Anda di halaman 1dari 2

Wahyu 

sering dijelaskan secara sederhana sebagai petunjuk Allah SWT


ditujukan kepada Nabi-Nya melalui malaikat Jibril dengan mak sud untuk
dijadikan petunjuk bagi umat manusia di dalam menjalankan tugasnya
sebagai hamba dan sebagai khalifah

Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu


menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab
itu pengertian wahyu adalah: “Pemberitahuan secara tersembunyi, cepat dan
khusus; ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.”

Cara Wahyu Allah Turun Kepada Para Rasul

Allah menurunkan wahyu kepada para rasul-Nya dengan dua cara:

Pertama, tanpa melalui perantaraan.

1. Mimpi yang benar didalam tidur.

Di antara dalil yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para Nabi
adalah wahyu yang wajib diikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam agar
menyembelih anaknya, Ismail (Lihat: QS.  As-Saffat ayat 101-112).

‫ي‬ ِ ‫ل رَ سُواًل َفيُو‬


َ ‫ح‬ ِ ْ‫ب َأوْ يُر‬
َ ‫س‬ ٍ ‫جا‬ َ ‫ح‬ِ ‫حيًا َأوْ ِمنْ وَ رَ ا ِء‬ ْ َ‫ش ٍر َأنْ يُ َكلِّ َم ُه اللَّ ُه ِإاَّل و‬
َ َ‫وَ مَا َكانَ ِلب‬
‫ح ِكي ٌم‬
َ ‫ي‬ َ ‫بِِإ ْذ ِن ِه مَا َي‬
ٌّ ‫شا ُء ۚ ِإنَّ ُه عَ ِل‬

”Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang
Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-
Syuraa, 42: 51 ).

1. Kalam Ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara.

Yang demikian itu terjadi kepada Nabi Musa ‘alaihis salam sebagaimana dikisahkan


melalui firman Allah Ta’ala berikut,

ْ ‫س ٰى لِ ِميقَاتِنَا َو َكلَّ َمهُ َر ُّبهُ قَا َل َر ِّب َأ ِرنِي َأ ْنظُ ْر ِإلَيْكَ ۚ قَا َل لَنْ تَ َرانِي َو ٰلَ ِك ِن ا ْنظُ ْر ِإلَى ا ْل َجبَ ِل فَِإ ِن ا‬
‫ستَقَ َّر‬ َ ‫َولَ َّما َجا َء ُمو‬
‫َأ‬
‫س ْب َحانَ َك تُبْتُ ِإلَيْكَ َو نَا‬ ُ ‫ق قا َل‬َ َ ‫َأ‬ َ
َ ‫ص ِعقًا ۚ فلَ َّما فا‬ َ ‫س ٰى‬ ً َ
َ ‫س ْوفَ تَ َرانِي ۚ فلَ َّما ت ََجلَّ ٰى َربُّهُ لِ ْل َجبَ ِل َج َعلَهُ َد ّكا َو َخ َّر ُمو‬َ َ‫َم َكانَهُ ف‬
َ‫َأ َّو ُل ا ْل ُمْؤ ِمنِين‬
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: ‘Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau’. Tuhan berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah
ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat
melihat-Ku’. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya
gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar
kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman’”. (QS. Al-A’raf, 7: 143).

Kedua, melalui perantaraan malaikat.

Ada dua cara penyampaian wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam,

1. Datang kepadanya suara seperti gemerincing lonceng, dan cara seperti


ini adalah cara yang paling berat bagi
2. Malaikat datang kepada rasul dalam bentuk manusia, yakni sebagai
seorang laki-laki. Cara ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya.

Aisyah juga meriwayatkan apa yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam saat turun wahyu,

‫ص ُد َع َرقًا‬
َّ َ‫ص ُم َع ْنهُ َوِإنَّ َجبِينَهُ لَيَتَف‬ َّ ‫َولَقَ ْد َرَأ ْيتُهُ يَ ْن ِز ُل َعلَ ْي ِه ا ْل َو ْح ُى فِى ا ْليَ ْو ِم ال‬
ِ ‫ فَيَ ْف‬، ‫ش ِدي ِد ا ْلبَ ْر ِد‬

“Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari yang
amat dingin, lalu malaikat itu pergi. Sedangkan keringat mengucur dari dahi
Rasulullah”. (HR. Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai