Anda di halaman 1dari 11

HADITS, SUNNAH, KHABAR, ATSAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


STUDI HADITS

Dosen Pengampu:
Alfian Dhany Misbakhuddin, S.Th.I., M.Ag.

Disusun oleh:
1. Himatul Uliya 201220131
2. Irin Putri Setiani 201220145

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022/2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan Salam terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan kebenaran yakni Ad-din Al-Islam.

Dengan terselesaikannya makalah ini tentu tidak luput dari bantuan berbagai pihak
yang telah membantu dalam pikiran maupun materi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami hanya dapat mengucap terimakasih dan semoga Allah SWT membalas
dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan, teriring harapan
semoga makalah ini bermanfaat.

Ponorogo, 22 Februari 2023

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-Qur'an. "Hadits
atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau
didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir-
nya.
Hadits, sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an, sejarah perjalanan
hadits tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Hadits Nabi
yang berkembang pada zaman Nabi (sumber aslinya), lebih banyak berlangsung
secara hafalan dari pada secara tulisan. Penyebabnya adalah Nabi sendiri
melarang para sahabat untuk menulis hadits-Nya, dan menurut penulis karakter
orang-orang Arab sangat kuat hafalannya dan suka menghafal, dan ada
kehawatiran bercampur dengan al-Qur'an. Dengan kenyataan ini, sangat logis
sekali bahwa tidak seluruh hadits Nabi terdokumentasi pada zaman Nabi secara
keseluruhan.
Pada realitas kehidupan masyarakat muslim, perkembangan hadits Nabi
secara kuantitatif cukup banyak sekali. Selain perkembangan hadits yang cukup
banyak, juga banyak istilah-istilah yang digunakan. Pada masyarakat umum
yang dikenal adalah Hadits dan as-Sunnah, sedangkan pada kelompok tertentu,
dikenal istilah Khabar dan Atsar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar?
2. Apa perbedaan dan contoh Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar?
3. Apa saja bentuk-bentuk hadis?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar.
2. Mengetahui perbedaan dan contoh Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar.
3. Mengetahui bentuk-bentuk Hadits.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar

A. Pengertian Hadits
Hadits atau al-hadits 1menurut bahasa berarti Al jadid (Sesuatu yang
baru) lawan kata dari kata Al Qodim (sesuatu yang lama. Hadis juga sering
disebut al-khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan
hadits.2 Sedangkan menurut jumhur ulama hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan tabi’in-tabi’in yang
dapat dijadikan hukum syara’.
B. Pengertian Sunnah
Kata as-sunnah berarti ath-thariqah jalan baik jalan yang ditempuh.
Sedangkan sunnah menurut istilah ahli hadist ialah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi saw. baik berupa perkataan ,perbuatan, maupun berupa
taqrir, baik terjadi sebelum Nabi saw di angkat menjadi Rasul, maupun
sesudahnya.
Istilah sunnah dalam syariat Islam memiliki beberapa makna diantaranya:
• Seluruh perkara yang datang dari Nabi SAW secara khusus yang
terdapat nash dalam Al-Qur’an.
• Dalam istilah fikih, sunnah bermakna mustahab atau mandub (tidak
wajib), yaitu dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
tidak mendapat dosa.
C. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa, ialah segala berita yang disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain, sedangkan pengertian khabar menurut istilah,
antara satu ulama dengan ulama yang lain berbeda pendapat. Menurut Ulama
Ahli Hadits sama artinya dengan Hadits, mencakup segala yang datang dari

1
Muhammad al Shabbag, al-Hadits an-Nabawi, (Riyadh: Al-Makhtab al-Islami, 1972),
hal. 13.
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hal. 1.

2
Nabi SAW,Sahabat dan tabi’in baik perkataan, perbuatan, maupun
ketetapannya.3 Ada yang mengatakan Khabar adalah segala sesuatu yang
datang dari Nabi atau selain Nabi.

D. Pengertian Atsar
Menurut bahasa, atsar ialah bekasan atau sisa dari sesuatu, dan juga
sesuatu yang dinukilkan. Secara terminologis kata atsar juga dianggap
sinonim dengan Hadits, Sunnah, dan Khabar, mayoritas ulama’ Hadits
mengartikan atsar sebagai sesuatu yang disandarkan kepada kepada Nabi
SAW sahabat ataupun Tabi’in.

2. Perbedaan dan Contoh Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar


A. Perbedaan Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Hadits mencakup semua hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik
berupa ucapan, perbuatan, ataupun ketetapan. Sedangkan sunnah adalah
segala yang bersumber dari Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul
maupun sesudahnya. Sunnah lebih luas dari hadits. Namun, di sisi lain para
fuqaha menetapkan sunnah hanya pada dalil yang berkaitan dengan
penentapan hukum syara’ saja. Mereka menempatkan sunnah pada posisi
kedua dalam urutan sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an.
Khabar adalah segala sesuatu yang datang atau berasal dari selain
Nabi SAW. Khabar lebih umum dari hadits, karena masuk di dalamnya
semua riwayat yang bukan dari Nabi Muhammad saw Sedangkan untuk
atsar para fuqaha memakai istilah atsar sebagai sebutan untuk perkataan
para ulama salaf, sahabat, tabi’in, dan lain-lain. Atsar lebih sering
digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat Nabi Muhammad saw.
Meskipun kadang-kadang dinisbatkan kepada beliau.4

3
Munzier Suparta, Ilmu Hadis…hal. 15.
4
Nur Syam, Al-Qur’an Hadits, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama, 2014), hal. 85.

3
B. Contoh Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
1. Contoh Hadits
‫ إِنه َما ْاْل َ ْع َما ُل بِالنِيه ِة‬: ‫سله َم‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ع ْنهُ قَال‬
ِ ‫سو ُل ه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ب َر‬ ‫ع َم َر ب ِْن ْال َخ ه‬
ِ ‫طا‬ ُ ‫ع ْن‬
َ
“Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Amal
itu tergantung niatnya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli
Hadits)

2. Contoh Sunnah
‫َاب‬ ‫َضلُّوا َما تَ َم ه‬
َ ‫س ْكتُ ْم ِب ِه َما ِكت‬ ِ ‫سله َم قَا َل ت ََر ْكتُ فِي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ ‫سو َل ه‬ ُ ‫أ َ هن َر‬
‫س هنةَ َن ِب ِي ِه‬ ِ‫ه‬
ُ ‫َّللا َو‬
Artinya: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian
tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”
3. Contoh Khabar
Salah satu contoh khabar adalah perkataan Ali bin Abi Thalib sebagai
berikut:

ِ ‫علَى ْاْل َ ُك‬


ِ‫ف تَحْتَ الس هُّرة‬ ِ ‫ض َع ْاْل َ ُك‬
َ ‫ف‬ َ ‫صالَةِ َو‬ ُّ ‫إِ هن مِ نَ ال‬
‫سنه ِة فِي ال ه‬

“Sesungguhnya dari Sunnah dalam sholat adalah meletakkan telapak


tangan di atas telapak tangan di bawah pusar”.
4. Contoh Atsar
Perkataan Ubaidillah ibn Abdillah ibn Uthbah ibn Mas’ud sebagai
berikut:
‫ت‬ ْ ‫علَى اْلمِ ْن ِب ِر قَ ْب َل اْل ُخ‬
ٍ ‫ط َب ِة تِ ْس َع تَ ْك ِبي َْرا‬ َ ‫ِس‬ ْ َ‫سنهةُ ا َ ْن يُك َِب َر اْ ِال َم ِام َي ْو َم اْال‬
ُ ‫ض َحى حٍ يْنَ َي ْجل‬ ُّ ‫ال‬
Artinya: “Menurut sunnah hendaklah imam bertakbir pada Hari Raya
Fitri dan Hari Raya Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas
mimbar sebelum berkhutbah.”

4
3. Bentuk-Bentuk Hadits
A. Hadits Qauli
Hadits Qauli ialah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi SAW.5
Contoh hadits :

ُ ‫ضه‬ ِ َ‫سله َم اْل ُمؤْ مِ ُن ل ِْل ُمؤْ مٍ ِن ك َْالبُ ْني‬


ُ َ‫ان ي‬
ُ ‫شدُّ بَ ْع‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سى قَا َل قَا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ع ْن أَبِى ُم ْو‬
َ
)‫َب ْعضًا (رواه البخارى ومسلم‬

“Dari Abu Musa, dia berkata. Rasulullah saw. Bersabda: “Orang mukmin
yang satu dengan yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang
lainnya saling mengkokohkan”. (HR. Bukhari Muslim)

B. Hadits Fi’liyah

Hadits fi’liyah adalah perbuatan Nabi saw. yang menerangkan cara


melaksanakan ibadat, misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya.
Untuk mengetahui hadits tersebut dalam kategori ini, diantaranya terdapat
kata-kata kaana/yakuunu ‫ ) ) َكانَ يَ ُك ْو ُن‬atau raitu/raina ‫راَ ْينَا‬/
َ ُ‫)راَيْت‬
َ ). Contoh:
َ ‫صلُّ ْوا َك َما َرأَ ْيت ُ ُم ْونِى ا‬
)‫صلِى (رواه البخارى‬ َ
“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat”. (HR. Bukhari)
C. Hadits Taqririyah
Hadits Taqririyah adalah hadis yang berupa ketetapan Nabi terhadap apa
yang datang atau yang dilakukan oleh para sahabat.
Contoh:
Pada suatu hari Nabi Muhammad saw. Disugui makanan, diantaranya
daging dzab (sejenis biawak). Beliau tidak memakannya, sehingga Khalid
Ibn Walid bertanya: “Apakah daging itu haram ya Rasulullah ?”. Beliau
menjawab:
ُ ‫سله َم َي ْن‬
‫ظ ُر‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ ‫س ْو ُل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫ َو ٰلك ِْن لَ ْم َي ُك ْن ِبا َْٔر‬،‫َال‬
ُ ‫ض قَ ْومِ ى فَا َِٔجدُنِى أَ َمافُهُ قَا َل خَا ِلدٌ فَا ْجت ََر ْرتُهُ فَأَك َْلتُهُ َر‬
‫ِٕالَ ه‬
)‫ي (متفق عليه‬

5
Abd al-Wahab Khalaf, Ilm Ushul Al-Fiqh, (Mesir: Dar al-Qalam, 1978), hal. 36.

5
“Tidak, akan tetapi daging itu tidak terdapat di negeri kaumku, karena itu
aku tidak memakannya”, Khalid berkata: “Lalu aku pun menarik dan
memakannya. Sementara Rasulullah saw. Melihat ke arahku”. (Muttafaqun
alaih).
D. Hadits Hammiyah
Hadits Hammiyah adalah sesuatu yang dikehendaki Nabi (diingini)
tetapi belum jadi dikerjakan.6 Contoh hadits hammi dalam sebuah hadits
dari Ibn Abbas dinyatakan bahwa ketika Nabi berpuasa pada hari ‘Asyūrā
tanggal 10 dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa mereka berkata:
“Wahai Nabi, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi
dan Nasrani”. Nabi bersabda :
‫ص ْمنَا ْاليَ ْو ْم التَا ِس َع‬ َ ‫عا ُم ْال ُم ْقبِ ُل ا ِْن‬
ُ ُ‫شا ٓ َء هللا‬ َ َ‫فَ ِاذَا َكان‬.
“Tahun yang akan datang insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang
kesembilan”. (HR. Muslim).
Sikap Nabi demikian untuk menghindari waktu yang bersamaan
dengan puasa orang Yahudi dan Nasrani. Pada saat hadits di atas
disabdakan, Nabi berpuasa pada tanggal 10 dan setelah para sahabat
memberitahu bahwa saat itu adalah saat puasa bagi pemeluk dua agama di
atas, Nabi kemudian bercita-cita untuk berpuasa pada tanggal 9 ‘Asyūrā.
Hasrat dan cita-cita itu belum sempat terealisir karena beliau wafat sebelum
datang bulan ‘Asyūrā tahun depan.

6
Moh. Rifa’I, Fikih Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 2014), hal. 35.

6
E. Hadits Ahwali
Hadits akhwali adalah hadits yang serupa dengan hal ihwal Nabi
SAW.Yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya,
tentang keadaan fisik Nabi SAW.7
Contoh hadist Ahwali

}‫ {متفق عليه‬.‫اس ُخلُقًا‬ َ ْ‫سله َم أَح‬


ِ ‫سنَ النه‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َكانَ َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

Artinya : “Rasulullah Saw, adalah orang yang paling mulia akhlaknya.


(Mutafaq’alaih)”

7
Hosaini, Dr. Umar Siddiq, Studi Hadits, (Batu: Literasi Nusantara, 2019), hal. 21.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sahabat, dan tabi’in-tabi’in yang dapat dijadikan hukum syara’.
Sedangkan sunnah menurut istilah ahli hadist ialah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi saw. baik terjadi sebelum Nabi saw di angkat menjadi
Rasul, maupun sesudahnya. Khabar adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi
atau selain Nabi. Sedangkan untuk atsar para fuqaha memakai istilah atsar
sebagai sebutan untuk perkataan para ulama salaf, sahabat, tabi’in, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk hadits diantaranya hadits qauli (ucapan), hadits fi’liyah
(perbuatan), hadits taqriri (ketetapan), hadits hammi (sesuatu yang dikehendaki
Nabi tetapi belum dikehendaki), dan hadits ahwali (fisik, sifat-sifat, dan
kepribadian Nabi).

8
DAFTAR PUSTAKA

Al Shabbag, Muhammad. 1972. al-Hadits an-Nabawi. Riyadh: Al-Makhtab al-Islami.

Al-Wahab, abd Khalaf. 1978. Ilm Ushul Al-Fiqh. Mesir: Dar al-Qalam.

Hosaini, & Siddiq, Umar. 2019. Studi Hadits. Batu: Literasi Nusantara.

Rifa’I, Moh. 2014. Fikih Islam Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra.

Syam, Nur. 2014. Al-Qur’an Hadits. Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama.

Suparta, Munzier. 2002. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai