KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS Di SD
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar, karena
siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk
mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronika, maupun
secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah masyarakat. Dengan
pembelajaran IPS, siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi mengembangkan kemampuan setiap
peserta didik untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk
proses pembelajaran yang berbasis kompetensi. Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan
1
pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa,
kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Murid SD
akan memulai dari egosentris dirinya kemudian belajar dan berkembang dengan kesadaran
akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan
aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya.
Menurut Achmad (2005: 2) sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPS
dengan model keterampilan proses diarahkan pada:
a) Melatih cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan,
pengkajian dan percobaan.
b) Pengembangan aktivita kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil dan rasa ingin tahu.
c) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi melalui pembicaraan lisam,
cetakan, grafik, peta dan diagram dalam penjelasan gagasan/ide.
Tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
a) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya
kelak di masyarakat .
b) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
c) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga
masyaratkat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan
terhadap pemanfaatn lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
e) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan
IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi (Taneo, 2010:1.28)
Secara lebih jelas tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 (Mukayanah, online:2012) adalah
sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk , di tingkat lokal, nasional, dan global
KEGIATAN BELAJAR 2
Landasan Pendidikan IPS SD
Pendidikan IPS di SD sebagai mata pelajaran di Sekolah Dasar dan pendidikan
disiplin ilmu seyogyanya memiliki landasan dalam pengembangannya, baik sebagai mata
pelajaran di Sekolah Dasar dan pendidikan disiplin ilmu. Adapun landasan pendidikan IPS
sebagai disiplin ilmu, sebagai berikut:
3. Landasan ideologis
Dimaksudkan sebagai system gagasan mendasar untuk member pertimbangan dan
menjawab pertanyaan: 1,bagaimana keterkaitan antara dassein PIPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu dan 2, bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakekat
dan praksis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dalam membengun dan
mengembangkan PIPS, ideology sebagai landasan ini telah dan akan memberikan system
gagasan yang bersifat ideologis terhadap PIPS yang tidak cukup diatasi hanya oleh filsafat
yang bersifat umum.
4. Landasan antropologis
Memberikan system gagasn-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan
struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola, system dan struktur
kebudayaan bahkan dengan pola, system dan struktur perilaku manusia yang kompleks.
Landasan ini telah dan akan memberikan dasar-dasar sosio-kultur masyarakat terhadap
struktur PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dalam proses perubahan sosial yang
konstruktif.
5. Landasan kemanusiaan
Memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik
ideal manusia sebagai sasaran proses pendidikan. Landasan ini sangat penting karena
pada dasarnya proses pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
6. Landasan politis
Memberikan system gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan arah dan garis
kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS. Peran dan keterlibatan pihak pemerintah
dalam landasan ini sangat besar sehingga pendidikan tidak mungkin steril dari campur
tangan unsure birokrasi.
7. Landasan psikologis
Memberikan system gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS
membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun
komunal berdasarkan entitas-entitas psikologisnya. Hal ini sejalan dengan hakikat dari
struktur yang dapat dipelajari, dialami, dideversivikasi, diklasifikasi oleh anggota
komunitas PIPS berdasarkan kapasitas psikologis dan pengalamannya.
8. Landasan religious
Memberikan system gagasan-gagasan mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika dan
moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya
3
pendidikan di Indonesia. Landasan ini telah berlaku sejak jaman Plato hingga Kant yang
kemudian diakomodasi oleh karya-karyanya, khusunya dalam filsafat rekonstruksionisme.
Landasan religious ini telah dan akan menolak segala sesuatu yang bersifat relative
(faham relativis), irrasional, dan paham yang mengagungkan rasional semata yang tidak
menempatkan agama sebagai landasan berpikir atau kelompok manusia yang merasa
menjadi pemenang dalam mengembangkan peradaban manusia.
KEGIATAN BELAJAR 3
Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS SD
Kurikulum IPS Sekolah Dasar tahun 2006 dalam KTSP mempunyai karakteristik
tersendiri. Karena tidak menganut istilah pokok bahasan, namun cukup simple dan efektif,
yakni Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar hal ini dikarenakan kurikulum sebelumnya
jam pelajaranya relative lebih sedikit perminggunya. Semua ini memberikan peluang luas
bagi guru pengembang kurikulum yang mengacu pada PAKEM ( Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ). Dalam kurikulum 2006 memberikan rambu-rambu
untuk kedalaman dan keluasan materi mencapai kompetensi Dasar yang diharapkan.
Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar terdiri dari materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Materi IPS SD tidak nampak secara nyata, namun tertata
secara terpadu dalam standar kompetensi yang dimulai sejak kelas satu sampai dengan kelas
enam. Pembelajaran IPS pada kelas 1 sampai kelas 3 dilaksanakan melalui pendekatan
tematik. Sedangkan kelas 4 sampai 6 melalui pendekatan pelajaran.
Berbeda kurikulum IPS di 1994. Materi pelajaran di tata secara lebih terpadu dan
sederhana daripada kurikulum IPS 1986 dan 1975 yang masih tampak berdiri sendiri-sendiri.
Apalagi kurikulum IPS 1986, 1975 dan 1968. yang masih belum tampak korelasi adalah
5
tahun 1968. Dimana berdiri sendiri secara terpisah dan merupakan broad-field antara ilmu
Bumi, Sejarah dan pengetahuan Kewarganegaraan.
Dalam 1975 unsur pendiidkan Kewarganegaraan dalam IPS mulai dipisahkan dengan
nama Pendidikan Moral Pancasila ( PMP ) dalam kurikulum 1994 masih sama juga, hanya
saja nama PMP berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
dijarkan dikelas 1 dan IPS mulai kelas 3.
Dari segi alokasi waktu yang disediakan, pada dasarnya kurikulum 1986 dengan 1994
jumlah waktu tidak mengalami perbedaan. Namun kurikulum 2006 pelajaran IPS lebih
sedikit yakni 3 jam dalam satu minggu. ( 3 x 35 menit ). Perbedaan yang esensi terletak pada
jumlah pokok bahasan karena kurikulum 1986 padat dan sarat dengan materi sehingga
kedalaman dan keluasan materi cenderung dibatasi. Sedangkan kurikulum 1994 kedalaman
dan keluasan materi diserahkan semuanya kepada guru dan kurikulum 2006 lebih simple
lagi.
KEGIATAN BELAJAR 1
Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu Sosial dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) IPS SD Kelas Rendah
Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang
memuat materi geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang disajikan secara terpadu.
Adapun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh mata pelajaran IPS agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuilir,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan kompetensi dalam masyarakat
yang majemuk, baik ditingkat local, nasional, dan global (dunia).
Ruang Lingkup esensi materi dari Mata Pelajaran IPS menjadi aspek Ruang Lingkup esensi
materi dari Mata Pelajaran IPS meliputi aspek-aspek :
1. Geografi meliputi manusia, tempat, dan lingkungan.
2. Sejarah meliputi waktu, keberanjuran, dan perubahan.
3. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya.
4. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Secara lebih umum bahwa pelajaran IPS berkenaan dengan pengenalan dan pemahaman
anak tehadap berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kini, yaitu yang terkenal dengan isu-
isu sosial. Istilah isu sosial dapat diartikan sebagai kabar atau berita suatu peristiwa yang
terjadi dan menyangkut pada aktivitas kehidupan manusia dimasyarakat serta tidak jelas asal
usulnya, masih berupa desas-desus atau kabar angin.
Fakta berkaitan erat data. Ada pebedaan antara fakta dan Fakta berkaitan erat dengan data.
Ada pebedaan antara fakta dan data. Data itu bersifat objektif sedangkan fakta mengandung
arti penafsiran seseorang jadi ada unsur subjektivitasnya. Perkembangan ilmu-ilmu sosial dan
ilmu-ilmu pengetahuan alam didasri oleh pengungkapan fakta dan data untuk selanjutnya
sampai kepada konsep, generalisasi, teori, dan hokum. Jika digambarkan skematikanya
sebagai berikut :
A. PERISTIWA
Peristiwa dalam IPS secara sederhana adalah hal-hal yang pernah terjadi. Peristiwa atau
kejadian ada yang bersifat alamiah seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, gerhana
matahari. Peristiwa bersifat insaniah yakni peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas umat
manusia seperti pembangunan jembatan, skandal korupsi, pemilu, krisis moneter inflasi,
reformasi dsb. Peristiwa yang telah diuji kebenarannya itulah yang disebut fakta.
B. FAKTA
Secara harfiah kata ―fakta‖ berarti sesuatu yang telah diketahui atau telah terjadi benar
dan merupakan kenyataan, realitas yang real, benar dan juga merupakan kenyataan yang
nyata. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru, fakta juga merupakan alasan untuk
mempertajam rumus teori baru yang ada bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam
rumusan teori yang telah ada.fakta bukan tujuan akhir dari pelajaran IPS.
Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab :
8
1. Kemampuan kita untuk mengingatkan sangat terbatas
2. Fakta itu bias berubah sesuai waktu misalnya tentang perubahan iklim suatu kota,dsb.
3. Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus.
C. KONSEP
Konsep adalah suatu istilah pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan
mengklasifikasikan atau mengkatagorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan atau
peristiwa. Konseptualisasi adalah proses meningkatkan, mengiklasifikasi durian memberi
nama pada sekelompok objek.
D. GENERALISASI
Schuneke (1988 : 16) mengemukankan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan
sangat terikat konsep. Cara mempermudah memahami generalisasi dalam hubungannya
dengan konsep adalah dengan cara menelusuri proses terbentuknya generalisai. Dua konsep
bisa dari disiplin ilmu sosial atau disiplin dari ilmu-ilmu sosial yang berbeda. Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa generalisasi menunjukn adanya hubungn antara konsep
dan berisi pernyataan bersifat umu, tidak terkait pda situasi khusus.
Ruang lingkup pelajaran IPS adalah sebagai berikut : Ruang lingkup pelajaran IPS
adalah sebagai berikut : Pengajaran ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial TPS yang tercakup dalam
kurikulum mengikuti konsep : kekspanding Communities of man (Hana dalam
Banks,1985:11). Kepada siswa diajarkan lingkungan kehidupan dari yang terdekat dengan
dirinya yaitu keluarga, rumah,
kemudian berkembangan kelingkungan kehidupan yang lebih luas, sekolah RT/RW,
desa, kota dan propinsi sendiri melalui aspek sosiologi, geografis, ekonomi dan sejarah.
E. ASPEK LAINNYA DARI IPS MISALNYA SEJARAH
Sejarah memiliki konsep dasar waktu, Rochiati (2006:3) menganjurkan cara
pendekatan melalui pendekatan keluarga. Dijelaskan bahwa jika anak sudah mengenal
bilangan maka guru dapat menanyakan tanggal tahun kelahirannya. Kemudian menanyakan
apakah siswa mempunyai kakak atau adik serta tahun kelahirannya masing-masing.
Cara untuk lebih mudah memberi pengertian tentang konsep diajarkan juga dengan
visualisasi baik terhadap konsep yng konkret maupun konsep yang abstrak. Konsep-konsep
dasar dari bidang keilmuan IPS untuk memudahkan pemahaman yang dikemukakan
penjelasan Brank (1985: 249-404)
1. Sosiologi, konsep-konsep dasarnya :
a. Sosialisasi, proses yang ditempuh individu untuk menjadi anggota kelompoknya
dengan cara belajar kebudayaannya dan peranannya.
b. Peranan, peran yang dilakukan seseorang sebagai individu
c. Norma dan sanksi, Norma adalah ukuran/tata cara yang membimbing perilaku,
sedangkan sanksi adalah ganjaran/hukuman
d. Nilai aspek-aspek dari kehidupan masyarakat dan budaya yang dianggap berharga.
e. Gerakan nasional, Gerakan yang dilakukan sejumlah besar orang untuk memperbaiki
atau melawan perubahan dimasyarakat.
f. Masyarakat unit yang merdeka dan integrase dimana interaksi dan komunikasi.
2. Ekonomi, konsep-konsep dasarnya :
a. Kelangkaan keinginan manusia terbatas
b. Produksi hasil proses pembuatan barang
c. Saling ketergantungan ada situasi saling memerlukan
d. Pembagian kerja berkenaan dengan pembagian garapan.
3. Geografi, konsep-konsep dasarnya :
a. Lokasi indentifikasi ruang dan tempat
b. Interksi spasi hubungan antara suatu tempat dengan lainnya
9
c. Pola special kota kedudukan kota sebagai pusat layanan
d. Difusi kebudayaan berkaitan dengan penyebab pengaruh kebudayaan, Bahasa,
pendidikan, etnik, agama, teknologi dll
4. Sejarah, konsep-konsep dasarnya :
a. Kontinuitas dan prubahan kejadian secara kronologis
b. Waktu lampau peristiwa sejarah terjadi di masa lalu
c. Kerjasama dan konflik proses proses timbulnya kerjasama manusia dalam usaha
mencapai tujuan
e. Nasionalisme wujud kepedulian masyarakat suatu Negara akan perlunya
mengembangkan semangat kebangsaan.
Kriteria memilih konsep
Dalam pengembangan materi bahan pelajaran diperlukan seleksi terhadap konsep-konsep yang
dapat menunjang tercapainya kompetensi siswa. Banks (1985:43) menegaskan bahwa
pertama-tama perlu mengaitkanya dengan pengalaman belajar siswa (entry behavior).
Taba dalam banks (1985: 43) menyebutkan kriteria pemilihan konsep sebagai berikut :
1. Validity konsep yang mewakili secara tepat disiplin ilmu
2. Significance konsep yang bermakna
3. Appropriateness konsep yang memiliki kelayakan/ kepantasan
4. Durability tahan lama
5. Balance memberikan keseimbangan dalam skop/kedalamannya.
F. MATERI ATAU BAHAN KAJIAN IPS UNTUK KELAS RENDAH
1. Keluarga, peran keluarga, memelihara dokumen penting keluarga, lingkungan alam dan
Buatan di sekitar rumah
2. Denah dan peta lingkungan rumah
3. Jenis-jenis pekerjaan
KEGIATAN BELAJAR 2
NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL (KEMAMPUAN ANALISIS,
PERSONAL DAN SOSIAL KTSP IPS KELAS RENDAH
A. NILAI DAN SIKAP DALAM KTSP IPS SD IPS SD DALAM KELAS RENDAH
Nilai berbeda dengan sikap. Nilai bersifat umum, utuh dan abstrak Dan mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap obje dan terhadap orang lain sedangkan sikap berkenaan dengan
hak-hak yang khusus. Nilai merupakan ukuran bagi seseorang dan cita-citanya, tujuan
hidupnya, aspirasi yang dinyatakan, sikapnya yang tampak, perasaannya yang diutarakan
serta perbuatan yang dilakukannya. Dlam pendidikan nilai menyangkut ranah afektif, ini
perlu diajarkan kepada siswa agar siswa mampu menerima nilai dengan sadar, mantap dan
dengan nalar yang sehat. Harapannya, para siswa dalam mengembangkan kepribadiannya
menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih (dengan bebas) dan
menentukan nilai yang menjadi anutnnya. Pengajaran nilai mmerlukan ―skill‖ dengan
memperhatikan kesesuaian bahan pengajarn dengan kehidupan sehari-hari. Bahan acuan
bukan hnya kepada kurikulum yang tertera dalam rencana forma tetapi juga kepada ―hidden
curriculum‖ dengan mempertimbangkan pula potensi kemampuan anak.
1. Arti sikap
Sikap memilii rumusan dan pengertian yang berbeda-beda karena sifatnya yang telah
kompleks. Menurut Thursone sikap adalah eseluruhan dari kecendrungan dan perasaan,
pemahaman, gagasan, rasa tkut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan tentang
sesuatu hal. Menurut rochman Natawijaya (1984 :20) sikap adalah kesiapan seseorang
untuk memperlakukan sesuatu objek, di dalam kesiapan itu ada aspek kognitif, afektif dan
10
kecenrungan bertindak. Kesiapan merupakan penilaian positif dan negative dengan
intensitas berbeda dan bias berubah ubah.
2. Kaitan Nilai dengan dengan Sikap
Sikap seseorang sangat ditentukan oleh nilai yang dianutnya. Sikap juga timbul
karena banyak nilai (values). Kaitan nilai dengan sikap terkait dengan aspek-aspek yang
terkandung di dalamnya.
Dari kajian para ahli dapat itegaskan sebagai berikut :
a. Ada hubungan timbale balik antara nilai dengan kognitif
b. Ada hubungan timbale balik antara afektif dengan kognitif
c. Nilai mempengaruhi kesiapn seseorang untuk terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan tingkat pemahamannya dan penghayatan terhadap “belief” (kepercayaan).
KEGIATAN BELAJAR 3
CONTOH KETERKAITAN ANTARA PERISTIWA, FAKTA, KONSEP,
GENERALISASI, NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL,
PERSONAL, SOSIAL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN IPS SD KELAS RENDAH
Keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi digunakan untuk
mengorganisasikan komponen-komponen isi bahan pengajaran yang disampaikan guru
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hubungan antara peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi dan bahan pengajaran tersebut bersifat timbale balik. Hal yang memberikan
makna kepada peristiwa, fakta, konsep dan generalsasi yaitu guru d dalam bahan pengajaran
mempersiapkan isi materi yang bersifat terperinci, contoh-contoh, gambaran-gambaran yang
member dukungan, serta aneka ragam pengalaman.
Isi bahan pengajaran pun akan lbih mudah dipahami dan lama diingat jika materi
berfokus kepada gagasan-gagasan kunci, seperti konsep dan generalisasi. IPS memiliki
kekuatan sebagai bidang studi jika didukung oleh peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang meaningfui dapat dipertanggungjawabkan etika, logika, ada gunanya (pragmatically)
dan disusun/ diorganisasikan secara baik, terintegrasi dan values based (berlandaskan nilai-
nilai) penyajiannyapun harus mengandung unsure yang ―menantang‖ dan membangkitkan
minat dan sikap positif serta aktivitas siswa, selain itu IPS harus berkontribusi bagi
pengembangan kemampuan dan keterampilan siswa dalam segala aspek kehidupan, baik
ketrampilan intelektual, personal maupun sosial.
Penyelenggaraan IPS harus didukung oleh fakta-fakta yang actual dan disajikan
berdasarkan konsep dan dilandasi oleh nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan masyarakat
manusia, berkontribusi bagi pembentukan sikap dan keterampilan yang mendukng
pembangunan masyarakat dan bangsanya. Guru bertanggung jawab sebagai pengembang
kurikulum untuk mengolah materi IPS. Guru pun harus mampu menyusun bahan
pengajarannya dan menyampaikannya kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang
tepat. Dalam perkembangannya, pengajartan IPS terletak di dalam kemampuannya untuk
mengungkapkan sesuatu meaningful, vales based, terintegrasi, menantang (challenging) dan
aktiva. Artinya, materi IPS harus berlandaskan nila, mengungkapkan fakta dan materi secara
keseluruhan yang esensial, terpadu.
12
MODUL 4
ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
KEGIATAN BELAJAR 1
Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya
A. Globalisasi
Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi
artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut
berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia (nursyid Sumaatmadja, 2008).
Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan.
Menurut Tye dalam Nursyid Sumaatmadja (2008) menyatakan pemahaman terhadap
globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu yang melintasi batas
Negara (nation) dan tentang system keterhubungan dalam lingkungan, budaya, ekonomi,
politik dan teknologi. Sedangkan Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa
mengerti bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak
berarti harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula
sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat, dan
kemungkinan penyelesaian tentang isu-isu global saat ini. Para siswa harus mengetahui
bagaimana mereka memengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini.
Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi
dalam proses penyelesaiannya itu. Ciri-ciri yang terkait isu-isu dan masalah global :
1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya melintasi
lebih dari satu negara.
2. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral:
penyelesaian dan perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan satu negara.
3. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam
membedakan nilai dan tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan menemukan
tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan.
4. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus ( persistence ). Masalah dan isu telah
berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
5. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.
Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut:
1. Krisis energi, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga
maupun penelitian tentang sumber sumber energi pengganti.
2. Jurang antara Negara kaya dan miskin. Yang melatarbelakangi lahirnya beberapa
organisasi kerjasama bilateral ( antara 2 negara Indonesia dan jepang )
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-penyakit
yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran
akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
5. Perang nuklir, dengan adanya perang jika terjadi dijaman lampau yang mengakibatkan
terjadinya jumlah umat manusia yang sedikit, kerusakan dan penderitaan.
6. Perdagangan internasional, Meningkatnya hubungan saling ketergantungan diantara
bangsa-bangsa mendorong lahirnya gagasan untuk menata perdagangan international
13
dengan tujuan memperkecil risiko saling merugikan yang diakibatkan oleh ketidakjujuran
dan ketidaketrbukaan.
7. Komunikasi, perkembangan media komunikasi dewasa ini, mampu menghilangkan batas-
batas Negara. Dengan hitungan detik kita dapat mengetahui informasi yang sama melalui
media komunikasi.
8. Perdagangan obat terlarang, pada kenyataan sekarang generasi muda lah yang diserang
oleh obat terlarang ini. Mereka dengan mengkonsumsinya seperti hanya untuk
kesenangan dan merasa bias menghindari masalah. Padahal sebaliknya untuk tubuh, otak
dan kesehatan mereka justru akan rusak dan terserang penyakit parah dan menyebabkan
kematian yang sampai sekarang belum ada obatnya.
B. Keragaman Budaya
Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan atau
perbedaan, dan budaya dberarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik
manusia dengan belajar. Dengan demikian keanekaragaman dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan
hasil karya.( Koentjaraningrat, 1980:193).
Trandis, dikutip dari skeel, membedakan antara objek budaya dan subjek budaya.
Untuk Objek budaya meliputi hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, seperti Makanan,
Pakaian, Upacara (Peralatanya) sementara Subjek budaya meliputi gagasan, tindakan, nilai-
nilai sikap, kebiasaan dan kepercayaan, dimana diketahui keberadaanya dengan
menggunakan rasa dan pikiran. Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil wujud
perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di Indonesia
sejak kelas 1, dimulai dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di kelasnya.
Misalnya perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua. Dan kemapuan
belajar. Pelajaran IPS akan menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan
diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas
tersebut. Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah
dan isu-isu diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan
superioritas dan inferioritas). Dua hal yang bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembauran (asimilasi). Menurut koentjaraningrat, pembauran adalah proses sosial yang
timbul karena :
1. Golongan-golongan manusia dengan latarbelakang kebudayaan yang berbeda
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas dan
juga berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam proses asimilasi adalah suatu golongan
mayoritas dan golongan minoritas. Golongan minoritas itulah yang mengubah sifat yang
khas dari unsur-unsur kebudayaanya, dan menyesuaikan dengan kebudayaan dari golongan
mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian budayanya dan
masuk kedalam kebudayaan mayoritas.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain :
1. kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi
2. sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap
kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
Dengan berkembangnya hambatan-hambatan tersebut. Pembauran akan mengakibatkan
sulit menanamkan sikap intoleransi yang didasari oleh simpati. Namun disepakati bahwa
14
pendidikan tentang keanekaragaman (Multicultural Education) akan mampu membebaskan
siswa-siswi dari cara berfikir dan memandang yang sempit terhadap perbedaan kebudayaan
sehingga melalui pendidikan pula diharapkan mampu dikembangkan sikap toleran yang
didasari simpati dan kasih sayang.
KEGIATAN BELAJAR 2
Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPS SD
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa
dilepaskan dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan wahana
bagi manusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga tercapai
tujuan yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan dalam
kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar,
maka corak hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling ketergantungan antara
satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-masing. Corak
hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Adapun
aspek-aspek yang termasuk didalam konsep lingkungan hidup, paling tidak meliputi 5 hal :
1. Lingkungan Abiotik yaitu segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang bukan
berupa organisme hidup. Dalam hal ini seperti batuan, tanah, mineral, udara dan gas, air
dan sebagainya
2. Lingkungan Biotik yaitu segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang berupa
organisme hidup. Dalam hal ini adalah mikro organisme, binantang, tumbuhan, manusia
dan makhluk hidup lainya.
3. Lingkungan Alam yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotik yang belum
banyak dipengaruhi oleh tangan-tangan manusia. Seperti udara yang segar, tanah yang
belum digarap, hutan yang masih perawan, binantang yang masih liar.
4. Lingkungan Sosial yaitu manusia baik secara indivindu maupun kelompok yang ada
diluar dirinya. Didalam ini keluarga, teman, tetangga, penduduk desa dan sebagainya.
5. Lingkungan budaya yaitu segala sesuatu baik secara materi maupun non materi yang
dihasilkan oleh manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa dan karyanya.
Lingkungan budaya yang berupa materi itu dapat berupa bangunan, peralatan, senjata,
pakaian dan sebagainya. Sedangkan lingkungan nonmateri berupa tata nilai, norma,
peraturan, hokum, system politik, kesenian, system ekonomi dan sebagainya.
16
Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia, maka ada
usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan alam.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu pada gilirannya membawa dampak pada
perubahan tatanan lingkungan alam yang ada. Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh
lingkungan alam itu sedemikian rupa sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan
manusia. Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang tandus,
polusi udara, tanah, dan air, baik secara langsung maupun tidak langsung bersumber dari
ulah manusia juga.
Menurut nursid Sumaatmadja (1999:45-65), setidaknya ada 4 masalah yang berkaitan
dengan lingkungan hidup manusia. Keempat masalah tersebuat adalah :
1. Perkembangan populasi manusia yang cepat
2. Daya dukung lingkungan yang tidak memadai
3. Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemapuan manusia
4. Ketimpangan hidup itu sendiri
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah ekologi. Menurut
Munanjito, dkk ( 2002) istilah ekologi sebagai disiplin ilmu mulai diperkenalkan pada tahun
1969. Oleh seorang ahli biologi jerman yang bernama Ernest Hackle, Ekologi yang berasal
dari kata oikos yang artinya rumah atau tempat tinggal dan logos yang berarti telaah atau
studi. Jadi dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup.
Sedangkan untuk lebih kompleknya yakni mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkunganya. Dewasa ini bahkan muncul ilmu baru dalam bidang
ekologi seperti Environmental Sciences ( ilmu-ilmu tentang lingkungan) dan Environmental
Biology ( Biologi Lingkungan ).
Dalam perkembanganya ekologi memiliki cakupan studi yang sangat luas. Dilihat dari
kajianya maka dikenal cabang-cabang ekologi seperti berikut :
a. Auteknologi yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi
dengan lingkunganya. Dalam hal ini ada ekologi yang khusus mengkaji tentang aspek
siklus hidup, adaptasi terhadap lingkungan, dan lain-lain. Seperti ekologi alang-alang
(impetrates cylindrical) dan ekologi asli (ponge pygmeaus)
b. Sinekologi yaitu ekologi yang mengkaji tentang berbagai kelompok organisme sebagai
satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Dalam hal ini dikenal
dengan ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem
c. Ekologi Habitat yaitu ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu jenis
atau kelompok jenis tertentu. Dalam hal ini dikenal ada ekologi bahari/lautan, ekologi
teresterial/daratan, ekologi rumput dan sebagainya.
d. Ekologi Taksonomi yaitu ilmu lingkungan yang objek kajianya sesuai dengan sistematika
makhluk hidup. Dalam hal ini dikenal ada ekologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi
mikroba dan sebagainya.
Kedudukan dan peranan yang dimainkan oleh manusia dalam konteks ruang dan waktu
itu sangat sentral maka perlu juga mengaitkan pendidikan ekologi itu dengan pendidikan IPS.
IPS bagaimanapun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang manusia dan pola-pola
interaksi dengan lingkungan diluar dirinya. Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia
yang lain. Mengapresiasi, dan mewarisi khazanah peninggalan peradaban manusia, dan yang
lebih penting dalam hubunganya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan
sumber daya alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran
pendidikan IPS. Oleh karena itu, seyognyalah pendidikan IPS diberikan disekolah dengan
materi yang tak terpisahkan dengan masalah ekologi.
17
KEGIATAN BELAJAR 3
Masalah-Masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum Dalam Pembelajaran IPS SD
Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam
interaksi tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila dibiarkan
akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu adanya aturan-
aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat mengikat dan memaksa agar individu atau
anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut kemudian dikenal dengan
istilah hukum.
Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang
berlaku maka akan muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu keadaan
yang memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan satu individu/kelompok dengan
individu/kelompok lain, yang ditandai adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang
berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran hukum dimiliki oleh setiap individu atau anggota
masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai dapat terwujud.
Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-
aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah melalui
pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua aspek ini akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan warga negara yang baik karena
pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui
pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif
dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek
tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota
masyarakat.
A. Masalah-Masalah Hukum
Manusia sejak dilahirkan memerlukan proses interaksi dengan manusia lain. Dalam
melakukan interaksinya, manusia selalu menghadapi dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik
atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Contoh lingkungan fisik, yatu bagaimana
manusia berinteraksi dengan pendayagunaan laut, hutan, sungai dan lain-lain, sedangkan
contoh lingkungan sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama manusia
dalam suatu masyarakat. Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan
tersebut maka dihadapkan pada aturan-aturan atau hukum-hukum yan tertulis maupun tidak
tertulis. Interaksi dalam suatu kelompok masyarakat, baik interaksi di antara sesama anggota
kelompok masyarakat tersebut maupun dengan alam sekitarnya yang diikat oleh hukum yang
berlaku dalam masyarakat tersebut akan terbentuk suatu masyarakat hukum
Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus memiliki
kesadaran hukum. Keadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia mengetahui mana yang
boleh dia lakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan menurut dasar hukum yang telah
digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula menimbulkan pemahaman individu anatara hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh individu tersebut.
Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1. Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Penyelesaian pertikaian.
3. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan
kekerasan.
4. Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada kebutuhan-
kebutuhan dari masyarakat.
5. Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi tersebut di atas
agar ia dapat memenuhui tuntutan keadilan, hasil guna dan kepastian hukum.
18
Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah hukum
tertulis atau hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di sekolah, peraturan
ketatanegaraan. Hukum tersebut sudah memiliki kebakuan yang sangat mutlak. Selain itu,
terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hukum yang tidak tertulis dan tidak
ada sanksinya apabila ada yang melanggar. Walaupun demikian, hukum wajib ditaati oleh
masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat. Hukum dinamakan juga norma.
B. Ketertiban
Ketertiban adalah suatu keadaan yang menunjukan adanya patokan, peraturan atau
pedoman maupun petunjuk yang berlaku dan ditaati oleh setiap idivindu didalam pergaulan
antara pribadi atau golongan ( masyarakat ).
Didalam menegakan ketertiban setiap anggota masyarakat harus membatasi kebebasan
pribadi dengan mengindahkan kepentingan (hak dan kewajiban) indivindu yang lain.oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa ketertiban merupakan hasil akumulasi dari kebebasan-
kebebasan tiap indivindu yang selaras dengan tujuan hokum yang menginginkan suasana
aman, nyaman, tentram, tertib dan adil. Maka dengan kata lain, ketertiban dimaksudkan
sebagai suasana yang bebas tetapi berarah dan tertuju kepada kondisi yang diharapkan
masyarakat yang sekaligus menjadi tujuan hukum.
Untuk contoh suasana tertib yang menjadi tujuan hukum adalah seseorang berhak
( bebas) mendirikan jenis pabrik. Namun demikian, sebelum mendirikan, harus
memperhatikan kepentingan pihak lain. Misalnya, masyarakat lingkungan tempat pabrik
akan memberikan izin ? apakah syarat amdal ( analisis dampak lingkungan ) yang
dipersyaratkan pemerintah akan dipenuhi ? apabila seluruh aspek persyaratan telah dipenuhi
maka ketertiban dan kenyamanan lingkungan ( fisik dan non fisik ) akan tercapai.
C. Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum adalah suatu sikap indivindu untuk menerima dengan rela dan
bertanggungjawab terhadap konsekuensi dari peristiwa hokum yang terjadi. Peristiwa hokum
disini dimaksudkan sebagai semua peristiwa yang dapat menimbulkan akibat hukum.
Contohnya,
1. Kematian seseorang berakibat hukum tentang bagaimana dan kepada siapa warisan
almarhum diberikan.
2. Pembatalan janji atau kesepakatan secara sepihak. Yang dimana itu merugikan salah satu
pihak yang kesepakatan itu masuk dalam pasal-pasal hukum dan Undang-undang maka
bisa akan dituntut secara hukum
19
dapat menghubungkan aspek masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran hukum
dengan pendidikan IPS, seperti berikut ini.
Sebagai Ilmu Pengetahuan yang menalaah antara hubungan manusia (human
relationships) yang mencakup hubungan indivindu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, serta kelompok dengan alam maka IPS akan potensial mengkaji permasalahan
yang akan muncul dari sebab yang ditimbulkan. Mengapa potensial ? dikarenakan hubungan
manusia (human relationships) akan bermunculan peristiwa dan akibat hukum. Melalui
pendidikan IPS dapat membentuk siswa sebagai warga Negara yang mendukung ketertiban
sesuai kaidah-kaidah hukum yang berlaku, misalnya sebagai berikut :
1. Upaya dalam mensosialisasikan perlunya memelihara lingkungan alam yang sehat dan
yang tidak merusak lingkungan
2. Menanamkan kesadaran hukum dalam diri peserta didik sebagai wajib pajak.
3. Menanamkan saling pengertian antarindividu peserta didik dalam menghormati hak dan
kewajiban masing-masing.
Demikian pentingnya mengintegrasikan atau menghubungkan antara kajian aspek-aspek
hukum dengan pendidikan sosial. Antara lain dapat dilihat dari tujuan atau fungsi
dihubungkannya kedua bidang tersebut. Seperti diungkapkan Cerlach dan Lamprecht’s.
1. Untuk menanamkan pemahaman peserta didik terhadap aspek-aspek sosial dan sistem
hukum yang dikandungnya, serta bagaimana peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif
didalam melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum.
2. Menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pemahaman mereka terhadap hukum dan system
yang berlaku.
3. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis peserta didik dan keterampilan dalam
memecahkan masalah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian aspek-aspek hukum melalui pendidikan IPS
dan berkonstribusi besar terhadap upaya penanaman pemahaman peserta didik di dalam
permasalahan hukum, ketertiban dan kesadaran hukum.
20
MODUL 5
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
Materi pembelajaran IPS diramu dari berbagai bidang ilmu-ilmu sosial atau
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan menurut wesly (1968) dan Somantri
(2001). Materi tersebut diseleksi dan diorganisasikan untuk mengembangkan kemampuan dan
sikap rasional. Banks (1977) menyatakan bahwa pengembangan kemampuan mengambil
keputusan rasional sebagai bekal untuk dapat melibatkan diri dalam masyarakat secara
intelligent atau secara cerdas/nalar.
Dengan demikian karakteristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan
pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial. Artinya pusat perhatian utama
pembelajaran IPS SD adalah pengembangan diri peserta didik sebagai actor sosial yang
cerdas. Adapun aspek yang dikembangkan adalah aspek kecerdasan rasionalnya dan
kecerdasan emosiaonalnya. Masing-masing diperkirakan memiliki kontribusi 20% kecerdasan
rasional dan 80% kecerdasan emosional.
Dalam pembelajaran IPS di SD ada beberapa hal yang perlu dipahami :
1. Pendekatan Pembelajaran
Titik tolak atau sudut pandang kita kita terhadap proses pembelajaran yang sifatnya masih
umum
2. Strategi Pembelajaran
Suatu cara melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan
pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan.
3. Metode Pembelajaran
Cara mengajar guru secara umum yang diterapkan pada semua mata pelajaran
4. Teknik Pembelajaran
Penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan kemampuan.
5. Model Pembelajaran
Suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan peserta untuk berinteraksi sehingga terjadi perubahan/perkembangan.
Menurut Banks (1977) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat
mengembangkan kecerdasan rasional adalah social science inquiry atau penelitian ilmu sosial.
Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Banks, 1977:41-70).
A. Tujuan
Tujuan utama pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau secara umum
membangun pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan atau teori diperlukan fakta ,
konsep dan generalisasi
B. Proses Penelitian
Menurut Bank (1977:43) ilmu pengetahuan merupakan proses dan produk berupa tubuh
teoretis. Oleh karna itu preposisi (pernyataan) dan generalisasi (kesimpulan) selalu
terbuka untuk direvisi (diperbaiki, disempurnakan). Proses dan produk ilmu pengetahuan
selalu bersifat interaktif.
C. Model-model Penelitian Sosial
Banks (1977-57) memperkenalkan model dasar proses penelitian sebagai berikut :
Masalah > Hipotesis > Pengumpulan/analisis Data > Kesimpulan
21
1. Masalah
Gejala yang tampak yang dapat yang dapat ditangkap oleh pancaindera kita.
2. Hipotesis
Suatu kesimpulan yang masih bersifat sementara atau setengah benar
3. Pengumpulan/analisis Data
Untuk mendapatkan data yang terpercaya maka diperlukan instrument atau alat yang
valid atau sahih serta tepat sebagai pengumpul data dan teknik pengumpulan data yang
memadai.
4. Kesimpulan
Hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenaranya.
D. Konsep
Konsep merupakan suatu kata atau pernyataan abstrak yang berguna mengelompokan
benda, ide atau peristiwa (Banks, 1977:85). Dilihat dari sifatnya ada beberapa jenis
konsep. a. Konsep teramati (observed concept)
Konsep yang contohnya dapat ditangkap oleh pancaindra.
b. Konsep tersimpul (inferred concept),
Konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil pengamatan
C. Konsep relasional (relational concept)
Konsep yang melibatkan jarak dan waktu
D. Konsep ideal (ideal concept)
Konsep yang lebih abstrak dan merumuskan konsep yang memerlukan pengumpulan
indicator yang lebih luas.
E. Generalisasi
Banks (1977:97) merumuskan bahwa generalisasi adalah pernyataan mengenai
keterkaitan dua konsep atau lebih. Contohnya perilaku dimuka kelas merupakan produk
interaktif antara kompetensi mengajar guru dan lingkungan belajar. Apabila dianalisis
dalam generalisasi tersebut 3 konsep, yaitu perilaku guru, kompetensi mengajar dan
lingkungan belajar.
Setiap generalisasi selalu memiliki cakupan keberlakuan pernyataanya. Luasnya
cakupan suatu generalisasi akan melukiskan aras ( level ) dari generalisasi itu. Secara
umum generalisasi dapat digolongkan menjadi 3 aras (banks, 1977:99-100)
1. Generalisasi aras tinggi
Berlaku universal, Pernyataan itu berlaku dimana saja, kapan saja dan bagi siapa
saja.
2. Generalisasi aras sedang
Berlaku terbatas pada wilayah budaya dan kurun waktu tertentu
3. Generalisasi aras rendah
Berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih sempit.
F. Teori / Konstruk
Teori / konstruk merupakan bentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan untuk
menerangkan dan memperkirakan perilaku manusia (Banks1977:103). Teori yang
dibangun aras generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Melukiskan hubungan antarkonsep dan variable yang didefinisikan secara jernih
2. Mengandung system deduksi yang secara logis ajeg atau tetap
3. Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenaranya (Banks:1977:103)
22
Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran Pembelajaran IPS di SD
Pendekatan sosial, personal dan perilaku pada prinsipnya merupakan sentuhan
pedagogisnya terhadap dimesi sosial dan personal atau dimensi intelgensia emosional menurut
Goleman (1996). Apabila kita menganalisis, dimensi atau aspek sosial dan personal atau
emosional ini memiliki aspek-aspek emosi, nilai dan sikap serta perilaku sosial yang saling
berkaitan.
A. Emosi
Setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang meluap-
luap. Atau suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Tercakup dalam emosi ini adalah amarah,
kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta terkejut, jengkel dan malu.
Keterampilan emosional mencakup hal-hal berikut :
1. Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan
2. Mengungkapkan perasaan
3. Menilai intensitas perasaan
4. Mengola perasaan
5. Menunda pemuasan
6. Mengendalikan dorongan hati
7. Mengurangi stress
8. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
B. Nilai dan Sikap
1. Nilai
Nilai memiliki dua sisi dalam pengertian. Pertama sebagai objek sesuatu dianggap
suatu nilai apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga. Kedua sebagai pengamat suatu
hal dianggap bernilai atau memiliki nilai apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai
memiliki, kualitas atau harga.
2. Sikap
Suatu kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengamatan yang
memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan
indivindu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Dilihat dari kadarnya sikap juga
bersifat simpleks/sederhana atau bersifat multipleks/rumit.
3. Perilaku Sosial
Perilaku sosial disebut juga keterampilan sosial. Keterampilan ini memiliki 2
karakteristik yakni developmental dan practice. Artinya keterampilan memerlukan latihan
secara bertahap. Didalam sekolah dasar aspek sosial, emosi dan keterampilan sosial dapat
dikembangan diberbagai kegiatan.
Emosi, nilai dan sikap, dan perilaku sosial dapat dikembangkan dalam suasana
pembelajaran formal dan informal. Dalam pembelajaran formal terdapat model-model
pendekatan yang beroreintasi pada nilai dan sikap sebagai berikut :
a. Transmisi nilai secara bebas.
b. Penanaman nilai
c. Suri tauladan
d. Klarifikasi nilai
e. Klarifikasi nilai terintegrasi struktur.
Berikut pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS SD.
a. Pendekatan ekspositori Berorientasi nilai.
Tujuannya menyampaikan nilai/sikap secara dialogis melalui ceramah, peragaan dan
Tanya jawab
23
b. Pendekatan analitik keteladanan.
Tujuannya menangkap nilai/sikap melalui analisis sampel keteladanan dalam masyarakat
dalam berbagai bidang, tempat, waktu untuk memotivasi keteladan siswa
c. Pendekatan kajian nilai.
Tujuannya menangkap nilai melalui kajian nilai secara sistematis dan mendasar.
d. Pendekatan Integratif konsep dan nilai.
Tujuannya menangkap nilai yang melekat paad atau merupakan implikasi dan suatu
konsep melalui kajian akademis.
Semua pendekatan sosial personal memiliki saling keterkaitan dengan pendekatan kognitif.
24
MODUL 7
METODE, MEDIA, DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR IPS
DIKELAS TINGGI
KEGIATAN BELAJAR 1
Merancang dan Menerapkan Penggunaan Metode, Media dan Sumber belajar IPS di kelas
Tinggi berdasarkan Pendekatan Kognitif.
A. PENGERTIAN METODE, MEDIA, DAN SUMBER BELAJAR
1. Metode
Metode mengajar adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Dalam memilih metode, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut ;
a. Standard Kompetensi
b. Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa
c. Kemampuan Guru terhadap materi
d. Jumlah peserta belajar
e. Situasi dan kondisi saat belajar
f. Fasilitas yang dimiliki (media dan sumber belajar)
g. Evaluasi yang dipakai
Namun ada beberapa metode yang memiliki keunggulan dan kelemahan, diantaranya ;
a. Metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan kelompok
pengunjung ( dalam hal ini siswa ). Keunggulan dari metode ini bila siswanya berjumlah
banyak dan baik juga untuk menjelaskan materi yang banyak, namun dengan waktu yang
terbatas. Kelemahannya metode ini apabila guru kurang menguasai bahan atau materi
serta alat peraga yang terbatas, dan kurang baik apabila seorang guru tidak pandai
berbicara.
b. Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percapakan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara 3
atau lebih topic tertentu, dengan seorang pemimpin. Keunggulan, pendengar atau siswa
dapat ikut serta mengemukakan pendapatnya. Hal ini akan memperluas pandangan dari
masing-masing kelompok dan memupuk rasa kesatuan dan persatuan. Kelemahannya,
kurang baik jika dipakai dalam kelompok yang besar. Disamping itu, informasi yang
diperoleh peserta terbatas pada topic diskusi. Jika moderator kurang terampil dalam
memimpin diskusi maka akan terjerumus ke dalam masalah lain
c. Panel
Adalah pembicaraan yang sudah direncanakan didepan pengunjung tentang sebuah topic.
Pada diskusi panel diperlukan 3 panelis atau lebih dan seorang pemimpin diskusi atau
moderator. Keunggulan, dapat membangkitkan pemikiran bagi para peserta dan
mendorong memberikan analisis. Dalam diskusi panel diperlukan pandangan yang
berbeda-beda. Kelemahan, meudah tersesat ke dalam masalah lain. Selain itu tidak
semua peserta dapat mengambil bagian dalam pembicaraan. Apalagi jika panelis terlalu
banyak bicara.
d. Studi kasus
Studi kasus ialah sekumpulan situasi masalah, termasuk detail-detail yang
memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Keunggulan, studi kasus adalah
25
dapat disajikan secara tertulis, lisan, difilmkan, direkam atau diceritakan. Selain itu,
dapat ditugaskan sebelum diskusi dimulai. Kelemahannya, membutuhkan ketrampilan
untuk menuliskan suatu msalah. Memerlukan waktu yang lama. Sulit mencari moderator
yang terampil.
e. Metode brainstorming
Adalah semacam cara pemecahan msalah, dimana anggota mengusulkan dengan cepat
semua kemungkinan pemecahan yang terpikirkan. Tidak ada kritik, evaluasi atas
pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian. Keunggulannya, membangkitkan pendapat
baru dan merangsang semua anggota untuk mengambil bagian. Selain itu juga
membangkitkan reaksi berangkai dalam mengeluarkan pendapat. Menghemat waktu dan
dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil. Tidak memerlukan pemimpin diskusi
yang hebat, disamping itu tidak membutuhkan peralatan yang banyak. Kelemahannya,
mudah terlepas dari control. Selain itu anggota kelompok cenderugn membuat evaluasi
segera setelah pendapat diajukan. Terkadang tidak semua anggota bisa menerima
pendapat tersebut.
f. Diskusi formal
Adalah metode pemecahan masalah yang sistematis, mencakup :
1) Penyampaian permasalahan
2) Pegumpulan data
3) Mempertimbangkan pemecahan yang mungkin
4) Memilih cara pemecahan yang terbaik
Keunggulannya adalah ;
1) Siswa lebih aktif karena tidak hanya mendengarkan
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui apa
yang belum dimengerti oleh siswa
3) Guru mengetahui pemahaman siswa terhdap apa yang telah diterangkan.
Kelemahannya :
1) Dengan tanya jawab, pembicaraan kadang-kadang menyimpang dari poko
pembicaraan
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama.
h. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang membagi
siswa dalam satu kelas menjadi bebrapa kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode kerja kelompok dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut ;
26
1) Mengatasi kekurangan alat dan sumber belajar.
2) Mengatasi perbedaan kemampuan belajar siswa.
3) Mengatasi adanya perbedaan minat belajar siswa.
4) Mengatasi tugas pekerjaan yang sangat banyak atau sangat luas.
Kelebihannya :
1) Dapat memupuk rasa kerja sama
2) Tugas yang luas dapat diselesaikan dengan cepat
3) Timbul persaingan yang sehat
Kekurangannya :
1) Adanya sifat-sifat seseorang yang ingin menonjol atau sebaliknya yang lemah merasa
rendah diri dan selalu bergantung kepada orang lain.
2) Orang yang kurang cakap akan menghambat kelancaran tugas atau didominasi oleh
seseorang.
Metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan
tujuan intruksional umum dan khusus, serta bahan dan alat yang tersedia.
2. Media
Media dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan seebagai berikut ;
a. Media visual, yang terdiri dari;
- Media visual yang tidak diproyeksikan
- Media visual yang diproyeksikan
b. Media audio
c. Media audio-visual
a. Media visual
Merupakan media yang dapat dipandang. Media ini dapat dibagi menjadi 2
diantaranya ;
1) Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang tidak dapat
dipantulkan pada layar. Hal itu dikarenakan bahan yang dipakai tidak transparan
atau tidak tembus cahaya.
Factor-faktor yang mendukung digunakannya media ini antara lain ;
a) Gambar mati atau gambar diam
b) Ilustrasi
c) Karikatur
d) Poster
e) Bagan
f) Diagram
g) Grafik
h) Peta
2) Media visual yang diproyeksikan
Media ini dapat dipantulkan pada layar karena bahan yang dipakai tembus cahaya.
a. Media audio
Merupakan jenis media yang hanya dapat didengar.
b. Media audio-visual
Media ini selain dapat dilihat juga dapat didengar. Contohnya, slide suara dan
televisi. Slide suara merupakan media visual yang diiringi suara, orang sering
menyebut film bingkai. Televisi merupakan suatu media yang menampilkan gambar
yang bergerak.
27
3. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala bentuk penyajian bahan atau materi yang dapat dijadikan
sumber untuk belajar. Contohnya, buku-buku, majalah, surat kabar, peta.
B. PENDEKATAN KOGNITIF
Pendekatan kognitif dalam proses belajar-mengajar ( pembelajaran ), meliputi 3 aspek
pokok sebagai berikut :
1. Aspek pengetahuan ( knowledge )
2. Aspek pemahaman ( comprehension )
3. Aspek penerapan ( application )
Selain 3 aspek pokok tersebut, ada 3 aspek lain yang mempunyai tingkatan lebih tinggi,
sebagai berikut :
1. Analisis
2. Sintesis
3. Evaluasi
Kegiatan Belajar 2
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Berlandaskan Pendekatan
Sosial
A. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIAL
Pendekatan Sosial mengutamakan hubungan indivindu dengan masyarakat dan memusatkan
perhatianya kepada proses sosial yang merupakan negoisasi sosial. Pendekatan sosial
berangkat dari dua asumsi. Pertama, masalah-masalah sosial diidentifikasi atas dasar
28
kesepakatan yang diperoleh dalam proses sosial dan menggunakan prinsip sosial pula.
Kedua, proses-proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk memperbaiki
masyarakat dalam arti seluas-luasnya dan terus menerus. Terdapat tiga ciri pokok metode
inkuiri sosial sebagai berikut :
1, Adanya aspek- aspek social dalam kelas.
2. Adanya hipotesis untuk memecahkan masalah.
3. Menguji pembuktian hipotesis
KEGIATAN BELAJAR 3
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD berdasarkan Pendekatan
Personal
A. Pengertian Pendekatan Personal
Pendekatan personal adalah suatu pendekatan dalam mengajar yang berorientasi kepada
perkembangan diri individu dan pembentukan pribadi.
Melalui pendekatan personal, siswa diharapkan dapat melihat diri pribadi dan sebagai pribadi
yang berbeda dalam suatu kelompok sertaa memiliki kecakapan tertentu.
B. Merencanakan atau Merancang Penggunaan Metode Pembelajaran IPS di SD yang
Berlandaskan Pendekatan Personal
Metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal yang akan dipilih
sebagai salah satu contoh adalah pertemuan kelas. Metode ini berdasarkan pada teosri oleh
Glasser. Yang mempunyai dua asumsi, pertama bahwa manusia mempunyai 2 kebutuhan
dasar, yaitu cinta dan harga diri. Kedua kebutuhan berakar dalam hubungan antar manusia.
Masalah indivindu muncul apabila ia tidak dapat memenuhi 2 kebutuhan pokok.
Glasser berpendapat metode pertemuan kelas dilihat dari focus pembicaraan dalam
diskusi dibedakan menjadi 3 tipe sebagai berikut :
1) Tipe pertemuan pemecahan masalah social
2) Tipe pertemuan terbuka
3) Tipe pertemuan terarah terbuka
Pendekatan yang dipilih adalah model pertemuan kelas yang terarah terbuka. Tahap-
tahap yang harus dilalui ;
29
1. Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan.
2. Menyajikan masalah untuk diskusi
3. Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi
4. Mengidentifikasi alternative tindakan
5. Merumuskan kesepakatan
6. Perilaku tindak lanjut.
C. Menerapkan Penggunaan Metode Pembelajaran IPS di SD yang Berlandaskan
Pendekatan Personal
Penerapan metode ini meliputi ;
1. Kompetensi dasar
2. Materi pokok
3. Hasil belajar
4. Indicator
KEGIATAN BELAJAR 4
Merancang dan Menerapakan Metode Pembelajaran IPS di SD Berdasarkan Modifikasi
Perilaku
A. Pengertian Pendekatan Modifikasi Perilaku
Ciri dari pendekatan perilaku adalah adanya kecenderungan memecah tugas belajar,
menjadi sejumlah perilaku yang kecil ( langkah-langkah kecil) dan berurutan.
Belajar bukan sebagai sesuatu yang menyeluruh, tetapi diuraikan ke dalam langkah-
langkah yang konkrit dan diamati. Mengajar pada dasarnya adalah mengusahakan terjadinya
perubahan dalam perilaku siswa dan perubahan perilaku tersebut dapat diamati secara jelas.
Rumpun Pendekatan perilaku dapat dibedakan menjadi enam, yaitu :
1) Pendekatan pengelolaan kontingensi ( Skinner)
Menekankan pada penguasaan fakta, konsep dan skill yang dijadikan dasar pengubahan
tingkah laku.
2) Pendekatan mawas diri ( Skinner)
Menekankan pada bentuk tingkah laku social dan ketrampilan mawas diri.
3) Pendekatan relaksasi ( David C. Rimm dan John C. Masters)
Menekankan pada pembentukan pada pribadi yang dapat menanggulangi stress
4) Pendekatan reduksi stress ( David C. Rimm dan John C. Masters)
Menekankan pada cara menghadapi kecemasan dalam situasi social
5) Pendekatan assertive training ( J. Welpe, Arnold A. Lazarrus dan A. Salter)
Memiliki tujuan yang bersifat langsung, dalam merasakan perubahan social.
6) Pendekatan direct training ( Robert Gagne, Karl. U. SAmith dan Margareth Foltz Smith)
Menekankan pada pendekatan pola-pola tingkah laku dan ketrampilan
30
2. Tahap menetapkan data dasar
Dimaksudkan untuk mengetahui dengan pasti perangsang yang terkendali, perilaku yang
terbentuk dan respons yang sesuai atau tidak sesuai.
3. Tahap menyiapkan program yang realistis
Guru membantu siswa dalam menyusun program secara realistis dan seimbang serta
mendorong siswa untuk melaksanakan program tersebut.
4. Tahap pelaksanaan program
Siswa melaksanakan program yang telah direncanakan selama jangka waktu
pelaksanaan program, siswa mengadakan pertemuan secara berkala dengan guru untuk
menelaah kemajuan dan mengubah program bila diperlukan.
5. Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Guru mengadakan penilaian terhadap tingkah laku siswa.
KEGIATAN BELAJAR 5
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Berlandaskan Pendekatan
Ekspositori
A. Pengertian Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ekspositori adalah pendekatan yang menekankan pada kegiatan guru
berupa pengolahan materi pelajaran yang telah jadi atau siap disampaikan kepada siswa.
Dalam hal ini guru memberi pesan sehingga siswa tidak perlu mencari, menemukan dan
memecahkan sendiri.
31
b. kadang pertanyaan/penjelasan lisan sukar ditangkap/dipahami
c. kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya untuk
berpendapat
d. kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya kurang
e. dapat menimbulkan kebocoran
Metode ceramah dapat digunakan apabila ;
a. Bahan ceramah yang akan diberikan jumlahnya sangat banyak
b. Materi yang diberikan merupakan bahan baru
c. Siswa dapat memahami informasi melalui kata-kata
Langkah-langkah dalam melaksanakan metode ceramah
a. Melakukan kegiatan pendahuluan
b. Menyajikan bahan pelajaran
c. Menutup pelajaran
32
MODUL 8
EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
KEGIATAN BELAJAR 1
MERANCANG DAN MENYUSUN ALAT EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN IPS
SD
A. PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi atau penilaian adalah proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dan efisiensi suatu program suatu program. Aspek yang dinilai dari program ada dua macam
yaitu tingkat keberhasilan dan tingkat efisiensi pelaksanaan program. Selain itu, untuk
mengetahui apakah tujuan dapat dicapai atau tidak. Dalam suatu proses belajar mengajar, yang
melaksanakan evaluasi adalah guru, yaitu orang yang merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Karena gurulah yang paling menghayati permasalahan yang
dihadapi oleh siswanya sehingga dapat mencari upaya cara menangani kendala dan
kekurangannya.
Ada tiga istilah yang sering digunakan secara rancu, yaitu berikut ini :
1. Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi atau data secara
kuantitatif,
2. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan
efisien. Jadi untuk melakukan penilaian diperlukan data yang baik mutunya dan salah satu
sumber datanya adalah hasil pengukuran
3. Pengambilan Keputusan adalah tindakan yang diambil oleh seseorang atau lembaga
berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh, atas dasar pengukuran dan penilaian.
Untuk mengukur prestasi belajar diperlukan alat ukur yang disebut Tes. Tes adalah himpunan
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta yang di tes.
1. Prinsip Penilaian
a. Harus valid (sahih) atau hanya mengukur apa yang hendak diukur. Contoh: Tes untuk
pelajaran IPS maka tiap butir soalnya harus mengukur pengetahuan IPS saja.
b. Harus andal (reliable) maksudnya meliputi kecermatan atau ketepatan (precision) dan
keajegan (consistency) dari hasil pengukuran yang dilakukan. Soal–soal dalam tes tidak
boleh terlalu jauh di atas atau di bawah kemampuan siswa dan tingkat kesukaran butir –
butir soal sebaiknya homogen. Tidak boleh terlalu sukar dan terlalu mudah.
c. Objektif, yakni penilaian didasarkan prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai. Maka penilai menggunakan rubric dan skor berupa butir uraian dan
tes praktik atau kinerja sehingga meminimalkan subjektivitas pendidik
d. Adil, yakni penilaian tidak mengutungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi dan gender. Sehingga factor tersebut tidak relevan dan harus
dihindari dalam penilaian
e. Terpadu, penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
f. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
g. Menyeluruh dan Berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai, untuk menilai prestasi peserta didik
33
melainkan harus mecakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan
pembinaan
h. Sistematis, yakni Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Oleh karna itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan prosedur
dan prinsip-prinsip yang ditetapkan
i. Akutanbel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur
maupun hasilnya. Karna mengikuti prinsip dan memiliki dasar objektivitas.
j. Beracuan kretiria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
2. Merancang Alat Evaluasi atau Tes
Dalam menyusun sebuah tes harus memperhatikan :
a. Tujuan tes
Tujuan tes untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnosis tes). Oleh karena itu,
tujuan tes harus dibuat berdasarkan pokok bahasan/sub pokok bahasan yang diajarkan.
b. Penyusunan kisi – kisi tes
Harus dibuat sebelum seseorang membuat atau menyusun tes. Ini merupakan rambu–rambu
ruang lingkup dan isi soal yang akan diujikan. Sebelum membuat kisi–kisi tes terlebih
dahulu harus melihat kurikulum sekolah yang berlaku.
Dari kurikulum itu dapat kita pelajari tentang hal-hal berikut ini :
1. Kompetensi Dasar ( KD )
2. Materi Pokok
3. Hasil Belajar
4. Indikator
5. Setelah indicator materi selanjutnya dibuat indicator soal atau kisi-kisi tes.
Jadi merancang tes, pertama kita perlu mempelajari kurikulum sekolah yang berlaku
mengenai hal-hal berikut :
1. Kompetensi Dasar →Materi Pokok →Hasil Belajar →Indikator
2. Setelah Indikator Materi, dibuat Indikator tes atau tujuan Intruksional Khusus (TIK)
3. Menyusun Alat Evaluasi atau Tes
a. Dalam menyusun soal atau tes pertama-tama harus dibuat indicator tes atau TIK. Langkah-
langkahnya sebagai berikut :
1. Memilih Kompetensi Dasar ( KD )
2. Memilih materi pokok, hasil belajar dan indicator materi
3. Membuat indicator test atau TIK
4. Menulis soal berdasarkan indicator tes yang telah diperbuat.
b. Kriteria Indikator tes yang baik
1. Membuat ciri-ciri dari KD / TIU yang diukur
2. Membuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur
3. Berkaitan erat dengan materi pokok hasil belajar beserta indicator materi
4. Dapat dibuat soal
c. Kriteria penulisan soal
1. Harus sesuai dengan indicator tes
2. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
3. Setiap soal harus mempunyaisatu jawaban yang benar
4. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal-soal sebelumnya.
5. Pilihan jawaban harus homogeny dan logis ditinjau dari segi materi
34
KEGIATAN BELAJAR 2
MERANCANG DAN MENYUSUN ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR IPS ASPEK
KOGNITIF
KEGIATAN BELAJAR 3
MERANCANG DAN MENYUSUN ALAT EVALUASI NILAI DAN SIKAP SOSIAL
A. Pengertian Nilai dan sikap sosial
Nilai dan sikap sosial terjadi apabila ada interaksi sosial antara seseorang dengan orang
lain dengan kelompok lain atau antar kelompok. Untuk dapat terjadinya suatu interaksi sosial
harus ada kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk sebagai berikut :
36
1. Antara Orang Per Orang
Kontak sosial ini terjadi antara orang dengan orang lain, misal seorang siswa yang
memperlajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga, kebiasaan-kebiasaan gurunya dalam
mengajar, kebiasaan teman-temannya dan lain-lain. Dengan mempelajari kebiasaan dalam
keluarga dia akan mengetahui mana kebiasaan yang baik dan mana kebiasaan yang kurang
baik. Demikian juga apabila dia melakukan kontak sosial dengan guru-gurunya dia akan
dapat menilai gurunya masing-masing.
2. Antara Orang per Orang dengan kelompok masyarakat.
Kontak sosial antara orang per orang dengan kelompok masyarakat misalnya seseorang
yang tinggal disuatu daerah atau desa, dia akan dapat mempelajari tindakan yang disenangi
atau tidak disenangi oleh masyarakat. Untuk dapat disenangi oleh masyarakat dia harus
dapat menyesuaikan norma-norma yang berlaku di desa tersebut. Jadi timbul nilai dan sikap
sosial tertentu akibat adanya kontak sosial dan komunikasi dengan masyarakat desa.
3. Antara Kelompok dengan Kelompok
Kontak sosial antar kelompok dengan kelompok lain dapat dicontohkan misalnya
siswa-siswa suatu sekolah mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Maka akan timbul
interaksi sosial antar keduanya. Interkasi sosial ini dapat menguntungkan atau justru
merugikan karena terjadi perbedaannorma anatar kedua sekolah tersebut sehingga tidak
dapat dipungkiri terjadinya perselisihan antar dua kelompok sekolah tersebut.
B. Merancang Alat Evaluasi Nilai dan Sikap Sosial
Sebelum menyusun alat evaluasi, kita hendaknya perlu merencanakannya sehingga alat
evaluasi yang disusun benar-benar baik. Dalam merancang alat evaluasi perlu dipelajari
kurikulum sekolah yang berlaku saat ini, terutama mengenai hal-hal berikut ini :
a. Kompetensi Dasar (KD)
b. Materi Pokok
c. Hasil Belajar
d. Indikator materi
e. Kisi-kisi tes
Materi pelajaran yang ada pada kurikulum sekolah perlu dikembangkan lebih terperinci.
Hal tersebut akan mempermudah dalam menyusun kisi-kisi soal. Setelah materi dijabarkan
kemudian disusun indikator untuk kisi-kisi soal yang akan dibuat.
37
KEGIATAN BELAJAR 4
MERANCANG DAN MENYUSUN ALAT EVALUASI KETERAMPILAN IPS
38
Dalam menyusun alat evaluasi keterampilan IPS dapat diambil dari materi pelajaran
yang telah disajikan pada rancangan evaluasi keterampilan IPS tersebut. Kisi-kisi soal yang
dibuat hendaknya dapat mengungkapkan keterampilan, seperti yang dijelaskan, yaitu
mengamati, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel,
menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan
menginformasikan. Soal yang dibuat dapat berupa pilihan ganda atau uraian sesuai kehendak
guru.
39