KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pembelajaran IPS
Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial yakni Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi, Sejarah,
Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk
tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari.
Menurut Nu'man Soemantri, IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan
mengandung arti :
1. Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari
di Universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir
siswa-siswi sekolah dasar dan lanjutan.
2. Mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial
dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah
dicerna.
Menurut A. Kosasih Djahiri (1979 : 2), IPS merupakan ilmu yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian
diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program
pengajaran pada tingkat persekolahan.
Menurut S. Nasution, IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum
sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai subjek Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan Psikologi
Sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu
sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS disekolah dasar marupakan program pengajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi dimasyarakat, memilki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah
diorganisasikan secara baik.
Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS adalah sebagai berikut:
a. Membekali anak-anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi
menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan komunikasi dengan sesama
warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi
bagian dari kehidupan tersebut.
e. Menbekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa
tujuan IPS adalah :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
b. Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional
dan global.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran IPS disekolah dapat dikelompokkan menjadi
empat komponen yaitu:
a. Memberikan kepada Siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia
dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan
datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk
mencari dan mengolah informasi.
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian /
berperan serta dalam bermasyarakat.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Gambar
Proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam membantu
siswa untuk memahami suatu materi yang diberikan oleh guru dengan menggunakan
media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu alat
bantu yang terkandung pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Arsyad, 2003:4).
Menurut Susilana (2007), Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembelajaran. Melalui media pembelajaran bisa lebih menarik dan
menyenangkan. Menurut Sumiati (2007:159) media pembelajaran mrupakan bagian
integral dalam sistem pembelajaran dan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Beberapa pendapat
pendapat pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran (Schramm, 1997)
b. Sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti buku,
film, video, slide, dan sebagainya (Briggs, 1997)
c. Sarana komunikasi dalam bentu cetak, termasuk teknologi perangkat
kerasnya (NEA, 1969)
Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar
ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam
masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat
dengan lebih jelas.
video tape, disket komputer dan film. Suatu obyek yang telah diambil
gambarnya (direkam) dengan kamera dapat dengan mudah diproduksi kapan
saja diperlukan.
b. Ciri Manipulatif
c. Ukuran Relatif
Gambar dapat membesarkan atau mengecilkan objek/benda
sebenarnya. Hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang
telah dikenal siswa sehingga dapat membantu membayangkan gambar
dan isinya.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002). Hasil belajar terwujud dalam perubahan
tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto (1992) yang menyatakan
bahwa :Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang
sudah diberikan sudah dipahami oleh siswa.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar
merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan
belajar. Hasil belajar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
yang berupa nilai yang didapat dalam bentuk skor setelah diberi tes akhir.
Bloom yang dikutip Sudjana (2002:22-23) menyatakan bahwa hasil belajar
diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:ranah kogitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi. Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk prubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Pada dasarnya mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat
transaksional antara guru dan peserta didik, tujuan tersebut dapat tercapai jika
peserta didik memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan dalam proses belajar
mengajar tersebut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu hasil
yang dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan secara maksimal atau tingkat penguasaan yang
dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tuuan
pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2. Indikator Hasil Belajar
Pada dasarnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap aspek
psikologis, dimana aspek tersebut berangsur berubah seiring dengan pengalaman
dan proses belajar yang dijalani siswa. Akan tetapi tidak dapat semudah itu, karena
terkadang untuk ranah afektif sangat sulit dilihat hasil belajarnya. Hal ini disebabkan
karena hasil belajar itu ada yang bersifat tidak bisa diraba. Maka dari itu, yang dapat
dilakukan oleh guru adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari belajar yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan hasil
dari belajar tersebut, baik dari aspek cipta (kognitif), aspek rasa (afektif), aspek
karsa (psikomotorik).
Salah satu langkah penting yang harus dipahami oleh seorang guru dalam
kaitannya dengan KTSP adalah merumuskan indikator, karena kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas
adalah dengan mengetahui garis-garis indikator. Adapun indikator sangat
berhubungan dengan kompetensi dasar. Kompeteni dasar adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa indikator sendiri adalah perilaku
yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Dalam aturan KTSP
kata-kata yang harus digunakan dalam merumuskan indikator haruslah kata-kata
yang bersifat operasional.
Pada komponen indikator, hal – hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda,
perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik
c. Rumusan indikator menggunakan kerja operasional yang terukur atau dapat
diobservasi.
d. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.
Jadi keberhasilan penelitian tindakan ini dilihat dari hasil pencapaian tes awal,
dan siklus penelitian. Taraf keberhasilan secara individu minimal memperoleh skor
70 dan secara klasikal 85%. Penetapan standar keberhasilan siswa ini berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Negeri Candirejo 03 dengan nilai yang dicapai
siswa minimum 65.