Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

DINAMIKA PELAKSANAAAN UNDANG UNDANG DASAR 1945


Dosen pengampu: Abdul Syukur M.Si

Disusun oleh:

1. Zulfa Hanifah (53040220035)

2. Alifa Nurul Fazri (53040220037)

PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2022/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah serta
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DINAMIKA PELAKSANAAN UUD
1945” ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Pancasila. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Abdul Syukur M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila
yang telah membimbing dalam pembuatan makalah dan memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan
serta wawasan.

Semoga dengan dibuatnya makalah ini, bisa menjadi referensi dalam ilmu pengetahuan khususnya
mata kuliah Pancasila. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak diperlukan demi perbaikan masa yang akan datang. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan proses pembuatan makalah.

Salatiga, 03 Desember 2022

Kelompok 9
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….I
1. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………...2
3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..II
1. Masa Awal Kemerdekaan………………………………………………………………………………1
a. Sistem Presidensial…………………………………………………………………………………...i
b. Penyimpangan UUD 1945…………………………………………………………………………...ii
c. UUD Sebagai Negara Bagian………………………………………………………………………..iii
d. UUD 1945 Tidak Berlaku Lagi……………………………………………………………………...iv
2. Masa Orde Lama………………………………………………………………………………………..2
3. Masa Orde Baru………………………………………………………………………………………...3
4. Masa Reformsi………………………………………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….III


1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………...1

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………..IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan dalam materi ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan UUD 1945,
yang meliputi hal-hal berikut ini.

1.Masa awal kemerdekaan.

2.Masa orde lama.

3.Masa orde baru.

4. Masa Reformasi

Undang-undang Dasar 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurunwaktu. Pertama sejak
ditetapkannya oleh Panitia Persiapan KemerdekaanIndonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945,
yang berdasarkan PeraturanPemerintah No. 2 tanggal 10 Oktober diberlakukan surat mulai tanggal
17Agustus 1945, sampai berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuankedaulatan tanggal 27
Desember 1949. Kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya Dekrit Presiden tanggal 5
Juli 1959 sampai sekarang, dan ini terbagi pula atas masa orde lama, orde baru, dan masa era global.
Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 kita telah mencatat pengalaman tentang
gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Berikut ini kita akan bahas
pelaksanaan UUD 1945 dalamdinamika ketatanegaraan RI.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan ?

2.Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama ?

3.Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru ?

4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?

C. Tujuan Penulisan
1.Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan

2.Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama

3.Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru

4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Masa awal kemerdekaan

Undang-undang 1945 disahkan setelah proklamasi pada 18 agustus 1945 merupakan bukti
UUD 1945 tersebut diakui sebagai konstitusi negara. UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan
aspirasi perjuangan serta tekad bangsa indonesia.UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak
pelaksanaannya pada kurun waktu 1945 1949,jelas tidak dilaksanakan dengan baik,karena kita
memang sedang dalam masa pancaroba,dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan
yang baru saja diproklamirkan,sedangkan pihak colonial Belanda justru ingin menjajah kembali
Indonesia yang telah merdeka.Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk memenangkan
perang kemerdekaan. Oleh karena itu,dalam pelaksanaannya UUD 1945 terjadi penyimpangan-
penyimpangan konstitusional.
Sistem pemerintahan dalam kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum
dapat dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA sementara,sedangkan MPR dan
DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan Masal
IV yang menyatakan,“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk melalui UUD ini, segala kekuasaanya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan Komitenasional.
Penyimpangan Konstitusional yang dapat dalam kurun waktu 1945-1949. Pertama,
berubahnya komite nasional pusat dari pembantu Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislative dan ikut menentukan garis-garis besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil
Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945. Kedua, berdasarkan sistem kabinet presidensial menjadi
kabinet parlementer. Berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BP-KNIP) tanggal 11
November 1945, yang kemudian dinyatakan presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945,system cabinet presidensial berdasarkan UUD 1945 diganti dengan
system cabinet parlementer.

a.Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu system dari negara
manapun, tetapi adalah suatu system khas bangsa Indonesia. Hal itu dapat diketahui dari isi baik
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan, maupun dari pembicaraan-pembicaraan pada waktu
perencanaan, penetapan dan pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Menurut. UUD 1945,
disamping berkedudukan sebagai kepala negara, Presiden juga sebagai kepala pemerintahan. Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Presiden adalah mandataris MPR.
Kepala pemerintahan adalah presiden, sehingga menurut konstitusi ketatanegaraan ini, pemerintah
pada hakikatnya adalah Presiden. System ketatanegaraan yang kepala pemerintahannya adalah
presiden dinamakan system presidensial, UUD 1945 mempergunakan system presidensial. Sistwem
presidensial ini berlangsung untuk pertama kalinya pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 14
November 1945.

B. Penyimpangan UUD 1945


Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukkan, bahwa UUD 1945 menganut system
pemerintahan presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintah, mengangkat serta
memberhentikan para menteri. Para menteri bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tanggal 11
november 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada Presiden agar sistem pertanggungjawaban
Menteri kepada parlemen dengan pertimbangan sebagai berikut.
1) Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang
menteri bertanggungjawab.
2) Pertanggungjawaban kepada badan perwakilan rakyat itu adalah suatu jalan untuk
memberlakukan kedaulatan rakyat.
Perkembangan pemerintah parlementer tidak berjalan sebagaimana diharapkan dalam
Maklumat Pemerintah 14 November 1945. Hal keadaan politik dalam negeri dan keamanan negara.
Keadaan politik ini memaksa Presiden kembali alih kekuasaan menjadi system pemerintahan
presidensial.

C. UUD 1945 sebagai negara bagian


Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menyatakan :
1) Didirikannya negara RIS,
2) Pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan kerajaan Belanda kepada negara RIS,
3) Didirikannya uni antara RIS dan kerajaan Belanda.

D. UUD 1945 tidak berlaku lagi


Terbentuknya negara RIS hanyalah sebuah siasat Belanda yang memecah-belah persatuan bangsa.
Akibatnya, negara yang berbentuk federal itu hanya tinggal tiga negara saja, yaitu :
1) Negara Republik Indonesia.
2) Negara Indonesia Timur.
3) Negara Sumatra Timur.

Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai kata sepakat antara RIS dan negara Republik Indonesia
yang dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk negara kesatuan sebagai
penjelmaan dari negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Piagam
persetujuan itu ditanda tangantangani oleh kedua belah pihak, yaitu Perdana Menteri RIS Dr. Moh.
Hatta selaku pemegang mandate dari dua negara bagian dan pemerintah RI diwakili oleh Mr. A.
Halim.

2. Masa orde lama

Pada bulan September 1955 dan Desember 1955. Diadakan pemilihan umum, masing-masing
memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Konstituante.Tugas Konstituante
adalah untuk membuat suatu rancangan UUD sebagai pengganti UUDS 1950, yang menurut pasal 134
akan ditetapkan secepatnya bersama-bersama dengan pemerintah.Untuk mengambil keputusan
mengenai UUD, maka pasal 137 UUDS 1950 menyatakan sebagai berikut:

1) Untuk mengambil putusan tentang rancangan UUD baru, maka sekurang-kurangnya 2/3
jumlah anggotakonstituanteharushadir.
2) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir.
3) Rancangan yang telah diterima oleh konstituante, dikirimkan kepada Presiden untuk
disahkan kepada pemerintah.
4) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera, serta mengumumkan UUD itu
dengan keluhuran.

Lebih dari dua tahun bersidang, Konstituante belum berhasil merumuskan rancangan UUD
baru. Perbedaan pendapat yang telah terjadi perdebatan-perdebatan didalam gedung konstituante
mengenai dasar negara yang telah menjalar ke luar gedung konstituante dan diperkirakan pula akan
menimbulkan ketegangan-ketegangan politik dan fisik dikalangan masarakat.Saran untuk kembali
pada UUD 1945 itu pada hakikatnya dapat diterima para anggota konstituante, namun dengan
berbagai pandangan. Pertama, menerima saran kembali kepada UUD 1945 secara utuh. Kedua,
menghendaki kembalinya kepada UUD 1945 dengan suatu amandemen, yaitu dimasukanya lagi tujuh
kata “Dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Sehubungan tidak
memperoleh kemufakatan antara dua pandangan itu, maka konstituante mengadakan pemungutan
suara terhadap usul pemerintah untuk kembali kepada UUD 1945. Pertama-tama diadakan kembali
pemungatan suara terhadap usul amandemen, dan dilaksanakan 29 Mei 1959. Usul amandemen itu
tidak memperoleh-suara dua pertiga dari anggota yang hadir.Selanjutnya, dilaksanakan pemungutan
suara terhadap usul pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 secara utuh. Pemungutan suara
dilakukan sebanyak tiga kali. Tanggal 30 Mei 1959 diadakan pemungutan suara yang pertama dengan
hasil 269 suara yang setuju dan 199 suara yang tidak setuju. Karena persyaratan formal yaitu, 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir sesuai dengan ketentuan Pasal 137 UUDS 1950 tidak terpenuhi, maka
tanggal 1 Juni 1959 diselenggarakan pemungutan suara yang kedua. Hasilnya adalah 264 suara setuju
menerima usul untuk kembali ke UUD 1945 dan 204 suara menolak, yang juga tidak memenuhi
kourum. Pemungutan suara ketiga dilangsungkan tanggal 2 Juni 1959 dan secara rahasia dengan hasil
263 suara setuju dan 203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak terpenuhi.Untuk mencegah
timbulnya permasalahan bagi bangsa Indonesia, maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945.Dekrit Presiden berbunyi sebagai berikut.
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945  berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sudah tidak berlaku lagi.
c. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, serta Dewan Pertimabangan Agung Sementara akan
diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya.

Penyimpangan-penyimpangan pada masa orde lama :


a. MPR, dengan ketetapan, No.1/MPRS/1960 telah mengambil putusan menetapkan
pidatoPresiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Resolusi
Kita” yang lebih dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL)
sebagai GBHN bersifat tetap. Hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
b. MPRS mengambil putusan mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Hal ini bertentangan dengan UUD 1945  yang menetapkan masa presiden lima
tahun.
c. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintaah tidak
mengajukan rangcangan Undang-Undang APBN untuk mendapat persetujuan DPR
sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.
d. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, sedangkan
presiden menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak sesuai dengan Undang-Undang
1945.

Penyimpangan ini jelas bukan hanya mengakibatkan tidak berjalannya system yang
ditetapkan dalam UUD 1945, melainkan juga telah mgengakibatkan memburuknya keadaan politik
dan keamanan serta terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya dengan
pemberontakan G-30-PKI. Dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia
terutama oleh generasi muda.
Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri
Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu lagi
mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak
peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.

3. Masa Orde Baru


Masa Orde Baru lahir sejak munculnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang diberikan
Presiden kepada Letnan Jendral TNI Soeharto. Inti dari Supersemar berisi memberikan wewenang
kepadanya untuk mengambil langkah-langkah pengamanan yang dianggap perlu untuk
menyelamatkan keadaan. Orde Baru lahir dengan tekad awalnya adalah untuk mewujudkan tatanan
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Pengemban Supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-ormasnya
dan dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan dalam berbagai bidang selama pemerintahan
Orde Lama dengan konstitusional, yaitu melalui siding MPRS yang telah menghasilkan berikut ini.
a. Pengukuhan Supersemar (Tap. No. IX/MPRS/1966).
b. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya (Tap. No. XXY/MPRS/1966).
c. Penegasan Kembali Landasan Kebijakan Politik Luar Negeri RI  (Tap. No.
XII/MPRS/1966).
d. Pembaharuan Kembali Landasan Bidang Ekonomi, Keuangan,  dan Pembangunan
(Tap. No.XXIII/MPRS/1966).
e. Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presideb Soekarno (Tap.
No.XXXIII/MPRS/1966).
f. Pengangkatan Soehato sebagai Presideb sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil
pemilihan umum (Tap. No XLIV/MPRS/1966).

Dalam pelaksanaan demokrasi sepanjang pemerintahan orde baru peranan UUD 1945
cenderung berpihak kepada rezim yang berkuasa dari pada upaya menegakkan kedaulatan rakyat,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Permerintahan orde baru telah
banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu-pemilu, antara lain
sebagai berikut.
a. Campur tangan birokrasi terlalu besar.
b. Panitia pemilu tidak independen (memihak).
c. Kompetisi antarkontestan tidak leluasa.
d. Rakyat tidak bebas berdiskusi dan menentukan pilihan.
e. Penghitungan suara tidak jujur.
f. Kontestan tidak bebas kampanye.

Berikut ini penyebab penyimpangan dalam pelaksaan pembangunan Orde Baru.


1) Bidang ekonomi, pelaksanaannya masih cenderung monopolistik.
2) Bidang politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderuung menganut
sentralisasi kekuasaan.
3) Bidang hukum. Undang-undang tentang pembatasan presiden belum memadai
sehingga memberi peluang terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme.

4. Masa Reformasi
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah. Tercatat pada masa
ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, dan Megawati
Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini terutama pada masa
Presiden Megawati adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau yang
akrab kita dengar dengan istilah amandemen. Tujuannya adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Tercatat telah terjadi empat kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002 diantaranya:
1) Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
2) Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan Kedua
3) Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga
4) Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat

Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi materi muatan, mengapa
UUD 1945 setelah berbagai perubahan perlu disempurnakan dalam rangka reformasi hukum,
diantaranya:
1) Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945 memang didesain
para pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai UUD yang sifatnya sementara dan
butuh penyempurnaan lebih lanjut.
2) Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan beberapa
gagasan yang saling bertentangan.
3) Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan konstitusi
bagi suatu negara hakikatnya adalah untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak
sewenang-wenang tetapi justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
4) Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu memuat adanya
klausula perubahan didalam naskahnya, begitupun UUD 1945 yang didasari akan
ketidaksempurnaan didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil
pekerjaan manusia.
5) Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau tidak langsung,
dalam praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah sering mengalami perubahan yang
menyimpang dari teks aslinya.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam Negara dan menjadi
hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi aturan yang harus ditaati oleh setiap
warga Negara.Pelaksanaan UUD 1945 dari awal kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering
terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme. Seperti
yang terjadi sekarang ini yang paling menojol ialah krisis ekonomi. Seharusnya UUD 1945 sebagai
landasan hukum tertinggi bisa melaksanakan peranannya dengan baik secara tranfaran.
Seperti didalam pembukaan UUD 1945 “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan” pernyataan
seperti ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada negara lain tetapi kepada negara sendiri.
Sebaiknya kita sebagai warna negara yang memiliki UUD 1945 sebagai hukum tertinggi bisa
meresapi, memaknai dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan bersosial.

DAFTAR PUSTAKA

Syahrial Syarbani. 2014. Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Bogor. Ghalia Indonesia

Aim Abdulkarim, 2013. Pancasila And Civic Education I. Bandung. Grafindo Media Pratama.

Aim Abdulkarim, 2013. Pancasila And Civic Education II. Bandung. Grafindo Media Pratama

http://patiahlistiana11.blogspot.co.id/2014/12/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html

http://ucuandyhafiandy.blogspot.co.id/2013/01/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html

http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2011/01/dinamika-undang-undang-dasar-1945.html

Anda mungkin juga menyukai