Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FADHILATUL KHOIRIYAH

KELAS :3E

MATKUL : STUDI HADIST

NIM : 192501145

PENGERTIAN HADIST QUDSI DAN NABAWI BESERTA CONTOHNYA

A. Pengertian Hadis Qudsi

Ditinjau dari segi bahasa, kata “qudsi” dari qadusa, yaqdusu, duqsan, artinya suci atau bersih.
Makna kata hadis Qudsiy, artinya hadis yang suci. Dari sudut terminologis, kata hadist Qudsiy,
terdapat beberapa definisi dengan redaksi yang sedikit berbeda-beda, akan tetapi essensianya
pada dasarnya sama, yaitu sesuatu yang diberitahukan Allah SWT kepada Nabi SAW, selain al-
Qur’an, yang redaksinya disusun oleh Nabi sendiri. Untuk lebih jelasnya, beberapa definisi
tersebut dapat dilihat dibawah ini.

Menurut Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, memberikan definisi hadist Qudsiy sebagai berikut

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَوْ الً إِلَى هللاِ َع َّز َو َج َّل‬
َ ‫ض ْيفَ فِ ْي ِه ال َّرسُوْ ِل‬ ٍ ‫ ُكلُّ َح ِد ْي‬.
ِ ُ‫ث ي‬

Hadist Qudsiy ialah setiap hadist yang disandarkan oleh Rasullulah SAW., dalam bentuk
perkataan kepada Allah azza wajalla.

Sedangkan menurut Shaih, sebagaimana dikutip oleh H. Mudasir menyebutkan

َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َذلِكَ ْال َم ْعنَى بِ ِعب‬


‫ار ِة نَ ْف ِس ِه‬ َ ‫اال َمن َِام فَأ َ ْخبَ َر النَّبِ ُّي‬
ْ ِ‫ َمااَ ْخبَ َر هللاُ نَبِيَّهُ بِاإْل ِ ْلهَ ِام اَوْ ب‬.

Sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian yang
kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.

Hadits qudsi, disebut juga dengan istilah hadits Ilahi atau hadits Rabbani, Secara etimologi
Hadits Qudsi merupakan nisbah kepada kata Qudsi yang mempunyai arti bersih atau suci.

Hadis qudsi adalah kalam yang maknanya dari Allah dan lafadnya dari Nabi saw. Atau dengan
ibarat lain, kalam yang dinisbatkan kepada Nabi dan maknanya bersumber dari Allah.Hadis
qudsi sering diistilahkan dengan hadis ilahi nisbat kepada ilahi, atau hadis robbani nisbat kepada
Rabb. Penisbatan ini mengindikasikan adanya makna kemuliaan, karena disandarkan kepada
‘kesucian’ Allah (qadsatullah).
Dalam istilah lain, sebenarnya terdapat dua sisi lafad, ‘hadis’ dan ‘qudsi’. Lafad hadis kembali
kepada nabi dan lafad qudsi kembali kepada Allah. Penggabungan dua kata lain karena dalam
hadis qudsi terdapat perpaduan antara lafad yang itu bersumber dari Nabi dan makna yang
bersembur dari Allah.

Gambaran bentuk ungkapan dari sebuah makna seperti yang terdapat dalam hadis qudsi
sebenarnya banyak didapatkan dalam al-Quran. Misalnya saat Allah menceritakan ucapan-
ucapan para Nabi terdahulu, atau dialog mereka dengan kaumnya. Dialog itu kemudian
diceritakan kembali oleh Allah dalam al-Quran dengan menggunakan bahasa Arab, dan teks al-
Quran saat mengungkapkan isi dialog tersebut tidak persis seperti teks dialog yang sebenarnya
tapi sebatas makna dan substansi yang terjadi dalam dialog saat itu.

Demikan dengan hadis qudsi, dimana Rasulullah mendapat informasi makna dari Allah yang
kemudian informasi tersebut diungkapkan kembali oleh Rasulullah saw dengan menggunakan
bahasa dan redaksi beliau. Hadis Qudsiy ini biasanya bercirikan sebagai berikut:

1. makna dari Allah dan lafadz dari Nabi

2. membacanya tidak sebagai ibadah sebagaimana Al-qur’an


3. tidak disyaratkan penetapannya melalui mutawattir
4. Disandarkan kepada Allah, tidak secara langsung
5. menggunakan lafadz-lafadz tertentu,di antaranya :
- Qala Rasulullah saw Fima yarwih’An Rabbihi
- Qala Allah Fima Rawahu ‘Anhu Rasulullah
Adapun beberapa contoh hadist yang tergolong sebagai hadist Qudsiy adalah sebagai berikut:
a. Hadis Qudsy tentang akhlak

ِ ‫ضبِي َعلَى َم ْن ظَلَ ُم َم ْن الَ يَ ِج ُد لَهُ ن‬


‫َاصرًا‬ َ َ‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ اِ ْشتَ َّد َغ‬:‫ال هللاَ تَ َعالَى‬ َ ‫ قَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن علٍ ٌّي َر‬
)‫(الطبراني‬. ْ‫َغي ِْري‬

Dari Ali r.a. dia berkata: telah bersabda Nabi SAW: Allah SWT berfirman: “Aku sangat murka
kepada orang yang melakukan kedzaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak ada
pembelanya selain Aku.”(H.R. ath-Tabrani).

b. Hadis Qudsiy tentang aqidah

‫ ي ُْؤ ِذي ِْن ابْنُ ا َد َم يَسُبُّ ال َّد ْه َر َواَنَا‬:َّ‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل هللاُ َع َّز َو َجل‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ار‬ َ َ‫ال َّد ْه َربِيَ ِدى االَ ْم ُر اُقَلِّبُ اللَّي ِْل َو النَّه‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : "Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : "Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Anak Adam (manusia)
menyakiti Aku dengan mencaci maki tahun, dan Akulah tahun. Dan di tangan Akulah segala
urusan, Aku balik siang dan malamnya". (HR. Bukhari).

c. Hadis Qudsi tentang kebesaran Dzat Allah


َ َ‫ َوهللاِ الَ يَ ْغفِ ُر هللاُ لِفُاّل ٍن َواِ َّن هللاَ تَ َعالَى ق‬:‫ث اَ َّن َر ُحاًل قَا َل‬
‫ َم ْن‬:‫ال‬ َ ‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َح َّد‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ اَ َّن َرسُوْ ُل هللا‬ ٍ ‫ع َْن ُج ْن ُد‬
ِ ‫ب َر‬
)‫(اخرخه مسلم‬.‫اَوْ َك َما قا َ َل‬,‫ك‬ ْ َ‫ َواَب‬,‫ت لِفُاّل ٍن‬
َ َ‫طتُ َع َمل‬ ُ ْ‫ فَإِنِّى قُ ْد َغفَر‬,‫ي اَ ْن الَاَ ْغفِ َر لِفُاّل ٍن‬ َّ َ‫َذالَّ ِذى يَتَا َعل‬

Dari Jundub r.a bahwasannya Rasullullah SAW bercerita bahwa seseorang berkata: “Demi
Allah, Allah tidak mengampuni Fulan”. Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Siapakah yang
bersumpah atas Ku bahwa Aku tidak mengampuni Fulan dan aku menghapus amal atau seperti
apa yang ia ucapkan”. (hadist ditakhrij oleh Imam Muslim).

B. Pengertian Hadis Nabawi

Yang dimaksud hadis Nabawi menurut H.A. Djalil Afif ialah hadis yang disandarkan
kepada selain Allah azza wajalla. Dengan kata lain hadis nabawi adalah semua hadist yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li), maupun
ketetapan (taqrir) beliau. hadist nabawi ada 2 yaitu :

1. Bersifat taufiqi ( disimpulkan oleh Rasulullalah SAW menurut pemahamannya terhadap


Al-qur’an)

2. Bersifat tauqifi ( secara makna/kandungan isinya berasal dari wahyu Allah namun
redaksinya di susun oleh Rasulullah dengan kata-katanya sendiri)

Berikut ini adalah beberapa contoh hadist Nabawi, baik itu hadist qauli, fi’li, maupun taqrir.

1. Hadis Qauliyah
ْ ‫ َد ْع َوةُ ْال‬,‫ك فِ ْي ِه َّن‬
‫مظلُوْ ِم‬ ٌ َ‫ت ُم ْست ََجب‬
َّ ‫ات الَ َش‬ ِ ‫ث َدع ََوا‬ ُ َ‫ ثَال‬:‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
ْ ْ
)‫َو َد ُع َوةُ ال ُم َسافِ ِر َو َد ُع َوةُ اَل َولَ ِد َعلَى َولِ ِد ِه (رواه الترمدى‬

Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a yang mustajab dan
tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang berpergian, dan kedua orang tua
kepada anaknya” (H.R. Tirmidzi)

2. Hadis Fi’liyah

َ‫صالَ ِة َرفَ َع يَ َد ْي ِه َحتَّى يَ ُكوْ نَا َحدَوْ َم ْن ِكبَ ْي ِه َو َكا نَ يَ ْف َع ُل َذلِك‬ َ ِ‫رأَيْتَ َرسُوْ ُل هللا‬:
َّ ‫صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذ قَا َم فِ ْى ال‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ُع َم َر قَا َل‬
َ ِ‫ع َو يَقُوْ ُل " َس ِم َع هللاُ لِ َم ْن َح ِم ْيدَه" َوالَ يَ ْف َع ُل َذل‬ ْ َ ِ‫ع َو يَ ْف َع ُل َذل‬
‫ك فِى ال ُّسجُوْ ِد (رواه‬ ِ ْ‫ك إِ َذ َرفَ َع رأ َسهُ ِمنَ الرُّ ُكو‬ ِ ْ‫ِح ْينَ يُ ْكبَ ُر الرُّ ُكو‬
)‫البخاري‬

Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata: “Aku melihat Rasullullah SAW, apabila beliau berdiri
melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya setentang kedua bahunya, dan hal
tersebut dilakukan beliau ketika bertakbir hendak ruku’, dan beliau juga melakukan hal itu ketika
bangkit dari ruku’, seraya membaca “sami’allahu liman hamidah”. Beliau tidak melakukan hal
itu (yaitu mengangkat kedua tangan) ketika sujud. (H.R. Bukhari).

C. Persamaan Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

Hadis qudsi dan hadis nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan, yaitu sama-sama
bersumber dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya.

‘Dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapanya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

(Q.S. An-Najm [53]: 3-4)

Selain itu, redaksi keduanya (hadis Qudsiy dan hadis Nabawi) disusun oleh Nabi SAW. Jadi,
yang tertulis itu semata-mata ungkapan atau kata-kata Nabi sendiri.

D. Perbedaan Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

Perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi dapat dilihat dari segi penisbatan, yaitu hadis
nabawi dinisbatkan kepada Rasul SAW, dan riwayatkan dari beliau sehingga dinamakan hadis
nabawi. Adapun hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah SWT, oleh karena itu, ia dibatasi dengan
sebutan ‘Al-quds’ atau ‘Al-ilah’ sehingga disebut hadis qudsi atau hadis ilahi, yakni penisbatan
kepada Dzat yang maha tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Smeer, Zeid B, Ulumul Hadis, Pengantar Studi Hadis Praktis,UIN Malang Press 2008.

Solahudin, M. Agus, Agus Suyadi, Ulumul Hadis.

Raya, Ahmad Thib, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,2003.

Anda mungkin juga menyukai