luar individu yang
merupakan dorongan untuk membentuk dan mengubah sikap.
Mengenali secara berulang objek yang sama bisa membentuk sikap.
b. Sikap Tawadhu
1. Pengertian Tawadhu
Pengertian tawadhu secara secara etimologi, kata tawadhu
berasal dari kata wadh’a yang berarti merendahkan, serta juga
berasal dari kata “ittadha’a” dengan renndah terhadap sesuatu.
Sedangkan secara istilah, tawadhu adalah merupakan kerendahan
diri kepada sesuatu yang diagungkan. Bahkan, ada juga yang
mengartikan tawadhu sebagai tindakan berupa mengagungkan
25

orang karena keutamaanya, menerima kebenaran dan seterusnya.


(Rusdi, 2013: 90).
Dari beberapa definisi diatas jadi sikap tawadhu itu membawa
jiwa manusia kepada ajaran Allah, melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Membimbing dan membawa manusia
untuk menjadi seseorang yang iklash, menerima apa adanya.
Sehingga tidak serakah, tamak, dan untuk selalu berprilaku berbakti
kepada Allah, dan cinta kepada mahluk Allah. Apabila priaku
manusia sudah seperti ini maka disebut bersikap tawadhu (Ilyas,
2007: 65).
2. Keutamanaan Tawadhu
Tawadhu merupakan salah satu sifat terpuji dalam islam. Oleh
sebab itu, bila kita memilikinya ada beberapa keutamaan sehingga,
kita harus tetap menjadi orang tawadhu
a) Derajatnya Terangkat, Allah SWT memuliakan dan mengangkat
derajat orang-orang yang tawadhu sehingga manusia pun
menhormatinya.
b) Hamba yang dibanggakan, orang yang tawadhu dibanggakan
sebagai hamba Allah SWT, sehingga dia pun termasuk hamba
yang disayangi-Nya.
c) Dimasukan ke Dalam Surga, surga adalah milik Allah swt. dia
senang kepada orang yang tawadhu dan benci kepada orang
yang takabu. Karenya , memasukkan orang-orang yang tawadhu
kedalam surga yang penuh dengan kenikmatan. (Yani, 2007: 2).
3. Bentuk Sikap Tawadhu
Tawadhu adalah satu bentuk budi pekerti yang baik, hal ini
bisa diperoleh bila ada kseimbangan I’tidal antara kekuatan akal
dan nafsu, ciri-cirinya adalah:
a) Bersyukur
Bersyukur dengan apa yan kita punya karena itu adalah
dari Allah, yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak
pernah terbesit seikitpun dalam hatinya kesombongan merasa
26

lebih baik dari orang lain.


b) Menghindari Riya
Lawan ikhlas adalah riya, yaitu melakukan sesuatu yang
bukan karena Allah, tetapi karena ingin dipuji atau karena
pamrih lainya. Kita harus menjauhi riya atau berusaha
mengendalikan diri untuk tidak menampakan kelebihan yang
kita miliki kepada orang lain, karena itu juga membuat kita jadi
sombong dan tinggi hati. (Edi Mawardi, 2021: 26)
c) Sabar
Menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridho Allah, atau bersabar dalam segala cobaan dan
godaan yang berusaha mengotori amal kebaikan kita, apalagi
disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghapiri kita, maka
akan merasa sulit bagi kita untuk menjaga kemurnian amal
sholeh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga di hati kita.
d) Hindari dari sikap takabur
Lawan dari sikap tawadhu adalah takabur atau sombong
yaiu sikap menganggap diri lebih, dan meremehkan orang lain.
Kita harus bisa menghindari sikap takabur, karean orang
sombong menolak kebenaran, karena kebenaran itu datang dari
pihak statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya.
e) Berusaha
Untuk mengendalikan diri untuk tidak menampakan
kelebihan kita kepada orang lain Agar kita bisa membentuk
sikap tawadhu dalam diri kita seharusnya kita melakukan
perbuatan-perbuatan yang terpuji selain itu kita harus
menjalankan perintah Allah dan Rasul- Nya serta menjauhi
larangan dari Allah dan Rasul-Nya (Ilyas, 2007: 16)
4. Indikator Sikap Tawadhu
Sikap tawadhu itu merupakan sikap rendah hati yang
diwujudkan dalam beberapa tindakan-tindakan nyata sebagai
berikut:
27

a) Salah Satu sikap tawadhu dapat ditunjukan pada saat kita berdoa
kepada Allah.Saat berdoa, seseorang dapat dikatan tawadhu
apabila ada rasa takut (khauf) dan penuh harap (raja’a) kepada
Allah SWT.
b) Jika seseorang berdoa dengan sembarang cara. Etika berdoa
pasti tidak akan dilakukan dengan benar. Demikian pula,
seseorang bedoa dengan penuh harap maka ia akan selalu
optimis, penuh keyakinan dan istqomah dalam memhon.
c) Tawadhu juga berkaitan dengan sikap baik kita kepada orang tua
dan orang lain. Kepada orang tua, kita penuh hormat dan patuh
terhadap perintah-perintahnya. Jika mereka memerintahkan
kepada hal-hal yang positif, kita berusaha memenuhi sekuat
tenaga. Sebaliknya jika orang tua memerintahkan kepada hal-hal
yang buruk, maka kita berusaha menolaknya dengan ramah.
d) Seseorang dapat belajar dari sikap tawadhu salah satunya
berusaha tidak membangga-membangga diri dengan apa yang
kita miliki. Sikap membangga-membangga diri sangat dekat
dengan kesombongan. Sementara kesombongan itu merupakan
lawan daripada tawadhu. Dengan demikian, beruasaha menahan
diri dari sikap membangga-banggakan diri secara berlebihan
akan memudahkan seseorang untuk menjadi pribadi-pribadi yang
tawadhu (Rusdi, 2013: 34).
5. Metode Pembentukan Sikap Tawadhu
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari ahlak terpuji.
Sehingga diperlukan pendidikan ahlak untuk membentuk suatu
ahlak. Seorang pendidik yang baik akan selalu mencari metode
pendidikan yang berpengaruh dalam pembentukan akidah dan ahlak
seorang anak, dalam pembentka pengetahuan, mental, dan sosialnya
sehingga bisa diharapkan anak dapat mencapai ciri-ciri
kesempurnaan lebih matang, serta menonjol kedewasaan dan
kesetabilan emosinya.
Menurut Abdullah Nashih terdapat metode yang perlu
28

diperhatikan (Nasih, 2015: 5)


a. Metode Keteladanan
Mendidik dengan keteladan adalah dengan memberikan
contoh baik berupa tingkah laku, cara berpikir, dan sbagainya.
Pendiikan dengan metode keteladanan merupakan cara yang
paling efektif dalam membentuk sikap peserta didik, karena
pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan
contoh baik dimata mereka. Anak atau peserta didik akan meniru
tingkah laku pendidiknya meniru ahlaknya, baik disadari maupun
tidak.
b. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan pendidikan harus dilakukan sejak kecil
dan berlangsung secara terus menerus. Pembiasaan, pendiktean,
dan pendisplinan mengambil perannya dalam pertumbuhan anak
dan menguatkan tauhid, ahlak mulia, jiwa yang agung, serta etika
yang baik yang lurus. Ketika penddidikan islam yang luhur dan
lingkungan yang kondusif dimiliki oleh sorang anak, bisa
dipastikan anak tersebut tumbuh dalam iman yang kuat.
c. Metode Nasihat
Metode pendidikan anak yang digunakan untuk membentuk
keimanan anak, ahlak, mental, dan sosialnya, salah satunya
adalah dengan menggunakan metode nasihat. Nasihat memberi
penngaruh yang besar. Untuk membuat anak mengerti hakikat
sesuatu dan memberi kesadaran tentang hakikat sesuatu dan
memberi kesadaran tentang hakikat sesuatu dan memberinya
kesadaran tentang prinsip- prinsip islam. Metode pemberian
nasihat ini dapat menanamkan pengaruh yang baik dalam jiwa
apabila digunakan dengan cara bisa mengetuk relung jiwa
melalui pintunya yan tepat (Aly, 2006: 312)
d. Metode Perhatian atau Pengawasan
Mengawasi perkembangan anak dan memberikan
pengawasan dalam pembentukan akidah, mental, dan sosialnya
29

merupakan bentuk pendidikan terhadap anak dengan memberikan


perhatian atau pengawasan
e. Metode Hukuman
Hukuman diberikan teergantung pada usia, pengetahuan,
dan strata sosialnya Ada yang cukup diberikan dengan nasihat,
ada yang diberikan teguran, ada yang dipukul dengan tongkat,
ada pula yang jera ketika dipenjarakan. Sedangkan metode
hukuman yang digunakan oleh pendidik di rumah maupun
sekolah, berbeda dengan hukuman yang diterapakan negara
kepada masyarakat.(Alhilali, 2020: 32)

6. Hubungan Moral dan Tawadhu


Moralitas dalam pandangan Islam disebut dengan akhlak yang
berasal dari Arab al-akhlak (al-khuluq) yang berarti budi pekerti,
tabiat atau watak. Moral berbicara mengenai baik dan buruk dalam
diri seseorang dan masyarakat di sekitarnya terkait dengan perbuatan
dan tingkah laku. Moral menjadi acuan atas kehidupan seseorang
dalam berdasarkan sudut pandang pola-pola yang telah terbentuk
sebagai wujud interaksi. Moral muncul dalam bentuk kesesuaian dan
keharmonian seseorang dalam beraktivitas terkait dengan norma-
norma seperti norma kesopanan, adat, tradisi dan sosial. Semua itu
terwujud dalam bentuk perilaku agar senantiasa berada dalam
kebijakan terkait yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Pengertian Tawadhu Secara Terminologi berarti rendah hati, lawan
dari sombong atau takabur. Tawadhu menurut Al-Ghozali adalah
mengeluarkan kedudukanmu atau kita dan menganggap orang lain
lebih utama dari pada kita.
Tawadhu menurut Ahmad Athoilah adalah suatu yang timbul
karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.
Tawadhu yaitu perilaku manusia yang mempunyai watak rendah hati,
tidak sombong, tidak angkuh, atau merendahkan diri agar tidak
kelihatan sombong, angkuh, congkak, besar kepala atau kata-kata lain
yang sepadan dengan tawadhu.
30

Moral dan sikap awadhu ini memiliki kaitan sangat erat dan
hubungan yang tidak dapt dipisahkan. Hubungan moral dan
Tawadhu ialah jika seseorang memiliki moral yang baik dan bagus
maka seseorang tersebut menerapkan dan memiliki sikap tawadhu
dan sikap tawadhu itu pula akan mengikuti dirinya, namun
sebaliknya jika seseorang memiliki moral yang buruk (tidak baik
pula) sudah jelas bahwa orang tersebut tidak memiliki sikap tawadhu.
Pentingnya sikap tawadhu ini akan mengantarkan manusia untuk
menjadi seseorang yang ikhlas menerima apa adanya. Sehingga tidak
serakah, menghargai sesama, dan selalu berprilaku berbakti kepada
allah, taat kepada rosul allah dan cinta kepada makhluk allah. Jika
prilaku manusia sudah seperti ini maka ia di sebut bersikap tawadhu
(Rosif, 2019: 5)

B. Studi Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Adapun hasil
penelitian terdahulu diantaranya adalah:
1. Nurhayati Skripsi Unismuh Tahun 2018 dengan judul Internalisasi
Nilai-nilai akhlak Dalam Pembelajaran Akhlak Sekolah Menengah
Pertama Negri 1 Tompobulu Kbupaten Gowa jenis penelitiannya
adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya yang prtama,
nilai-nilai akhlak siswa kepada guru adalah melalui keteladanan yang
dicontohkan langsung oleh guru, pembiasaan berjabat tangan,
nasehat. Kedua, upaya sekolah dalam membentuk sikap tawadhu
siswa kepada para ulama adalah melalui keteladan dan nasehat.
Ketiga, upaya sekolah dalam membentuk sikap tawadhu siswa kepada
sesama teman adalah melalui keteladanan antar sesama guru dan
kegiatan pembiasaan (Huda, 2017/2018). Penelitian ini memiliki
persamaan dengan penilitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-
sama membahas nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang
membedakan dengan penelitian terdahulu lebih memfokuskan pada
31

peran sekolah sedangkan untuk penelitian ini lebih mmemfokuskan


pada guru PAI.
2. Jiko Prasito Hadi, Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam
pembentukan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan di Sekolah Menengah Pertama Muslim Pncasila
Wonotirto Blita tahun 2016, jenis penelitian yang digunakan adalah
menggunakan penekatan kualitatif, hasil dari penelitian yang siswa,
terdapat faktor pendukung dengan faktor penghambat, yang mana
faktor tersebut terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Impikasi pembentukan sikap tawadhu terhadap siswa
MAN 1 Gondanglegi Malang adalah sswa yang bersikap tawadhu
terhadap guru dan staf karyawan MAN 1 Gondanglegi Malang, siswa
bisa lebih sopan, siswa menjadi disiplin, saling menghargai sesama
teman. (Hilma, 2020). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama
mengunakan penelitian kualitatif dan sama-sama membahas tentang
internalisasi ilai-nilai agama islam, yang menjadi perbeda dalam
penelitian ini adalah terletak pada subjek, penelitian terdahulu
mengambil guru Akidah Ahlak, sedangkan penelitian kali ini
mengunakan subjek guru PAI.
3. Silvina Elva Amalia, Skripsi UIN Waliongo Semarang Tahun 2019,
dengan judul Pel Internalisasi Keagamaan dalam Membentuk Sikap
Tawadhu Sekolah Menengah Pertama Negri 2 Sunan Kalijaga Desa
Kaliwadas Kcamatan Adiwerna Kabpaten Tegal. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah petama,
pelaksanaan bimbingan keagamaan di pondok pesantren NU Sunan
Kalijaga memiliki pembimbing yang mempuyai karakter yang baik,
sabar dan memliliki retorika yang baik. Santri yang mengikuti
bimbingan keagamaan berjumlah 112 santri putra. Latar belakang
mereka adalah lulusan SD atau MI dan SMP atau MTS. Materi yang
diberikan kepada santri meliputi materi akidah, syari’ah dan ahlak.
Metode bimbingan yang digunakan antara lain nasehat, pembiasaan
32

sholat lima waktu dan sholat malam.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Melihat dari rumusan diatas, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode penelitian
kualitatif sering disebut juga penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakuan dengan cara alamiah (Sugiyono, 2019, 18)
Prahmana (Prahmana, 2017: 98) mengatakan bahwa penelitian
bahwa peelitian studi kasus adalah merupakan salah satu motede
penelitian yang betujuan meyelidiki secara cermat baik itu peristiwa,
aktivitas, proses atau sekelompok individu pada suatu waktu tertentu.
Penelitian ini merupakan penelitia deskriptif, yaitu proses
pengumpulan data, dan in formasi secara mendalam, mendetail, holistik,
dan sistematis, tentang orang, kejadian orang (latar sosial), atau
kelompok dengan mengunakan metode tenik serta banyak sumber
informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang, kejadian,
latar alami berfugsi sesuai konteknya. (Yusuf, 2014: 14). Dalam
penelitian kasus diatas adalah Pendekatan Guru PAI Dalam Membentuk
Sikap Tawadhu di SMP N 1 Sungai Duren.
B. Tempat dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1. Tepatnya di desa simpang sungai duren,
Kecamatan. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
2. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang
berjumlah 7 orng siswa dan guru PAI beserta kepala sekolah Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kabupaten Muaro Jambi.

32
33

C. Jenis dan Sumbeir Data


1. Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data perimer
Data adalah data yang langsung diambil oleh penelitian tanpa
campur tangan orang lain yang penelitian langsung pendapatkan
data dari objek yang akanSumber data adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh. Sumber data pertama dari penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan. Sumber data tersebut meliputi: Kepala
Sekolah (melalui wawancara), karena kepala madrasah adalah
pemimpin dari madrasah, Bapak ibu guru, dan juga siswi sebagai
objek utama. Data perimer ini diperoleh melaluihasil observasi dan
wawncara kepada guru PAI, guru Bimbingan Penyuluhan dan
siswa.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung misalnya
lewat orang lain atau bias didapatkan lewat dokumentasi
(Sugiyono, 2014: 12). Data ini diperoleh melalui dokumentasi
Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muaro Jambi data yang
termasuk kedalam data skunder yaitu dokumen atau arsip
mengenai:
1. Historis dan geografi Sekolah Menengah Pertama Negri 1
Muaro Jambi.
2. Steruktur organisasi Sekolah Menengah Pertama Negri 1
Muaro Jambi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 4). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain sebagai
berikut:
34

1) Wawancara
Teknik wawancara atau interview adalah pertemuan dua untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Jenis
wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci.
b) Wawancara tidak terstruktur yaitu dalam wawancara serupa ini
tidak dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya dan boleh
menanyakan apa saja yang dianggap perlu dalam situas
wawancara itu, pertanyaan tidak diajukan dalam urutan yang
sama, bahkan pertanyaan pun tak selalu sama. Namun ada
baiknya bila pewawancara sebagai pegangan mencatat pokok-
pokok penting yang akan dibicarakan sesuia dengan tujuan
wawancara. (Nasution, 2000: 9).
Dalam penjelasan diatas, dalam penelitian penulis
mengunakan dua jenis wawancara, yaitu wawancara struktur dan
wawancara tidak terstruktur. Hal ini dilakukan agar dalam
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
tanya jawab secara lisan, sepihak, berhadapan dengan muka dan
dengan arah tujuan yang telah ditentukan
2) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera yaitu pengelihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan
pengecap (Arikunto, 2010: 71).
Berdasarkan diatas observasi adalah metode pengumpulan
data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-
gejala atau fenomena yang diselidiki. Obsrevai yang dilakuan
peneliti adalah untuk mengetahi ahklak siswa secara umum maupun
secara individu.
35

Adapun tujuan observasi adalah mengetahui pilaku siswa


ketika mereka berada disekolah.
3) Dokmentasi
Dokumentasi adalah mencari dan mengetahui data mengenai
hal-hal atau peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya. (Arikunto, 2007: 45). Pada intinya motode dokumen
adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Sebagian besar data yang tersedia biasanya berbentuk surat-surat,
catatan harian, kenang- kenangan, laporan dan sebagainya.
Adapun dokumen yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini
mencakup profil sekolah, sejarah sekolah, data guru, stuktur
organisasi sekolah dan siswa. Dokumentasi peneliti gunakan untuk
memperoleh data dan menguatkan sumber yang ada melalui
pemeriksaan data di sekolah seperti rapor, buku konseling, keatifan,
dan hal lain yang berhungan dengan tawadhu.

E. Teknik Analisis Data


Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis dan
secara induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus,
kemudian dianalisis dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan
yang brsifat umum.
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan bahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuanya
dapat diinformasikan kepada orang lain, aktivitas dalam analisis data
kulitatif dilakuan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah penuh.
Teknik untuk menguji vidalitas data yang dgunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dari data itu. Dalam penelitian
ini digunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
36

kajian dokumen atau arsip, angket dan tes evaluasi pengetahuan.


Dalam hal ini yang sedang diteliti adalah sekolah SMP 1 Sungai
Duren, seperti proses dari pembelajarannya dan aktivitas lainya yang
sedang berlangsung. Dengan demikian, diskripsi yang dibuat oleh
peneliti adalah tentang berbagai aktivitas itu sesuai dengan masalah dan
fokus dalam penelitian.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk keperluan pemeriksaan keabsahan suatu data dapat
dipriksa dengan teknik-teknik berikut yaitu: 1. Perpanjangan
pengamatan, 2. Peningkatan ketekunan pengamatan, 3. Triangulasi,
dalam mengecek keabsahan data dapat dilakukan triangulasi.
Teiangulasi data adalah pengecekan data dengan cara pengecekan atau
pemeriksaan ulang. Teknik trriangulasi adalah pemeriksaan kembali
data dengan 3 metode yaitu, triangulasi sumber, triangulasi metode,
triangulasi waktu.
1) Triangulasi sumber, merupakan trianulasi yang menghaaruskan
peneliti mencari lebih dari satu sumber data untuk memahami data
dan informasi (Nasih, 2015: 56)
2) Triangulasi metode yaitu, mengunakan lebih dari satu metode
untuk melakukan cek dan ricek. Jika pada awalnya peneliti
menggunakan metode wawancara selanjutnya melalukan
pengamatan terhadap anak itu.( Yusuf, 2014: 21)
3) Triangulasi waktu, merupkan teknik triangulasi yang lebih
memperhatikan prilaku anak tersebut ketika baru datang sekolah,
saat mengikuti pembelajaran, dan hendak pulang kerumah.peneliti
juga dapat melakukan pengamatan terhadap anak-anak yang
sedang beinteraksi bersama temanya dan orang tuanya. (Arikunto,
2010: 7)
Daftar Pustaka

Al-Qur'an, At- Taubah ayat 122


Al-Qur'an, Al-A'raf, ayat 172 Al-Qur'an, Al-Qalam, ayat 4 Al-Qur'an,
Ali-Imron Ayat 19
Al-hilali, S. S. (n.d.). (2020) Hakikat tawadhu dan sombong, hlm 5.
Pustaka Imam As-Syafi'i.
Aly, M. D. (2006). Pendidikan Agama Islam, hlm 192. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Amalia, S. E. (2019). Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan dalam
Mementuk Sikaap Tawadhu . Desa Kaliwegas: Skripsi UIN
Walisongo Semarang.
Chabib Musthofa, (2016), Menelaah Kasus Lia Eden
(http://chabib.sunan- ampel.ac.id,
adang Kahmad, (2022) Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2022),
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2019),
Edi Mwardi,40 Hadits Sikap Menuntut Ilmu,hlm 83, Jakarta:
Guepedia The First On-Publisher in Indonesia
H.M Arifin,(2019) filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina
Aksara, ibid. (n.d.). 543.
Ibid. (n.d.). hlm 91.
Ibid. (n.d.). hlm,231.
Ilyas, Y. (2007). Kuliah Ahlak, yogyakarta: LIPI (pustaka
Pelajar). Ilyas, Y. (2007). Kuliah Ahlak, yogyakarta: LIPI
(Pustaka Pelajar).
Siti Ariqah (2021), Pengaruh PENERAPAN Gaya Mengajar
Demokratis Guru PAI TERHADAP Respon Positif Peserta
Didik, hlm 24. Makassar: PT. Penayang

Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)

37
38

Muhaimin dan abdul Mudjib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian


Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung:
Triganda Karya,2022)
Khursid Ahmad, (2022)Islam: Its Meaning And Mesaage, London:
Islamic Council of Europe, 1976), Selanjutnya juga lihat pula
Nasruddin razak, Dienul Islam, (Bandung: alMa‟arif, 1977),
Muhammad daud Ali, Pendidikan Agama Islam , Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2016)
Taufik Abdullah, (2022) Ensiklopedi Dunia Islam Jilid 3, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Nasih, A. (2015). Pendidikan Anak Dalam Islam. Solo: Insan Kamil.
Redja Mudiyaharto, (2016) Pengantar Pendidikan: sebuah Studi
Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya Dan
Pendiidkan di Indonesia Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Rohmat Mulyana, (2018) Mengartikulasikan Pendidikan Nilai,
(Bandung: VC Alfabeta 2018
Rusdi. (2013). Ajaibnya Tawadhu dan Istiqomah, hlm 15. yoyakarta:
diva press.
Rosif, (2019). Jurnal Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan
Akhlak Siswa Studi Kasus SMK PGRI Pandaan Pasuruan,
Dresik: PT Academia Indonesia.
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar, hlm 123. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Yani, D. (2007). Menjadi Pribadi
Terpuji, hlm 101-102. jakarta

Anda mungkin juga menyukai