========================== J A W A B A N========================
1.) Ada empat macam Undang-Undang Dasar yang pernah berlaku, dalam sejarah
perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu:
Setelah penetapan UUD Sementara pada 1950, kemudian pada 5 Juli 1959
berlakulah kembali UUD 1945 dengan dekrit Presiden. Selain menetapkan
berlakunya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi, Presiden juga mengubah
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965
menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan
tersebut dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde
Lama dianggap tidak mencerminkan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
http://topihukum.blogspot.com/2014/02/sejarah-dan-perkembangan-konstitusi-
di.html
https://tirto.id/amandemen-uud-1945-dilakukan-4-kali-sejarah-perubahan-pasal-
f7Cw
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/ubelaj/article/view/8010
Barus, Sonia Ivana. “Proses Perubahan Mendasar Konstitusi Indonesia Pra Dan
Pasca Amandemen.” University Of Bengkulu Law Journal 2, No. 1 (22 April
2017): 29–55.
2.) Tulisan ini mencoba melihat kedudukan Pancasila dalam realitas berbangsa dan
bernegara. Pancasila pada dasarnya bukan hanya sekedar semboyan kosong yang
muncul secara tiba-tiba, akan tetapi memiliki arti penting yang mencoba untuk
mempertemukan nilai-nilai universal dengan kearifan lokal yang digali oleh
para founding fathers sebagai core values inklusif. Bahwa Pancasila dibutuhkan
untuk masyarakat yang sangat terfragmentasi oleh suku, agama, bahasa, maupun
adat-istiadat, di samping kedudukan Pancasila sebagai norma hukum dan etika
penyelenggaraan negara. Tidak kalah pentingnya adalah bahwa pancasila juga
memiliki arti penting sebagai identitas nasional yang kemudian membedakan dari
bangsa yang lainnya. Namun, hal ini tampaknya dianggap tereduksi oleh sebagian
kalangan terlebih setelah dikeluarkannya TAP MPR No. I/MPR/2003.
3.) Menurut penulis kaitan dengan amandemen UUD 1945 dengan pancasila itu belum
sesuai karena hasil dari amandemen begitu menyimpang terhadap pancasila
dikarenakan tidak berdasarkan dasar-dasar pancasila
PENGUATAN DARI PENDAPAT SAYA
UUD 1945 yang mengalami amandemen empat kali dinilai tidak berdasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. Pasalnya ditemukan inkonsistensi, kontradiksi, dan
ketidakselarasan antarpasal dan ayat dalam undang-undang tersebut. Akibatnya, negara
terjebak pada kekuasaan oligarki, praktik penyelenggaraan lebih berorientasi pada
demokrasi dan hukum, namun mengabaikan pembangunan kesejahteraan rakyat sebagai
tujuan utama.
Guru Besar Filsafat UGM, Prof. Dr. Kaelan mengatakan amandemen UUD 1945 yang
mengatur tentang Negara Hukum, Tujuan Negara, dan Demokrasi, tidak menunjukkan
adanya hubungan yang koheren dengan nilai-nilai cita hukum yang terkandung dalam
esensi staatsfundamentalnorm yaitu nilai-nilai Pancasila. “Hasil penjabaran dari
amandemen UUD lebih memprioritaskan aspek politik dan hukum sementara tujuan
negara welfare state tidak dijadikan prioritas,” katanya.
Kaelan mencontohkan beberapa pasal UUD 1945 misalnya, ayat 4 pada pasal 33 yang
mengatur perekonomian Indonesia bertentangan dengan tiga ayat sebelumnya. “Yang
intinya menyebutkan demokrasi ekonomi dan dalam prakteknya diterapkan ekonomi
liberal. Pasal ini tidak koheren dengan pembukaan UUD 1945, Pancasila dan Pasal 1
UUD 1945,” katanya.
Pasal lainnya, seperti Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Negara Indonesia ialah negara
kesatuan yang berbentuk Republik, lalu pada ayat 2 Kedaulatan ada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD. Namun berdasarkan sistem demokrasi hasil
amandemen, kekuasaan eksekutif dan legislatif, menunjukkan representasi kekuasaan
rakyat berhenti pada presiden, DPR dan DPD.
Menurut Kaelan, jika kedaulatan rakyat berhenti pada presiden dan DPR maka tujuan
negara tentang kesejahteraan sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
dan sila ke-5 Pancasila akan mustahil terwujud.
Selain itu pada pasal 22E UUD 1945 yang mengatur tentang pemilihan Umum juga
menunjukkan kontradiksi, dimana proses demokrasi berprinsip liberalisme-
individualisme, karena semua dilaksanakan secara langsung berdasarkan pada prinsip
matematis tanpa memberi ruang musyawarah dan mufakat.
Senada, Ahmad Syafii Maarif menilai hasil pemikiran amandemen UUD 1945 saat ini
jauh menyimpang pada nilai-nilai Pancasila. Menurutnya, titik pangkal persoalan ada
pada perilaku elit negara yang tidak bersikap negarawan. “Amandemen UUD itu karena
ada euforia begitu rupa. Amandemen 4 kali itu tidak sehat, sarat emosional,” ujarnya.
Untuk meluruskan kembali UUD 1945 yang berdasarkan pada Pancasila, Safii Maarif
mengusulkan agar bisa merujuk hasil dokumen konstituante 1956-1959. “Perlu ungkap
kembali, 90 persen isinya bagus,” katanya.
Kepala PSP UGM, Prof. Sudjito, mengatakan amandemen UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan yang ada saat ini banyak yang tidak sesuai dengan Pancasila.
Sebab, wakil rakyat dahulunya tidak diajarkan tentang ilmu dan norma-norma dasar
filsafat Pancasila. “Jika norma dasarnya salah, tataran praksis akan tetap salah,”
tambahnya.
4.) Menurut saya Islam adalah sebuah agama, sementara itu Pancasila adalah merupakan
filsafat hidup dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam negara
Pancasila, Islam bisa hidup dan berkembang, bahkan sangat diperlukan.
Kalau dengan kaitan dengan 212 desember 2022 yang akan dating dapat menjadi
contoh model demonstrasi yang bernilai Pancasila. Sebab, dalam aksi itu, masyarakat
menyuarakan pendapatnya dengan cara beribadah, saling menolong, dan saling
menghargai antara peserta dan aparat keamanan.