Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN PENISBATAN

DOSEN PENGAMPUH:

MUAMMAR DAHLAH, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

MUH. VIKRI MAHENDRA (2203020084)

FADIL AULYAH AKMAL (2203020085)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu, Puji syukur kita panjatkan


kehadirat Allah AWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN PENISBATAN” ini sesuai dengan
waktu yang di tentukan. Pembuatan makalah ini dapat bertujuan untuk menempuh
tugas dari mata kuliah ULUMUL HADIS dengan dosen pengampuh bapak
MUAMMAR DAHLAH, S.H., M.H Sehingga kami tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada beliau yang telah berkenan untuk memberikan tambahan ilmu
kepada kami.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masi banyak kekurangan


yang perlu untuk dilengkapi dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan dimiliki penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan segala
bentuk dari saran serta masukan bahkan keritik yang bersifat membangun dari
segala pihak, khususnya pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

i
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Hadis Qudsi dan Contohnya................................................................


B. Hadis Marfu’ dan Contohnya..............................................................
C. Hadis Mauquf dan Contohnya.............................................................
D. Hadis Maqtu dan Contohnya...............................................................

BAB III PENUTUPAN.........................................................................................

Kesimpulan............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis adalah segala yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.baik perkataan,


perbuatan, maupun keizinannya. Menurut Muhadditsin, khabar identik dengan
hadis. Sekalipun ada segolongan yang mengkhususkan khabar yang selain
hadis seperti sejarah. Pengklasifikasian Hadis dapat ditinjau dari berbagai segi,
seperti pembagian Hadis berdasarkan jumlah perawi- nya, berdasarkan
kualitas sanad dan matan-nya, ber- dasarkan kedudukannya di dalam hujjah,
berdasarkan persambungan sanad-nya dan pihak yang disandarinya pa- da
akhir sanad, serta berdasarkan penyandaran beritanya, yaitu kepada Allah
SWT dan kepada Nabi SAW. Uraian ber- ikut akan membicarakan tentang
pembagian Hadis tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dimaksud dengan Hadis Qudsi dan Contohnya
2. Apa saja dimaksud dengan Hadis Marfu’ dan Contohnya
3. Apa yang dimaksud dengan Hadis Mauquf dan Contohnya
4. Apa yang dimaksud dengan Hadis Maqtu dan Contohnya
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui:
1. Pengertian Hadis Qudsi dan Contohnya
2. Pengertian Hadis Marfu’ dan Contohnya
3. Pengertian Hadis Mauquf dan Contohnya
4. Pengertian Hadis Maqtu dan Contohnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Qudsi

Secara etimologi, kata al-qudsi adalah nisbah, atau sesuatu yang


dihubungkan, kepada al-quds, yang berarti "suci". Dengan demikian, al-Hadits
al-Qudsi berarti Hadis yang dihubungkan kepada zat yang Quds, Yang Maha
Suci, yaitu Allah SWT,

Pengertiannya menurut istilah Ilmu Hadis adalah:

ْ ‫سلَّ َم َم َع ِإ‬
‫ِإ َل َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل‬ ُ‫ِإيَّاه‬ ‫سنَا ِد ِه‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ ُه َو ما تقل إلينا َع ِن النَّبِ ِّي‬.

Yaitu Hadis yang diriwayatkan kepada kitari Nabi SAW yang disandarkan
oleh beliau kepada Allah SWT.

Atau,

‫كل حديث يُضيف فيه الرسول صلى هللا عليه وسلم قوال إلى هللا ع َّز َو َج َّل‬.

Setiap Hadis yang disandarkan Rasul SAW perkataan- nya kepada Allah
'Azza wa Jalla.1

Definisi di atas menjelaskan bahwa Hadis Qudsi itu adalah perkataan yang
bersumber dari Rasul SAW, namun disandarkan beliau kepada Allah SWT.
Akan tetapi, meskipun itu adalah perkataan atau firman Allah, Hadis Qudsi
bukanlah Al-Qur'an dan bahkan keduanya adalah berbeda.

Antara Al-Qur'an dengan Hadis Qudsi terdapat be berapa perbedaan, yaitu:

1) Al-Qur'an lafaz dan maknanya berasal dari Allah SWT. Sedangkan Hadis
Qudsi maknanya berasal dari Allah SWT, sementara lafaznya berasal dari
Rasulullah SAW.

1
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 278-279

2
2) Al-Qur'an hukum membacanya adalah ibadah, sedangkan membaca Hadis
Qudsi hukumnya bukanlah Ibadah
3) Periwayatan dan keberadaan Al-Qur'an disyaratkan ha rus mutawatir,
sementara Hadis Qudsi, periwayatannya tidak disyaratkan mutawatir.
4) Al-Qur'an adalah mukjizat, dan terpelihara dari ter jadinya perubahan dan
pertukaran, serta tidak boleh diriwayatkan secara makna. Hadis Qudsi
bukanlah mukjizat, dan lafaz serta susunan kalimatnya bisa saja
5) Al-Qur'an dapat dibaca di dalam shalat, sementara Hadis Qudsi tidak dapat
dibaca ketika sedang melaksankan shalat.2

Berdasarkan pengertian dan kriteria yang dimiliki oleh Hadis Qudsi,


terdapat perbedaan di antara Hadis Quds dan Hadis Nabi SAW, yaitu:

Bahwa Hadis Qudsi, nisbah atau pembangsaannya adalah kepada Allah


SWT, dan Rasulullah SAW berfungsi sebagai yang menceritakan atau
meriwayatkannya dari Allab SWT. Oleh karena itu, dihubungkanlah Hadis
tersebut de ngan al-quds (maka dinamai "Hadis Qudsi, atau dengan al-Rah
(dan dinama "Hadis Ilahi"). 3

Sedangkan Hadis Nabawi, nisbah atau pembangsaannya adalah kepada


Nabi SAW dan sekaligus periwayatannya adalah berasal dari beliau

Contoh Hadis Qudsi

‫سلَّ َم فِي َما‬


َ ‫صلَّى هللاُ عَلي ِه َو‬ ِ ‫ص ِحي ِح ِه عَنْ َأبِي َذ ٍر َر‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِ ِّي‬ َ ‫سلِ ٌم فِي‬
ْ ‫َما َر َواهُ ُم‬
ِ ‫ يا عبادي إني حرمتُ القَلَ َم َعلَى نَ ْف‬:‫َن هَّللا ِ تَبَا َر َك َوتَ َعالَى َأنَّهُ قَا َل‬
‫سي َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم‬ ِ ‫َر َوى ع‬
‫ُم َح َّر ًما فال تظالمون‬

“Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahih-nya, dari Abi
Dzarra, dari Nabi SAW menurut apa yang diriwayatkan beliau dari Allah SWT,
2
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 280
3
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 280

3
bahwasanya Dia berfirman, "Wahai hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan
kezaliman atas diriku dan Aku jadikan kezaliman itu di antara kamu sebagai
perbuatan yang haram, maka oleh karena itu janganlah kamu saling
berbuat kezaliman...."

‫ َأنَا‬:‫ “يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى‬: ‫سلَّ َم‬ ِ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ قَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ َوَأنَا َم َعهُ ِإ َذا َذ َك َرنِي‬،‫ِع ْن َد ظَنِّ َع ْب ِدي بِي‬

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu beliau berkata, telah


bersabda Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, “Telah berfirman Allah
Subhanahu wa ta’ala, ‘Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku,
dan Aku bersamanya ketika dia mengingatku..” (HR. Bukhari dan Muslim).

ْ ِ‫ َأ ْنف‬:ُ ‫ ” قَا َل هَّللا‬:‫سلَّ َم قَا َل‬


‫ق يَا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ َأنَّ َر‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ِ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ َر‬
ْ ِ‫ ُأ ْنف‬،‫ابْنَ آ َد َم‬
َ‫ق َعلَ ْيك‬

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah


shollallahu’alaihi wasallam bersabda, “Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak
kepada kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim)

B. Hadis Marfu’

Menurut bahasa marfû’ merupakan isim maf’ûl dari ‫ رفع‬yang merupakan


lawan dari kata ‫( وضع‬rendah). Dipakainya istilah marfû’ dikarenakan
penisbahannya kepada nabi Muhammad SAW sebagai seorang sosok yang mulia,
yang memiliki derajat yang tinggi. 4

Sedangkan menurut Istilah:

4
Dimas Aditya dkk., “Pengertian dan klasifikasi hadis”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Langsa, 2020, hlm. 16

4
‫صةٌ ِمنْ قَ ْو ِل َأ ْو فِ ْع ٍل َأ ْو‬
َّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو سلم َخا‬ ِ ‫الحديث المرفوع ه َُو َما َأ‬
َ ‫ضيْفَ ِإلَى النَّبِ ِّي‬
‫ف‬ ْ ‫تَ ْغ ِريد َأ ْو َو‬
ٍ ‫ص‬

Hadis Marfu’ adalah ucapan, perbuatan, ketetapan, atau sifat yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. secara khusus.5

Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang


disandarkan dan berhubungan dengan Rasulullah SAW, baik perkataan,
perbuatan, taqrir, ataupun sifat disebut dengan Hadis Marfu’. Orang yang
menyandarkan itu boleh jadi sahabat atau selain sahabat, seperti Tabi’in dan
lainnya. Dengan demikian, sanad dari Hadis Marfu' ini bisa Muththashil, yaitu
berhubungan atau bersambung dari awal sampai kepada akhir sanad-nya, dan bisa
juga Mungathi, Mursal, atau Mu'dhal dan Mu'allaq. Hukum Hadis Marfu'
tergantung pada kualitas dan bersambung atau tidaknya sanad, sehingga dengan
demikian memungkinkan suatu Hadis Mafu' itu berstatus Shahih, Hasan, atau
Dha'if

Contoh Hadis Marfu

ِ ‫ِإنَّ َما ْاَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْمرٍِئ َما نَ َوى‬،‫ت‬

ُ ‫س ْولِ ِه فَ ِه ْج َرتُهُ ِإلَى هللاِ َو َر‬


‫س ْولِ ِه‬ ُ ‫فَ َمنْ َكانَتْ ِه ْج َرتُهُ ِإلَى هللاِ َو َر‬

َ ‫ َأ ْو ا ْم َرَأ ٍة يَ ْن ِك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ ِإلَى َما ه‬،‫ص ْيبُ َها‬


‫َاج َر ِإلَ ْي ِه‬ ِ ُ‫َو َمنْ َكانَتْ ِه ْج َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي‬
“Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang akan memperoleh balasan berdasarkan apa yang dia niatkan.

“Maka siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan ridha) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya adalah kepada (ridha) Allah dan Rasul-Nya.

5
Nuruddin, Ulumul Hadis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 336

5
“Dan siapa yang hijrahnya karena urusan duniawi yang ingin dicapainya, atau
karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai
sebagaimana) yang dia niatkan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

.َ‫ه َر ْي َرة‬
ُ ‫ عَنْ َأبِى‬:‫سابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه‬ ْ ‫ضانَ ِإي َمانًا َو‬
َ ِ‫احت‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ ْ‫َمن‬
‫سو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫قَا َل‬

Dari Abu Hurairah, dia berkata:

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh


keimanan dan hanya mengharap ridha Allah, maka seluruh dosanya yang telah
lalu akan dihapus.”

(HR. Imam Bukhari.)

‫ق‬ ْ ‫ض ثَالَثا ً َوا‬


َ ‫ستَ ْن‬
Šَ ‫ش‬ ْ ‫ضَأ فَ َم‬
َ ‫ض َم‬ َّ ‫سلَّ َم ت ََو‬ َ ‫عَنْ َأبِى ُأ َما َمةَ َأنَّ النَّبِ َّى‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫س ُح ا ْل َماقَ ْي ِن ِمنَ ا ْل َع ْي ِن‬ َ ‫ثَالَثا ً َو َغ‬
َ ‫س َل َو ْج َههُ َو َكانَ يَ ْم‬
Dari Abu Umamah, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Beliau berkumur
tiga kali, beristinsyaq tiga kali, dan membasuh wajah. Lalu beliau mengusap
kedua sudut mata.”

(HR. Ahmad)

‫ كان‬:‫ قالت‬، ‫قالت عائشة لما سئلت رضي هللا عنها عن خلق النبي عليه الصالة والسالم‬
‫خلقه القرآن‬

Ketika ada seseorang bertanya kepada Siti ‘Aisyah tentang akhlak Nabi
Muhammad Saw. Dia berkata: “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”

6
(HR. Muslim)6

C. Hadis Mauquf

Menurut bahasa mauqûf’ merupakan isim maf’ûl dari K‫( الوقف‬berhenti). Jadi
secara bahasa hadîts mauqûf yaitu hadîts yang para perawinya berhenti hanya
sampai tingkatan sahabat, dan tidak meneruskannya sampai ke ujung sanad yang
tersisa.7

Al-Nawawi, sebagaimana dikutip oleh Al-Suyuthi, mendefinisikan Hadis


Mauquf sebagai berikut:

َ‫ص َحابَ ِة قَ ْواًل لَ ُه ْم َأ ْو فِالً َأ ْو نَ ْح َوهُ متصال َكانَ َأ ْو َكان‬


َّ ‫وهو التروي عن ال‬

Yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dalam bentuk perkataan
beliau, perbuatan atau Taqrir, baik sanad-nya muttashil atau munqhati

Al-Thahhan memilih definisi yang lebih ringkas, yaitu:

‫ض ٍل َأ ْو تَ ْف ِرير‬
ْ َ‫ص َحابِي ِمنْ قَ ْب ِل َأ ْو ف‬
َّ ‫ضيْفَ ِإلَى ال‬
ِ ‫ما أ‬

Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat berupa perkataan, perbuatan,


ataupun taqrit (pengakuan/ persetujuan)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, segala sesuatu yang
diriwayatkan dari, atau dihubungkan kepada, seorang Sahabat atau sejumlah
Sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, maupun pengakuan, disebut Hadis
Mauquf. Dan sanad Hadis Mauquf tersebut boleh jadi muttashil (bersambung),
atau mungathi' (terputus).

Contoh Hadis Mauquf

6
www.ahdabina.com/hadits-marfu-pengertian-macam-macam-dan-contoh (Juli 2021)
7
Dimas Aditya dkk., “Pengertian dan klasifikasi hadis”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Langsa, 2020, hlm. 17

7
‫اس بِ َما‬
َ ‫س‬َ ِّ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َح َدثُوا الن‬
ِ ‫ب َر‬ٍ ِ‫ قا َل َعلِ َّي بْنَ َأبِي طَال‬:‫قول البخاري‬
ُ‫سولُه‬ َ ‫ َأ ْت ِريدُونَ َأنْ يُ َك َّذ‬، َ‫يَ ْع ِرفُون‬.
ُ ‫ب هَّللا َ َو َر‬

Bukhari berkata, "Alir.a berkata, 'Berbicaralah dengan manusia tentang apa


yang diketahui/dipahaminya, apakah kamu ingin bahwa Allah dan Rasul-Nya
didustai"."

ٍ ‫ َوَأ َّم ابْنُ َعبَّا‬،‫قَ ْو ُل ا ْلبَ َخا ِري‬


‫س َوه َُو ُم َمم‬

Bukhari berkata, "Dan Ibn 'Abbas telah menjadi imam dalam shalat sedangkan
dia bertayamum."8

َ ‫سنَّ ِة َأ ْح‬
‫سنُ ِمنَ ا ِال ْجتِ َها ِد فِى ا ْلبِ ْد َع ِة‬ َ ِ‫اال ْقت‬
ُّ ‫صا ُد فِى ال‬ ِ : ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل‬

Dari Abdullah (bin Mas’ud) –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Sederhana


dalam Sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam kebid’ahan
(riwayat al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubro, al-Hakim dalam al-Mustadrak,
dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim oleh adz-Dzahabiy)9

Di antara Hadis Mauquf terdapat Hadis yang lafaz dan bentuknya mauquf,
namun setelah dicermati hakikatnya bermakna Marfu, yaitu berhubungan dengan
Rasul SAW. Hadis yang demikian dinamai oleh para Ulama Hadis dengan al-
mauquf lafzhan al-Marju' ma'nan, yaitu: secara lafaz berstatus mauquf, namun
secara makna berstatus Marful.

8
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 284-285
9
https://salafy.or.id/12573/ (diakses 31 Januari 2019)

8
Di antara bentuk-bentuk Hadis Mauquf yang dihukumkan, atau berstatus
Marfu, adalah:

1) Perkataan Sahabat mengenai masalah-masalah yang bukan merupakan lapangan


ijtihad dan tidak pula dapat ditelusuri melalui pemahaman secara kebahasa- an,
serta tidak pula bersumber dari ahli Kitab, umpami nya:
a. Berita tentang masa lalu, seperti tentang awal kejadian manusia.
b. Berita tentang masa yang akan datang, seperti huru hara dan kedahsyatan
keadaan yang akan dialami pada hari kiamat.
2) Perbuatan Sahabat mengenai masalah yang bukan merupakan lapangan ijtihad,
seperti shalat kusuf yang dilakukan oleh Ali ra dengan cara melakukan lebih dari
dua rukuk pada setiap raka'atnya.
3) Berita dari Sahabat mengenai perkataan atau perbuatan mereka tentang sesuatu
serta tidak adanya sikap keberatan yang muncul mengenai perkataan atau
perbuatan tersebut. Terhadap hal ini ada dua keadaan. yaitu:
a. Apabila perkataan atau perbuatan Sahabat tersebut disandarkan kepada masa
Nabi SAW, maka hukumnya adalah Marfu, seperti perkataan Jabir 139

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ُ ‫ُكنَّا تُغزل َعلَى َع ْه ِد َر‬

(‫)رواه البخاري و مسلم‬

Adalah kami berazal pada masa Rasullah SAW (Riwayat Bukhari


Muslim).

b. Namun, apabila perkataan atau perbuatan Sahabat tersebut tidak disandarkan


kepada masa Nabi SAW, maka jumhur Ulama berpendapat bahwa Hadis ter-
sebut statusnya adalah Mauquf10
4) Perkataan Sahabat: "umirna bikadza," ("kami diperintahkan untuk melakukan
ini"), "nuhina 'an kadza," ("kami dilarang begini"), atau "min al-sunnah kadza,"
("termasuk Sunnah adalah begini").

10
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 286

9
5) Perawi Hadis tersebut ketika menyebutkan nama Sahabat mengatakan "yarfa'uhu,
dia me-rafa'- kannya"
6) Penafsiran Sahabat yang berhubungan dengan sabab nuzul suatu ayat Al-Qur'an,
seperti perkataan Jabir:11

‫ل‬Šَ ‫ َمنْ َأتَى ا ْم َرَأتُهُ ِمنْ ُدبُ ِرهَافِي قُبِلَ َها َجا َء ا ْل َولَ ُد َأ ْح َوا‬:‫كانت اليهود تقول‬

‫ث لَّ ُك ْم‬ َ ِ‫ رواه مسلم فََأن َز َل هَّللا ُ تَ َعالَى ن‬- ‫ األية‬.


ٌ ‫ساُؤ ُك ْم َح ْر‬

Orang-orang Yahudi berkata, "Siapa yang menggauli isterinya dari arah


belakangnya, maka akan lahir anak yang juling matan-nya, maka setelah itu
turunlah ayat Al-Qur'an yang menyatakan, "isteri-isteri kamu adalah ibarat
lahan perkebunan kamu, Hadis Riwayat Muslim.

D. Hadis Maqhtu

Secara etimologi, kata gatha'a adalah lawan dari washala, yang berarti putus
atau terputus. Sedangkan secara terminologi, Hadis Magthu berarti

‫ لَهُ َأ ْو‬.‫وهو الموقوف على التابعي قوال له أو فعال‬

Yaitu, sesuatu yang terhenti (sampai pada Tabi'i, baik perkataan maupun
perbuatan Tabi'i tersebut.

Atau, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan:

‫ما أضيف إلى النا من َأ ْو َمنْ دُونَهُ ِمنْ قول أو فعل‬.


11
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 287

10
Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi'i atau generasi yang dating sesudahnya
berupa perkataan atau perbuatan.

Hadis Maqthu' tidaklah sama dengan Mungathi", karena Maqthu' adalah sifat
dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi'in atau Tabi' al-Tabiin, sementara
Munqathi' adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya keterputusan sanad pada
generasi sebelum Sahabat dan tidak secara berturut-turut, apabila keterputusan
sanad tersebut lebih dari satu orang perawi. Sanad pada Hadis Maqthu' bisa saja
muttashil (bersambung) sampai kepada Tabi'i, yang merupakan sum- ber dari
matan-nya.12

Contoh Hadis Maqtu

ُ‫"ص َل َو َعلَ ْي ِه بِ ْد َعتُه‬ ِ ‫صاَل ِة َخ ْلفَ ا ْل ُم ْبتَد‬


َ :‫َع‬ ْ َ‫س ِن ا ْلب‬
َّ ‫ص ِري فِي ال‬ َ ‫الح‬
َ ‫قول‬

Perkataan Hasan Bashri mengenai shalat di belakang ahli bid'ah: "Shalatlah dan
dia akan menanggung dosa atas perbuatan bid'ahnya."

َ ‫ت ا ْلفِ ْتنَةُ قَالُوا‬


‫س ُّموا لَنَا ِر َجالَ ُك ْم‬ ِ ‫سنَا ِد فَلَ َّما َوقَ َع‬ ِ ‫سَألُونَ ع‬
ْ ‫َن اِإل‬ ْ َ‫سي ِرينَ قَا َل لَ ْم يَ ُكونُوا ي‬ ِ ‫َع ِن ا ْب ِن‬
ِ ‫سنَّ ِة فَيُْؤ َخ ُذ َح ِديثُ ُه ْم َويُ ْنظَ ُر ِإلَى َأه ِْل ا ْلبِد‬
‫َع فَالَ يُْؤ َخ ُذ َح ِديثُ ُه ْم‬ ُّ ‫فَيُ ْنظَ ُر ِإلَى َأه ِْل ال‬.

Dari (Muhammad) Ibnu Sirin ia berkata: Dulu mereka tidaklah bertanya tentang
isnad. Ketika terjadi fitnah, mereka berkata: Sebutkanlah nama para perawi
(hadits) kalian. Untuk dilihat (apakah berasal dari) Ahlussunnah, sehingga
diambil (diterima) haditsnya. Dan dilihat (apakah berasal dari) Ahlul Bid’ah
sehingga tidak diambil hadits mereka (riwayat Muslim dalam Muqoddimah
Shahih Muslim)

‫سي ِرينَ قَا َل ِإنَّ َه َذا ا ْل ِع ْل َم ِدينٌ فَا ْنظُ ُروا َع َّمنْ تَْأ ُخ ُذونَ ِدينَ ُك ْم‬
ِ ‫عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن‬

12
Nawer Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA, 1997), hlm. 293

11
Dari Muhammad bin Sirin ia berkata: Sesungguhnya Ilmu ini adalah Dien. Maka
lihatlah kalian dari siapa kalian mengambil (ilmu) Dien kalian (riwayat Muslim
dalam Muqoddimah Shahih Muslim)13

13
https://salafy.or.id/12573/ (diakses 31 Januari 2019)

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hadis Qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari Rasul SAW, namun
disandarkan beliau kepada Allah SWT. Akan tetapi, meskipun itu adalah
perkataan atau firman Allah, Hadis Qudsi bukanlah Al-Qur'an dan bahkan
keduanya adalah berbeda.

Segala sesuatu yang disandarkan dan berhubungan dengan Rasulullah


SAW, baik perkataan, perbuatan, taqrir, ataupun sifat disebut dengan Hadis
Marfu’

Segala sesuatu yang diriwayatkan dari, atau dihubungkan kepada, seorang


Sahabat atau sejumlah Sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
pengakuan, disebut Hadis Mauquf

Hadis Maqtu esuatu yang disandarkan kepada Tabi'i atau generasi yang
dating sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nuruddin. (2012). Ulumul Hadis. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Yuslem, N. (1997). Ulumul Hadis. Jakarta: PT MUTIARA SUMBER WIDYA.

14

Anda mungkin juga menyukai