Anda di halaman 1dari 75

MODUL

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DASAR DI SD/MI

Disusun guna memenuhi tugas mandiri


pada mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial Dasar MI
Dosen Pengampuh:
Mu’arrif Anshori, M.Pd

JURUSAN PEMBELAJARAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-IZZAH SAMARINDA
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------
BAB I : PENGERTIAN DAN TUJUAN IPS
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Social (IPS) Di Sekolah------------------
B. Tujuan Ilmu Pengetahuan Social (IPS)------------------------------------
C. Dafar pustaka------------------------------------------------------------------
BAB II : DISIPLIN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
A. Pengetian Disiplin Ilmu------------------------------------------------------
B. Jenis-Jenis Disiplin Ilmu Social---------------------------------------------
C. Contoh Disiplin Ilmu Sosial Dalam Kehidupan Sehari Hari------------
D. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB III : SUBSTANSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
A. Pengertian Substansi Ragam Pengertianya Dan Peggunanya-----------
B. Pengertian Substansi Menurut Para Ahli----------------------------------
C. Penekan Konten Utama------------------------------------------------------
D. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB IV : PEMECAHAN MASALAH IPS DI SD
A. Pengertian Pemecahan Masalah--------------------------------------------
B. Pendekatan Untuk Pemecahan Masalah-----------------------------------
C. Strategi Pemecahan Masalah------------------------------------------------
D. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB V : PENDEKATAN KETERANPILAN DALAM
PEMECAHANMASALAH
A. Pengertian Pendekatan Keterampilan--------------------------------------
B. Alat Media Dalam Pendekatan Keteramplan------------------------------
C. Metode Problem Solving----------------------------------------------------
D. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB VI : LANDASAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
A. Pengertian Landasan Pendidikan IPS--------------------------------------
B. Fungsi Dan Tujuan Landasan Pendidikan IPS----------------------------
C. Asas Dan Unsur Pendidikan-------------------------------------------------
D. Jenis-Jenis Landasan Pendidkan--------------------------------------------
E. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB VII : FILSAFAT PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian Filsafat Pendidikan IPS-----------------------------------------
B. Tujuan Filsafat Pendidikan IPS---------------------------------------------
C. Unsur-Unsur Dalam Filsafat Pendidikan IPS-----------------------------
D. Fungsi-Fungsi Filsafat Pendidikan IPS------------------------------------
E. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB VIII : KETERAMPILAN SOSIAL
A. Keterampilan Sosial Bagi Peserta Didik-----------------------------------
B. Upaya Membangun Keterampilan Sosial Bagi Peserta Didik----------
C. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB IX : PENDIDKAN GLOBAL
A. Pengertian Pendidikan Global-----------------------------------------------
B. Tujuan Pendidikan Global---------------------------------------------------
C. Kajian-Kajian Pendidikan Global------------------------------------------
D. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB X : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
A. Pengertian Pendidikan Multikultural---------------------------------------
B. Dasar Pendidikan Multikultural---------------------------------------------
C. Tujuan Pendidikan Multikultural-------------------------------------------
D. Fungsi Pendidikan Multikultural-------------------------------------------
E. Paradigma Baru Pendidikan Multikultural--------------------------------
F. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------
BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di Sekolah


Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib
dalam pendidikan di tingkat dasar maupun menengah di Indonesia. IPS di luar
negeri lebih dikenal dengan social studies, social education, social studies
education, dan sebagainya.
Wesley Sapriya, menyatakan bahwa the social studies are the social
sciences simplified for pedagodical purpose. Jadi IPS menurut Wesley lebih
mengarah kepada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial yang bertujuan pada
kemampuan pedagogik. Pengertian social studies IPS yang lain yaitu menurut
National Council for Social Studies NCSS Supardi, IPS adalah studi terintegrasi
dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mempromosikan kompetensi
kewarganegaraan. Dalam program sekolah, studi sosial menyediakan studi yang
terkoordinasi dan sistematis berdasarkan disiplin ilmu seperti antropologi,
arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan
ilmu alam.
Barr dalam Sapriya berpendapat bahwa IPS merupakan integrasi
pengalaman dan pengetahuan tentang hubungan manusia untuk tujuan pendidikan
kewarganegaraan. Menurut Banks dalam Sapriya IPS adalah bagian dari
kurikulum sekolah dasar dan menengah yang memiliki tanggung jawab utama
untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sipil komunitas
lokal mereka. bangsa, dan kata.
Lebih lanjut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 di tuliskan bahwa Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Berdasar pengertian
tersebut,
IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi atau terpadu dari ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan sehingga dapat mengembangkan kemampuan
menjadi warga negara yang baik. IPS di sekolah merupakan mata pelajaran yang
memadukan secara sistematis disiplin-disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan
sosiologi, sama seperti serasinya ilmu humaniora, matematika, dan ilmu alam.
Muhammad Numan Somantri menyatakan bahwa Pendidikan IPS di
sekolah dasar dan menengah merupakan pengintegrasian dari berbagai disiplin
ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan,
disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan IPS
untuk sekolah disajikan terpadu dengan mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu
yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan. Keterpaduan berbagai disiplin ilmu
ini siswa diharapkan mampu mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Trianto mengemukakan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan
budaya yang dirumuskan atas dasar kenyataan dan fenomena sosial dan
diwujudkan dalam suatu pendekataan interdisipliner dari aspek dan cabang ilmu-
ilmu sosial.
IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi
materi cabang-cabang ilmu sosial. Sapriya menyampaikan bahwa materi IPS
untuk jenjang sekolah tersebut lebih mementingkan dimensi pedagogik maupun
psikologis serta karakteristik kemampuan siswa itu sendiri.
Berdasar pengertian Sapriya tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan
IPS di sekolah sangat mementingkan karakteristik siswa serta aspek psikologisnya
tidak hanya aspek kognitifnya saja. Menurut Supardi pendidikan IPS lebih
menekankan pada keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam memecahkan
masalah, baik masalah yang ada di lingkup diri sendiri sampai masalah yang
kompleks sekalipun.

B. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Tujuan IPS menurut Supardi (2011: 186-187) sebagai berikut:
1. memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara
yang baik, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga bangsa, bersifat demokratis dan kebanggaan
nasional dan tanggung jawab, memiliki identitas dan kebanggaan
nasional.
2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat
memahami, mengidentifikasikan, menganilisis, dan memiliki ketrampilan
sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah
sosial.
3. melatih belajar mandiri, disamping berlatih untuk membangun
kebersamaan, melalui program-program pembelajaran yang lebih kreatif
inovatif.
4. mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan ketrampilan sosial.
5. pembelajaran IPS juga dapat diharapkan dapat melatih siswa untuk
menghayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral,
kejujuran, keadilan, dan lain-lain, sehingga memiliki akhlaq mulia.
Keenam, mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan.
Trianto (2010: 176) berpendapat bahwa tujuan IPS yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap permasalahan sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
tejadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.
Sedangkan tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah menurut Muhammad
Numan Somantri (2001: 260-261) adalah menekankan tumbuhnya nilai
kewarganegaraan, moral, ideologi, negara, dan agama; menekankan pada isi dan
metode berfikir ilmuwan sosial; dan menekankan reflektif inquiri. Dari pendapat-
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan IPS di sekolah
adalah untuk membentuk karakter siswa menjadi warga negara yang baik dan
bertanggungjawab, serta dapat menumbuhkan perilaku berpikir secara kritis dan
inquiri. Melalui pendidikan IPS di sekolah diharapkan siswa mampu
mengembangkan kemampuan-kemampuan seorang warga negara yang baik
sehingga dapat memecahkan persoalan-persoalan di lingkungannya.
Tujuan pembelajaran IPS sangat bervariasi. Diah Harianti (2006:9)
mengatakan bahwa tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran
IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yakemudian bertanggung jawab
membangun masyarakat.
Menurut Simangungsong (1987: 31-32) tujuan IPS adalah : “Meningkatkan
kesadaran ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani,
meningkatkan efisiensi, kejujuran dan keadilan dalam pelayanan umum,
meningkatkan mutu lingkungan, menjamin keamanan dan keadilan bagi semua
warganya, memberi pengertian tentang hubungan internasional, meningkatkan
saling pengertian tentang kerukunan nasional dan memelihara keagungan sifat-
sifat kemanusiaan, kesejahteraan rohani dan jasmani dan tata susila”.
Etin Solihatin (2009: 15) berpendapat bahwa tujuan pendidikan IPS adalah
untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mampu memahami gejala lingkungan
alam dan kehidupan di muka bumi, ciri khas satuan wilayah serta permasalahan
yang dihadapi sebagai akibat adanya saling pengaruh antara manusia dan
lingkungannya. pembelajaran tersebut berfungsi mengembangkan kemampuan
siswa dalam mengenali dan memahami gejala alam dan kehidupan dalam
kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap positif
dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya
pengaruh dengan manusia terhadap lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking


questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social
Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown.
National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and sequence
for social studies”. Social Education, 48, 249-273
Schuncke, G. M. (2005). “Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company
Schuncke, G. M., & Krogh, S. L. (2007). “Helping children choose”. Glenciew,
IL: Scott, Foresman.
BAB II
DISIPLIN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

A. Pengertian disiplin ilmu


Pengertian Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin ilmu yang
didedikasikan untuk memeriksa masyarakat. Cabang ilmu ini mempelajari
bagaimana orang berinteraksi satu sama lain, berperilaku, berkembang sebagai
budaya, dan mempengaruhi dunia.

B. Jenis jenis disiplin ilmu sosial


1. Antropologi
Salah satu jenis ilmu sosial adalah antropologi. Adapun yang
dimaksud dengan antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
kebudayaannya.
Secara umum, antropologi mempelajari manusia dalam lima sub yaitu
evolusi manusia secara biologis, keanekaragaman ciri-ciri fisik manusia,
perkembangan dan penyebaran budaya manusia, perkembangan dan
penyebaran bahasa, dan asas-asas manusia dan budayanya yang ada di
seluruh dunia.
Antropologi sebagai ilmu pengetahuan mencoba menjelaskan proses-
proses budaya masyarakat yang ada dan yang berkembang dari waktu ke
waktu. Tanpa adanya ilmu ini, masyarakat tidak akan mengetahui berbagai
macam kebudayaan yang ada dan yang tersebar di seluruh dunia.
Mempelajari antropologi merupakan termasuk pelestarian kebudayaan
karena kita dapat tahu budaya apa saja yang ada dan perlu untuk
dikembangkan dalam kehidupan manusia sekarang ini.
2. Sosiologi
Pengertian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai
fenomena kehidupan masyarakat atau penduduk. Pada awalnya, sosiologi
berkembang di Eropa karena ilmuwan menyadari harus ada ilmu yang
mampu menjelaskan dan mempelajari perubahan sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Ilmuwan yang pertama mencetuskan sosiologi
adalah seorang ilmuwan Prancis yang bernama August Comte. Oleh para
sosiolog, August Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi
termasuk jenis ilmu sosial karena tidak mempelajari ilmu pasti (eksak)
sebab yang dipelajari adalah gejala masyarakat dan perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dalam kehidupannya.
Dalam memandang gejala masyarakat, sosiologi tidak berdiri sebagai
ilmu yang bersifat spekulatif, melainkan bersifat objektif dalam
memandang gejala tersebut. Selain itu, gejala masyarakat didapatkan dari
hasil pengamatan sehingga sosiologi termasuk ilmu yang logis. Ilmu yang
dipelajari didalamnya juga luas. Berdasarkan perubahan-perubahan
kehidupan sosial yang terjadi semenjak manusia pertama ada hingga
manusia modern (homo sapiens) seperti sekarang ini. Sebagai satu disiplin
ilmu, sosiologi tidak memandang masalah secara normatif melainkan
harus netral dalam memandang permasalahan yang ada di dalam
masyarakat.
3. Komunikasi
Interaksi individu yang satu dengan lainnya tidak lepas akan
komunikasi. Manusia membutuhkan komunikasi agar pesan dan maksud
yang diinginkan dapat tersampaikan dengan baik. Sudah sejak lama
ilmuwan mempelajari bagaimana komunikasi yang baik dapat
tersampaikan antar individu.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan tersebut lahirlah
ilmu komunikasi. Pengertian dari ilmu komunikasi yaitu ilmu yang
mempelajari proses-proses komunikasi individu, baik itu antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok.
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah proses sosial yang
mendasar. Interaksi sosial dalam komunikasi memegang peranan yang
penting. Dengan adanya ilmu komunikasi, manusia menjadi paham
bagaimana tata cara menyampaikan informasi yang baik agar dapat
dipahami oleh penerima informasi. Dalam prosesnya, komunikasi terus
berkembang. Dulu orang menggunakan surat sebagai media komunikasi,
tetapi membutuhkan proses yang cukup panjang.
Sekarang medianya sudah lebih maju dengan menggunakan
kecanggihan teknologi sehingga lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan
dengan surat seperti menggunakan handphone, email, dan lain sebagainya.
Perilaku manusia dalam berkomunikasi itulah yang menjadi objek utama
yang dikaji dalam ilmu komunikasi.
4. Ekonomi
Dalam kehidupan sosial, manusia tidak bisa lepas dari yang namanya
ekonomi. Mengapa ekonomi dikelompokkan ke dalam ilmu sosial? Hal ini
dikarenakan dalam dunia ekonomi, perilaku manusia merupakan bahan
kajian utamanya. lmu ekonomi menjelaskan bagaimana perilaku manusia
dalam menggunakan sumber daya ekonomi yang ada untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan dalam kehidupannya. Dalam dunia ekonomi, ada
tiga pelaku ekonomi yaitu rumah tangga, pelaku bisnis, dan pemerintah.
ketiga pelaku ekonomi tersebut dalam menjalankan aktivitasnya tidak
lepas dari keputusan dan menjalankan perannya masing-masing.
Keputusan yang diambil ketiganya mempengaruhi bagaimana
perilakunya. Dalam roda perekonomian, ketiganya saling berinteraksi satu
sama lain. Rumah tangga merupakan konsumen yang berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya dalam mengkonsumsi barang atau jasa.
Pelaku bisnis yang dijalankan oleh individu atau kelompok akan
memproduksi barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan
peran pemerintah dalam ekonomi adalah sebagai pengambil kebijakan
publik. Keputusan yang diambil oleh pemerintah harus memperhatikan
kesejahteraan bagi rumah tangga dan bagi pelaku bisnis.
5. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, interaksi yang terjadi antara pendidik
dengan peserta didik merupakan hal yang penting dan harus dipelajari.
Bagi yang bekerja di dunia pendidikan, ilmu sosial penting untuk dimiliki.
Seorang pendidik harus memahami bagaimana karakteristik dan
tingkah laku peserta didiknya sehingga ia mampu menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai agar dapat menyalurkan ilmu yang dimilikinya.
Dibutuhkan adanya keterampilan komunikasi yang baik sebagai seorang
pendidik.
Selain itu, dengan adanya pendidikan manusia dapat mengubah
kehidupan baik itu untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Maka
dari itu, ilmu pendidikan sebenarnya bermuara pada kehidupan sosial.
Contoh saja orang yang menempuh pendidikan di tingkat tinggi seperti
universitas nantinya berpeluang menjadi agent of change atas
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.
Diharapkan mereka mampu memecahkan permasalahan yang ada
sehingga manusia akan memperoleh kehidupan yang lebih merdeka dan
lebih sejahtera. Itulah pentingnya ilmu pendidikan sehingga mampu
mengubah kehidupan di sekitarnya jauh lebih baik.
6. Geografi
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bumi dan
seisinya. Di dalamnya, geografi juga mempelajari berbagai macam
fenomena alam yang terjadi di sekitarnya. Sekilas geografi sepertinya tidak
ada kaitannya dengan ilmu sosial, namun jangan salah.
Geografi memiliki kaitannya dengan ilmu sosial. Dalam geografi,
manusia dengan lingkungannya merupakan pusat kajiannya. Ilmu ini juga
mempelajari tentang manusia yang disebut dengan geografi manusia.
Dalam pembahasannya, geografi manusia mempelajari bagaimana
individu beradaptasi dengan lingkungannya, dengan sesama manusia, dan
bagaimana perannya dalam dunia.
Selain itu, secara umum geografi mempelajari kekayaan alam yang
ada. Sehingga dengan mengetahui kekayaan alam yang dimiliki, nantinya
manusia dapat mengelola dan memanfaatkannya untuk kemakmuran dan
kemaslahatan umat lainnya. Pastinya secara adil dan merata.
7. Sejarah
Perkembangan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada manusia sejak
pertama kali ada hingga saat ini terus dipelajari. Ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa tersebut dinamakan dengan ilmu sejarah. Secara
kronologis, ilmu sejarah mencoba merangkai berbagai peristiwa yang
terjadi di masa lalu sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Ilmu sejarah juga mempelajari kronologi bagaimana proses terjadinya
perilaku manusia secara runtut berdasarkan fakta-fakta yang ada sehingga
sejarah bukanlah ilmu yang bersifat takhayul. Kebenaran dalam sejarah
merupakan hal yang penting, sebab manusia dapat mempelajarinya dan
mengantisipasi sejarah yang buruk agar tidak terjadi lagi di kehidupannya
sekarang ini.
Sejarah sebagai suatu ilmu tidak hanya mempelajari seperti apa,
kapan, di mana, dan bagaimana peristiwa terjadi. Ilmu sejarah lebih dari
itu, di dalamnya mempelajari fakta-fakta, pola terjadinya peristiwa, unsur-
unsur terbentuknya peristiwa, dan lain sebagainya yang terjadi pada diri
manusia secara historis. Maka dari itu, sejarah dan ilmu sosial tidak bisa
dipisahkan karena keduanya saling terikat satu sama lain.
8. Politik
Politik adalah ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu sosial.
Fokus utama dalam studi ilmu politik adalah mempelajari bagaimana
jalannya kekuasaan dalam kehidupan masyarakat dalam bernegara.
Kekuasaan yang dijalankan bisa bersifat antara warga negara yang satu
dengan lainnya, warga dengan negaranya, maupun negara dengan negara
lainnya.
Kajian utamanya adalah bagaimana negara dapat mendapatkan,
mempertahankan, dan menggunakan kekuasaannya sesuai dengan norma-
norma yang berlaku di negara tersebut. Secara tidak langsung, ilmu sosial
juga berperan didalamnya.
Kekuasaan yang dijalankan dalam politik tidak boleh bertentangan
dengan kehidupan sosial masyarakat sehingga tidak mengganggu
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Tanpa adanya ilmu sosial,
ilmu politik sulit untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat umum.
9. Hukum
Dalam dunia hukum, kehidupan sosial masyarakat tidak lepas untuk
dipelajari. Bagi yang menempuh pendidikan di jurusan hukum, proses
sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari. Manusia
merupakan makhluk sosial dan setiap perilaku dan perbuatannya harus
diatur dan diarahkan.
Adanya undang-undang, peraturan, dan kebijakan yang diambil oleh
institusi yang berwenang merupakan salah satu cara untuk mengendalikan
perilaku sosial manusia. Adanya hukum yang jelas dapat mengatur
kehidupan manusia dan memberikan kejelasan apa yang boleh dan tidak
boleh untuk dilakukan oleh manusia.
Bayangkan apabila tidak hukum dalam kehidupan, manusia dapat
bertindak sesuka hati tanpa memikirkan konsekuensi atas apa yang mereka
lakukan. Tidak adanya punishment membuat perilaku buruk yang mungkin
dilakukan manusia tidak dapat dikendalikan.
Selain itu, dalam dunia hukum pembuatan kebijakan dan aturan
seyogyanya menggunakan pendekatan sosial kemasyarakatan. Perlu
adanya penerapan peraturan yang adil dan merata untuk setiap individu
agar berperilaku sesuai dengan norma dan budaya yang ada. Bahkan
hukum sebenarnya lahir dari berbagai kondisi sosial yang ada.
10. Psikologi sosial
Psikologi dan sosial merupakan dua hal erat yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Psikologi mencoba menjelaskan proses
manifestasi dari mental atau jiwa manusia yang melahirkan tingkah laku.
Manusia merupakan bahan kajian utama dari psikologi.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki banyak perilaku dan
tingkah laku yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Disisi ini,
psikologi mendalami mental, pikiran, dan perilaku tersebut. Bagaimana
kaitannya individu dengan orang lain dijelaskan dalam psikologi.
Secara umum, yang dipelajari dalam psikologi sangatlah luas. Maka
dari itu perlu adanya pendalaman satu bidang yang dikaji secara
komprehensif. Salah satunya adalah psikologi sosial. Sebagai satu bidang,
psikologi sosial menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi pada manusia
sebagai makhluk sosial. Di dalamnya, bidang ini juga menyoroti berbagai
macam peristiwa sosial yang bersifat negatif atau disebut sebagai patologi
sosial. Contoh patologi sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah
penyalahgunaan narkoba, kejahatan premanisme, berita hoax, prostitusi,
dan lain sebagainya.
Manfaat yang bisa diperoleh dengan mendalami psikologi sosial
adalah manusia menjadi paham dan mengantisipasi permasalahan sosial
yang mungkin terjadi, mampu menyusun alternatif pemecahan yang ada
dan mengubahkan menjadi situasi yang menguntungkan untuk semuanya.

C. Contoh disiplin ilmu sosial dalam kehidupan sehari hari


Setelah memahami pengertian ilmu sosial dan jenis-jenisnya, lalu seperti apa
contoh ilmu sosial yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari? Pertama,
dalam undang-undang dasar 1945 pasal 33 menjelaskan tentang perekonomian.
Disebutkan bahwa dalam jalannya roda perekonomian di Indonesia berdasarkan
prinsip demokrasi ekonomi.
Artinya perekonomian disusun dengan memperhatikan kesejahteraan rakyat,
bukan untuk menguntungkan segelintir pihak semata. Selain itu, sumber-sumber
kekayaan alam hanya berhak dikelola oleh pemerintah dengan tujuan tidak ada
eksploitasi secara pribadi yang nantinya hanya akan memperkaya satu golongan
saja. Contoh kedua ilmu sosial adalah di bidang psikologi.
Fenomena sosial seperti kejahatan, prostitusi, dan premanisme dalam
masyarakat kerap muncul karena adanya kondisi yang memicu mereka
melakukannya. Permasalahan umum yang biasa ditemui disebabkan karena faktor
ekonomi. Kemiskinan memicu masyarakat melakukan patologi sosial.
Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan waktu yang cepat dan
jumlah yang banyak membuat sebagian orang tidak bisa berpikir panjang. Jalan
pintas yang diambil untuk beberapa kasus adalah dengan melakukan tindakan
kejahatan seperti mencuri, menjadi preman, dan membuka jasa prostitusi.
Fenomena ini sebenarnya masih banyak ditemui di lapangan, namun
permasalahan ini seolah tidak ada akhirnya dan terus berkembang dari hari ke
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking
questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown.
National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and sequence
for social studies”. Social Education, 48, 249-273
Schuncke, G. M. (2005). “Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company Schuncke, G. M., & Krogh, S. L.
(2007). “Helping children choose”. Glenciew, IL: Scott, Foresman.
BAB III
SUBSTANSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

A. Pengertian substansi ragam pengertianya dan peggunanya.


Substansi adalah isi pokok atau inti serta dapat diartikan sebagai unsur atau
zat. Istilah substansi digunakan di berbagai bidang kehidupan dengan makna yang
kurang lebih sama.
Beberapa bidang yang menggunakan istilah substansi adalah filsafat,
kimia, dan komunikasi. Berikut penjelasan tentang pengertian substansi
Arti Substansi Menurut Kamus.
Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), substansi adalah
watak yang sebenarnya dari sesuatu. Substansi juga bisa berarti inti atau isi pokok.
Kata substansi dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu
substance. Dikutip dari Cambridge Dictionary, makna substance adalah:
a. yang paling penting dari tulisan atau pembicaraan seseorang
b. Fakta yang menjadikan suatu hal penting atau serius.
c. Pengertian Substansi Secara Umum
d. Materi dengan karakter fisik tertentu
Bagian substansi secara umum adalah inti atau materi dari berbagai hal
dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dikutip dari tulisan Joko Siswanto
berjudul Metafisika Substansi dalam jurnal filsafat Mei'95.
Makna tersebut ditemui dalam kalimat "Substansi beton itu kurang baik",
atau "Pidato presiden substansinya adalah supaya kita bekerja keras". Konsep
substansi adalah dasar yang menjadi penentu bagi pemikiran metafisika.
Substansi juga dipakai sebagai alat untuk menangkap dan mengungkapkan
kenyataan. Itulah sebabnya, substansi yang sifatnya fungsional tetap bisa dipakai
dengan ketentuan pada kesimpulan berikutnya.
Siswanto juga menjelaskan, kata substansi secara etimologi berasal dari
bahasa Latin 'Substare' dan bahasa Yunani 'Hypostasis' yang artinya 'berdiri di
bawah.'
B. Pengertian Substansi Menurut Ahli.
Berikut ini adalah para tokoh dan ahli yang mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian substansi:

a. Joko siswanto
Joko Siswanto adalah seorang Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada. Menurutnya, substansi adalah hal yang dapat dianalisis oleh akal
budi dengan jelas dan terang.
b. Warrington.
Menurut Warrington dalam buku Aristotle's Metaphysics
mengungkapkan ada empat pengertian substansi dari Aristoteles. Keempatnya
adalah The simple bodies (universal), The Immanent cause of being (genus),
The part immanent in such tighins (substratum), The essence (essence)
c. Spinoza
Spinoza berpandangan bahwa substansi adalah sesuatu yang ada dalam
dirinya sendiri, yakni sesuatu yang konsepsinya tidak bersandar pada hal lain
untuk membentuknya.
d. Immanuel Kant
Immanuel Kant menjelaskan pengertian substansi dengan cara
membaginya dalam empat kelompok utama, yaitu: kualitas, kuantitas, relasi,
dan modalitas. Dalam kelompok tersebut substansi termasuk dalam kategori
relasi.
1) Substansi dalam Filsafat
Dilansir website resmi Plato Stanford, substansi dalam filsafat adalah
komponen yang membangun hal-hal dasar. Substansi adalah materi yang memiliki
komposisi dan sifat tertentu.
Substansi juga menjadi sumber atau inti dari sebuah konsep. Untuk
beberapa alasan, kesan dan ide juga disebut sebagai substansi. Hal ini berbeda
dengan pandangan substansi versi Plato yang percaya segala sesuatunya ada
karena punya bentuk.
2) Substansi dalam Kimia
Substansi dalam kimia adalah satu macam materi dengan komposisi dan
sifat yang sama, dikutip dari Modul 1 Sekilas Mengenai Kimia dari repository
UT. Misalnya, soda kue (baking soda) dengan nama kimia Natrium Hidrogen
Karbonat.
Soda kue adalah substansi berupa zat padat putih dengan kandungan
57,1% Natrium, 1,2% Hidrogen, 14,3% Karbon, dan 27,4% Oksigen. Substansi
soda kue akan larut dalam air.
Jika dipanaskan hingga suhu 270 derajat Celscius, soda kue akan terurai
menjadi karbon dioksida, uap air, dan residu Natrium Karbonat. Soda kue dengan
sifat tersebut adalah substansi murni dengan komposisi tetap dan sifat unik.
3) Substansi dalam Berkomunikasi
Substansi dalam berkomunikasi juga diartikan sebagai makna atau arti
(meaning). Substansi juga disebut sebagai pesan yang didapatkan dari proses
interaksi, seperti dijelaskan dalam situs MORAREF portal akademik milik
Kemenag.
Kesulitan hingga gagal membangun komunikasi, berisiko mengakibatkan
maksud dan harapan tak tersampaikan dengan baik. Tidak jarang komunikasi
terjebak dalam perangkap lambang/simbol, sehingga substansinya dilupakan.
Itulah informasi tentang substansi beserta dengan ragam jenis dan
kebutuhannya. Dapat disimpulkan bahwa substansi di setiap bidang dan kondisi
memiliki makna yang berbeda-beda.
Namun bisa disimpulkan, substansi adalah sebuah dasar atau fondasi.
Seperti yang tertera dalam KBBI yang menyebut substansi sebagai inti maupun
pokok.
C. Penekanan konten utama
1. Perspektif Global
Fungsi utama dari Ilmu Pengetahuan Sosial selalu berkaitan dengan
pendidikan kewarganegaraan yang membantu peserta didik untuk menjadi
anggota yang aktif dan produktif di tempat mereka berada. Secara tradisional,
pendidikan kewarganegaraan difokuskan untuk komunitas anakanak, negara,
dan bangsa. Namun demikian, terjadi perubahan secara perlahan untuk
mengkonseptualisasi kewarganegaraan lebih luas lagi, dalam hal keanggotaan
komunitas global.
Dengan demikian, pendidikan kewarganegaraan saat ini menyiratkan tidak
hanya mempelajari cara menjadi warga negara di masyarakat sendiri, tetapi
juga cara menjadi warga negara di dunia. Dapatkah dunia dianggap sebagai
komunitas mari kita uji beberapa data Beberapa pertimbangan dunia
dianggap sebagai masyarakat adalah sebagai berikut
a. Semua orang di dunia memiliki beberapa masalah yang sama.
Berkurangnya sumber daya alam yang dapat diperbarui secara cepat,
polusi yang disebabkan oleh manusia terhadap atmosfer, larangan
penggunaan senjata nuklir, dan juga aksi terorisme dalam lingkup
internasional yang menimbulkan sedikit kekhawatiran dari semua
negara di dunia. Masalah-masalah ini merupakan masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh suatu negara secara sepihak akan tetapi
masalahmasalah tersebut harus diselesaikan secara bersama oleh
seluruh bangsa.
b. Orang-orang di seluruh dunia saling ketergantungan secara ekonomi.
Negara-negara di dunia juga tidak dapat bekerja sendiri dan hal inilah
yang membuat negara-negara di dunia saling membantu untuk saling
melengkapi kebutuhan dan keinginannya masing-masing. Mobil yang
digunakan di Amerika dibuat di Eropa dan Asia, dan bahan bakarnya di
impor dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan. USA
mengekspor segala sesuatu dari gandum yang menjadi kebutuhan Rusia
untuk membuat roti.
c. Hal tersebut merupakan kesempatan yang lebih besar bagi seluruh orang
di dunia untuk berinteraksi antara satu sama lain. Adanya kemajuan
dalam bidang komunikasi memungkinkan kita untuk saling
berhubungan dari suatu tempat ke tempat lain di dunia secara instan.
Seorang individu di San Francisco dapat melihat peristiwa yang terjadi
sama persis seperti yang terjadi di London berkat adanya satelit
komunikasi. Adanya kemajuan dalam bidang komunikasi juga
memungkinkan untuk berhubungan antara individu yang berada di
Boston dan di Osaka, Jepang. Demikian juga, adanya kemajuan dalam
bidang transportasi memungkinkan seseorang untuk berjelajah keliling
dunia.
d. Ada beberapa budaya yang muncul. Orang-orang dapat berkunjung ke
seluruh belahan dunia dan merasa nyaman dengan lingkungan
sekitarnya karena lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang
familiar bagi mereka untuk beradaptasi. Disana juga terdapat gaya
berpakaian seperti memakai celana blue jeans, teknologi yang memadai,
music, film-film, dan beberapa permainan, dan juga drama yang sama
persis seperti yang mereka lihat biasanya di tempat mereka berasal.
Bahkan juga terdapat berbagai jenis makanan yang sudah mendunia
sehingga semua orang dapat memakan makanan yang biasa dimakan
dimana pun mereka berada.
Hal ini menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara seluruh orang di
dunia. Dengan demikian mungkin dunia dapat dianggap sebagai suatu masyarakat.
Oleh karena itu penting sekali mengajarkan peserta didik untuk berfungsi secara
efektif di suatu komunitas.
Peserta didik harus menyadari orang-orang yang membentuk masyarakat
global ini serta menyadari antara peserta didik dan orang-orang di dunia. Peserta
didik juga harus meningkatkan kemampuannya untuk bekerja secara koperatif dan
harmonis antara satu sama lain. Dapat disimpulkan, peserta didik harus
mengembangkan perpektif global, yaitu suatu kemampuan untuk memahami
dunia dan bertindak didalamnya dari titik pandang sebagai warga yang peduli
terhadap dunia.
Pendidikan global bersifat interdisipliner. Hal ini berarti bukan milik salah
satu bidang ilmu saja, tetapi milik semua ilmu. Secara alamiah, Ilmu Pengetahuan
Sosial memiliki porsi yang besar di dalam hal tanggung jawab untuk membantu
peserta didik di dalam mengembangkan perspektif global. Pendidikan global
dapat dilakukan secara kognitif, melalui konten yang sedang dipelajari.
Pendidikan global juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang mampu
membantu mengembangkan kepekaan peserta didik terhadap dunia dan orang-
orang di sekitarnya. Walaupun saling beriringan satu sama lain tumpang tindih,
dimana kepekaan peserta didik dapat ditingkatkan melalui konten yang sedang
dipelajari, kedua pendekatan ini dapat dilakukan secara terpisah untuk tujuan
kesederhanaan.
Berbagai pendidik Ilmu Pengetahuan Sosial telah menyarankan konsep
spesifik yang perlu dipelajari peserta didik untuk mengembangkan perspektif
global. Salah satu hal yang paling sering dikutip adalah interdependensi, dan tidak
sulit untuk melihat mengapa konsep ini begitu penting. Ini berbicara langsung
mengenai hubungan antara humas, manusia dan institusi mereka serta institusi itu
sendiri. Jika kita bekerja dari premis, bahwa konsep dan generalisasi memiliki
penerapan universal, mereka merupakan sarana yang masuk akal di dunia, maka
dalam kenyataanya ada sedikit ilmu sosial tentang konsep sejarah yang tidak dapat
digunakan secara efektif dalam membantu anak-anak belajar tentang bagaimana
mereka menjadi warga dunia.
Tugas kita adalah memilih konten global yang paling tepat untuk
mengembangkan pemahaman ini. Meskipun data kami belum cukup lengkap, data
ini menunjukan betapa dekatnya hubungan antara seluruh orang di dunia seperti
yang kita ketahui. Dengan demikian mungkin dunia dapat kita sebut sebagai suatu
komunitas. Oleh karena itu penting sekali mengajarkan anak-anak dalam
berfungsi secara efektif di suatu komunitas. Mereka harus menghargai orang-
orang yang membentuk komunitas global ini. Dan mempererat hubungan diantara
mereka. Mereka juga harus meningkatkan kemampuannya untuk bekerja secara
koperatif dan harmonis antara satu sama lain. Atau dengan kata lain, mereka harus
mengembangkan perpektif global, yaitu suatu kemampuan untuk memahami
dunia dan bertindak dalam membentuk pandangan sebagai warga yang peduli
terhadap dunia.
2. Penekana konten yang lain
Ada beberapa area lain yang menjadi perhatian Ilmu Pengetahuan Sosial,
yaitu Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Energi, Pendidikan berhubungan
dengan Hukum, dan Pendidikan Karir berkaitan dengan tujuannya dan
implementasinya pada Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Pendidikan
ekonomi dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk pembuatan keputusan ekonomi
Pembuatan keputusan ini tidak hanya berhubungan dengan keputusan
ekonomi pribadi, pembelian, pengeluaran, dan penganggaran personal. Hal ini
disebabkan individu bisa saja pembeli dan pembuat anggaran yang pandai,
tetapi ia tidak mengetahui tentang masalah ekonomi global dan sosial.
Tujuan pendidikan ekonomi adalah:
1. Membantu siswa memahami dan membuat penilaian yang beralasan tentang
pertanyaan ekonomi utama dalam menghadapi masyarakat. Diharapkan siswa
akan memahami keputusan ekonominya terhadap sistem ekonomi total dan
mereka akan memahami hubungan antara konsumen dan komunitas ekonomi
2. Membantu siswa membuat keputusan ekonomi personal yang beralasan
untuk saat ini dan pada saat mereka dewasa. Dunia sedang menghadapi
sejumlah masalah energi seperti biaya energi yang meningkat, berkurangnya
bahan bakar fosil, kontroversi nuklir, masalah lingkungan yang berhubungan
dengan energi, dan distribusi sumber energi yang tidak merata di seluruh
dunia. Pendidikan energi diberikan dalam rangka memecahkan masalah yang
berkaitan dengan energi. Pendidikan energi dapat membantu siswa memahami
pengertian energi dan masalah sosial, ekonomi, dan politik yang mengelilingi
krisis energi. Melalui pendidikan energi dapat membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
mengatasi dan memecahkan masalah energi jangka pendek dan jangka
panjang yang ditemukan.
Tujuan pendidikan energi dalam konteks Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah:
1. Kompetensi publik/ warga negara Pendidikan energi dapat membantu siswa
memperolehpengetahuan dan keterampilan untuk menangani isu-isu energi
yang mempengaruhi setiap orang
2. Kompetensi gaya hidup personal Pendidikan energi dapat mengembangkan
kemampuan yang diperlukan untuk menangani isu-isu energi yang
mempengaruhi seseorang. Pendidikan yang berhubungan dengan hukum
diberikan untuk membantu siswa mempelajari hukum yang khusus atau hak-
hak individu siswa dalam situasi tertentu.
Tujuan pendidikan yang berhubungan dengan hukum adalah:
1. Agar siswa dapat memandang hukum sebagai hal yang promotif, dapat
membantu, dipahami, dan dapat diubah
2. Agar siswa menganggap orang memiliki potensi untuk mengontrol dan
berkontribusi terhadap tatanan sosial
3. Agar siswa menganggap benar dan salah sebagai isu yang dapat dan
sebaiknya diatasi
4. Agar siswa merasakan dilema yang melekat dalam masalah sosial
5. Agar siswa menjadi pembuat keputusan reflektif dan pemecah masalah
yang memiliki komitmen yang besar
6. Agar siswa dapat memberikan penjelasan yang beralasan tentang komitmen
yang dibuat dan posisi yang diambil
7. Agar siswa bertanggung jawab secara sosial
8. Agar siswa bersikap responsif secara kritis terhadap otoritas yang sah
9. Agar siswa menjadi berpengetahuan tentang hukum, sistem hukum, dan isu-
isu yang berkaitan dengan hukum
10. Agar siswa menjadi empati, bertanggung jawab secara sosial dan
memperhatikan orang lain
11. Agar siswa dapat membuat penilaian yang dewasa di dalam menangani
masalah etika dan moral
Pendidikan karir atau pendidikan perkembangan karir bertujuan untuk
mengekspos siswa ke dunia kerja berkaitan dengan pekerjaan yang dibayar dan
tidak dibayar, serta membantu siswa untuk memeriksa tempatnya di dunia
tersebut. Pendidikan karir menekankan pada perkembangan keterampilan
interpersonal yang diperlukan dalam dunia kerja, serta keterampilan-keterampilan
yang berkaitan dengan pembuatan keputusan karir yang efektif. Pendidikan karir
juga dapat mengembangkan kesadaran diri individu siswa, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pekerjaan, dan apresiasi terhadap peran pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Dimayati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Gagne, Robert M. The Condition of Learning. New York : Holt, Rinehart
and Winston, 1965.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara,
2008.
Hillgard, Ernest R and Gordon H. Bower. Theories of Learning. New
York : Appleton Century Crofts, 1966.
http://infopendidikankita.blogspot.com. (12 November 2015).
Meilanikasim, Macam-macam Model Pembelajaran untuk Mengatasi Masalah
Pendidikan IPS di SD. https://meilanikasim.wordpress. com/2008/11/29/model-
pembelajaran-ips/. (12 November 2015).
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2002.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2006.
Silberman, Mel. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta : YAPPENDIS, 2001.
Solihatin, Eti dan Raharjo. Coorperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Sulistyorini, Sri. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2007.
Supriyana, Heri. Pembelajaran Tematik, disampaikan dalam kegiatan
diklat KBK ke KTSP bagi guru SLB/SDLB tungkat Propinsi DIY, Tanggal 6
November, 2006.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya 2000.
Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP Jakarta :
Gaung Persada Press, 2007.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH IPS DI MI

A. Tujuan Pemecahan Masalah


Kita mendapatkan informasi tentang dunia dari berbagai sumber,beberapa
diantaranya mengharuskan kita untuk membaca, yang lainnya melalui
mendengarkan, dan yang lainnya lagi dari hasil observasi.Kebanyakan
pengetahuan kita tentang peristiwa-peristiwa saat ini diperolehdari media berita,
radio, televisi, koran, atau majalah sebagai sumber data yang membutuhkan
keterampilan khusus.
Keterampilan tersebut harus kitapelajari dan dipraktekkan. Program
peristiwa terkini ini, merupakan kesempatan yang tepat untuk mengajarkan
keterampilan pengumpulan informasi seperti yang disebutkan di bawah ini.
Informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan tidak dengan mudah
tersedia.

B. Pendekatan untuk pemecahan masalah


Pendekatan dalam pemecahan masalah yang akan dibahas dalam bagian
ini adalah pendekatan yang umum digunakan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dan melakukan fungsi. Pendekatan ini telah diberikan
berbagai nama dalam literature yang sudah dipilih yang mencerminkan apa yang
terjadi pada saat pendekatan ini digunakan. Dapat dikatakan bahwa fungsi
pemecahan masalah dengan istilah lain adalah sebagai berikut :
1. Eksplorasi digunakan untuk mengumpulkan informasi
2. Inkuiri untuk menghasilkan pengetahuan yang baru bagi pemecah
masalah
3. Pengambilan keputusan digunakan untuk membantu individu memiliki
diantara serangkaian alternatif tindakan.
Terdapat banyak penelitian tentang strategi pemecahan masalah yang
digunakan. Beberapa ahli telah mempostulatkan sejumlah kecakapan pemecahan
masalah prasyarat dan telah melakukan investigasi untuk menentukan kecakapan
mana yang benar-benar digunakan. Penemuan studi yang telah dilakukan
mengarahkan pada perkembangan berbagai strategi dan skema pemecahan
masalah yang dapat digunakan oleh individu.
Terdapat kecenderungan bahwa ada kesamaan diantara strategi-strategi
pemecahan masalah ini yang menekankan pada banyak kegiatan dan operasi yang
sama. Pada ketiga model pemecahan masalah mengandung empat langkah yang
sama. Setiap model akan mempertimbangkan setiap langkahnya dalam rubrik
kegiatan pemecahan masalah secara umum. Tiga model pemecahan masalah ini
akan dibahas dengan penekanan pada kegiatan yang spesifik pada setiap model.
Setiap model akan dibahas dengan memberikan contoh pada strategi
pemecahan masalah yang spesifik yang akan digunakan dalam kelas di sekolah
dasar. Pada ketiga model pemecahan masalah tersebut, terdapat empat langkah
yang umum untuk semua. Ketiga model pemecahan masalah tersebut
mengharuskan bahwa
1. individu mengakui bahwa ada situasi dilema dan mendefinisikan apa
masalahnya
2. Individu mengetahui sumber informasi yang dapat dikonsultasikan untuk
setiap informasi yang diperlukan untuk menangani masalah tersebut
3. sumber-sumber ini dimanfaatkan bahwa pemecah masalah bekerja dengan
data untuk menghasilkan respons yang berarti terhadap dilema awal.
Tiga Model Pemecahan Masalah Eksplorasi Inkuiri Pengambilan
Keputusan Menentukan masalah Menentukan masalah Menentukan keputusan
yang akan dibuat Merencanakan pengumpulan data Merencanakan pengumpulan
data Merencanakan untuk menghasilkan alternatif dan konsekuensi
Mengumpulkan data Mengumpulkan data Menghasilkan alternatif dan
konsekuensi Memeriksa, menganalisis, dan mengevaluasi data Memeriksa,
menganalisis, dan mengevaluasi data Memeriksa, menganalisis, dan mengevaluasi
konsekuensi Sintesis Menyetujui atau menolak hipotesis Memilih sesuai dengan
struktur nilai Menggeneralisasi Melakukan tindakan Penentuan masalah
merupakan langkah awal di setiap model pemecahan masalah.
C. Strategi Pemecahan Masalah
Ketika anda memeriksa tiga model penyelesaian masalah yang diuraikan
di bawah ini, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Pertama yang perlu diperhatikan adalah meskipun diuraikan dalam langkah-
langkah yang dilalui saat terlibat dalam setiap strategi, individu tidak perlu
mengikuti langkah-langkah ini secara berurutan dan keseluruhan. Seseorang,
misalnya, mungkin mengumpulkan data dan menyadari bahwa dia tidak
mengetahui sumber data yang memadai. Penting untuk kembali ke tahap
perencanaan. Mempertimbangkan model dalam langkah-langkah,
bagaimanapun, akan memungkinkan anda untuk mendapatkan gambaran yang
tidak sulit mengenai bagaimana model penyelesaian masalah tertentu.
2. Hal lain yang harus anda perhatikan adalah bahwa, meskipun kita berbicara
tentang tiga strategi yang berbeda, ada hubungan di antara tiga strategi
tersebut. Seringkali saat kita terlibat dalam satu strategi, kita akan merasa perlu
untuk beralih ke strategi lain. Kita mungkin ingin menghasilkan pengetahuan
baru dan menyadari bahwa kita tidak memiliki cukup informasi latar belakang
yang diperlukan untuk membuat hipotesis. Oleh karena itu, kita perlu
mendapatkan informasi ini melalui eksplorasi.
3. Hal lain terpenting yang harus diperhatikan adalah bahwa strategi ini dapat
digunakan untuk tujuan akademis dan sosial, yaitu cocok untuk membangun
pemahaman konseptual tentang dunia. Kita dapat menggunakan pemecahan
masalah dengan konten untuk membantu siswa mengembangkan ilmu sosial
dan ide-ide sejarah yang penting. Kita juga dapat menggunakannya untuk
membantu mereka mengatasi masalah kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Melakukan pemecahan masalah dalam kedua konteks dengan siswa sangat
diperlukan karena kehidupan nyata membutuhkan keduanya. Hal yang diperlukan
adalah mengumpulkan informasi teoretis sebelum benar-benar bisa mulai bekerja.
Contoh-contoh kelas yang disediakan di akhir diskusi kita tentang masing-masing
model akan membahas masalah konten dan masalah sosial. Eksplorasi digunakan
ketika kita ingin tahu tentang sesuatu yang kita memiliki sedikit atau tidak
memiliki latar belakang pengetahuan. Sebagai orang dewasa, kita semua mungkin
menggunakan strategi ini cukup sering tanpa sadar menyadari bahwa kita sedang
menggunakannya.
Jika Anda telah menulis makalah penelitian, Anda terlibat dalam proses
eksplorasi. Menerima pernyataan dapat dilakukan dengan 3 hal, yaitu
1. mengakhiri penyelidikan
2. menghasilkan hipotesis alternatif
3. penyelidikan Ketika para peneliti terlibat dalam metode ilmiah
mereka bersusah payah untuk memastikan bahwa temuan mereka dapat
diterapkan pada beberapa populasi tertentu, atau kelompok budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking


questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown.
National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and sequence
for social studies”. Social Education, 48, 249-273 Schuncke, G. M. (2005).
“Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company Schuncke, G. M., & Krogh, S. L.
(2007). “Helping children choose”. Glenciew, IL: Scott, Foresman.
BAB V
PENDEKATAN KETERANPILAN DALAM PEMECAHAN MASALAH

A. Pengertian pendekatan keteranpilan


Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsepkonsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan
sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan pada ilmuan, tetapi pendekatan
keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuan.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Dengan demikian tidak ada lagi siswa yang bergurau, berbisik-bisik
dengan teman-temannya dan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru tetapi
berpusat pada siswa, pembelajaran seperti ini memungkinkan tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam membahas pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip tentang
pendekatan tersebut menjadi hal mutlak yang harus Anda pahami. Satu hal yang
harus kita sepakati bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan
orientasinya tidak hanya produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran yang
dilakukan juga diarahkan pada bagaimana memperoleh hasil belajar atau
bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.
Kemampuan menghitung dalam pengertian yang luas, merupakan salah
satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan
bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan kemampuan
ini. Pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama
dalam tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Kesemuanya merupakan variabel untuk
menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai. Kemampuan
membuat ramalan atau perkiraan yang didasari penalaran, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

B. Alat media dalam pendekatan keterampilan


1. Menggunakan peta dan globe
Menyadari arah benda atau tempat yang berkaitan dengan diri
sendiri atau benda atau tempat lain adalah keterampilan yang digunakan
tidak hanya dengan peta tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita
menggunakan ini untuk mengarahkan orang lain dan menemukan tempat
sendiri.
Paling umum, kita menggunakan istilah arah seperti kiri, kanan,
atau lurus ke depan. Di lain waktu perlu menggunakan istilah kompas
seperti selatan atau tenggara. Sudah menjadi pengalaman bahwa banyak
orang dewasa merasa tidak nyaman dengan jenis arah yang terakhir karena
mereka dapat mengidentifikasi ini di peta tetapi menjadi bingung ketika
mereka perlu menggunakannya dalam kehidupan nyata. Kami dapat
membantu menghilangkan kebingungan ini bahkan mungkin dalam diri
kita sendiri dengan memberikan siswa pengalaman yang memungkinkan
mereka untuk bekerja dengan arahan dalam kehidupan nyata maupun di
peta.
Pengalaman-pengalaman ini akan mencakup pemberian dan
penerimaan. Seperti halnya keterampilan lain, urutan untuk arahan
mengajar bergerak dari mengajar di lingkungan siswa sendiri untuk
mempertimbangkannya secara lebih abstrak di bola dunia dan peta.
Bahkan ketika berhadapan dengan arahan pada peta, perhatian harus
diberikan untuk menghubungkannya dengan pengaturan kehidupan nyata,
dimana siswa harus terus diingatkan bahwa arah mewakili sesuatu di dunia
fisik. Pengajaran arah dimulai di kelas awal dengan menggunakan konsep
spasial dari lingkungan langsung siswa.
2. Menggunakan diagram dan grafik
Diagram dan grafik adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengatur dan meringkas sebuah data dengan jumlah besar menjadi suatu
bentuk yang dapat dikelola, hingga membuat data ini lebih mudah di
akses.
Satu dari perbedaan utama di antara dua itu adalah bahwa grafik
memberikan sebuah gambar dari beberapa jenis hubungan, biasanya yang
numerik. Sebuah grafik, contohnya, dapat menunjukkan angka dari siswa
yang memilih hidangan utama berbeda yang ditawarkan untuk makan
siang di sekolah, dan akan memperkenankan siswa untuk membuat
kesimpulan tentang perbedaan kuantitatif pada rasa. Upaya instruksional
dalam kaitannya dengan tabel dan grafik seharusnya disinggung minimal
di sekolah dasar dan diberikan perhatian yang lebih di sekolah dasar.
Sekali lagi bukan berarti kita tidak dapat memberikan siswa taman
kanak-kanak dan sekolah dasar pengalaman mengenai tabel dan grafik.
Kita bisa dan harus, selagi pengalaman-pengalaman tersebut sesuai. Kita
menginginkan siswa memiliki dua jenis pengalaman yang berbeda pada
diagram dan grafik, membuat milik mereka sendiri dan bekerja dengan
yang dikembangkan oleh yang lain.
Sekali lagi, akan muncul sebuah persamaan pada instruksi peta dan
globe dalam pengalaman awal dengan perangkat perangkat ini yang akan
dibangun oleh siswa itu sendiri. Diagram dapat digunakan untuk berbagai
tujuan yang berbeda, tabulasi barang, merekam pengalaman-pengalaman,
meringkas data, dan lain sebagainya. Diagram dapat menyediakan
informasi dengan berbagai bentuk yang berbeda- melalui simbol,
gambaran, atau dalam penulisan. Terkadang data-data disajikan dalam
bentuk diagram yang dapat diterjemahkan ke dalam bentuk grafik.
Di sekolah dasar terdapat sebuah tendensi untuk menggunakan
lima macam diagram yang berbeda yang akan kita bahas sekarang.
Diagram pengalaman biasanya merupakan model pertama dari tabel yang
anak-anak temui di bangku sekolah dasar. Tujuan mereka adalah untuk
mengilustrasikan dan meringkas sesuatu yang siswa pelajari atau alami.
Mulanya diagram-diagram tersebut dapat dengan mudah dikomposisikan
oleh sebuah gambaran yang digambar siswa disertai dengan sebuah atau
dua kalimat, yang mana didikte oleh anak dan tertulis di bawah gambar
oleh orang dewasa. Kemudian ini dapat diperluas menjadi beberapa
kalimat atau paragraf yang didikte oleh siswa, yang mana dapat atau tidak
dapat disertai dengan gambar.
Ketika siswa menjadi mahir dalam menulis, tabel pengalaman tak
perlu didikte, karena akan diisi sepenuhnya oleh siswa. Sepertinya ada
sebuah salah pengertian dalam diagram pengertian yang hanya sesuai
untuk siswa yang lebih kecil dan tak digunakan untuk kelas atas.
Ini bukanlah kasusnya karena bisa dan harus digunakan kapanpun
sesuai untuk meringkas pelajaran dalam bentuk diagram. Menyajikan
suatu informasi dalam bentuk kolom, dengan setiap kolomnya
mencantumkan jenis informasi yang berbeda. Kita sering melihat Bagan
Tabel ini digunakan di bagian olahraga dalam surat kabar untuk
menunjukkan catatan menang-kalah suatu individu maupun tim.
Kita juga bisa melihat bahwasanya Bagan Tabel digunakan pula
untuk menunjukkan bagaimana para legislator memilih isu-isu yang
berbeda. Atau, jika kita membaca sebuah laporan konsumen, kita akan
menemukan bagan tersebut digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
suatu produk memenuhi berbagai kriteria.
Contohnya dua buah tabel dengan tujuan yang berbeda untuk
digunakan di dalam kelas dasar. Yang pertama kali dikembangkan untuk
menemani diskusi tentang sebuah keputusan mengenai apa yang harus
dilakukan seorang anak laki-laki jika dia melihat anak laki-laki lain
memecahkan mainan. Itu menggambarkan adanya sebuah konsekuensi
positif dan negatif, dalam hal perasaan, salah satu solusi siswa yaitu
memberi tahu guru. Yang kedua dibuat setelah kunjungan lapangan. Siswa
membuat daftar pekerja yang mereka lihat dan menunjukkan apakah ini
produsen barang atau jasa. Tidak ada batasan jumlah kolom yang lebih
abstrak dan sulit ditafsirkan. Data dalam bagan tabel harus disajikan
sesederhana dan juga sejelas mungkin.
Dalam banyak hal, Diagram Retrival adalah variasi dari Bagan
Tabel. Diagram Retrival cukup berbeda dengan beberapa bagan tabel
lainnya yaitu dalam hal memiliki kategori yang keduanya terdapat sumbu
horizontal dan vertikal. Sebagai aturan, salah satu sumbu akan
memusatkan perhatian pada konsep tertentu sementara yang lain akan
dikhususkan untuk konten atau data tertentu.
3. Sintesis: Perencanaan Memasukkan Keterampilan
Keterampilan yang telah kita bahas dalam bab ini adalah
keterampilan yang kita gunakan sebagai orang dewasa. Terkadang kita
menggunakannya dalam situasi penyelesaian masalah, misalnya kita
menggunakan keterampilan peta yang berbeda karena merencanakan rute
terbaik untuk perjalanan. Di lain waktu, kita menggunakannya untuk
mengumpulkan dan memproses informasi.
Kita membaca dan menganalisis grafik di artikel berita untuk
mengikuti perkembangan apa yang terjadi di dunia. Dalam semua kasus,
kita menggunakan keterampilan yang diberikan untuk beberapa tujuan
yang merupakan sarana untuk tujuan tertentu. Gagasan keterampilan ini
berarti perlu diingat saat kita berencana untuk mengajar. Meskipun tujuan
kita adalah untuk memperoleh keterampilan, kita ingin siswa menyadari
bahwa ada alasan untuk menggunakan keterampilan tersebut.
Karena itu, kita ingin merencanakan untuk mengajarkannya dalam
beberapa konteks yang akan memberikan tujuan untuk menggunakan
keterampilan. Bahkan, jika kita bekerja dari asumsi bahwa kita sedang
mengajarkan keterampilan sekarang sehingga siswa bekerja dalam
berbagai konteks yang berbeda. Kita ingin memberi mereka pengalaman
yang membutuhkan penggunaan keterampilan yang paralel dengan yang
akan mereka temui sebagai orang dewasa.
Buku teks anak-anak berisi peluang untuk pekerjaan keterampilan.
Buku pedoman guru tentang teks apa pun biasanya akan memuat bagan
yang menguraikan keterampilan yang diajarkan di seluruh seri buku teks
serta keterampilan yang diajarkan dalam teks yang diberikan. Biasanya
bagan terakhir memberikan beberapa indikasi keterampilan spesifik untuk
diajarkan serta unit dalam teks yang akan diajarkan. Pedoman guru juga
akan berisi instruksi spesifik tentang bagaimana keterampilan harus
diajarkan dalam konteks unit yang diberikan.

C. Metode problem solving


Metode pemecahan masalah problem solving adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersamasama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode problem solving atau metode pemecahan masalah bukan sekedar
metode mengajar tetapi merupakan metode berfikir. Sebab dengan metode
problem solving anak mencoba berusaha belajar berfikir dengan menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dari metode mencari masalah, memecahkan
masalah dan menarik kesimpulan. Hal ini sebenarnya bukan suatu pekerjaan
yang mudah, tetapi anak harus dilatih supaya dapat berfikir kreatif.
Metode problem solving dapat diberikan secara individu maupun
kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir anak.
Pembelajaran pemecahan masalah problem solving adalah interaksi antara
stimulus dan respon yang merupakan hubungan dua arah, belajar dan
lingkungannya. Hubungan dua arah itu terjadi antara siswa dan guru, antara
pelajar dan pengajar. Lingkungan memberikan pengaruh dan masukan kepada
anak berupa bantuan dan masalah dan system saraf otak memberikan bantuan
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari jalan pemecahannya.
Pengetahuan dasar dan pegalaman anak yang telah dimiliki dan telah
diperoleh dari lingkungannya akan menjadikan dirinya sebagai bahan dan
materi untuk memperoleh pengertian serta dijadikan pedoman untuk mencapai
tujuan belajarnya. Pembelajaran pemecahan masalah problem solving adalah
proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam
situasi baru yang belum dikenal.
Langkah-langkah Metode Problem Solving Memecahkan masalah bukan
pekerjaan yang mudah tetapi perlu langkah langkah yang konkrit. Abu
Ahmadi, 1997 mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran
pemecahan masalah problem solving adalah sebagai berikut :
a. Menyadari adanya masalah
b. Memahami hakikat masalah secara jelas
c. Mengajukan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Analisis dan sintesis data
f. Mencoba mengambil kesimpulan
g. Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah.
Langkah-langkah di atas merupakan hal-hal yang harus ditanamkan pada
anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem
solving agar anak mengerti apa pentingnya masalah dan memecahkannya.
Metode problem solving dalam mengembangkan kemampuan kognitif
pada anak usia dini. Menurut Anas Sudijono 2001 49 ranah kognitif adalah
ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Robert M. Gagne dalamW. S.
Winkel 1996 102 juga menyatakan bahwa ruang gerak pengaturan kegiatan
kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri. Lebih lanjut Gagne menjelaskan
bahwa pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan kaidah
yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem. A. de
Block dalam W. S. Winkel 1996 64 menyatakan bahwa Ciri khas belajar
kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk bentuk
representasi yang mewakili obyek obyek yang dihadapi, entah obyek itu
orang, benda atau kejadianperistiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang
yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kognitif adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental otak
untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri.
Pengaturan aktivitas mental dengan menggunakan kaidah dan konsep yang
telah dimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan,
atau lambang. Benjamin S. Bloom dkk berpendapat bahwa ranah kognitif
meliputi enam jenjang proses berpikir yaitu
a. Pengetahuan knowledge, adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali recall atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untukmenggunakannya. Pengetahuan
atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah.
b. Pemahaman comprehension adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan
atau hafalan.
c. Penerapan application adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Menurut Von
Glaserfeld dalam Paulinan Panen 2005 dikemukakan bahwa agar
siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan maka dibutuhkan
a) Kemampuan anak untuk mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman, ini sangat penting karena pengetahuan
dibentuk berdasarkan interaksi individu anak dengan
pengalaman-pengalaman tersebut.
b) Kemampuan anak untuk membandingkan dan mengambil
keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking


questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown. National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and
sequence for social studies”. Social Education, 48, 249-273
Schuncke, G. M. (2005). “Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company
BAB VI
LANDASAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

A. Pengertian Landasan Pendidikan IPS


Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar, atau asas konseptual yang
menyelubungi pendidikan secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait
dengan landasan pendidikan ini adalah hakikat manusia sebagai makhluk
pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial, aliran pelaksanaan, hingga
permasalahan-permasalahan pendidikan. Yatimah (2017, hlm. 354) mengatakan
bahwa secara leksikal, landasan berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh karena itu,
landasan (pendidikan) merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan
dalam melaksanakan pendidikan. Landasan-landasan tersebut meliputi landasan
hukum, filosofis, ilmiah, hingga yuridis atau hukum yang melindungi hak
pendidikan.

B. Fungsi Dan Tujuan Landasan Pendidikan


Mengapa kita harus memiliki landasan seperti itu? Karena pendidikan
merupakan salah satu hak dasar manusia dan berpengaruh besar terhadap
kehidupan seseorang. Mulai dari kehidupan sosial hingga taraf ekonomi
seseorang. tanpa landasan yang jelas, salah-salah pendidikan dapat menjadi
sesuatu yang mencengkram manusia lewat komersialisasi dan kekhususan yang
berdampak pada kesenjangan pendidikan. Kita sebagai bangsa yang telah
mengalami kolonialisasi, telah belajar melalui cara yang pedih akan hal tersebut.
Ketika di masa kolonialisasi Belanda, tidak semua lapisan masyarakat
mendapatkan pendidikan yang layak. Hanya sebagian kecil bahkan golongan
status tertinggi saja yang diberikan pendidikan. Hal tersebut karena pemerintah
Hindia Belanda tidak ingin mencerdaskan rakyatnya, sehingga mereka dapat terus
mengeksploitasi negeri ini.
Selain itu, pendidikan adalah modal yang jauh lebih bernilai jika
dibandingkan dengan harta yang melimpah sekalipun. Nilai ekonomi sebesar apa
pun tanpa pengetahuan dan manajemen penggunaannya akan habis dalam
seketika. Dari mana pengetahuan dan kemampuan manajemen tersebut berasal?
Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah pendidikan.
1. Fungsi Landasan Pendidikan
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa landasan pendidikan
memiliki fungsi khusus yang ingin dicapai. Beberapa fungsi landasan
pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pijakan utama yang kokoh dan adil untuk memastikan keadilan
pendidikan seperti dalam landasan hukum pendidikan.
b. Barometer utama untuk memastikan kualitas pendidikan yang terarah
sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.
c. Landasan perlindungan hukum untuk menjaga keadilan dan kemerataan
pendidikan.
d. Perlindungan fungsi pendidikan pada pakemnya agar tidak disalahgunakan
untuk hal yang buruk.

2. Tujuan Landasan Pendidikan


Tentunya landasan pendidikan juga memiliki hasil yang ingin dicapai melalui
kajian dan pengaplikasiannya. Tujuan dari landasan pendidikan adalah
sebagai berikut.
a. Pendidikan menjadi hak seluruh manusia tanpa syarat apa pun.
b. Pemerataan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas bagi
seluruh umat manusia.
c. Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali.
d. Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan dan
membantu manusia untuk dan tidak disalahgunakan untuk hal yang
negatif.

C. Asas dan Unsur Pendidikan


Pendidikan menyangkut banyak banyak umat dan hal yang menaunginya,
bahkan di situlah landasan pendidikan hadir. Dengan demikian, pendidikan harus
dilihat dari sisi intrinsik (dalam) dan sisi ekstrinsiknya pula agar dapat dikaji
secara holistik. Maka dari itu, sebelum menyentuh landasan-landasan pendidikan,
terdapat inti pokok dari dalam pendidikan yang harus dipahami terlebih dahulu,
yakni asas dan unsur pendidikan.
1. Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran-kebenaran yang menjadi
dasar atau tumpuan berpikir pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Di Indonesia, terdapat beberapa asas yang digunakan dalam dunia
pendidikan yang akan dipaparkan pada penjelasan di bawah ini.
a. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,
seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang
dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-
narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Junaid, 2012, hlm. 96).
b. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses
belajar mengajar di sekolah setidaknya mengemban dua hal pokok, yakni:
membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif, dan kedua;
meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari
belajar sepanjang hayat.
Secara umum, pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap umat
manusia atau warga negara Indonesia khususnya untuk mendapatkan
setidaknya beberapa poin di bawah ini.
1) Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan
kemandirian sepanjang hidupnya,
2) Meraih kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang
ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal,
3) Mendapatkan kesempatan mengikuti program-program pendidikan
sesuai minat, bakat, dan kemampuan dalam rangka pengembangan
pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS)
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945; dan mendapat
kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
c. Asas Kemandirian Dalam Belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsung karena didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri
yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:
1) Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik
tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri
mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan
setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa
memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya).
2) Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di
dalam memulai dan memelihara usaha siswa untuk mengembangkan
potensinya.
3) Dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari
guru ke siswa atau biasa disebut dengan student-centered. Siswa
mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan
tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.
2. Unsur Pendidikan
Unsur pendidikan adalah satuan-satuan yang mendirikan dan memungkinkan
terjadinya suatu proses pendidikan. Berbagai satuan unsur pendidikan tersebut,
menurut Elfachmi (2015, hlm. 15) adalah sesederhana penjabaran berikut ini :
a. Tujuan pendidikan f. Alat dan metode pendidikan
b. Peserta didik g. Lingkungan pendidika
c. Pendidik
d. Interaksi edukatif
e. Materi pendidikan
D. Jenis Jenis Landasan Pendidikan

1. Landasan religius pendidikan, yang mencakup asumsi dan teori yang


bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan, berbagai asumsi hingga teori yang bersumber
dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
3. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi dan teori yang bersumber dari
berbagai cabang atau disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan rangka
praktik pendidikan.Contohnya adlaah: landasan psikologi pendidikan,
landasan sosiologi pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan
historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai
landasan empiris, teori, atau faktual pendidikan.
4. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yakni asumsi, teori, dalil, dan
hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, S. (1998). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang


hubungan pendidikan dan masyarakat. P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud.
BP7 Pusat. (1995). Materi Penyegaran Penatar, Buku 1 Bidang P4. BP-7 Pusat.
Manan, I. (1989). Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. P2LPTK, Dirjen Dikti,
Depdikbud.
Muchtar, O. (Peny.). (1991). Dasar-Dasar Kependidikan. IKIP Bandung.
Sunarto, K. (1993). Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Syam, M. N. (1984). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia.

BAB VII
FILSAFAT PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian filsafat pendidikan IPS
Filsafat berasal dari kata philos dan shopia, philos artinya berpikir
dan shopia artinya kebijaksanaan. Jadi, filsafat ialah cinta kepada
kebijaksanaan. Berpikir artinya mengolah data inderawi menjadi
pengertian, atau proses mencari makna, dan kebijaksaan artinya
pengambilan keputusan yang memihak kepada pihak yang lemah.
Filsafat disebut juga ilmu pengetahuan yang mencari hakikat dari
berbagai fenomena kehidupan manusia. Filsafat pendidikan adalah ilmu
yang menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut
dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta hakikat ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaan pendidikan.
Filsafat ilmu pendidikan dibedakan dalam 4 macam, yaitu :
1. Ontologi, yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat substansi
dan pola organisasi ilmu pendidikan.
2. Epistemologi, yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat
objek formal dan material ilmu pendidikan.
3. Metodologi, yaitu ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat cara-
cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan.
4. Aksiologi, yaitu ilmu pendidikan yang membahas hakikat nilai kegunaan
teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
Filsafat pendidikan IPS pada dasarnya tidak berbeda dengan filsafat-
filsafat ilmu pendidikan lainnya, karena filsafat pendidikan IPS juga
merupakan filsafat pendidikan, yaitu praktik tentang pendidikan ilmu-ilmu
sosial agar peserta didik mampu memahami masalah-masalah sosial dan
dapat mengatasinya serta mengambil keputusan yang tepat terhadap
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Contoh tentang pembelajaran sosial pendidikan IPS, diantaranya:
1. Pendidikan IPS harus secara fungsional berhubungan dengan kebutuhan dan
minat dari yang ada sekarang, seperti masalah demokrasi, HAM, keadilan,
krisis, konflik, kesejahteraan kelangkaan pengelolaan, wabah, bencana,
globalisasi, dll
2. Isi studi sosial (IPS) harus diatur mengenai topik dan permasalahan-
permasalahan yang disajikan, sebaiknya juga subjek yang disajikan harus
berhubungan dan dikombinasikan untuk penyelidikan kontemporer, sehingga
dapat tercapai yang efektif.
3. Metode pembelajaran IPS terkait dengan kehidupannya.
4. Masalah yang dipelajari harus merupakan seleksi dari beberapa sumber dan
pengetahuan, serta sesuai kebutuhan murid dan masyarakat umumnya.
B. Tujuan filsafat pendidikan IPS
1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses
pelaksanaan pendidikan.
2. Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan.
3. Melaksanakan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
4. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.
C. Unsur-unsur dalam filsafat pendidikan IPS
1. Perkembangan sosial manusia dan masyarakat hidup, berubah dan
berkembang dari cara mereka membuat barang-barang material untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Kesadaran sosial, yaitu ide, gagasan, dan pikiran yang ada pada manusia
yang lahir dari keadaan sosial.
3. Ideologi sosial, adalah bangunan atas suatu masyarakat, yaitu sistem
keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu. Ideologi itu berdasarkan
pada basis.
4. Perjuangan sosial ialah tindakan masyarakat untuk mengubah sistem sosial
yang berlaku sesuai dengan perkembangan tenaga produktif masyarakat.
5. Perubahan sosial, bergantinya sistem politik dan sosial suatu masyarakat,
pada umumnya melalui revolusi.
6. Pimpinan sosial, dalam perkembangan sejarah masyarakat, setiap kelompok
manusia ada yang menjadi pemimpin dan ada yang menjadi pengikut (massa).
Pemimpin dan massa merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat
terpisahkan.
D. Fungsi-fungsi filsafat pendidikan IPS
a. IPS sebagai transmisi Kewarganegaraan
IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa
sudah sada sejak adanya manusia itu sendiri, model ini berkembang tahun
1960an. Dalam berbagai literatur program pendidikan citizenship transmission
dilakukan dengan memberikan contoh-contoh dan pemakaian cerita yang
disusun untuk mengajarkan kebijakan, cita-cita luhur suatu bangsa, dan nilai-
nilai kebudayaan.
Program pendidikan yang seperti ini banyak dilakukan dalam pembelajaran
IPS yang membahas kompetensi sejarah, dan pendidikan kewarganegaraan.
Tujuan yang hendak dicapai dari citizenship Transmission adalah sebagai
berikut:
a) Pengembangan pengertian patriotisme
b) Pengembangan pengertian dasar dan apreasiasi terhadap nilai-nilai
bangsa, lembaga dan praktik-praktik.
c) Memberi inspirasi pada integrasi pribadi dan bertanggung jawab warga
negara.
d) Membentuk pengertian dan apresiasi terhadap nenek moyang bangsa.
e) Mendorong partisipasi demokrasi aktif.
f) Membantu murid-murid mendapatkan kesadaran akan problema-
problema sosial.
g) Pengembangan dan mempertontonkan cita-cita yang diinginkan, sikap-
sikap, dan keterampilan bertingkah laku yang sangat diperlukan dalam
hubungan baik pribadi-pribadi dengan yang lain.
h) Untuk mengerti dan memahami sistem ekonomi yang bebas.
b. IPS sebagai Pendidikan Reflektif
Pendidikan rekflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu
pengetahuan dan pemidahan nilai secara akumulatif, tetapi kurikulum
sekolah harus berpegang kepada kebutuhan dan minat murid sekolah,
tidak perlu berusaha untuk memindahkan segudang pengetahuan yang
tidak perlu dan tidak relevan, mereka harus menjadi pendorong murid
untuk hidup lebih efektif dalam kemelut zamannya. Pendidikan tidak
hanya mempersiapkan kehidupan dewasa, pengalaman-pengalaman
edukatif sekarang ini sangatlah penting. Cara terbaik untuk melatih dan
mempersiapkan sikap kewarganegaraan untuk masa mendatang adalah
dengan membekali kesempatan-kesempatan untuk mempraktikan
citizenship pada waktu ini. Oleh karena itu, pendidikan IPS harus
mengajarkan kejadian-kejadian mutakhir dan decision making
sertapengalaman masa lalu. Dengan demikian pendidikan IPS
diharapkan dapat mengembangkan konsep revolusioner tentang studi-
studi sosial.
c. IPS sebagai kritik kehidupan sosial
Pendidikan IPS sebagai media pengembangan kritisme murid agak
jarang dilakukan oleh guru, disamping karena takut salah dan kena
sangsi, juga relatif sulit. Pendidikan model ini lebih pada pendidikan
kontroversional issue dan pendidikan yang mengutamakan
pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian
mengemukakan pendapat atau argumen. Untuk itu, pendidikan IPS harus
dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai
metode pemecahan masalah

d. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang


Pengembangan pribadi seseorang melalui pendidikan IPS tidak
langsung tampak hasilnya, tetapi setidaknya melalui pendidikan IPS akan
membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui
berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Pendidikan IPS disini
harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai, sehingga semua itu dapat membentuk citra diri siswa menjadi
manusia yang memiliki jati diri yang mampu hidup di tengah masyarakat
dengan damai, dan dapat menjadikan contoh teladan serta memberikan
kelebihannya pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking


questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown. National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and
sequence for social studies”. Social Education, 48, 249-273
Schuncke, G. M. (2005). “Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company

BAB VIII
KETERAMPILAN SOSIAL
A. Keterampilan Sosial Bagi Peserta Didik Usia Dasar
Keterampilan sosial adalah rangkaian kompetensi penting bagi
peserta didik untuk memulai dan memelihara hubungan sosial positif
dengan teman sebaya, pengajar atau lingkungan masyarakat lainnya.
Keterampilan social merupakan bagian dari kompetensi sosial. Cavel
dalam Cartledge dan Milburn menyebutkan bahwa kompetensi sosial
terdiri dari tiga konstruk, yaitu penyesuaian sosial, performansi sosial, dan
keterampilan sosial. Bagi seorang anak, keterampilan dan kompetensi
social merupakan faktor penting untuk memulai dan memiliki hubungan
sosial. Bagi anak yang dinilai oleh sebaya sebagai anak yang tidak
memiliki kompetensi sosial akan mengalami kesulitan dalam memulai dan
menjalani hubungan yang positif dengan lingkungannya, bahkan bisa jadi
akan ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya.
Begitu pula dengan pengertian keterampilan social lain yang di
kemukakan oleh Sjamsudin dan Maryani keterampilan sosial merupakan
kemampuan secara cakap yang tampak dalam tindakan, mampu mencari,
memilih dan mengelola informasi, mampu memecahkan hal-hal baru yang
dapat memecahkan masalah sehari-hari, mampu memiliki keterampilan
berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai, dan
mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu
mentranformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat global.
Sedangkan menurut Indra Dermawan keterampilan sosial (sosial
skill) adalah kemampuan individu untuk membangun hubungan secara
efektif dengan orang lain, mampu mempertahankan hubungan social
tersebut dan mampu menangani konfli-konflik interpersonal secara
efektif1. Sesuai dengan konsep Zainun Mu’tadin dalam Sugeng Priyanto
menjelaskan bahwa “kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-
keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri,

1
dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif
(misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan
yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan
remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dan sejenisnya.
Namun demikian, menurut Schneider et al. dalam Rubin et al
(1994) agar seseorang berhasil dalam interaksi sosial, maka secara umum
dibutuhkan beberapa keterampilan social yang terdiri dari pikiran,
pengaturan emosi, dan perilaku yang tampak, yaitu ;
1. Memahami pikiran, emosi, dan tujuan atau maksud orang lain.
2. mengolah informasi tentang partner social serta lingkungan
pergaulan yang potensial menimbulkan terjadinya interaksi.
3. Menggunakan berbagai cara yang dapat digunakan untuk memulai
pembicaraan atau interaksi dengan orang lain, memeliharanya, dan
mengakhirinya dengan cara yang positif.
4. Memahami konsekuensi dari sebuah tindakan sosial, baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain atau target tindakan tersebut.
5. Membuat penilaian moral yang matang dan dapat mengarahkan
tindakan social.
6. Bersikap sungguh dan memperhatikan kepentingan orang lain.
7. Mengekspresikan emosi positif dan menghambat emosi negatife
secara tepat.
8. Menekan perilaku negatife yang disebabkan karena adanya
pikiran dan perasaan negatife tentang partner sosial.
9. Berkomunikasi secara verbal dan nonverbal agar partner social
memahaminya.
10. Memperhatikan usaha komunikasi orang lain dan memiliki
kemauan untuk memenuhi permintaan partner sosial.
Adapun menurut Jarolemik keterampilan social yang perlu dimiliki
peserta didik mencakup :
1. Living and working together (keterampilan untuk hidup dan
bekerjasama).
2. Learning self control and self direction (keterampilan untuk
mengontrol diri dan orang lain).
3. Sharing ideas and experience with other (Keterampilan untuk
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar
pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan
bagi setiap anggota dari kelompok tersebut).

B. Upaya Membangun Keterampilan Sosial Bagi Peserta Didik Usia


Dasar
Susanto menjelaskan cara-cara berketerampilan social yang dapat
dikembangkan kepada peserta didik adalah sebagai berikut ;
1. Membuat rencana dengan orang lain
2. Partisipasi dalam usaha meneliti sesuatu
3. Partisipasi produktif dalam diskusi kelompok
4. Menjawab secara sopan pertanyaan orang lain
5. Menerima hasil diskusi kelompok
6. Bertindak secara bertanggung jawab
7. Menolong orang lain
Sebagai indikator bahwa seorang peserta didik dikatakan mampu
berketerampilan social tatkala ia dapat berkomunikasi dengan baik sesuai
aturan dengan sesamanya di dalam sebuah kelompok. Jadi, sarana
kelompok untuk berkomunikasi dengan baik merupakan syarat yang
harus ada di dalam memproses keterampilan social peserta didik.
Kelompok yang produktif adalah kelompok yang kaya dengan pencapaian
tujuan kelompok dan kaya dengan pemberian sumbangan terhadap
kebutuhan anggota-anggotanya. Produktivitas kelompok sangat
dipengaruhi oleh semangat kerja kelompok, kebersamaan, serta
kepemimpinan dalam kelompok. Keterampilan social bukanlah
kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, tetapi diperoleh melalui
proses belajar, baik belajar dari orang tua sebagai figure yang paling dekat
dengan anak maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan
masyarakat.
Dalam aplikasinya, keterampilan social dapat dilihat dalam
beberapa bentuk perilaku, yaitu:
1. perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), seperti
mengontrol emosi, menyelesaikan permasalahan social secara tepat,
memproses informasi dan memahami perasaan orang lain.
2. perilaku yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal), seperti
memulai interaksi dan komunikasi dengan orang lain, dan
3. perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti mematuhi
peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.
Ketiga indicator tersebut apabila telah tertanam dengan baik pada
diri setiap peserta didik, maka akan membuahkan hasil yang
memuaskan yang berupa penyesuaian terhadap lingkungan social yang
dihadapi dan memecahkan masalah social yang dihadapi serta mampu
mengembangkan aspirasi dan menampilkan diri dengan ciri saling
menghargai, mandiri, mengetahui tujuan hidup disiplin dan mampu
membuat keputusan.
Dalam hubungannya dengan kompetensi sosial yang harus diajarkan
dan dimiliki oleh peserta didik, maka sejalan dengan konsep
taksonomi Bloom dalam proses pembelajaran hendaknya mengandung
tiga domain hasil belajar; domain kognitif, afektif dan psikomotor. Khusus
berkaitan dengan keterampilan sosial, maka tujuan pengembangan
keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS adalah agar peserta didik
mampu berinteraksi dengan teman-temannya sehingga mampu
menyelesaikan tugas bersama, dan hasil yang dicapai akan dirasakan
oleh semua anggota masing-masing. Hal ini selaras dengan fitrah
manusia sebagai makhluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh
masyarakatnya, baik kepribadian individualnya, termasuk daya
rasionalnya, reaksi emosionalnya, aktivitas dan kreatifitasnya dan lain
sebagainya, ini semua sangat dipengaruhi oleh tempat dimana ia
tinggal. Dengan demikian, pengembangan keterampilan sosial harus
menjadi salah satu tujuan pendidikan di sekolah. Nilai-nilai sosial
sangat penting bagi peserta didik, karena berfungsi sebagai acuan
bertingkah laku terhadap sesamanya, sehingga dapat diterima di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut, antara lain ; kasih sayang, tanggung
jawab, dan keserasian hidup.
Adapun keterampilan sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk
memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang
lain, misalnya melakukan penyelamatan lingkungan, membantu orang
lain, kerja sama, mengambil keputusan, berkomunikasi dan partisipasi.
Diantara upaya guru yang bisa diterapkan dalam rangka
mengembangkan keterampilan peserta didik usia dasar adalah :

1. Menelaah kembali tujuan pembelajaran IPS.


Apabila guru telah menyadari bahwa tujuan pembelajaran IPS
begitu kompleks tidak hanya hafalan materi-materi yang sangat pada
melainkan juga dalam rangka mengembangkan sikap, keterampilan
yang didalamnya termasuk keterampilan sosial maka seyogyanya
guru tidak hanya focus pada aspek pengetahuan saja. Tetapi juga
memberikan porsi lebih untuk pengembangan keterampilan sosial.
2. Memiliki keterampilan sosial yang baik.
Guru berpengaruh besar dalam keberhasilan pengembangan
keterampilan sosial yakni guru sebagai contoh nyata yang bisa
dilihat atau ditiru peserta didik. Guru merupakan uswatun hasanah
yang paling dekat dengan peserta didik, sehingga kemampuan
guru dalam keterampilan sosial sangat dibutuhkan.
3. Metode Langsung dalam Pembelajaran
Keterampilan sosial memerlukan pengalaman langsung untuk
menanamkan dan membiasakannya. Keterampilan bukanlah suatu
materi yang bisa dicapai hanya dengan menghafal atau menjawab
soal melainkan butuh latihan. Oleh karena itu, guru hendaknya
mengintegrasikan antara pembelajaran dengan keterampilan
sosial salah satunya dengan metode langsung dengan memperbanyak
kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan interaksi sosial
baik dengan teman, warga sekolah maupun masyarakat sekitar.
4. Mengambil nilai-nilai dalam materi IPS.
Dimana guru harus mampu mengambil nilai-nilai yang tersirat
maupun tersurat dalam materi pembelajaran untuk selanjutnya
guru bisa memasukkan keterampilan sosial dalam materi tersebut.
Misalnya dalam materi tersebut, misalnya dalam materi BPUPKI
dan PPKI, seorang guru dapat menggali nilai atau pesan yang
ada dibalik materi tersebut seperti musyawarah, mengemukakan
pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menghargai
pendapat orang lain, mementingkan kepentingan bersama dari
pada kepentingan pribadi atau golongan dan lain sebagainya.
5. Menentukan metode pembelajaran.
Artinya seorang guru harus dapat memilih metode
pembelajaran apa yang tepat digunakan dalam rangka
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Karena
pengembangan keterampilan sosial dalam proses pembelajaran IPS
tidak dapat dilakukan dengan memakai metode ceramah saja.
Guru harus mencari metode lain yang mengharuskan peserta
didik praktek langsung dalam mengembangkan keterampilan
sosial, misalnya menggunakan metode pembelajaran cooperative
learning. Metode cooperative learning dapat membantu
pengembangan keterampilan sosial peserta didik, karena di dalam
metode cooperative learning peserta didik dilatih untuk
memahami perasaan orang lain, perhatian kepada orang lain,
mendengarkan pendapat orang lain, mengutarakan pendapat,
berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama dan berempati
kepada orang lain. Tentunya metode cooperative learning bukan
satu-satunya metode yang dapat mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik, ada metode-metode pembelajaran lain yang
dapat digunakan seperti metode pembelajaran social action, dan
metode pembelajaran problem solving.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Indra. 2008. Kiat Jitu Taklukan Psikotes. Yogyakarta: Pustaka


Widyatama.
Hilmi Muhammad Zoher . Implementasi Pendidikan Ips Dalam Pembelajaran IPS
DiSekolah”. Vol03No2,Oktober2015
Jarolimek J.1993. Social Studies In Elementary Education. New York: Mc.
Millan Publishing.
Priyanto Sugeng d.k.k. 2008. Contextual Teaching and Learning Pendidikan
Kewarga negaraan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX
Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sjamsuddin dan Maryani E. 2008. Pengembangan Program Pembelajaran IPS
untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makasar: Makalah pada
Seminar Nasional.
Subagyo Joko P. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
Susanto. Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah
Dasar. Jakarta, Prenada Media Group.
Zulrizka Iskandar, Seminar “Aku & Revolusi 4.0, My Dream My Future.
https://www.unpad.ac.id/2018/12/hadapi-era-teknologi-digital-interaksi-sosial-
tetap-diperlukan/, diakses pada 20 Februari 2021

BAB IX
PENDIDIKAN GLOBAL

A. Pengertian Pendidikan Global


Pendidikan adalah suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh
satu generasi ke generasi berikutnya baik melalui pengajaran maupun
penelitian yang berlangsung secara terus menerus. Menurut W.J.S.
Poerwadarmawinta(1985:702) menjelaskan secara linguistik ,sebagai kata
benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan timgkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melelui upaya pengajaran dan latihan.
Menurut Sapriya (2017 , p. 120-138), bahwa pendidikan global
merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan tentang dunia
kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan
antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi. Pada umumnya,
tujuan setiap pendidikan sama yaitu mendorong siswa berpikir kritis,
namun dalam pendidikan global fokus subtansinya berasal dari hal-hal
yang mendunia bercirikan pluralisme, interdependensi dan perubahan.
Pendidikan global merupakan suatu cara ataupun jalan untuk
menyampaikan kepada peserta didik bahwa di dunia ini memiliki banyak
perbedaan-perbedaan yang saling ketergantuingan satu sama lain yang
tidak dapat dipisahkan antara satu sama
lain. Dari beberapa ulasan-ulasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan global adalah jalan yang di tempuh untuk menanamkan pandangan
tentang dunia yang memiliki banyak perbedaan yang saling ketergantungan satu
sama lain yang tidak dapat dipisahkan.
B. Tujuan Pendidikan Global
Tujuan pendidikan global adalah mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap yang diperlukan untuk hidup secara efektif dalam
dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh
keberagaman etnis, budaya yang saling berkaitan.
Pendidikan global juga bertujuan untuk membantu peserta dan
calon pendidik menghadapi era globalisasi yang semakin meluas di dunia.
Mempelajari pendidikan global dapat mendorong peserta didik berpikir
kritis namun juga dapat berpikir lebih maju terhadap era globalisasi yang
semakin menjamur di dunia dan tidak dapat dihindari lagi karena dunia
semakin berkembang setiap waktu. Kita bisa menarik kesimpulan bahwa
mempelajari pendidikan global sangat penting apalagi bagi seorang calon
pendidik bagi generasi yang akan datang.

C. Kajian-kajian tentang pendidikan global


Willard M. Knip mengemukakan bahwa isi pendidikan global
dirumuskan dari realitas sejarah dan kondisi saat ini yang menggambarkan
dunia sebagai masyarakat global. Unsur kajian yang dianggap esensial dan
mendasar bagi pendidikan global yaitu kajian tentang nilai manusia, kajian
tentang sistem global, kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global,
kajian tentang sejarah hubungan dan saling ketergantungan antar orang,
budaya dan bangsa.
Kajian Tentang Nilai Manusia Nilai-nilai yang dianut oleh banyak
orang biasanya menggambarkan bagaimana sikap, keyakinan dan
perilakunya yang bersumber dari pengalamannya. Nilai-nilai yang kita
miliki bagaimana cara kita memandang dunia dan bagaimana niali-nilai itu
mempengaruhi kita dan bagaimana kita menerapkannya dalam aktivitas
kita sehari-hari. Disamping nilai-nilai yang kita anut terkadang ada yang
bersifat aneh namun hal-hal yang paling penting ialah kebersamaan dalam
kelompok etnis nasional dan agama.
Dalam diri kita terdapat banyak nilai-nilai yang dapat
mencerminkan bagaimana sikap, keyakinan dan perilaku kita yang kita
aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai makhluk sosial yang
tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Terkadang nilai yang kita
miliki berlebihan atau melampaui batas kita yang dianggap universaldan
menentukan kita sebagai manusia.Dalam pendidikan global kita tertarik
dalam nilai universal yang melampaui identitas kelompok dan perbedaan
nilai-nilai yang menentukan keanggotaan kelompok dan memberikan
konstribusi terhadap pandangan dunia dan perspektif kita yang unik.
a. Nilai Universal
Pada tahun 1948 PBB berhasil menetapkan The Universal
Declaration
of Human Right yang menegaskan bahwa manusia berhak atas hidup
(life), kebebasan (liberty), pemilikan (property), kesamaan (equality),
keadilan (justice), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan
berbicara (free of speech), majelis perdamaian dan perlindungan. Nilai-
nilai unuversal berasal dari berbagai ragam budaya dan tradisi di dunia.
Meskipun terdapat beragam perbedaan semua bangsa di dunia telah
Sapriya, Pendidikan IPS mendukung nilai-nilai yang sama tanpa
mempedulikan aktu letak geografis. Nilai-nilai ini merupakan suatu
kakuatan umtuk melindungi umat manusia di dunia.
b. Perbedaan Nilai Manusia
Dalam pendidikan global mencerminkan juga mengajarkan kepada
siswa mengenal dan memahami keragaman masyarakat dunia. Berbagai
ragam perbedaan di dunia baik dari segi kebudayaan, agama, perilaku dan
jenis. Dari berbagai perbedaan itulah pendidikan global mengajarkan
bahwa kita harus bisa membantu para siswa memandang kualitas
kemanusiaan yang berbeda dari dirinya. Kajian Tentang Sistem Global
Karena kita berada di dalam lingkungan sistem interaksi global, maka kita
merasaka ketergantungan global. Itu tentunya memiliki karakteristik,
komponen, peluang interaksi, serta aturan main dan pengaruhnya.salah
satu konponen yang menjadi perhatian saat ini adalah pendidikan global.
Dalam hal ini memberikan pengertian kepada siswa terhadap
ketergantungan itu, maka materi pembelajarannya
harus diakitkan dengan pendidikan global dibidang ekonomi, politik,
ekologi dan teknologi sejalan dengan tempat dilingkungan mana mereka
hidup.
1. Sistem ekonomi
Secara tidak sadar perilaku ekonomi yang kita lakukan sehari-hari
sudah cukup menjadi contoh adanya saling kertergantungan.Ekonomi global
merupakan sistem yang sangat kompleks yang memiliki saling
ketergantungan jauh lebih dari sekedar hubungan konsumen dan produsen
pada ilayah yang berbeda. Pendidikan global akan membantu para siswa
memandang dirinya sendiri sebagai pelaku ekonomi dalam ekonomi global
ini.
2. Sistem Politik Global
Peristiwa dunia saat ini sangat menunjukkan adanya
ketergantungan
dalam bidang politik. Pemilihan umum sampai sidang MPR di Indonesia dan
kemungkinan-kemungkinan perubahan struktur kekuasaan mendapat
perhatian
yang intensif bagi seluruh dunia karena implikasi-implikasi akan
mempengaruhi keamanan Asia dan keseimbangan kekuatan antar
negaranegara-negara dikuasa.
3. Sistem Ekologi
Toni Nasution dan Maulana Arafat Lubis,Konsep Dasar IPS, Di
dalam sistem ekologi bumi yang kompleks lapisan hidup yang tipis
mengelilingi bumi sangat mudah dipengaruhi dan terancam oleh aktifitas
hidup manusia.Dalam senua spesies yang membangun kehidupa ini,
manusialah peran paling penting dan paling kritis dalam sistem ekologi
karena manusia memiliki kemampuan untuk mengelola,mengurus maupun
merusak. Pendidikan global akan membantu siswa merasa bahwa dirinya
bagian dari bumi dan mampu melestarikannya.
4. Sistem Teknologi
Pendidikan global akan memberikan kesempatan bagi para siswa
untuk melakukan ekplorasi teknologi, dengan dapat mengetahui
kecepatan transformasi dunia terhadap masyarakat global,melakukan
eksplorasi cabangcabang transpormasi pada masyarakat dan budaya
dunia, mengembangkan keterampilan agar dapat menaklukkan dunia.
Kajian Tentang Masalah dan Isu-isu global Adapun ciri isu –isu dan
masalah-masalah global,yaitu :
a) Ruanglingkupnya bersifat transnasional.
b) isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat di selesaikan melalui
tindakan
c) multilateral.
d) Konplik itu ada pada ciri pertama dan kedua.
e) Masalah dan Isu-isu itu mempunyai sifat terus
menerus,berkembang menjadi
f) masalah dan isu yang berkelanjutan.
g) Isu dan masalah ini terkait hal yang lain.
h) Kniep, mengemukakan empat kategori pemikiran isi pendidikan
global yang dapat menjadi masukan untuk kurikulum.
I. Isu-isu Perdamaian dan Keamanan
II. Isu-isu Pembangunan
III. Isu-isu Lingkungan
IV. Isu-isu Hak Asasi Manusia5
Kajian Sejarah Hubungan Antarbangsa dan Saling Ketergantungan Semua
unsur yang ada dalam setiap dimensi merupakan bagian penting dari displin
ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi,
politik dan lainlain. Untuk kepentingan pengajaran di persekolahan
semuabagian ini dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran IPS sehingga
tuntunan untuk proses belajar mengajar akan betul-betul bersifat global
tuntunan kurikulum maupun kondisi di masa depan akan tercapai sesuai
harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. C., & Winston, B. J. (2003). “Acquiring information by asking


questions, using maps and globes, and making direct observations”. Washington,
DC: National Council for the Social Studies.
Bacon, P. (2010). “Focus on Geography: Key concepts and teaching strategies,
40th Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Carpenter, H. M. (2001). “Skill developmen in the Social Studies, 33rd
Yearbook”. Washington, DC: National Council for the Social Studies.
Chapin, J. R., & Gross, R. (2004). “Teaching sosial studies skills”. Boston: Lit-tle,
Brown. National Council for the social studies. (2003). “In search of a scope and
sequence for social studies”. Social Education, 48, 249-273
Schuncke, G. M. (2005). “Elementary Social Studies: Knowing, doing, caring”.
New York: Macmillan Publishing Company

BAB X
PENDIDIKAN MILTIKULTURAL

A. Pengertian pendidikan multikultural


Menurut Hilliard Pendidikan multikultural (Multicultural
Education) merupakan respons terhadap perkembangan keragaman
populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap
kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan
pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki
berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang
non Eropa. Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu mencakup
seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender,
etnic, ras, budaya, strata sosial, dan agama.
Menurut Hilda Hernandez pendidikan multikultural sebagai
perspektif yang mengakui realitas politik, social, dan ekomomi yang
dialami oleh maing-masing individu dalam pertemuan manusia yang
kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya
budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status social,
ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.
Menurut Anderson dan Custer berpendapat bahwa, pendidikan
multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman
kebudayaan. Kemudian James Banks mendefinisikan pendidikan
multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya,
pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai
keniscayaan (anugerah Tuhan/ Sunatullah).
Menurut Azyumardi azra mendefinisikan pendidikan multikultural
sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu
atau bahkan demi secara keseluruhan. Prudence Crandall mengemukakan
bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan
secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta didik baik dari
aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran kepercayaam) dan
budaya (kultur).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, semuanya itu hampir
sama mendefinisikan pendidikan multikultural. Pada intinya, menjelaskan
bahwa Pendidikan Multikultural itu mengajarkan untuk saling menghargai
setiap perbedaan, menanamkan sikap-sikap toleransi, sikap saling
menghargai, memelihara, saling pengertian, keterbukaan dalam keragaman
etnik, ras, kultural, dan agama.
B. Dasar pendidikan multikultural
1. Kesadaran Nilai Penting Keragaman Budaya
Pendidikan multikultural ini memberikan pemahaman mengenai
berbagai jenis kegiatan pendidikan sebagai bagian integral dari
kebudayaan universal.
2. Gerakan Pembaharuan Pendidikan
Ini ditujukan agar tidak ada kesenjangan sosial dan diskriminasi di
masyarakat. Contohnya seperti kesenjangan ketika muncul fenomena
sekolah favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada
kebijakan lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal
yang mahal untuk bisa masuk ke sekolah favorit itu. Sedangkan siswa
dengan karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu.
3. Proses Pendidikan
Pendidikan multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang
tujuannya tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan
Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus,
dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari
pendidikan multicultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh
bukan sekedar meningkatkan skor.
C. Tujuan pendidikan multikultural
Setelah mengetahui pengertian dan dasar pedomannya, berikutnya
perlu diketahui beberapa tujuan pendidikan multikultural yang ingin
dicapai dalam penerapannya. Berikut adalah beberapa tujuan pendidikan
multikultural yang perlu Anda ketahui:
1. Mengembangkan literasi etnis dan budaya yang berkaitan dengan latar
belakang sejarah, bahasa, karakteristik budaya, peristiwa kritis, serta
kondisi sosial, politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok entis, baik
mayoritas maupun minoritas.
2. Mengembangkan pribadi siswa agar mempunyai konsep diri yang lebih
positif dan bangga pada identitas pribadinya.
3. Mengembangkan sikap menghargai dan menerima pluralisme etnis,
serta memberikan pemahaman bahwa konflik-konflik nilai yang terjadi
di masyarakat tidak berlaku dalam lingkup pluralisme budaya.
4. Mengajarkan keterampilan dalam komunikasi lintas budaya, hubungan
antar pribadi, pengambilan perspektif, serta membantu siswa dalam
memahami perbedaan budaya.
5. Memfasilitasi pembelajaran keterampilan dasar bagi siswa berbagai
etnis dalam penguasaan kemampuan membaca, menulis, materi
pelajaran, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kritis.
6. Mengembangkan keterampilan siswa sebagai agen perubahan sosial
untuk memberantas perbedaan etnis dan rasial yang ada di masyarakat.
7. Memberikan wawasan tentang kekayaan budaya bangsa sehingga akan
tumbuh rasa kebangsaan kuat dan kokoh.
8. Mengembangkan wawasan lintas budaya dan kemampuan berpikir
untuk tetap peduli dengan situasi di sekitarnya.
9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan mengembangkan sikap
toleran terhadap kelompok lain untuk menciptakan hidup yang damai
berdampingan.

D. Fungsi pendidikan multikultural


Menurut Clive Back beberapa fungsi pendidikan multikultural di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Teaching ethnic student about their own ethnic culture, including
perhaps some heritage language instruction. Artinya, pendidikan
multikultural dapat berfungsi untuk mengajarkan siswa budaya etnis
mereka sendiri yang mungkin dapat dibarengi oleh penggunaan bahasa
etnis itu sendiri dalam proses pengajaran.
2. Teaching all student about various traditional cultures, at home and
abroud, While such student can be pursued in a variety of ways, what
is usually missing is systematic treatment of fundamental issues of
culture and ethnicity. Artinya, mengajarkan siswa mengenai bermacam
budaya tradisional lokal maupun internasional sembari siswa juga
dapat mencari tahunya sendiri melalui berbagai cara, yang biasanya
merupakan salah satu perbaikan dari kesalahan sistematis perilaku
fundamental untuk mengetahui berbagai isu budaya dan etnisitas.
3. Promoting acceptance of ethnic diversity in society. Berarti
mempromosikan penerimaan keberagaman etnis di masyarakat.
4. Showing that people of different religious, races, national background
and so on are equal worth. Menunjukkan bahwa orang-orang yang
berbeda agama, ras, dan asal negara yang berbeda sejatinya memiliki
nilai yang sejajar/sama.
5. Fostering full acceptance and equitable treatment of the etnic sub-
cultures associated with different religious, races, national
background, etc, in one`s own country and in other parts of the word.
Mendorong penerimaan penuh dan perlakuan yang adil dari sub-
budaya etnis yang terkait dengan agama yang berbeda, ras, latar
belakang nasional, dll, di negara sendiri dan di bagian lain dunia.
6. Helping student to work toward more adequate cultural forms for the
themselves and for society. Membantu siswa menyongsong bentuk
budaya beragam yang lebih memadai untuk diri sendiri dan
masyarakat.
Sementara itu, menurut The National Council for Social Studies,
fungsi pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya
ditinjau dari sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu
memang ada pada setiap masyarakat.
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan, partisipasi sosial,
dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
E. Paradigma baru pendidikan multikultural
Kemajemukan merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Seperti
diketahui Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau
terbesar di dunia. Pada satu sisi kemajemukan masyarakat memberikan
side effect (dampak) secara positif namun pada sisi lain juga menimbulkan
dampak negatif, karena kemajemukan itulah justru terkadang sering
menimbulkan konflik antar kelompok masyarakat. Pada akhirnya, konflik-
konflik antar kelompok masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas
keamanan, sosioekonomi, dan ketidakharmonisan social (social
disharmony).
            Dalam menghadapi fluralisme budaya diperlukan paradigma baru
yang lebih toleran yaitu paradigma Pendidikan Multikultural. Paradigma
Pendidikan Multikultural itu penting sebab dapat mengarahkan anak didik
untuk bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas
masyarakat yang beragam baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis, maupun
agama.
            Pendidikan multikultural sebagai pendidikan alternatif patut
dikembangan dan dijadikan sebagai model pendidikan di Indonesia dengan
alasan, Pertama, realitas bahwa Indonesa adalah negara yang dihuni oleh
berbagai suku, bangsa, etnis agama, dengan bahasa yang beragam dan
membawa budaya yang heterogen serta tradisi dan perdaban yang
beraneka ragam. Kedua, pluralitas tersebut secara inheren sudah ada sejak
bangsa Indonesia ini ada. Ketiga, masyarakat menentang pendidikan yang
berorientasi bisnis, komersialisasi, dan kapitalis, yang mengutamakan
golongan atau orang tertentu. Keempat, masyarakat tidak menghendaki
kekerasan dan kesewenang-wenangan pelaksanaan hak setiap orang.
Kelima, pendidikan multikultural sebagai resistensi fanatisme yang
mengarah pada berbagai jenis kekerasan dan kesewenang-wenangan.
Keenam, pendidikan multikultural memberikan harapan dalam mengatasi
berbagai gejolak masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini. ketujuh,
pendidikan multikultural sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, social,
kalangan, dan keTuhanan.
DAFTAR PUSTAKA

Sutarno.2007.Pendidikan Multikultural.Kalimantan Selatan:Dinas Pendidikan dan


FKIP Unlam
Maslikhah.2007.Pendidikan Mulikultural.Jawa Tengah:PT. Temprina Media
Grafika
Mahfud,Choirul.2009.Pendidikan Multikultural,Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Choirul Mahfud. Pendidikan Multikultural.(Sidoarjo:Pustaka Pelajar,2005).
Hal:177
Hild Hernandez, Hild. Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking
Context, Process, and Content. (New Jersey & Ohio: Prentic Hall,1989). Hal:10
Ibid., hal:3 dan hal:320
Imron,Mashadi. Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme.
(Balai Litbang Agama: Jakarta,2009). Hal: 48
H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah.
(Surakarta:UPT penerbitan dan percetakan UNS). Hal: 28[5]

Anda mungkin juga menyukai