DOSEN PENGAMPUH:
FAKULTAS SYARIAH
i
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dimaksud dengan Hadis Qudsi dan Contohnya
2. Apa saja dimaksud dengan Hadis Marfu’ dan Contohnya
3. Apa yang dimaksud dengan Hadis Mauquf dan Contohnya
4. Apa yang dimaksud dengan Hadis Maqtu dan Contohnya
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:
1. Pengertian Hadis Qudsi dan Contohnya
2. Pengertian Hadis Marfu’ dan Contohnya
3. Pengertian Hadis Mauquf dan Contohnya
4. Pengertian Hadis Maqtu dan Contohnya
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Qudsi
ْ سلَّ َم َم َع ِإ
ِإ َل َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل ُِإيَّاه سنَا ِد ِه َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ ُه َو ما تقل إلينا َع ِن النَّبِ ِّي.
Yaitu Hadis yang diriwayatkan kepada kitari Nabi SAW yang disandarkan
oleh beliau kepada Allah SWT.
Atau,
كل حديث يُضيف فيه الرسول صلى هللا عليه وسلم قوال إلى هللا ع َّز َو َج َّل.
Setiap Hadis yang disandarkan Rasul SAW perkataan- nya kepada Allah
'Azza wa Jalla.1
Definisi di atas menjelaskan bahwa Hadis Qudsi itu adalah perkataan yang
bersumber dari Rasul SAW, namun disandarkan beliau kepada Allah SWT.
Akan tetapi, meskipun itu adalah perkataan atau firman Allah, Hadis Qudsi
bukanlah Al-Qur'an dan bahkan keduanya adalah berbeda.
1) Al-Qur'an lafaz dan maknanya berasal dari Allah SWT. Sedangkan Hadis
Qudsi maknanya berasal dari Allah SWT, sementara lafaznya berasal dari
Rasulullah SAW.
1
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 278-279
2
2) Al-Qur'an hukum membacanya adalah ibadah, sedangkan membaca Hadis
Qudsi hukumnya bukanlah Ibadah
3) Periwayatan dan keberadaan Al-Qur'an disyaratkan ha rus mutawatir,
sementara Hadis Qudsi, periwayatannya tidak disyaratkan mutawatir.
4) Al-Qur'an adalah mukjizat, dan terpelihara dari ter jadinya perubahan dan
pertukaran, serta tidak boleh diriwayatkan secara makna. Hadis Qudsi
bukanlah mukjizat, dan lafaz serta susunan kalimatnya bisa saja
5) Al-Qur'an dapat dibaca di dalam shalat, sementara Hadis Qudsi tidak dapat
dibaca ketika sedang melaksankan shalat.2
“Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahih-nya, dari Abi
Dzarra, dari Nabi SAW menurut apa yang diriwayatkan beliau dari Allah SWT,
2
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 280
3
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 280
3
bahwasanya Dia berfirman, "Wahai hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan
kezaliman atas diriku dan Aku jadikan kezaliman itu di antara kamu sebagai
perbuatan yang haram, maka oleh karena itu janganlah kamu saling
berbuat kezaliman...."
َأنَا: “يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى: سلَّ َم ِ عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َر
َ قَا َل النَّبِ ُّي:ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َوَأنَا َم َعهُ ِإ َذا َذ َك َرنِي،ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي بِي
B. Hadis Marfu’
4
Dimas Aditya dkk., “Pengertian dan klasifikasi hadis”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Langsa, 2020, hlm. 16
4
صةٌ ِمنْ قَ ْو ِل َأ ْو فِ ْع ٍل َأ ْو
َّ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو سلم َخا ِ الحديث المرفوع ه َُو َما َأ
َ ضيْفَ ِإلَى النَّبِ ِّي
ف ْ تَ ْغ ِريد َأ ْو َو
ٍ ص
Hadis Marfu’ adalah ucapan, perbuatan, ketetapan, atau sifat yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. secara khusus.5
“Maka siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan ridha) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya adalah kepada (ridha) Allah dan Rasul-Nya.
5
Nuruddin, Ulumul Hadis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 336
5
“Dan siapa yang hijrahnya karena urusan duniawi yang ingin dicapainya, atau
karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai
sebagaimana) yang dia niatkan.”
.َه َر ْي َرة
ُ عَنْ َأبِى:سابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه ْ ضانَ ِإي َمانًا َو
َ ِاحت َ صا َم َر َم
َ َْمن
سو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم ُ قَا َل َر:قَا َل
(HR. Ahmad)
كان: قالت، قالت عائشة لما سئلت رضي هللا عنها عن خلق النبي عليه الصالة والسالم
خلقه القرآن
Ketika ada seseorang bertanya kepada Siti ‘Aisyah tentang akhlak Nabi
Muhammad Saw. Dia berkata: “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”
6
(HR. Muslim)6
C. Hadis Mauquf
Menurut bahasa mauqûf’ merupakan isim maf’ûl dari K( الوقفberhenti). Jadi
secara bahasa hadîts mauqûf yaitu hadîts yang para perawinya berhenti hanya
sampai tingkatan sahabat, dan tidak meneruskannya sampai ke ujung sanad yang
tersisa.7
Yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dalam bentuk perkataan
beliau, perbuatan atau Taqrir, baik sanad-nya muttashil atau munqhati
ض ٍل َأ ْو تَ ْف ِرير
ْ َص َحابِي ِمنْ قَ ْب ِل َأ ْو ف
َّ ضيْفَ ِإلَى ال
ِ ما أ
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, segala sesuatu yang
diriwayatkan dari, atau dihubungkan kepada, seorang Sahabat atau sejumlah
Sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, maupun pengakuan, disebut Hadis
Mauquf. Dan sanad Hadis Mauquf tersebut boleh jadi muttashil (bersambung),
atau mungathi' (terputus).
6
www.ahdabina.com/hadits-marfu-pengertian-macam-macam-dan-contoh (Juli 2021)
7
Dimas Aditya dkk., “Pengertian dan klasifikasi hadis”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Langsa, 2020, hlm. 17
7
اس بِ َما
َ سَ ِّض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َح َدثُوا الن
ِ ب َرٍ ِ قا َل َعلِ َّي بْنَ َأبِي طَال:قول البخاري
ُسولُه َ َأ ْت ِريدُونَ َأنْ يُ َك َّذ، َيَ ْع ِرفُون.
ُ ب هَّللا َ َو َر
Bukhari berkata, "Dan Ibn 'Abbas telah menjadi imam dalam shalat sedangkan
dia bertayamum."8
َ سنَّ ِة َأ ْح
سنُ ِمنَ ا ِال ْجتِ َها ِد فِى ا ْلبِ ْد َع ِة َ ِاال ْقت
ُّ صا ُد فِى ال ِ : عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل
Di antara Hadis Mauquf terdapat Hadis yang lafaz dan bentuknya mauquf,
namun setelah dicermati hakikatnya bermakna Marfu, yaitu berhubungan dengan
Rasul SAW. Hadis yang demikian dinamai oleh para Ulama Hadis dengan al-
mauquf lafzhan al-Marju' ma'nan, yaitu: secara lafaz berstatus mauquf, namun
secara makna berstatus Marful.
8
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 284-285
9
https://salafy.or.id/12573/ (diakses 31 Januari 2019)
8
Di antara bentuk-bentuk Hadis Mauquf yang dihukumkan, atau berstatus
Marfu, adalah:
سلَّ َم
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِ ول هَّللا
ِ سُ ُكنَّا تُغزل َعلَى َع ْه ِد َر
10
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 286
9
5) Perawi Hadis tersebut ketika menyebutkan nama Sahabat mengatakan "yarfa'uhu,
dia me-rafa'- kannya"
6) Penafsiran Sahabat yang berhubungan dengan sabab nuzul suatu ayat Al-Qur'an,
seperti perkataan Jabir:11
لŠَ َمنْ َأتَى ا ْم َرَأتُهُ ِمنْ ُدبُ ِرهَافِي قُبِلَ َها َجا َء ا ْل َولَ ُد َأ ْح َوا:كانت اليهود تقول
D. Hadis Maqhtu
Secara etimologi, kata gatha'a adalah lawan dari washala, yang berarti putus
atau terputus. Sedangkan secara terminologi, Hadis Magthu berarti
Yaitu, sesuatu yang terhenti (sampai pada Tabi'i, baik perkataan maupun
perbuatan Tabi'i tersebut.
10
Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi'i atau generasi yang dating sesudahnya
berupa perkataan atau perbuatan.
Hadis Maqthu' tidaklah sama dengan Mungathi", karena Maqthu' adalah sifat
dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi'in atau Tabi' al-Tabiin, sementara
Munqathi' adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya keterputusan sanad pada
generasi sebelum Sahabat dan tidak secara berturut-turut, apabila keterputusan
sanad tersebut lebih dari satu orang perawi. Sanad pada Hadis Maqthu' bisa saja
muttashil (bersambung) sampai kepada Tabi'i, yang merupakan sum- ber dari
matan-nya.12
Perkataan Hasan Bashri mengenai shalat di belakang ahli bid'ah: "Shalatlah dan
dia akan menanggung dosa atas perbuatan bid'ahnya."
Dari (Muhammad) Ibnu Sirin ia berkata: Dulu mereka tidaklah bertanya tentang
isnad. Ketika terjadi fitnah, mereka berkata: Sebutkanlah nama para perawi
(hadits) kalian. Untuk dilihat (apakah berasal dari) Ahlussunnah, sehingga
diambil (diterima) haditsnya. Dan dilihat (apakah berasal dari) Ahlul Bid’ah
sehingga tidak diambil hadits mereka (riwayat Muslim dalam Muqoddimah
Shahih Muslim)
سي ِرينَ قَا َل ِإنَّ َه َذا ا ْل ِع ْل َم ِدينٌ فَا ْنظُ ُروا َع َّمنْ تَْأ ُخ ُذونَ ِدينَ ُك ْم
ِ عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن
12
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 293
11
Dari Muhammad bin Sirin ia berkata: Sesungguhnya Ilmu ini adalah Dien. Maka
lihatlah kalian dari siapa kalian mengambil (ilmu) Dien kalian (riwayat Muslim
dalam Muqoddimah Shahih Muslim)13
13
https://salafy.or.id/12573/ (diakses 31 Januari 2019)
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hadis Qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari Rasul SAW, namun
disandarkan beliau kepada Allah SWT. Akan tetapi, meskipun itu adalah
perkataan atau firman Allah, Hadis Qudsi bukanlah Al-Qur'an dan bahkan
keduanya adalah berbeda.
Hadis Maqtu esuatu yang disandarkan kepada Tabi'i atau generasi yang
dating sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14