Anda di halaman 1dari 13

MODUL

PERKULIAHAN
Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan
[PPKn]

Pancasila sebagai
Dasar Negara

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Ekonomi Manajemen 03 UMB007 Hendra Hermawan, M.Pd.
Panduan e-learning Bagi Dosen Pengampu
Universitas Mercu Buana Yogyakarta Page 2
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
LATIHAN.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12

2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/ 3
PEMBAHASAN

Dinamika Pancasila sebagai Dasar Negara


Sebuah Negara bisa berdiri dan bertahan antara lain ditentukan
berdasarkan pada apa Negara tersebut didirikan. Sebuah Negara bisa rentan
roboh jika dasar negaranya tidak kokoh. Maka dari itu, sebuah dasar Negara
mesti juga mempertimbangkan karakter masyarakatnya. Dalam konteks Negara
Indonesia, perumusan dasar Negara dimulai sejak dalam rapat Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini
sebenarnya adalah buatan Jepang, yang dalam versi Jepang bernama Dokuritsu
Junbi Cosakai. Meskipun badan ini dibuat oleh Jepang dalam usaha
memerdekakan tanah jajahannya, namun pada kinerjanya kemudian, BPUPKI tak
sesuai dengan harapan Jepang. Salah satunya yakni hari penentuan proklamasi
kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Golongan pemuda, waktu itu,
“menculik” Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mencegah campur tangan dan
pengaruh Jepang terhadap kedua tokoh tersebut, serta, mendesak mereka untuk
sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Istilah Pancasila muncul saat pidato Soekarno pada 1 Juni 1945, dalam
sidang BPUPKI, ketika mengusulkan lima dasar Negara Indonesia merdeka.
Nama Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia ini kemudian dikenal sampai
sekarang, serta 1 Juni 1945 kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
Perihal rumusan Pancasila, ada beberapa perubahan yang bisa ditunjukkan
melalui beberapa versi pembukaan konstitusi Indonesia. Dalam rancangan
Mukaddimah Hukum Dasar atau disebut juga Piagam Jakarta, rumusan dasar
Negara dimasukkan dalam alinea keempat yakni:
… suatu susunan Negara Republik Indoensia yang berkedaulatan Rakyat,
dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syati’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rancangan Mukaddimah Hukum Dasar tersebut dirumuskan pada 22 Juni 1945


yang bertepatan dengan hari jadi kota Jakarta, maka dari itu ia disebut juga

2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/ 4
Piagam Jakarta. Rumusan dasar Negara tersebut kemudian berubah ketika
dibahas dalam sidang PPKI, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 berhasil
mengesahkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUDNRI).
Rumusan dasar Negara termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUDNRI
yakni
… suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena perseteruan dengan Belanda, Indonesia mengalami perubahan


ketatanegaraan. Pada tahun 1949, tata negara Indonesia berubah menjadi
Negara federasi yang kemudian dikenal dengan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Perubahan bentuk Negara menjadi RIS ini turut melahirkan Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) yang berlaku sejak 27 Desember 1949. Dasar Negara
kemudian termaktub dalam Mukaddimah KRIS alinea ketiga yakni:
… suatu piagam negara yang berbentuk republik federasi, berdasarkan
pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan,
Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Tak berselang lama, perubahan tata negara Indonesia kembali terjadi pada tahun
1950. Bentuk negara serikat, ternyata tak sesuai dengan semangat persatuan
bangsa Indonesia. Maka bentuk Negara Indonesia kemudian berubah dari Negara
serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada 17 Agustus
1950, kemudian diberlakukan Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Dasar Negara termaktub dalam Mukaddimah UUDS 1950 di alinea keempat
yakni:
… suatu piagam Negara yang berbentuk republik kesatuan, berdasarkan
pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan,
Kerakyatan, dan Keadilan Sosial,…

Dalam perjalanannya kemudian, perubahan tata negara Indonesia kembali terjadi


dari Negara Kesatuan dengan sistem parlementer menjadi sistem presidensial.
Perubahan ini dikarenakan Badan Konstituante sebagai dewan penyusun Undang
Undang Dasar sejak tahun 1956-1959 belum juga berhasil melahirkan Undang
Undang Dasar baru untuk menggantikan UUDS 1950. Maka dari itu, presiden

Page 5 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


Soekarno mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959 yang salah satu pokoknya menetapkan
pemberlakuan kembali UUD 1945 menggantikan UUDS 1950. Sejak saat itulah,
rumusan dasar Negara yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dijadikan
rumusan baku Pancasila.
Namun versi berbeda rumusan Pancasila berkembang di masyarakat.
Rumusan yang berbeda ini sudah ada sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
turut dipelajari di pendidikan formal. Rumusan tersebut mirip dengan yang
termaktub dalam Mukaddimah UUDS 1950 yakni:
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Peri-Kemanusiaan
 Kebangsaan
 Kedaulatan Rakyat
 Kedaulatan Sosial
Sekitar tahun 1959, rumusan Pancasila ini banyak dituliskan pada tugu-tugu
halaman kantor kecamatan maupun kantor kabupaten. Demi menegaskan dan
untuk menghindari versi rumusan yang berbeda yang bisa menimbulkan
kerancuan tentang makna dan isi Pancasila yang benar, maka dikeluarkanlah
Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Inpres tersebut
menetapkan tata urutan dan rumusan Pancasila yakni:
SATU : KETUHANAN JANG MAHA ESA.
DUA : KEMANUSIAAN JANG ADIL DAN BERADAB.
TIGA : PERSATUAN INDONESIA.
EMPAT : KERAKJATAN JANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIDJAKSANAAN DALAM PERMUSJAWARATAN/
PERWAKILAN.
LIMA : KEADILAN NASIONAL BAGI SELURUH RAKJAT
INDONESIA.
Rumusan dan tata urutan Pancasila tersebut sesuai dengan yang termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Maka dengan demikian, secara hukum
formal, rumusan Pancasila telah baku.
Perihal posisi Pancasila sebagai dasar Negara dan tafsirnya, secara formal
termaktub dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman
2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
6 Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Aturan tersebut merupakan usaha
Negara dalam menegaskan posisi Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus
pandangan hidup bangsa Indonesia yang perlu dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan masyarakat demi terwujudnya tujuan nasional dan cita-cita bangsa
yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yakni
…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…

Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tafsir Pancasila sebagai dasar Negara


terwujud dalam Ekaprasetya Pancakarsa yang berarti tekad yang tunggal untuk
melaksanakan lima kehendak, yakni Pancasila.
Dalam perjalanannya kemudian, tafsir Pancasila dalam P4 dan
Ekaprasetya Pancakarsa dianggap sebagai monopoli makna Pancasila oleh
Negara. Selain itu, tafsir Pancasila dalam P4 tentang materi muatan dan
pelaksanaannya dinilai tidak lagi sesuai dengan perkembangan kehidupan
bernegara. Maka pada tahun 1998, semenjak era Orde Baru berakhir, Ketetapan
MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) dicabut dengan dikeluarkannya Tap MPR no.18 tahun 1998
tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila Sebagai Dasar Negara. Dalam TAP MPR no.18 tahun 1998 tersebut,
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 ditegaskan kembali sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Dalam hal ini, tafsir Negara atas Pancasila dihapus.
Posisi Pancasila sebagai dasar Negara, dalam tahun-tahun berikutnya,
mengalami perubahan posisi. Tauhun 2011, muncul frasa empat pilar berbangsa
dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila diposisikan sebagai salah satu pilar
berbangsa dan bernegara. Frasa empat pilar berbangsa dan bernegara berikut
unsur-unsurnya termaktub dalam UU No 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas

Page 7 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, pasal 34, (3b) a.
Atas dasar hukum itulah, kemudian MPR pada era kepemimpinan Taufiq Kiemas
sebagai Ketua MPR RI masa jabatan 2009-2014 menginisiasi program sosialisasi
empat pilar kebangsaan. Program tersebut dimaksudkan sebagai usaha
memasyarakatkan dan membudayakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
namun posisi Pancasila sebagai pilar tersebut menimbulkan kekacauan
pengetahuan tentangnya. Perubahan posisi Pancasila tersebut dianggap telah
membuat masyarakat salah faham tentang Pancasila, karena Pancasila
disetarakan dengan unsur pilar yang lain. Padahal sejak awal perumusannya,
Pancasila dengan jelas merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Karena permasalahan ini, maka dilakukan uji materi dan pada tahun 2014,
Mahkamah Konstitusi, melalui Amar Putusan Nomor 100/PUU-XI/2013
membatalkan frasa "Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara" dalam UU No 2
tahun 2011 tersebut. Dengan demikian maka, posisi Pancasila kembali sebagai
dasar filsafat Negara. Dalam usaha memasyarakatkan dan membudayakan
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, maka pelajaran PPKn diajarkan mulai
dari sekolah sampai pada perguruan tinggi.

Pancasila Sebagai Sumber Hukum Negara


Sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia, Pancasila dimasukkan
dalam pembukaan UUD 1945 dan menjadi sumber dari perumusan pasal-pasal
dalam konstitusi. Dalam hal ini, Pancasila berperan sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi negara Republik Indonesia: artinya
segala hukum dan aturan turunan yang berlaku di Indonesia berlandaskan nilai-
nilai Pancasila. Setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2, UU no 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Sumber hukum adalah tempat asal pengambilan hukum. Ada dua macam
sumber hukum, yakni sumber hukum formal dan material. Sumber hukum formal
adalah sumber hukum yang dilihat dari segi bentuknya, ia merupakan tempat dari
mana suartu peraturan mendapatkan kekuatan hukum. Sedangkan sumber

2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


8 Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/
hukum material adalah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya, ia merupakan
tempat darimana materi atau bahan itu diambil. Dalam hal ini, Pancasila
merupakan sumber hukum material di Indonesia. Artinya, bahan-bahan
perumusan hukum di Indonesia bersal dari Pancasila. Pancasila juga merupakan
cita hukum (rechtside) yang berarti dasar dan tujuan setiap hukum di Indonesia.
Dalam pengertian hukum, dasar Negara merupakan suatu norma dasar
(grundnorm) bagi hukum Negara tersebut yang menjadi sumber perundangan
Negara. Dalam hal ini, norma dasar adalah norma tertinggi dalam suatu Negara
yang jadi sumber norma di bawahnya. Hans Nawiasky memberikan kelompok
tingkatan norma hukum yakni:
 Staatfundamentalnorm
 Staatgrundgezetz
 Formellgezetz
 Verordnung & Autonome satzung:
Norma hukum tertinggi termasuk dalam kategori staatfundamentalnorm yang
berarti norma dasar Negara atau pokok kaidah dasar Negara. Norma
dasar/fundamental ini mengandung norma yang menjadi dasar perumusan
konstitusi atau Undang Undang Dasar Negara. Staatfundamentalnorm juga
merupakan landasan dasar filosofi yang memuat kaidah-kaidah dasar bagi
pengaturan Negara. Di Negara Indonesia, Pancasila merupakan norma tertinggi.
Di bawahnya ada staatgrundgezetz yakni aturan dasar/pokok Negara yang
merupakan aturan umum secara garis besar seperti pembagian kekuasaan
Negara, hubungan antarlembaga Negara dan hubungan Negara dengan warga
Negara. Di Negara Indonesia, aturan dasar ini terkandung dalam batang tubuh
UUD 1945, Ketetapan MPR serta Konvensi Ketatanegaraan. Aturan dasar ini
menjadi dasar bagi pembentukan Undang Undang (formellgezetz) dan aturan
pelaksana serta aturan otonom (verordnung & autonome satzung) yang lebih
spesifik dan teknis. Berikut gambar susunan norma hukum di Indonesia.

I Pancasila (Pembukaan UUD)

Batang tubuh UUD Ketetapan MPR


Konvensi ketatanegaraan
Page 9 Universitas Mercu Buana Yogyakarta
II

III Undang Undang

IV Aturan pelaksana dan


aturan otonomi lain

Pancasila merupakan sumber hukum material di Indonesia yang harus


dituangkan dalam hukum formal negara, yakni UUD 1945 dan peraturan di
bawahnya. Dalam contoh rumusan pasal-pasal UUD 1945, sila pertama
mendasari pasal 28 yakni setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya. Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini
kepercayaan. Sila kedua mendasari Bab XA tentang Hak Asasi Manusia. Sila
Ketiga menjadi dasar pasal 27 dan 30 yakni Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya bela negara, pertahanan dan keamanan Negara.
Sila keempat menjadi dasar pasal 1 yakni kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Sila Kelima menjadi dasar
Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Pancasila sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945 yang
berkedudukan sebagai pandangan hidup bangsa adalah filsafat, azas kerohanian
dan dasar bagi berdirinya Negara Republik Indonesia. Atas dasar tersebut,
Negara Republik Indonesia berdiri dengan azas politik berbentuk Republik yang
berkedaulatan rakyat. Berdasarkan dua hal tersebut, maka diwujudkanlah
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara Indonesia yang tercantum dalam
peraturan pokok hukum positif Indonesia yang termuat dalam UUD 1945 sebagai
Undang Undang Negara Republik Indonesia. Ini jadi kerangka pelaksanaan dan
penyelengaraan negara. Menurut UU no. 12 tahun 2011, pasal 7, tata urutan
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia yakni:
 UUD 1945
 Ketetapan MPR
 UU/Peraturan pemerintah pengganti Undang Undang
2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
10 Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/
 Peraturan pemerintah
 Peraturan presiden
 Peraturan daerah provinsi
 Peraturan daerah kabupaten/kota
UUD jadi dasar berdirinya bentuk, susunan dan sistem pemerintahan serta
seluruh peraturan hukum positif yang mencakup semua bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara baik bidang sosial, budaya, politik maupun ekonomi.
Keseluruhan bidang tersebut dikaitkan dengan Pancasila dan hukum yang berlaku
dalam rangka mewujudkan suatu tujuan bersama. Seluruh kehidupan bangsa dan
negara beserta sistem hukumnya secara keseluruhan diliputi oleh asas
kerohanian Pancasila.
Dalam sudut pandang hukum dan tata Negara, Pancasila diposisikan
sebagai dasar Negara serta sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Dalam realitas masayarkat atau dalam kehidupan sehari-hari, peran dan posisi
Pancasila adalah sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya,
Pancasila menjadi pegangan masayarakat dalam menjalin hubungan sosial,
membangun perekonomian, membangun kesadaran politik dan kepribadian diri
dan bangsa. Dalam bidang sosial, khususnya perkara Suku, Agama dan Ras
(SARA), Pancasila terutama dalam sila 1 dan 2, mengajarkan bagaimana manusia
harus adil dan beradab secara horizontal atau sosial dan secara vertikal yakni
hubungan manusia dan Tuhan. Pancasila dalam hal ini, mengakui keberagaman
suku, agama dan ras, serta berusaha mengajarkan toleransi, saling menghormati
dan meghargai antarsesama manusia. Dalam bidang politik, Pancasila, terutama
sila 3, mengajarkan soal bagaimana membangun kesadaran demokrasi dan
partisipasi politik yang menunjang kedaulatan rakyat. Sedangkan dalam bidang
ekonomi, demi mewujudkan keadilan sosial di sila 5, Pancasila mengarahkan
pada pembangunan ekonomi nasional, yang kemudian oleh Mohammad Hatta
diterjemahkan dalam sistem koperasi. Koperasi disebut sebagai soko guru
perekonomian Indonesia, yang merupakan sistem ekonomi berbasis kerakyatan.
Sistem koperasi berusaha berusaha mewujudkan ekonomi nasional untuk
mengatasi kesenjangan sosial di masyarakat. Terakhir, keseluruhan bidang
tersebut dalam kaitan dengan Pancasila perlu untuk ditanamkan dalam

Page 11 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


masyarakat dan generasi selanjutnya untuk dijadikan sebagai jati diri dan
kepribadian bangsa Indonesia.

2020 PPKn Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


12 Hendra Hermawan, M.Pd. http://mercubuana-yogya.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Ms Noor, 2014, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bakry, Ms Noor, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darji Darmodiharjo, dkk. 1978, Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional

Kaelan, 2002, Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Yogyakarta:


Paradigma

Kaelan dan Zubaidi, 2010, Achmad, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi, Yogyakarta: Paradigma

Kusuma, R,M,A.B, 2004, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Rukiyati, dkk., 2008, Pendidikan Pancasila: Buku Pegangan Kuliah, Yogyakarta: UNY
Press

Setiadi, Elly M., 2003, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Siswanto, Joko dan Sutikna, Nana, 2015, Pancasila: Refleksi Komprehensif Hal-Ihwal
Pancasila, Yogyakarta: Ladang Kata

Sunarso, dkk., 2008, Pendidikan Kewarganegaraan:PKN untuk Perguruan Tinggi,


Yogyakarta: UNY Press

Ubaidillah, dkk., 2000, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi Ham dan Masyarakat Madani,
Jakarta: IAIN Jakarta Press

Winarno, 2012, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi: Panduan Praktis Pembelajaran,


Surakarta: Yuma Pustaka

Page 13 Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai