اــ ْد ِ ّـ
Secara etimologi, kataسُُّي ُلقـ al-Qudsiy adalah nisbah atau sesuatu yang dihubungkan,
kepada اــ ْدس
ُلقـ Al-quds, yang berarti اــ ُْطهـر
ُّ ‘ ل ّـsuci’. Dengan demikian, al-hadits al-Qudsi
berarti hadits yang dihubungkan kepada Dzat yang suci, Yang Maha Suci, yaitu Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
ويطلق عليه الحديث، الطهارة والتنزيه: والقدس هو، الحديث القدسي نسبة إلى القدس
اإللهي نسبة لإلله والحديث الرباني نسبة للرب جل وعال
“Hadis Qudsi adalah hadis yang dinisbahkan pada kata Qudsi. Arti kata Qudsi adalah suci (ath-thoharoh)
dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi juga disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah
(Allah), dan juga disebut hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan
Luhur”.
Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 551 menjelaskan;
والحديث القدسي أنزل عليه بغير واسطة الملك غالبا بل بالهام أو منام إما باللفظ والمعنى
وإما باللفظ فقط يعبر عنه النبي صلى هللا عليه و سلم بألفاظ من عنده و ينسبه اليه تعالى ال
للتعبد بتالوته وال لإلعجاز.
“Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan tanpa perantara malaikat
melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya hadis Qudsi itu turun berupa lafadz dan maknanya
dan adakalanya lafadznya saja dan kemudian Nabi sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz
dari dirinya sendiri yang di nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap
ibadah dan jga tidak mengandung mukjizat”.
Dalam kitab at-Tahbir fi Ilmittafsir halaman 39, Imam As-Suyuthi tidak memasukkan hadis Qudsi
kepada pengertian al-Quran.
وأما في العرف فهو الكالم المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم لإلعجاز بسورة
وسائر، التوراة واإلنجيل: فخرج بالمنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم،منه
األحاديث الربانية القدسية كحديث الصحيحين: وباإلعجاز،الكتب
“Adapun pengertian Al-Qur’an secara ‘uruf (definisi umumnya ulama) adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam yang mempunyai muatan
mukjizat dalam setiap satu suratnya. Tidak termasuk pada definisi al-Quran yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad adalah kitab Taurat, Injil dan kitab-kitab yang lain. Tidak termasuk yang
mempunyai mukjizat adalah hadis-hadis yang dinisbahkan (seperti hadis qudsi) kepada Allah yang
Suci, sebagaimana hadis (yang di riwayatkan) Imam Bukhori dan Muslim”.
ويسمى أيضا ً (الحديث،- ما رواه النبي صلّى هللا عليه وسلّم عن ربه – تعالى
الرباني والحديث اإللهي
“Hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari rabb-nya (Allah
subhanahu wa ta’ala), dan hadits ini disebut juga dengan hadits rabbani dan hadits
ilahi.”
Al-Jurjani sebagaimana dalam kitabnya at-Ta'rifat mengatakan,
الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند هللا تعالى ومن حيث اللفظ من رسول
هللا صلى هللا عليه وسلم فهو ما أخبر هللا تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه
السالم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه ألن لفظه منزل أيضا
Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah, sementara
redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah kepada
nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan hal itu
dengan ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran lebih utama dibandingkan
hadits qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya. At-Ta'rifat, halaman 113
الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام
فأخبر النبي صلى هللا عليه وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Hadits qudsi adalah berita yang disampaikan Allah SWT kepada nabiNya secara
makna dalam bentuk ilham atau mimpi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menyampaikan berita 'makna' itu dengan redaksi beliau.
Az-Zarqani berpendapat bahwa redaksi dan makna hadits qudsi berasal dari
Allah. Sebagaimana dikatakan dalam kitab Manahil al-Urfan sebagai berikut,
الحديث القدسي أ ُوحيت ألفاظه من هللا على المشهور والحديث النبوي أوحيت معانيه في غير ما
اجتهد فيه الرسول واأللفاظ من الرسول
Hadits qudsi redaksinya diwahyukan dari Allah SWT (menurut pendapat yang
masyhur), sedangkan hadits nabawi makna diwahyukan dari Allah SWT untuk
selain kasus ijtihad Rasulullah SAW. Sementara redaksinya dari Rasulullah
SAW.
Ibnu Hajar Al Asqolani juga memberikan penyataannya tentang hadits qudsi
(hadits ilahiah) dalam salah satu kitabnya, yang berbunyi:
الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام
فأخبر النبي صلى هللا عليه وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Al munawi mendefinisikan bahwa hadits qudsi adalah berita yang Allah turunkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara makana dalam
bentuk mimpi atau ilham. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam
menyampaikan berita itu dalam redaksi beliau.
مااخبرالله نبيه باـإل لهام اوبا لمنام فأخبر النبي صلي الله وسلم من ذلك المعني بعبارة نفسه
“Sesuatu yang dikhabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau
impian (mimpi), yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham itu dengan
ungkapan kata beliau sendiri.” (fathurahman 50)
1. Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sedangkan
hadits qudsi maknanya berasal dari Allah namun lafazhnya berasal dari Rasulullah SAW.
2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan hadits qudsi tidak sebut ibadah
3. Seluruh isi al-Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya mutlak. Adapun
hadis-hadis Qudsi kebanyakan adalah kabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan
dugaan. Adakalanya hadis itu sahih, hasan, dan daif.
4. Hadits qudsi adalah wahyu Allah yang diterima Nabi Muhammad SAW secara langsung,
Tanpa perantaraan malaikat Jibril. Sedangkan Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diterima
Nabi MuhammadSAW lewat perantaraan Malaikat Jibril.
6. Hadits qudsi memakai kalimat langsung (orang pertama/Aku), sedang Al Qur'an memakai
kalimat orang ketiga .
7. Hadits qudsi diturunkan secara "private" (khusus ) kepada Muhammad sebagai nabi,
sehinggga tidak disebarluaskan untuk umum, karena bersifat pribadi. Hanya beberapa
sahabat tepercaya saja yang menerimanya. Sedangkan Al Qur'an diturunkan kepada
Muhammad SAW sebagai rosul, sehingga Nabi Muhammad SAW wajib menyebarluaskannya
kepada umatnya dan seluruh umat manusia.
9. Demi kemurnian dan kesucian Al Qur'an, hadits qudsi dan Al Qur'an tidak disatukan
dalam satu mushaf. Hadits qudsi dibiarkan berdiri sendiri dan tidak pernah dibukukan
(kodifikasi).
10. Al-Qur’an adalah mukjizat yang terjaga sepanjang masa dari segala pengubahan, serta
lafadznya dan seluruh isinya sampai taraf hurufnya, sedangkan hadis Qudsi bukan
merupakan mu’jizat.
11. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan maknanya saja. Ia harus
disampaikan sebagaimana adanya. Berbeda dengan hadits Qudsi, yang
bisa sampai kepada kita dalam hadis yang diriwayatkan secara makna
saja.
12. Dalam madzhab Syafi’i, mushaf Al-Qur’an tidak boleh dipegang
dalam keadaan berhadats kecil, serta tidak boleh dibaca saat berhadats
besar. Sedangkan pada hadis Qudsi, secara hukum, ia boleh dibaca
dalam kondisi berhadats.
13. Hadits Qudsi tidak di jadikan bacaan saat shalat, sedang Al-Qur’an
wajib di baca khususnya surat al-fatihah .
14. Al-Qur’an berasal dari Allah, tersusun dalam susunan ayat dan surat
yang telah ditentukan.
15. Lafadz dan makna Al-Qur’an sudah diwahyukan secara utuh kepada
Nabi Muhammad, sedangkan lafaz hadits qudsi bisa hanya diriwayatkan
oleh para periwayat secara makna.
Jumlah Hadis Qudsi
Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak hadis nabawi yang jumlahnya menurut
sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis. Secara keseluruhan jumlah
hadis qudsi masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung dengan
redaksi atau riwayat yang diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal
kepastian jumlah hadis qudsi.
Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang mensyarahi kitab hadis
Araba’in An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis. Imam Al-
Munawi dalam kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-Qudsiyah
menyebutkan jumlah hadis qudsi sebanyak 272 hadis.
Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah hadis qudsi sebanyak 100
hadis atau lebih sedikit.
Ciri dan Tanda Lafadz Hadits Qudsi
Di dalam meriwayatkan Hadits Qudsi, ada lafazh yang dipergunakan,
secara khusus yaitu:
فيما يرويه عن ربِّه عز وجل،قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
“Rasulullah ﷺbersabda menurut apa yang diriwayatkan oleh beliau dari
Allah ‘Azza wa Jalla…”
قال هللا تعالى فيما رواه عنه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menurut apa yang diriwayatkan
dari Allah Ta’ala oleh Rasulullah [ ”… ﷺUlumul Hadits, hal. 282]
،َّ ِفي َما َيرْ ِوي َعنْ َر ِّب ِه َع َّز َو َجل،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ِّ َعنْ ال َّن ِبي،ض َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما ِ َّاس َر ٍ ْن َعب ِ َعنْ اب
ُ َك َت َب َها هَّللا ُ لَ ُه عِ ْندَ ه، َف َمنْ َه َّم ِب َح َس َن ٍة َفلَ ْم َيعْ َم ْل َها: ُث َّم َبي ََّن َذل َِك،ِت َوال َّس ِّي َئات ِ ب ْال َح َس َنا َ “إِنَّ هَّللا َ َك َت:َقا َل
إِلَى،ٍضعْ ف ِ إِلَى َس ْب ِع ِما َئ ِة،ٍ َك َت َب َها هَّللا ُ لَ ُه ِع ْندَ هُ َع ْش َر َح َس َنات، َفإِنْ ه َُو َه َّم ِب َها َف َع ِملَ َها،َح َس َن ًة َكا ِملَ ًة
، َفإِنْ ه َُو َه َّم ِب َها َف َع ِملَ َها، َك َت َب َها هَّللا ُ لَ ُه ِع ْندَ هُ َح َس َن ًة َكا ِملَ ًة، َو َمنْ َه َّم ِب َس ِّي َئ ٍة َفلَ ْم َيعْ َم ْل َها،ٍِيرة َ ف َكث ٍ أَضْ َعا
” َك َت َب َها هَّللا ُ لَ ُه َس ِّي َئ ًة َوا ِح َد ًة
“Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad
Shollallahu’alaihi wasallam, Sesungguhnya Allah menulis semua kebaikan dan
keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak
melakukannya, Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya.
Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis
pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya.
Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Allah
menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan
berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Allah menulis satu keburukan saja.
(HR. Bukhari dan
Hadits Qudsi Tentang Kasih Sayang Allah dan Silaturahmi
ول
َ ت َر ُسُ ال َس ِم ْع
:َ عن ْ ُه – َق َ ع ْوف – َر ِض َي الَل ّـَّ ُه َ الرحمن بْ ِن
ِ عبْ ِد
َ عن َ وأخرجه الترمذي
،اس ِميْ تل ََها ِم َن
ُ ْ َو َش َقق،الَر ِح َم َّت ّـ
ُ َخل َ ْق،من َّ َوأَنَا ّـ، أَنَا الَل ّـَّ ُه:ال الَل ّـَّ ُه
ُ الَر ْح :ُ ُالَل ّـَّ ِه يَق
َ ول « َق
َو َم ْن َق َط َع َها َق َط ْعتُ ُه،َف َم ْن َو َصل ََها َو َصلْتُ ُه
حديث حسن صحيح:قال الترمذي – رحمه الله تعالى
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺbersabda,”Allah berfirman,’Aku Allah. Aku adalah
ar-Rahman. Aku telah menciptakan rahim dan aku ambilkan dari pecahan nama-
Ku.Siapa saja yang menyambungnya (hubungan rahim) maka Aku menyambung
(hubungan) dengannya dan siapa saja yang memutusnya maka Aku memutus
(hubungan) dengannya.” [At-Tirmidzi rahimahullah berkata,”Hadits hasan shahih]
.ِب إِلِيَّ َع ْب ِديْ ِب َشي ٍء أَ َحبَّ إِلِيَّ ِممَّا ا ْف َت َرضْ ُت ُه َع َل ْيه َ َّ َو َما َت َقر.ِالحرْ ب َ َمنْ َعادَ ى لِي َولِ َّيا ً َف َق ْد َآذ ْن ُت ُه ِب:أَنَّ هللا تعالى َقا َل
ُ َو َيدَ ه،ِص َرهُ الَّ ِذيْ ُي ْبصِ ُر ِبه َ َو َب،ِت َس ْم َع ُه الَّ ِذيْ َيسْ َم ُع ِبه ُ َفإِ َذا أَحْ َبب ُت ُه ُك ْن،ُوال َي َزا ُل َع ْب ِديْ َي َت َقرَّ بُ إِ َليَّ ِبال َّن َواف ِِل َح َّتى أ ُ ِح َّبه
] رواه البخاري266[ َو َلئِنْ اسْ َت َعا َذنِيْ ألُعِ ي َْذ َّن ُه،ُ َو َلئِنْ َسأ َ َل ِنيْ ألُعطِ َي َّنه. َو ِرجْ لَ ُه الَّتِي َيمْ شِ يْ ِب َها،الَّتِي َي ْبطِ شُ ِب َها