Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Hukum
Konstitusi pada Semester 3 Tahun Ajaran 2019/2020
1
PROGRAM STUDI PPKn
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pelaksanaan Uud 1945 Pasca
Kemerdekaan , Orde Lama , Orde Baru Dan Pada Masa Reformasi” ini dengan baik.Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini hingga selesai.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan agar kedepannya bisa menulis lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas kebaikan
semua pihak yang telah membantu
penyelesaian tugas makalah ini. Atas dasar keterbatasan dan kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
umumnya bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan dalam materi ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan UUD
1945, yang meliputi hal-hal berikut ini.
Undang-undang Dasar 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu. Pertama sejak
ditetapkannya oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tanggal 10 Oktober diberlakukan surat
mulai tanggal 17 Agustus 1945, sampai berlakunya Konstitusi RIS pada saat pengakuan
kedaulatan tanggal 27 Desember 1949. Kedua adalah dalam kurun waktu sejak diumumkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, dan ini terbagi pula atas masa orde lama,
orde baru, dan masa era global. Dalam kurun waktu berlakunya Undang-Undang Dasar 1945
kita telah mencatat pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945. Berikut ini kita akan bahas pelaksanaan UUD 1945 dalam dinamika
ketatanegaraan RI.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masa awal kemerdekaan
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaannya pada kurun waktu
1945-1949,jelas tidak dilaksanakan dengan baik,karena kita memang sedang dalam masa
pancaroba,dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
diproklamirkan,sedangkan pihak colonial Belanda justru ingin menjajah kembali Indonesia yang
telah merdeka.Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk memenangkan perang
kemerdekaan. Oleh karena itu,dalam pelaksanaannya UUD 1945 terjadi penyimpangan-
penyimpangan konstitusional.
Sistem pemerintahan dalam kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum
dapat dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA sementara,sedangkan MPR
dan DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan
Masal IV yang menyatakan,“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk melalui UUD ini, segala kekuasaanya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional”.
a. Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu system dari negara
manapun, tetapi adalah suatu system khas bangsa Indonesia. Hal itu dapat diketahui dari isi baik
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan, maupun dari pembicaraan-pembicaraan pada waktu
perencanaan, penetapan dan pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Menurut. UUD
1945, disamping berkedudukan sebagai kepala negara, Presiden juga sebagai kepala
pemerintahan. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Presiden
adalah mandataris MPR. Kepala pemerintahan adalah presiden, sehingga menurut konstitusi
ketatanegaraan ini, pemerintah pada hakikatnya adalah Presiden. System ketatanegaraan yang
kepala pemerintahannya adalah presiden dinamakan system presidensial, UUD 1945
2
mempergunakan system presidensial. Sistwem presidensial ini berlangsung untuk pertama
kalinya pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 14 November 1945.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukkan, bahwa UUD 1945 menganut system
pemerintahan presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintah, mengangkat serta
memberhentikan para menteri. Para menteri bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tanggal
11 november 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada Presiden agar sistem
pertanggungjawaban menteri kepada parlemen dengan pertimbangan sebagai berikut.
Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang menteri
bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban kepada badan perwakilan rakyat itu adalah suatu jalan untuk
memberlakukan kedaulatan rakyat.
Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai kata sepakat antara RIS dan negara Republik
Indonesia yang dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk negara
3
kesatuan sebagai penjelmaan dari negara Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus
1945. Piagam persetujuan itu ditanda tangantangani oleh kedua belah pihak, yaitu Perdana
Menteri RIS Dr. Moh. Hatta selaku pemegang mandate dari dua negara bagian dan pemerintah
RI diwakili oleh Mr. A. Halim.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955. Diadakan pemilihan umum, masing-
masing memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Konstituante.Tugas
Konstituante adalah untuk membuat suatu rancangan UUD sebagai pengganti UUDS 1950, yang
menurut pasal 134 akan ditetapkan secepatnya bersama-bersama dengan pemerintah.
Untuk mengambil keputusan mengenai UUD, maka pasal 137 UUDS 1950 menyatakan sebagai
berikut :
a) Untuk mengambil putusan tentang rancangan UUD baru, maka sekurang-kurangnya 2/3
jumlah anggota konstituante harus hadir.
b) Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir.
c) Rancangan yang telah diterima oleh konstituante, dikirimkan kepada Presiden untuk disahkan
kepada pemerintah.
d) Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera, serta mengumumkan UUD itu
dengan keluhuran.
Lebih dari dua tahun bersidang, Konstituante belum berhasil merumuskan rancangan
UUD baru. Perbedaan pendapat yang telah terjadi perdebatan-perdebatan didalam gedung
konstituante mengenai dasar negara yang telah menjalar ke luar gedung konstituante dan
diperkirakan pula akan menimbulkan ketegangan-ketegangan politik dan fisik dikalangan
masarakat.
Saran untuk kembali pada UUD 1945 itu pada hakikatnya dapat diterima para anggota
konstituante, namun dengan berbagai pandangan. Pertama, menerima saran kembali kepada
UUD 1945 secara utuh. Kedua, menghendaki kembalinya kepada UUD 1945 dengan suatu
amandemen, yaitu dimasukanya lagi tujuh kata “Dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Sehubungan tidak memperoleh kemufakatan antara dua pandangan
itu, maka konstituante mengadakan pemungutan suara terhadap usul pemerintah untuk kembali
kepada UUD 1945. Pertama-tama diadakan kembali pemungatan suara terhadap usul
amandemen, dan dilaksanakan 29 Mei 1959. Usul amandemen itu tidak memperoleh suara dua
pertiga dari anggota yang hadir.
4
Selanjutnya, dilaksanakan pemungutan suara terhadap usul pemerintah untuk kembali ke
UUD 1945 secara utuh. Pemungutan suara dilakukan sebanyak tiga kali. Tanggal 30 Mei 1959
diadakan pemungutan suara yang pertama dengan hasil 269 suara yang setuju dan 199 suara
yang tidak setuju. Karena persyaratan formal yaitu, 2/3 dari jumlah anggota yang hadir sesuai
dengan ketentuan Pasal 137 UUDS 1950 tidak terpenuhi, maka tanggal 1 Juni 1959
diselenggarakan pemungutan suara yang kedua. Hasilnya adalah 264 suara setuju menerima usul
untuk kembali ke UUD 1945 dan 204 suara menolak, yang juga tidak memenuhi kourum.
Pemungutan suara ketiga dilangsungkan tanggal 2 Juni 1959 dan secara rahasia dengan hasil 263
suara setuju dan 203 menolak, sehingga persyaratan formal juga tidak terpenuhi.
b. Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sudah tidak berlaku lagi.
b. MPRS mengambil putusan mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Hal ini
bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa presiden lima tahun.
c. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintaah tidak mengajukan
rangcangan Undang-Undang APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun
anggaran yang bersangkutan.
Penyimpangan ini jelas bukan hanya mengakibatkan tidak berjalannya system yang
ditetapkan dalam UUD 1945, melainkan juga telah mgengakibatkan memburuknya keadaan
politik dan keamanan serta terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya dengan
5
pemberontakan G-30-PKI. Dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia
terutama oleh generasi muda.
Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula
(Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu lagi
mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yangmemberikan kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan
negara. Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde
Baru.
Masa Orde Baru lahir sejak munculnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang
diberikan Presiden kepada Letnan Jendral TNI Soeharto. Inti dari Supersemar berisi memberikan
wewenang kepadanya untuk mengambil langkah-langkah pengamanan yang dianggap perlu
untuk menyelamatkan keadaan. Orde Baru lahir dengan tekad awalnya adalah untuk
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
c. Penegasan Kembali Landasan Kebijakan Politik Luar Negeri RI (Tap. No. XII/MPRS/1966).
d. Pembaharuan Kembali Landasan Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan (Tap. No.
XXIII/MPRS/1966).
f. Pengangkatan Soehato sebagai Presideb sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum (Tap. No XLIV/MPRS/1966).
6
Dalam pelaksanaan demokrasi sepanjang pemerintahan orde baru peranan UUD 1945
cenderung berpihak kepada rezim yang berkuasa dari pada upaya menegakkan kedaulatan rakyat,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Permerintahan orde baru
telah banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pemilu-pemilu, antara
lain sebagai berikut.
b. Bidang politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderuung menganut sentralisasi
kekuasaan.
4. Masa Reformasi
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam pemerintah. Tercatat pada
masa ini terdapat empat kali pergantian Presiden yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, dan
Megawati Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa ini
terutama pada masa Presiden Megawati adalah terjadi perubahan-perubahan pada batang tubuh
UUD 1945 atau yang akrab kita dengar dengan istilah amandemen. Tujuannya adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi empat kali Amandemen
UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002 diantaranya:
7
• Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat
Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi materi muatan, mengapa UUD
1945 setelah berbagai perubahan perlu disempurnakan dalam rangka reformasi hukum,
diantaranya:
o Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945 memang didesain para
pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai UUD yang sifatnya sementara dan butuh
penyempurnaan lebih lanjut.
o Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan beberapa gagasan yang
saling bertentangan.
o Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan konstitusi bagi suatu
negara hakikatnya adalah untuk membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenang-wenang tetapi
justru UUD 1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
o Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu memuat adanya klausula
perubahan didalam naskahnya, begitupun UUD 1945 yang didasari akan ketidaksempurnaan
didalamnya dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil pekerjaan manusia.
o Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau tidak langsung, dalam
praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah sering mengalami perubahan yang menyimpang dari
teks aslinya.
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelaksanaan UUD 1945 dari awal kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering
terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme.
Seperti yang terjadi sekarang ini yang paling menojol ialah krisis ekonomi. Seharusnya UUD
1945 sebagai landasan hukum tertinggi bisa melaksanakan peranannya dengan baik secara
tranfaran. Seperti didalam pembukaan UUD 1945 “penjajahan diatas dunia harus dihapuskan”
pernyataan seperti ini sebenarnya bukan hanya ditujukan kepada negara lain tetapi kepada negara
sendiri. Sebaiknya kita sebagai warna negara yang memiliki UUD 1945 sebagai hukum tertinggi
bisa meresapi, memaknai dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan bersosial.
9
DAFTAR PUSTAKA
Syahrial Syarbani. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI. Bogor.
Ghalia Indonesia
Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION I. Bandung. Grafindo Media
Pratama.
Aim Abdulkarim, 2013. PANCASILA AND CIVIC EDUCATION II. Bandung. Grafindo Media
Pratama.
http://patiahlistiana11.blogspot.co.id/2014/12/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html
http://ucuandyhafiandy.blogspot.co.id/2013/01/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-1945.html
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2011/01/dinamika-undang-undang-dasar-1945.html
10