Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI HADIST DITINJAU DARI BENTUK ASAL

Ulama Hadist mendefinisikan Hadist secara bahasa dengan ‫( الجديد‬yang baru) dengan lawannya ‫القديم‬
(lama) dengan secara umum yang dimaksud dengannya adalah segala perkataan Nabi SAW yang
dinukilkan dan disampaikan oleh manusai baik dari segi mendengar atau segi wahyu dalam keadaan
terjaga ataupun tidur.

Sedangkan menurut istilah segalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, dan sifat. Didalam buku Manhaj Naqd fi ulumul hadist, Nuruddin Ithr
mendefinisikan bahwa hadits segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat kholqiyyah (penciptaan), Khuluqiyyah (Akhlak) atau apa saja
yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in.

Diantara contoh hadits yang menggambarkan akhlak Nabi adalah:

‫رمضان في لنا سا اجود كان و لنا سا جود ا وسلم عليه هللا صلى هللا‬

“Adalah Rasulullah itu manusia yang penyantun dan lebih penyantun lagi dibulan Ramadhan”

Dan contoh yang menggambarkan Nabi seorang manusia ciptaan Allah SWT

‫ بالقصير وال‬,‫ لباءن ا بالطويل ليس‬,‫خلق واحسنه‬,‫وجها كان الناس حسنا وسلم عليه هللا صل اللهر‬

“Adalah Rasulullah manusia yang paling baik/indah wajahnya, paling mulia akhlaknya, tidak
terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek”.

a. Hadits Qouli
Hadits Qouli adalah semua ucapan Nabi Muhammad yang disampaikan dalam berbagai
macam tempat dan kesempatan, dan ulama ushul fiqh juga mendefinisikan Hadits Qouli dengan
definisi yang sama.

Contoh Hadits yang menggambarkan perkataan Nabi Muhammad:

‫ب َحا ِم ِل فِ ْق ٍه ِإلَى َمنْ ه َُو‬ َ ‫ض َر هَّللا ُ ا ْم َرًأ‬


َّ ‫س ِم َع ِمنَّا َح ِديثًا فَ َحفِظَهُ َحتَّى يُبَلِّ َغهُ فَ ُر‬ َّ َ‫سلَّ َم يَقُو ُل ن‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬
ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ ٍ ِ‫عَنْ َز ْي ِد ْب ِن ثَاب‬
َ ‫ت قَا َل‬
َ
‫س بِفقِي ٍه‬ َ ْ
َ ‫ب َحا ِم ِل فِق ٍه ل ْي‬ ْ
َّ ‫فقهُ ِمنهُ َو ُر‬ َ ْ ‫َأ‬

Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah
memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada
orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa
banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Dawud).
b.Hadits Fi’li

Hadits Fi’li adalah semua perbuatan Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh para sahabat seperti
wudhu Nabi, tata cara pelaksanaan shalat, pelaksanaan haji,dan lain sebagainya.

Contoh hadits yang menggambarkan perbuatan Nabi Muhammad:

‫ إذا قام من الليل يشوص فاه بالسواك‬j;‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم‬
“Telah ada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau bangun pada malam hari untuk
tahajjud, beliau membersihkan mulutnya dengan siwak” (HR Bukhari dan Muslim)  

Para ulama ushul fiqh juga mengelompokkan perbuatan Nabi Muhammad kepada beberapa bagian :

1. Jibilli/jiblah (perangai/tabiat), yaitu perbuatan atau pekerjaan Nabi Muhammad yang termasuk
dalam urusan tabiat seperti makannya Nabi, minum, duduk, dsb.
2. Qurb (pendekatan/dekat), seperti ibadah shalat, puasa, shodaqoh, dsb.
3. Mu’amalah (hukum syar’i yang mengatur kepentingan individu dengan lainnya), seperti jual beli,
perkawinan, pertanian, dsb.

Adapun kandungan hukum yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah tersebut, bahwasanya fi’liyah
Rasulullah adalah pekerjaan Nabi yang menjadi penerang bagi kita dalam melaksanakan perintah Allah
SWT seperti beliau mengerjakan shalat zuhur empat rakaat, maghrib tiga rakaat, isya’ empat rakaat, ashar
empat rakaat, dan subuh dua rakaat. Kesemuanya itu merupakan perbuatan Nabi yang berkedudukan
sebagai hukum asal, andaikata hukum asal yang dikerjakan Nabi itu wajib maka pekerjaan yang
menerangkan cara melaksanakan perintah yang wajib itu juga wajib.

c. Hadits Taqriri

Hadits Taqriri (penetapan, pengkuhan, atau isbat) adalah semua yang diakui oleh Nabi terhadap
yang bersumber dari salah satu sahabat beliau, baik berupa perkataan dan perbuatan, meskipun
perbuatan tersebut dihadapannya atau tidak.

Contoh hadits yang menggambarkan penetapan Nabi :

‫سا فَقَا َل اَأْل ْق َر ُع ِإنَّ لِي َع َش َرةً ِم ْن ْال َولَ ِد َما‬ ٍ ِ‫سنَ بْنَ َعلِ ٍّي َو ِع ْن َدهُ اَأْل ْق َر ُع بْنُ َحاب‬
ً ِ‫س التَّ ِمي ِم ُّي َجال‬ َ ‫سلَّ َم ا ْل َح‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَبَّ َل َر‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ثُ َّم قَا َل َم ْن اَل يَرْ َح ُم اَل يُرْ َح ُم‬ ‫َأ‬
َ ِ ‫ت ِم ْنهُ ْم َحدًا فَنَظَ َر ِإلَ ْي ِه َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫قَب َّْل‬

“Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam pernah mencium Al Hasan bin Ali sedangkan disamping
beliau ada Al Aqro’ bin Habis At Tamimi sedang duduk.
Lalu Aqro’ berkata; “Sejatinya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium
mereka sekali pun.”
Maka Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa tidak
mengasihi maka ia tidak akan dikasihi”
[HR Bukhori 5538]

Contoh kedua, yaitu dalam jual beli

ُ‫سلَّ َم َأنْ نَبِ ْي َعهُ َحتَّى نَ ْنقُلَه‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫الر ْكبَا ِن ِج َزافًا فَنَ َهانَا َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُّ َ‫شتَ ِري الطَّ َعا َم ِمن‬
ْ َ‫ ُكنَّا ن‬:‫ض َي هللاُ َع ْن ُه َما قَا َل‬
ِ ‫َن ْب ِن ُع َم َر َر‬
ِ ‫ع‬
‫ِمنْ َم َكانِ ِه‬

Dari Abdulloh bin Umar, dia berkata, “Dahulu kami (para sahabat) membeli makanan secara
taksiran, maka Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam melarang kami menjual lagi sampai kami
memindahkannya dari tempat belinya”
[HR Muslim 1526]

d.Hadits Siffati

Hadits Siffati (na’at/sifat) adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada sifat dan kepribadian
Nabi Muhammad, contoh : bahwasanhya Rasulullah itu bukanlah orang yang melampaui batas dan
suka berkata kotor, yang mempunyai watak yang keras, beliau juga bukan yang suka berteriak, keji,
dan juga bukan yang suka membuka aib.

Contoh hadits siffati adalah :

‫صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫ال َرَأي‬


َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ ‫ي‬
‫هّٰللا‬
َ َ‫ض َي ُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫اع ْي ُل ع َْن َأبِ ْي ُج َح ْيفَةَ َر‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا َأحْ َم ُد بْنُ يُوْ ن‬
ِ ‫س َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر َح َّدثَنَا ِإ ْس َم‬
‫ رواه البخاري‬- ُ‫َو َسلَّ َم َو َكانَ ْال َح َسنُ يُ ْشبِهُه‬

"Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair]
telah menceritakan kepada kami [Ismail] dari Sahabat Abu Juhaifah ra, berkata, "Aku melihat Nabi
SAW dan Hasan bin Ali mirip dengan Beliau"" (HR-Bukhari)".

B. KLASIFIKASI HADITS DITINJAU DARI SIFAT ASAL

Apabila hadits ditinjau dari sifat asal, hadits terbagi menjadi dua bagian, yaitu Hadits
Nabawiy dan Hadits Qudsiy.

1. Hadits Nabawiy :
Hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, dan sifat.

Contoh hadits nabawiy adalah :

 ‫ َوَأ َشا َر بِال َّسبَّابَ ِة َو ْال ُو ْسطَى َوفَ َّر َج بَ ْينَهُ َما َش ْيًئا‬، ‫ ” َأنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِ ِيم فِي ْال َجنَّ ِة هَ َك َذا‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

 “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau
mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.”
2.Hadits Qudsiy

Secara bahasa adalah ‫ القدسي‬dinisbatkan kepada (Al Quds) yaitu : Suci dikarenakan dinisbatkan
hadits tersebut kepada Dzat yang suci yaitu Allah Subhanahuwata’ala.

Secara istilah adalah hadits yang disandarkan oleh Nabi Muhammad kepada Allah,
maksudnya adalah periwayatan yang diberikan oleh Nabi bersumber dari Kalam Allah, maka Rasul
hanya meriwayatkan dari segi lafadz saja dan apabila seseorang meriwayatkan, maka
periwayatannya dari Rasulullah yang bersandarkan kepada Allah.

Contoh hadits qudsiy yaitu :

َ ‫ َكت‬،َ‫ضى هَّللا ُ ْالخَ ْلق‬


ٌ ‫ فَهُ َو َموْ ضُو‬،‫َب فِي ِكتَابِ ِه َعلَى نَ ْف ِس ِه‬
‫ع‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ” لَ َّما ق‬ َ َ‫ ق‬:‫عن َأبِي ه َُري َْرةَ قَا َل‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ ْ
‫َضبِي” (رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه‬ َ ‫ ِإ َّن َرحْ َمتِي تَ ْغلِبُ غ‬:ُ‫ِع ْن َده‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah Saw, “Ketika
Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk
diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku.” (HR.
Muslim, al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)

Dari segi perbedaan kita dapat membedakan antara hadits nabawiy dan hadits qudsiy dan hadits
qudsiy dengan alqur’an :

Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawiy :

a. Hadits Qudsiy maknanya dari sisi Allah yang disampaikan kepada Rasulullah dengan
metode seperti metode turunnya wahyu dan tidak langsung dispesifikasikan kepada Rasul
dan Rasulullah mengatakan ‫ هللا قل تعالئ‬sementara itu lafadz susunan katanya barulah dari
sisi Rasulullah. Oleh karena itulah dinamakan dengan ‫قدسيا‬.
b. Hadits Nabawiy tidak demikian halnya karena hadits nabawiy bersifat taufiqiy,
ditetapkan dengan ijtihad dan pendapat Nabi Muhammad dari pemahamannya tentang
AlQur’an dengan memperhatikan hakekat yang terjadi.

Hadits Qudsiy dengan AlQur’an :

a. Hadits Qudsiy lafadznya dari sisi Nabi Muhammad dan makanya dari Allah dengan jalan
ilham atau ketika tidur dengan wahyu yang ‫ خلي‬ataupun tidak. Sementara AlQur’an
lafadz dan maknanya murni dari Allah melalui wahyu yang ‫ خلي‬dengan perantaraan
malaikat Jibril AS dalam keadaan terjaga dan bukan kondisi tidur ataupun dengan ilham.
b. Hadits Qudsiy sah menggunakan periwayatannya dengan makna, adapun AlQur’an
diharamkan riwayatnya dengan makna.
c. Hadits Qudsiy tidaklah beribadah dalam membacanya,sementara AlQur’an beribadah
dalam membacanya.
d. AlQur’anul Karim adalah mu’jizat Allah yang kekal abadi yang berurutan lafadz kalimat,
huruf, susunan katanya, adapun Hadits Qudsiy tidaklah berurutan dan tidak pula mu’jizat.
e. AlQur’an diharamkan menyentuhnya bagi orang yang berhadats/tidak suci, sementara
Hadits Qudsiy tidak demikian halnya.

C. HADITS BERDASARKAN KWANTITAS SANAD DAN PERAWINYA


1. Hadits Mutawatir
Secara etimologi berarti beriringan, berurutan,berkesinambungan, kontinyu. Sedanhgkan
secara terminologi berarti hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi dalam setiap
generasi sanad, mulai awal (sahabat Nabi) hingga akhir (perawi, penulis hadits).

Contoh hadits mutawatir adalah :

‫مارفع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يديه حتى رؤي بياض في شيء من دعا ئه إال في اإلستسقاء‬

Rasulullah Saw. Tidak menganangkat kedua tangan ketika dalam berdo’anya selain dalam
shalat istisqa’ (shalat minta hujan), dan beliau mengangkat kedua tangannya sehingga
tampak putih kedua ketiaknya.

Syarat hadits mutawatir ada empat yaitu :

1. Rawi haditsnya segolongan orang banyak


2. Mereka mustahil melakukan kebohongan karena rawi rawi itu orang banyak
yang berbeda beda kalangan dan profesi.
3. Rawi yang banyak itu meriwayatkan pada rawi yang banyak pula, mulai dari
permulaan hingga akhir sanad.
4.Bersifat indrawi (dapat diterima oleh panca indra).

Hadits mutawatir dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Mutawatir Lafdhi
Yaitu mutawatir dalam satu masalah yang diriwayatkan dengan menggunakan lafadz
(susunan kata) satu atau lebih namun satu makna yakni dalam konteks masalah itu.
Contoh hadits mutawatir lafdhi adalah :

‫ﺤﺪﺜﻨﺎ ﻤﻭﺴﻰ ﻘﺎﻝ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺍﺒﻭ ﻋﻭﺍﻨﺔ ﻋﻦ ﺍﺒﻰ ﺼﺎﻠﺢ ﻋﻦ ﺍﺒﻰ‬


‫ﺤﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻠﻨﺒﻰ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺘﺴﻤﻮﺍ ﺒﺄﺴﻤﻲ ﻮﻻ ﺘﻜﺘﻧﻮﺍ ﺒﻜﻧﻳﺘﻰ ﻮﻤﻦ ﺮﺍﻧﻰ ﻔﻰ ﺍﻟﻤﻧﺎﻤﻰ ﻔﻘﺪ ﺮﺍﻧﻰ ﻔﺄﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻦ‬
‫ ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮي‬.‫)ﻻﻴﺗﻤﺛﻞ ﻔﻰ ﺻﻭﺭﺗﻰ ﻭﻤﻦ ﻜﺬﺐ ﻋﻠﻰ ﻤﻌﻤﺪﺍ ﻔﻟﻴﺗﺒﻮﺃ ﻤﻘﻌﺪﻩ ﻤﻦ ﺍﻠﻧﺎﺮ‬
“Menceritakan kepada Musa dia berkata menceritakan kepada Abu Uwanah diperoleh dari Abi
Husain dari Abi Salih dari Abi Hurairah dari Nabi saw., jadikan nama kamu sesuai dengan namaku,
dan jangan kamu melekatkan keburukan dengan yang aku anggap itu buruk. Siapa yang diantara
kamu melihatku di dalam tidurnya, maka ia benar-benar telah melihatku. Sesungghnya Setan tidak
bisa menyerupai bentukku dan siapa yang berdusta dengan sengaja, maka ia telah menyediakan
tempatnya di dalam neraka.” (HR Bukhari).
b. Mutawatir Ma’nawi
Adalah hadits yang isinya diriwayatkan secara mutawatir dengan bentuk matan yang berbeda
beda. Umunya hadits mutawatir dalam jenis ini berupa riwayat tentang perilaku Nabi
terhadaplingkungan, cara Nabi Muhammad mengangkat kedua tangan dalam berdo’a, dan
sebagainya.
Contoh hadits mutawatir ma’nawi adalah :
‫اال ْستِ ْسقَا ِء‬ َ ‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّم يَ َد ْي ِه َحتّى ُرِؤ‬
ِ ‫ي بيَاظُ اِ ْبطَ ْي ِه فِى َش ْيٍئ ِمن ُدعَاِئ ِه االّ فِى‬ َ ‫ َما َرفَ َع‬.
‫ُمتّفق عليه‬
“ Nabi Muhammad Saw. Tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam do’a-do’a beliau,selain
dalam shalat istisqa’. Dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya
”.

2. Hadits Ahad
Secara harfiah kata ahad (‫ )احاد‬merupakan bentuk jamak dari kata ahad (‫ )احاد‬yang berarti yang satu,
tunggal. Jika dikatakan khabar wahid maka maksudnya adalah khabar atau hadits yang diriwayatkan
oleh seorang pribadi (sendiri). Jadi, Hadits Ahad (‫ )الحديث االحاد‬adalah hadits yang diriwayatkan oleh
satu orang atau dua orang saja, atau bahkan oleh sedikit orang, atau seorang saja, dan selanjutnya
masing masing perawi menyampaikan haditsnya kepada seorang, atau dua orang saja. Jumlah perawi
yang demikian dalam setiap tahap tidak menjadikan haditsnya terkenal sebagaimana jenis lainnya.

Contoh hadits ahad adalah :


‫ُصيبُهَا َأوْ ِإلَى ا ْم َرَأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما‬
ِ ‫َت ِهجْ َرتُهُ ِإلَى ُد ْنيَا ي‬ ِ ‫ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
ْ ‫ت وَِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى فَ َم ْن َكان‬
‫هَا َج َر ِإلَ ْي ِه‬
“Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apa yang dia
niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan
yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan”. [Muttafaqun ‘alaih].

Klasifikasi hadits ahad :


a. Hadits masyhur
Adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau lebih pada setiap tingkat sanadnya di
masing masing jalur, dan tidak melebihi jumlah sanad untuk periwayatan hadits mutawatir.
Contoh hadits masyhur adalah :
 ‫عن أنس أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أن رسول هللا قنت شهرا بعد الركوع يدعو على رعل وذكوان‬
Dari Anas Ra, ” Sesungguhnya Rasulullah Saw melakukan qunut selama sebulan setelah ruku’
berdoa atas kebinasaan kabilah Ri’lin dan Zakwan (kalibah Arab).” (HR. Bukhari & Muslim)
hadits masyhur dikelompokkan menjadi :
a. Hadits yang masyhur dikalangan para Ahli Hadits secara khusus, contohnya :
‫المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده‬
Artinya; “Seorang Muslim adalah orang yang sanggup menjamin keselamatan orang-orang
Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari & Muslim)
b. Hadits yang masyhur dikalangan ahli hadits sendiri dan kalangan lainnya, contohnya :
‫العجلة من الشيطان‬
Artinya; “ tergesa-gesa itu termasuk dari sifat setan”. (HR. Tirmizi).
c. Hadits yang masyhur di kalangan para Ahli Fiqh, contohnya :
‫أبغض الحالل إلى هللا الطالق‬
Artinya; Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah talak. (HR. Abu Daud).
d. Hadits yang masyhur dikalangan para Ahli Ushul, contohnya :
‫ َو َما‬، َ‫ َوالنِّ ْسيَان‬،‫ض َع ع َْن ُأ َّمتِي ْال َخطََأ‬
َ ‫ قَا َل ِإ َّن هللاَ َو‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،-‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫ر‬-
َ ‫س‬ٍ ‫َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫ا ْستُ ْك ِرهُوْ ا َعلَ ْي ِه‬
Dari Ibnu Abas ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari
umatku kekeliruan, kealpaan dan apa-apa yang dipaksakan terhadap mereka”. (HR. Ibnu Majah
& Baihaqi).

e. Hadits yang masyhur dikalangan para Ahli Nahwu, contohnya :


ِ ‫َف هللاُ لَ ْم يَع‬
‫ْصه‬ ِ ‫ُحيْبٌ لَوْ لَ ْم يَخ‬
َ ‫نِ ْع َم ال َع ْب ُد ص‬
Artinya; “ Sebaik-baiknya hamba adalah Shuhaib jika takut pada Allah dan tidak maksiat.”

Hadis ini tidak ditemukan asal sanadnya.

f. Hadits yang masyhur dikalangan masyarakat umum, contohnya adalah:

‫العجلة من الشيطان‬
Artinya; “ tergesa-gesa itu termasuk dari sifat setan”. (HR. Tirmizi).

b. Hadits Aziz
Kata Aziz berarti yang mulia, utama, kuat, dan sangat. Adalah hadits yang mempunyai dua jalur
sanad, yang masing masing terdiri atas dua orang rawi pada setiap level sanadnya. Atau dengan kata
lain, hadits aziz adalah hadits yang mempunyai dua sistem sanad.
Contoh hadits aziz adalah :

َ‫َأ ْج َم ِعين‬ َّ ‫ َحتَّى َأ ُكونَ َأ َح‬،‫الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم‬


ِ ‫ب ِإلَ ْي ِه ِمنْ َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالنَّا‬
‫س‬
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintainya daripada bapaknya,
anaknya, dan manusia seluruhnya. (HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan Ahmad dari empat
orang sahabat).

Hadits ini diriwayatkan dari Anas oleh Qatadah dan ‘Abdul Aziz bin Shuhaib. Diriwayatkan dari
Qatadah oleh Syu’bah dan Sa’id. Diriwayatkan dari ‘Abdul Aziz bin Shuhaib oleh Isma’il bin
‘Ulliyah dan ‘Abdul Warits dan diriwayatkan dari keduanya oleh banyak orang.
c. Hadits Gharib
Menurut etimologi berarti terasing/jauh dari tempat tinggalnya. Sedang menurut istilah artinya
hadits yang asing sebab hanya diriwayatkan oleh seorang rawi, atau disebabkan karena adanya
penambahan dalam matan atau sanad.
Contoh hadits gharib adalah :

ُ‫اريُّ قَا َل َأ ْخبَ َرنِي ُم َح َّم ُد بْنُ ِإب َْرا ِهي َم التَّ ْي ِم ُّي َأنَّه‬ َ ‫الزبَي ِْر قَا َل َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ َس ِعي ٍد اَأْل ْن‬
ِ ‫ص‬ ُّ ُ‫َح َّدثَنَا ْال ُح َم ْي ِديُّ َع ْب ُد هَّللا ِ بْن‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ْت َرس‬ ُ ‫ال َس ِمع‬َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر ق‬
ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ْت ُع َم َر ْبنَ ْالخَطَّا‬ ُ ‫ي يَقُو ُل َس ِمع‬ ٍ ‫َس ِم َع ع َْلقَ َمةَ ْبنَ َوقَّا‬
َّ ِ‫ص اللَّ ْيث‬
‫ُصيبُهَا َأوْ ِإلَى ا ْم َرَأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما‬ ِ ‫َت ِهجْ َرتُهُ ِإلَى ُد ْنيَا ي‬ ْ ‫ت َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِرٍئ َما ن ََوى فَ َم ْن َكان‬ ِ ‫َو َسلَّ َم يَقُو ُل ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
‫َاج َر ِإلَ ْي ِه‬
َ ‫ه‬
“(al-Bukhari menyatakan) telah menceritakan kepada kami al-Humaidiy Abdullah bin az-Zubair ia
berkata: telah menceritakan kepada kami Sufyan ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Said al-Anshariy ia berkata: telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin Ibrahim atTaimiy
bahwasanya ia mendengar ‘Alqomah bin Waqqash al-Laitsiy berkata: Aku mendengar Umar bin al-
Khoththob radhiyallahu anhu berada di atas mimbar menyatakan: Aku mendengar Rasulullah shollallahu
alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya amalan-amalan itu dengan niatnya. Dan segala sesuatu
tergantung apa yang diniatkan. Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang ia upayakan, atau karena
wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (ternilai) sesuai yang diniatkannya itu” (H.R al-Bukhari).

Hadits Gharib dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Gharib Mutlak ialah hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi walaupun hanya
dalam satu thabaqat (tingkatan).
Contoh hadits gharib, adalah :
ِ ‫ِإنَّ َما اَأْل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
‫ت‬
“Semua perbuatan tergantung niatnya.”

Umar bin al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu menyendiri dalam meriwayatkan hadits tersebut.

2. Gharib Nisbi ialah hadits dimana kegharibannya ditentukan karena suatu segi, misalnya dari
segi hanya diriwayatkan oleh seorang rawi tertentu, dan sebagainya.
Contoh hadits gharib nisbi, adalah :
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َم َّكةَ َو َعلَى َرْأ ِس ِه ْال ِم ْغفَ ُر‬
َ ‫أن النبي‬
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kota Makkah dengan mengenakan topi baju
besi di kepalanya.” ( HR. Bukhari).

Malik menyendiri dengan riwayat ini dari Az-Zuhri (maksudnya tidak ada yang
meriwayatkan hadits ini dari az-Zuhri kecuali hanya Malik, sementara hadits tersebut punya
banyak jalan lain selain dari az-Zuhri).

D. HADITS BERDASARKAN KWALITAS SANAD


1. Hadits Shahih
Kata shahih ((‫ صحيح‬berasal dari kata shahha ((‫ صح‬dan shihah ((‫ صحـة‬yang berarti sehat, tidak cacat.
Hadits Shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung proses periwayatan oleh orang yang adil,
dan kuat daya ingatnya dari orang yang serupa sifatnya, serta terbebas dari keganjilan dan cacat.
Dikatakan dengan hadits shahih sekiranya memenuhi kriteria di bawah ini:
1. Sabadnya bersambung (dengan mendengar setiap satu orang dari orang lain dari
periwayatannya sampai ke atasnya).
2. Adalatul Al Ruwah (adil dalam artian orang tersebut benar benar memiliki kemampuan untuk
memikulnya dengan mengacu kepada nilai nilai taqwa dan wibawa).
3. Dhabit (benar benar terukur keabsahan penerimaan darinya dengan mengacu kepada apa yang
ia dengar dari seorang Syekh kemudian ia hafal dan ia berikan pula kepada orang lain).
4. Terlepas dari kejanggalan dan cacat (orang tersebut benar benar yang paling terpercaya dari
sumber pengambilan periwayatan haditsnya tanpa ada cacat dan cela)
contoh hadits shahih, adalah :
‫م قَ َرَأ فِي‬.‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص‬
ُ ‫ال َس ِمع‬ ْ ‫ب ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم‬
َ َ‫ط ِع ِم ع َْن َأبِ ْي ِه ق‬ ٌ ِ‫ال َأ ْخبَ َرنَا َمال‬
ٍ ‫ك َع ِن ا ْب ِن ِشهَا‬ َ َ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُدهللاِ بْنُ يُوْ سُفَ ق‬
)‫الطوْ ِر “(رواه البخاري‬ ُّ ِ‫ب ب‬ِ ‫ْال َم ْغ ِر‬
“ Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan kepada
kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin math’ami dari ayahnya ia berkata: aku
pernah mendengar rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari).

Ulama membagi hadits shahih menjadi dua bagian yaitu hadits shahih lizatihi dan shahih lighairihi.
A. Hadits Shahih Lizatihi
Shahih Lizatihi adalah hadits yang memenuhi kriteria sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya,
Contoh hadits shahih lizatihi, adalah :
َ ‫اك ِع ْن َد ُك ِّل‬
‫صاَل ٍة‬ َّ ‫ لَوْ اَل اَ ْن اَ ُش‬: ‫صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
ِ ‫م بِالس َِّو‬jُْ‫ق َعلَى اُ َّمتِ ْي اَل َ َمرْ تُه‬
‫هّٰللا‬
َ ِ ‫اَ َّن َرسُوْ َل‬
"Sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda : Jika aku tidak merasa keberatan pada umatku, niscaya
aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak ketika setiap kali melakukan sholat". )H.R.
Tirmidzi) dari jalur Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah.
B. Hadits Shahih Lighairihi
Shahih Lighairihi adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria yang telah disebutkan tersebut secara
maksimal, misalnya perawi yang adil namun tidak sempurna kedhabitannya. Akan tetapi terdapat
hadits dari jalur yang berbeda yang menguatkannya, dan bisa jadi hadits dalam kategori hasan yang
diriwayatkan dari beberapa jalur bisa menjadi derajat shahih lighairihi.
Contoh hadits shahih lighairihi, adalah :
Hadits Muhammad bin ‘Amruw dari Abi Salamah dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫م بِالس َِّو‬jُْ‫ق َعلَى ُأ َّمتِي َأَل َمرْ تُه‬


َ ِّ‫اك ِع ْن َد ُكل‬
‫صاَل ٍة‬ َّ ‫لَوْ اَل َأ ْن َأ ُش‬
“Sekiranya tidak memberatkan umatku sungguh akan aku perintahkan untuk bersiwak setiap kali
akan shalat.” HR. At-Tirmidzi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dari jalur Thariq Abu
Zinad dari al-A’raj dari Abu Hurairah.

2. Hadits Hasan
‫علة الو شذوذ غير من ضبطه خف بعدل سنده تصالما‬
“Hadits yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, namun lebih rendah
kedhabitannya tanpa adanya syaz dan illat”
Dapat kita bandingkan perbedaan antara hadits hasan dan hadits shahih hanya terletak pada
kedhabitan perawinya saja, hadits shahih perawinya dalam tingkat kedhabitan sempurna dalam hadits
hasan kurang sempurna.
Secara harfiah kata hasan berarti bagus. Maka Hadits Hasan secara istilah didefinisikan sebagai
hadits yang bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang kurang sempurna
kredibilitasnya.
Contoh hadits hasan, adalah :
‫ من شهادة أن ال إله إال هللا قبل أن يحال بينكم و‬j‫ أكثروا‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫عن أبي هريرة قال‬
‫ و لقينو ها موتاكم‬,‫بينها‬
“ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata : Rasulullah, bersabda
“Perbanyaklah bersyahadat Laa ilaaha illallahu (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah) sebelum kalian terhalangi darinya. Dan ajarilah syahadat tersebut kepada orang yang sedang
menghadapi sakaratul maut diantara kalian”.

3.Hadits Dhaif
Dhaif (‫ )ضعيف‬secara harfiah berarti lemah. Hadits Dhaif adalah hadits yang tidak memiliki syarat
sebagai hadits hasan karena hilangnya sebagian syarat.

Hukum hukum hadits dhaif :

Tidak boleh diamalkan, baik dijadikan landasan menetapkan suatu hukum maupun sebagai
landasan suatu aqidah, melainkan hanya diperbolehkan dalam hal keutamaan amal.

Syarat membolehkan mengamalkan hadits dhaif menurut Ibnu Hajar :

a. Hadits dhaif itu mengenai keutamaan amal.


b. Kualitas kedhaifannya tidak terlalu sehingga tidak boleh mengamalkan hadits dari orang pendusta
dsb
c. Hadits dhaif bersumber pada dalil yang bisa diamalkan.
d. Pada waktu mengamalkan hadits dhaif tidak boleh mempercayai kepastian hadits itu (niat
ikhtiat/berhati hati dalam agama).
Contoh hadits dhaif, adalah :
َ‫ضان‬َ ‫ك يَ ْذ ُك ُرهُ فِي َشه ِْر َر َم‬ َ ‫ث َس ِم ْعتَهُ ِم ْن َأبِي‬
ٍ ‫ت َحد ِّْثنِي بِ َح ِدي‬ ُ ‫يت َأبَا َسلَ َمةَ ْبنَ َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن فَقُ ْل‬ُ ِ‫ع َِن النَّضْ ِر ب ِْن َش ْيبَانَ قَا َل لَق‬
‫ت لَ ُك ْم‬ ِ ‫َب هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم‬
ُ ‫صيَا َمهُ َو َسنَ ْن‬ َ ‫ضانَ فَقَا َل َش ْه ٌر َكت‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذ َك َر َش ْه َر َر َم‬ َ ِ ‫قَا َل نَ َع ْم َح َّدثَنِي َأبِي َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ُ‫صا َمهُ َوقَا َمهُ ِإي َمانًا َواحْ تِ َسابًا َخ َر َج ِم ْن ُذنُوبِ ِه َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ ُأ ّمه‬ َ ‫قِيَا َمهُ فَ َم ْن‬
“Dari Nadhir bin Syaibân, ia mengatakan, ‘Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin
Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits
yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu)
tentang Ramadhân.’ Ia mengatakan, ‘Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu
‘anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyebut bulan Ramadhân lalu bersabda, ‘Bulan yang Allâh Azza wa Jalla telah wajibkan atas
kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang
berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari
Allâh Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan
oleh ibunya“. [HR Ibnu Mâjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewat jalur periwayatan
Nadhr bin Syaibân].

E. MAQBUL DAN MARDUD


1. Hadits Maqbul
kata maqbul (‫ )مقبل‬secara harfiah berarti “diterima”. Hadits Maqbul adalah hadits yang bisa diterima
kehadirannya sebagai landasan beragama, baik dalam hal ibadah maupun mu’amalah.

Tingkatan hadits Maqbul :

a. Ma’mul Bih (‫)لو المعم هب‬


Yakni hadits yang seharusnya diamalkan pesanpesannya (wujud al ‘amal bih, ‫)وخوب العمل به‬, yakni
hadits yang mutawatir, shahih, shahih li ghairihi, dan hasan.
Contoh Ma’mul Bih, adalah :
‫ت َع ْينَاي ِح ْينَ تَ َكلَّ ُم‬ َ ‫ْت ُأ ْدنَاي َواَ ْب‬
ِ ‫ص َر‬ ِ ‫ْث قَا َل َح َّدثَنِي َس ِع ْي ُد ْال َم ْقبَ ِري اَبِي َش ِري‬
ُ ‫ْح ال َعد َِوي قَا َل َس ِمع‬ ُ ‫ُف َح َّدثَنَا اللَي‬ْ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هللاِ بْنُ يُوْ س‬
)‫اري‬ِ ‫(البُ َخ‬.....َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقُلْ َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اَأْل ِخ َر ِة َجا َرهَز‬
َ ‫النَبِي‬
“ telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami al-Laits, ia
berkata , bercerita kepada Said al-maqburi,dari Abu Suraih al-Adawi, ia berkata, saya
mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku manakala Nabi S.A.W
bercakap-capak beliau S.A.W bersabda:” barang siapa percaya kepada allah dan hari ahir,
hendaklah ia memulyakan tetangganya”. (H.R bukhori).

b. Ghair Ma’mul Bih (‫)به لمعموال غير‬


Yaitu hadits yang isinya tidak harus diamalkan, tetapi cukup diambil sebagai sumber informasi,
yaitu hadits ahad, dan hadits hasan li ghairih.
Contoh ghair ma’mul bih, adalah :
)‫اِنَّهُ ليعان َعلَى قَ ْلبِي َواِنِّي اِل َ ْستَ ْغفِ ُر هللا فِي ْاليَوْ ِم ِماَئة َمرَّة ( ُم ْسلِم‬
“sesungguhnya tertutup hatiku. Dan aku akan meminta maaf kepada allah dalam sehari seratus
kali” (H.R Muslim).

2. Hadits Mardud
Kata mardud (‫ )مر دود‬berarti “ditolak”. Hadits Mardud adalah hadits yang ditolak karena memiliki
ciri ciri yang sekaligus alasan untuk ditolak antara lain sebagai berikut ;
a. Sanadnya tidak bersambung, atau munfashil
b. Terdapat perawi yang cacat dalam sanad
c. Cacat matannya.

contoh hadits mardud, adalah :

‫من قال الاله هللا من تلك الكامة طائرله سبعون الف لسان سبعون الف لغة‬

“Barang siapa mengucap “ Laa ilaaha illallah” maka Allah akan menjadikan dari kalimat itu,
seekor burung yang mempunyai 70.000 bahasa

F. BERDASARKAN PENISBATANNYA (SUMBER HADITS)

1. Hadits Marfu’

Kata marfu’ secara harfiah berarti diangkat atau terangkat hingga pada posisi yang tinggi.
Maka hadits marfu’ adalah hadits yang oleh para Muhadditsun dinyatakan sebagai hadits yang
disandarkan langsung pada Nabi Muhammad, baik berupa sanadnya bersambung secara utuh
(muttashil) ataupun tidak secara utuh (ghair muttashil), yakni terdapat sanad yang terputus
didalamnya.
ّ ‫ صالة الجماعة أفضل من صالة‬:‫إن رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم قال‬
‫الفذ بسبع و عشرين درجة‬ ّ :‫عن ابن عمر رضى هللا عنه قال‬

( ‫)رواه البخاري و مسلم‬

“Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat jama’ah itu lebih afdhal
dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirian” ( HR Bukhari dan Muslim).

Macam-macam hadits marfu’ :

A. Marfu’ Tashrihi

Yaitu hadits yang diketahui secara jelas dihubungkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrir.

Contoh hadits marfu’ tashrihi, adalah :

‫ حسن الملكة يمن وسوء الخلق شؤم‬.‫عنبن عسكر) جابر قال رسول هللا ص‬.
Artinya: dari Jabir telah bersabda Nabi SAW: “baik pekerti adalah pelajaran dan buruk kelakuan
itu adalah sial” (HR. ibnu asakir).

B. Marfu’ Hukmi

Yaitu hadits yang secara jelas oleh sahabat tidak dihubungkan kepada Nabi Muhammad melalui
kata-kata, misalnya, “Bahwa Rasulullah bersabda “atau” bahwa Rasulullah telah melakukan…..”,
atau “bahwa telah dilakukan didepan Nabi Muhammad.”

Contoh hadits marfu’ hukmi, adalah :

‫ الدعاء موقوف بين السماء واالرض ال يصعد شيء حتى يصلى على النبي‬:‫عن عمر قال‬

(‫)رواه الترمذي‬.

Artinya: dari umar ia berkata: “do`a itu terhenti antara langit dan bumi, tidak bias naik sedikit pun
daripadanya sebelum dishalawatkan atas Nabi” (HR. Turmudzi).

2. Hadits Mauquf

Mauquf secara harfiah berarti berarti berhenti atau dihentikan. Maka yang dimaksud dengan
hadits mauquf adalah hadits yang dinyatakan oleh seorang shahabi, baik dengan sistem sanad yang
muttashil pada Nabi maupun munqathi’. jadi hadits ini hanya berhenti pada level shahabi sebagai
sandaran informasi.

Contoh hadits mauquf, adalah :

Dari Abdullah (Bin Mas`ud), ia berkata : “jangan lah hendaknya salah seorang dari kamu taqlid
agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka ikut beriman, dan jika
seseorang itu kufur, ia pun ikut kufur”. (HR. Abu Na`im).

3. Hadits Maqthu’

Kata maqthu’ berasal dari kata qatha’a yang secara harfiah berarti terputus atau diputuskan, yang
berlawanan kata washala, dengan arti sampai atau bersambung. Maka yang dimaksud dengan hadits
maqthu’ adalah hadits yang disandarkan kepada seorang tabi’in atau pengikut tabi’in, baik berupa
ucapan maupun perbuatan. Dikatakan terputus karena sanadnya tidak bersandar langsung pada Nabi
atau bahkan tidak pada sahabat.

Diantara hadits-hadits yang temasuk kategori tidak diterima atau ditolak pada umumnya adalah
hadits-hadits yang merupakan cabang hadits dhaif dan hadits maudhu.

Contoh hadits maqthu, adalah :

“Dari Abdillah Bin Sa`Id Bin Abi Hindin, ia berkata: aku pernah bertanya kepada Sa`id Bin
Musayyib; bahwasanya si fulan bersin, padahal imam sedang berkhutbah, lalu orang lain ucapkan
“yarhamukallah” (bolehkan yang demikian?) jawab Sa`Id Bin Musayib “perintahlah kepadanya
supaya jangan sekali-kali diulangi”. (al-atsar)

Beberapa pembagian hadits maqthu antara lain :

A. Hadits Mursal

Kata Mursal berarti melepaskan. Secara terminologi berarti hadits yang di marfu’kan oleh tabi’in
kepada Nabi Muhammad. Artinya, seorang tabi’in secara langsung mengatakan “Bahwasanya
Rasulullah Muhammad bersabda…”. atau dapat pula diartikan sebagai hadits yang disampaikan oleh
seorang tabi’in, baik tabi’in besar maupun tabi’in kecil, tanpa menyebut nama sahabat.

Contoh hadits mursal, adalah :

(Abu Dawud menyatakan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad (ia berkata) telah
menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain dari Muadz bin Zuhroh bahwasanya telah sampai
berita kepadanya bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam jika berbuka mengucapkan:
Allaahumma Laka Shumtu wa ‘alaa rizqika afthortu (H.R Abu Dawud).

B. Hadits Muallaq

Kata muallaq berarti digantung. Sedang menurut terminologinya yaitu hadits yang perawinya
gugur pada awal sistem sanad, baik seorang, dua orang, atau semuanya kecuali seorang shahabi.

Contoh hadits muallaq, adalah :

ِ ‫ست َْح ٰيى ِم ْنهُ ِم َن النَّا‬


‫س‬ ْ ُ‫ق اَنْ ي‬
ُّ ‫هللاُ اَ َح‬
"Allah lebih berhak dijadikan tempat merasa malu ddaripada manusia". (HR. Abu
Dawud No. 3501, Tirmidzi No. 2718).

C. Hadits Munqanthi’

Munqathi’ secara harfiah berarti terputus. Hadits munqathi’ adalah hadits yang dalam sistem
sanadnya terdapat sanad yang terputus di dua fase secara tidak berurutan, misalnya terputusnya sanad
pada titik sanad ketiga dan pada titik kelima.

Contoh hadits munqathi, adalah :


"Ketika Rasulullah SAW masuk masjid, Beliau berdoa : "Dengan menyebut nama Allah
serta salam kepada Rasulullah, ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-
pintu Rahmat-Mu". Ketika keluar, Beliau berdoa : "Dengan menyebut nama Allah,
semoga kesejahteraan terlimpah kepada Rasulullah, ya Allah ampunilah dosa-dosaku
dan bukakanlah pintu-pintu karunia-Mu" (HR. Ahmad No. 25213, HR. Ibnu Majah No.
763).
D. Hadits Mu’dhal

Hadits Mu’dhal

Secara bahasa berarti dicelakakan. Maka secara terminologis Hadits Mu’dhal adalah hadits yang
dalam sistem sanadnya terdapat sanad yang terputus di dua fase secara berurutan, misalnya terputus
pada titik sanad ketigadan pada titik keempat.

Contoh hadits mu’dhal, adalah :

ُ‫َما يُ ِط ْيق‬ ْ ‫لِ ْل َم ْملُ ْو ِك طَ َعا ُمهُ َو ِك‬


‫س َوتُهُ َواَل يُ َكلَّفُ ِمنْ ا ْل َع َم ِل ِإاَّل‬
"Seorang budak itu berhak mendapatkan makan dan pakaian (dari tuannya) dan janganlah dia
dibebani atas suatu pekerjaan melainkan sesuai dengan kemampuannya".

E. Hadits Matruk

Kata matruk berarti yang ditinggal atau ditinggalkan. Sedangkan yang dimaksud dengannya adalah
hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang tertuduh sebagai pendusta, baik terkait dengan
masalah hadits maupun lainnya, atau tertuduh sebagai seorang fasiq, atau karena sering lalai ataupun
banyak sangka.

Contoh hadits matruk, adalah :

"Ketika aku menyamarkan bacaanku, maka membacalah kalin bersamaku. Dan ketika aku
mengeraskan bacaanku, maka sungguh jangan seorang pun yang menyertai bacaan bersamaku (HR.
Daraquthni dalam Kitab Sunannya)".

F. Hadits Munkar

Munkar secara harfiah berarti diingkari. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang
lemah, yang menyalahi riwayat rawi yang tsiqah (terpercaya), atau riwayat yang lebih lemah lagi.

Contoh hadits munkar, adalah :


َ‫ضيْفَ د ََخ َل ا ْل َجنَّة‬ َ ‫صاَل ةَ َو ٰاتَى ال َّز َكاةَ َو َح َّج ا ْلبَيْتَ َو‬
َّ ‫صا َم َوقَ َرى ال‬ َّ ‫َمنْ اَقَا َم ال‬
"Barang siapa mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji, berpuasa
(Ramadhan), dan menghormati tamu, maka ia masuk surga".

G. Hadits Muallal

Secara harfiah muallal berarti yang dicacat. Hadits muallal yaitu hadits yang didalamnya terdapat
sebab-sebab (‘illat) tersembunyi, hal mana sebab-sebab tersebut baru diketahui setelah dilakukan
penelitian yang mendalam, dan secara lahiriah hadits tersebut mempunyai cacat.
Contoh hadits muallal, adalah :

ِ‫اجةَ لَ ْم َي ْرفَ ْع ثَ ْوبَهُ َحتَّى يَ ْدنُ َو ِمنْ اَأْل ْرض‬ ‫هّٰللا‬


َ ‫سلَّ َم ِإ َذا َأ َرا َد ا ْل َح‬
َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ٍ َ‫ش عَنْ َأن‬
َ ‫س قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي‬ ِ ‫عَنْ اَأْل ْع َم‬

"Dari Al-A'masy dari Anas bin Malik, berkata, "Ketika Nabi SAW hendak buang hajat beliau tidak
mengangkat kainnya hingga hampir menyentuh tanah"" (HR. Tirmidzi No.14).

H. Hadits Mudhtharib

Mudhtharib secara harfiah berarti tercipta. Dan secara terminologis, hadits mudhtharib adalah
hadits yang riwayatnya atau matannya berlawan-lawanan, baik dilakukan oleh seorang atau banyak
rawi, dengan cara menambah, mengurangi ataupun mengganti. Riwayatnya tidak dapat dianggap
kuat salah satunya, demikian pula matannya.

Contoh hadits mudhtharib, adalah :


‫س َوى ال َّز َكا ِة‬ ٌّ ‫س ِفي ا ْل َما ِل َح‬
ِ ‫ق‬ َ ‫لَ ْي‬
"Tidak ada hak di dalam harta selain zakat" (HR. Ibnu Majah No. 1779).

I. Hadits Maqlub

Hadits maqlub adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang didalamnya terjadi
keterbalikan, yakni mendahulukan bagian belakang, atau membelakangkan bagian belakang, atau
membelakangkan yang terdahulu, baik berkenaan dengan sanad maupun matan. Secara harfiah, kata
maqlub berarti dibalik atau terbalikkan.

Contoh hadits maqlub, adalah :


‫سلَّ َم نَ َهى عَنْ بَ ْي ِع ا ْل َواَل ِء َوعَنْ ِهبَتِ ِه‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َأنَّ َر‬
َ ِ ‫س ْو َل‬
"Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang penjualan Al Wala` (kepemilikan) dan juga
menghibahkannya" (HR. Tirmidzi No. 2052).

J. Hadits Mudraj

Mudraj berarti dimasukkan atau diselipkan. Maka hadits mudraj adalah urutan isnadnya diubah,
atau hadits yang telah disisipkan perkataan orang lain ke dalam matannya, baik dari kelompok
shahabi maupun tabi’in, untuk keperluan penjelasan terhadap makna yang dikandungnya. Jika hadits
yang demikian masih bisa dideteksi unsur penglepasannya kemudian disingkirkan maka menjadi
shahih, tetapi jika sulit disortir maka menjadi dhaif status haditsnya.

Contoh hadits mudraj, adalah :


ُ‫صاَل ةُ ْال َعصْ ِر َحبِطَ َع َملُه‬
َ ُ‫ فَِإنَّهُ َم ْن فَاتَ ْته‬،‫صاَل ِة فِي ْاليَوْ ِم ْال َغي ِْم‬
َّ ‫بَ ِّكرُوْ ا بِال‬
"Bersegeralah kalian dalam mengerjakan shalat di hari yang mendung, sebab barangsiapa
kehilangan shalat ashar maka amalannya akan musnah". (HR. Ibnu Majah No. 686).

K. Hadits Mudhallas

Secara harfiah kata mudhallas berarti menyembunyikan sesuatu yang cacat. Maka secara
terminologis hadits mudhallas adalah hadits yang disamarkan (ditutupi) unsur cacatnya dalam sanad,
dan ditampilkan baiknya. Misalnya seorang rawi menerima banyak hadits dari seorang gurunya lalu
ia meriwayatkan sebuah hadits yang tidak diambil dari gurunya tersebut tetapi dinyatakan darinya
(demi kebaikan) padahal diambilnya dari gurunya yang lain.

Contoh hadits mudhallas, adalah :

"Dari Sufyan bin Uyainah, dari Az-Zuhri, dari Sahabat Anas bin Malik, sesungguhnya Nabi SAW
membuat walimah atas pernikahan (Beliau dan) Shafiyah dengan memasak gandum dan kurma".
(sanad lengkap bisa dilihat pada HR. Tirmidzi No. 1015).

L. Hadits Maudhu’

Hadits maudhu’ adalah jelas-jelas ditolak dalam syari’at islam tanpa syarat. Dengan kata lain,
hadits maudhu’ adalah hadits palsu.

Contoh hadits maudhu, adalah :

Dari Anas bin Malik r.a bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tuntutlah ilmu
walaupun ke negeri China!”
G. TAKHRIJ HADITS

Pengertian hadits secara bahasa adalah sesuatu yang baru. Dan juga bermakna berita seseorang
dari dipindahkan dan di percakapkan yang sesuatu yaitu kepada yang lain. Di kalangan Ahli Hadits,
hadits merupakan sinonim sunnahn namun hadits pada umunya digunakan sebagai istilah atas segala
sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah setelah diutus menjadi Nabi. Sebagian ulama berpendapat
bahwa hadits hanya sebatas ucapan dan perbuatan Nabi saja, sedang persetujuan dan sifat-sifatnya
tidak termasuk hadits karena keduanya merupakan ucapan dan perbuatan sahabat.

Para ulama ushul fiqh berpendapat bahwa hadits lebih khusus daripada sunnah karena hadits
mereka sunnah qauliyah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hadits di bagi berdasarkan beberapa tipologi. Pertama berdasarkan bentuk asal, hadits dibagi
menjadi empat yaitu : hadits qouliy, hadits fi’liy, hadits taqririy, dan hadits shiffatiy. Kedua
berdasarkan sifat asal, hadits dibagi menjadi dua yaitu : hadits qudsiy dan hadits nabawiy. Ketiga
berdasarkan jumlah periwayat, hadits dibagi menjadi dua yaitu : hadits mutawatir dan hadits ahad
(meskipun hanafiyah menjadi tiga). keempat berdasarkan kwalitas, hadits dibagi menjadi tiga yaitu :
hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. Terakhir berdasarkan penisbatan, hadits dibagi menjadi
tiga yaitu : hadits marfu’, hadits mauquf, dan hadits maqtu’.

B. SARAN

Dikarenakan para ulama hadits berbeda-beda di dalam menetapkan pembagian hadits, dan
perbedaan itu adalah suatu hal yang wajar, selagi dengan tipilogi dan alasan yang jelas, maka ketika
membahas macam-macam hadits perlu diketahui pembagian tersebut menurut siapa dan berdasarkan
hal apa. Sehingga tidak menimbulkan ketimpangan di dalam pembahasan yang terkait dengan
pembagian hadits ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Oemar Hasyim, 2004. Cairo: Maktabah Al-Azhar As-Syarif

Al-Maliki, Muhammad Alwi. 2009. “Ilmu Ushul Hadits”. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Ithr, Nuruddin, 2003. “Manhaj Al-Naqd Fi Ulum Al-Hadits”. Beirut: Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir
Rahman,Zufran.1995. “Kajian Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam”. Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya

Suparta, Munzier dan Utang Ranuwijaya. 1993. “Ilmu Hadits”. Jakarta: Raja G. Persada
Zuhaili, Wahbah.1998. “Ushul Fiqh Al-Islami”. Beirut: Dar Al-Fikr Jilid 1 “Klasifikasi Hadits”
dalam Subhi, Ash-Shalih. 1995. Membahas Ilmu-ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Anda mungkin juga menyukai