Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Berbagai fenomena sosial di dalam masyarakat dapat dikaitkan

dengan ilmu sosial, karena di dalamnya mempelajari berbagai kegiatan

manusia dalam peranannya sebagai bagian dari masyarakat. Ilmu-ilmu

sosial dapat membantu memecahkan permasalahan individu maupun

kelompok di dalam masyarakat, serta penting digunakan dalam

pembentukan kepribadian bangsa.

Wujud dari implementasi ilmu-ilmu sosial dalam pembentukan

kepribadian bangsa salah satunya dengan pembelajaran di sekolah

melalui mata pelajaran IPS. Trianto (2010: 171) mengemukakan IPS

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang

dirumuskan atas dasar kenyataan dan fenomena sosial dan diwujudkan

dalam suatu pendekataan interdisipliner dari aspek dan cabang ilmu-

ilmu sosial. IPS merupakan pengintegrasian dari berbagai macam

disiplin ilmu sehingga cakupan materi dan pengajarannya luas.

Pengajaran IPS berada pada kurikulum yang manapun, karena bahan

pengetahuan IPS berasal dari gabungan berbagai cabang ilmu sosial


(Numan Somantri, 2001: 74). IPS menekankan pada keterampilan siswa

dalam memecahkan masalah yang dikaji dari berbagai cabang ilmu

sosial.

Menurut Sardiman (2007: 12), pengajaran atau pembelajaran

adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan

sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan

siswa. Jadi pembelajaran merupakan upaya membelajarkan suatu

konsep atau pemahaman dari orang yang paham dan menguasai suatu

konsep tertentu kepada orang yang belum tahu atau kurang paham.

Pembelajaran IPS merupakan upaya membelajarkan materi-

materi yang terkandung dalam mata pelajaran IPS. Dalam pembelajaran

IPS digunakan beragam metode dan media yang digunakan untuk

menunjang penyampaian materi.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS sangat ditentukan oleh usaha mengorganisasikan

dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan

psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan IPS bukan hanya

mengaitkan konsep-konsep yang relevan antara imu-ilmu pendidikan

dan ilmu-ilmu sosial, namun juga menghubungkan dengan masalah-

masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.

Menurut Numan Somantri (2001: 44) menyatakan tujuan

pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah untuk menekankan:


1) tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, negara dan

agama;

2) isi dan metode berfikir ilmuwan;

3) reflective inquiry.

Sifat warga negara yang baik mudah dimunculkan pada siswa

apabila guru dapat mengajarkan cara menempatkan diri terhadap

kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Melalui pembelajaran

IPS, siswa dapat terlatih kemampuannya untuk memecahkan masalah,

sehingga mengikuti cara berfikir yang sistematis. Rasa ingin tahu siswa

menuntun pada pencarian informasi secara mandiri.

Menurut Awan Mutakin (Supardi, 2011: 185) disebutkan bahwa

tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan siswa agar

peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang

terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik

yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Pembelajaran IPS dapat membekali siswa untuk memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan individu, masyarakat,

lingkungan, dan kebangsaan berdasarkan perubahan waktu.

Pembelajaran IPS diperlukan untuk mendewasakan siswa mencapai

keberhasilannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap mental positif

menghadapi perbaikan dan perubahan harus tertanam pada individu.


Pengendalian diri yang baik tersebut memberikan dampak yang baik

dalam pemecahan masalah pada kehidupan masyarakat.

Penyusunan mata pelajaran IPS dilakukan secara sistematis,

komprehensif, dan terpadu menuju keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat. Melalui pendekatan tersebut diharapkan siswa akan

memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang

ilmu yang berkaitan.

c. Pembelajaran IPS di Sekolah

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37,

IPS merupakan mata pelajaran yang terutama diberikan di tingkat

sekolah dan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum

pendidikan dasar dan menengah. Materi yang disampaikan dalam mata

pelajaran IPS menekankan pada fakta-fakta, konsep, dan pengambilan

kesimpulan dari fakta dan konsep yang ada. Mata pelajaran IPS tidak

hanya mencakup aspek kognitif saja, tetapi juga mencakup aspek

afektif, psikomotorik, dan nilai-nilai spiritual.

IPS merupakan mata pelajaran yang sangat dekat dengan siswa,

karena siswa dapat secara langsung belajar di lingkungan

masyarakatnya sendiri. Ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat

langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat

merupakan objek dari mata pelajaran IPS, sehingga pendekatan yang

digunakan untuk mata pelajaran IPS cenderung kontekstual.


Pembelajaran IPS di SMP dilakukan dengan menggunakan

pendekatan terpadu. Depdikbud dalam Supardi (2011: 194) menyatakan

bahwa model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara

individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan

konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran

terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat

menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi

kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.

Menurut Abdul Majid (2014: 59), pendekatan yang diterapkan

pada pengajaran IPS ini harus pendekatan multidimensional ataupun

interdisipliner. Suatu pokok bahasan IPS dibahas dan diungkapkan dari

berbagai aspeknya secara terpadu, bukan ditelaah dari satu aspek sosial

secara terlepas terhadap aspek sosial lainnya.

Materi kajian IPS merupakan perpaduan atau integrasi dari

berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora sehingga akan lebih

bermakna dan kontekstual apabila materi IPS didesain secara terpadu.

Materi IPS adalah materi-materi yang otentik, seperti masalah-masalah

sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global (Supardi,

2011: 182). Di dalam menyampaikan materi, guru juga harus

memperhatikan cara pengajarannya agar siswa dapat memahami materi

dengan baik.
Mata pelajaran IPS di SMP/Mts memiliki beberapa

karakteristik, seperti yang disampaikan oleh Trianto (2010: 174)

sebagai berikut:

“1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,


ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama; 2) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik
(tema) tertentu; 3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidisipliner; dan 4) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses
dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan.”
Mata pelajaran IPS memiliki karakteristik yang berbeda dengan

disiplin ilmu lain. IPS menekankan pada proses pemecahan masalah

mulai dari yang bersifat sederhana hingga kompleks. Pengajaran IPS

menggunakan pendekatan interdisipliner ataupun multidisipliner yang

menekankan pada pengintegrasian disiplin-disiplin ilmu. Karakteristik

pendekatan interdisipliner dan multidisipliner tersebut menyebabkan

luasnya materi pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan karakteristik pendekatan IPS tersebut, materi

pembelajaran IPS sangat relevan apabila diajarkan menggunakan media

visual Kirigami Pop Up. Hal ini dikarenakan, melalui media visual

Kirigami Pop Up dapat mengatasi penguasaan materi siswa yang hanya

dengan cara menghafal. Menurut Arief S. Sardiman (2011: 28), simbol-


simbol komunikasi visual dapat menarik perhatian, memperjelas sajian

ide, dan mengilustrasikan fakta yang kemungkinan cepat dilupakan jika

tidak digrafiskan atau divisualkan.

Salah satu materi kajian IPS adalah materi Potensi dan Sebaran

Sumber Daya Alam Indonesia. Pada penelitian pengembangan ini,

materi yang akan dikembangkan pada media visual Kirigami Pop Up

untuk pembelajaran IPS kelas VII adalah materi Potensi dan Sebaran

Sumber Daya Alam Indonesia yang di dalamnya mencakup KD.1.1,

2.1, 2.2, 3.1, 3.2, 4.1, dan 4.2. Dalam KD 1.1 relevan dengan materi

karena melalui pengajaran dalam materi ini dapat menumbuhkan sikap

menghargai karunia Tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan

waktu dengan segala perubahannya, atau dalam hal ini mensyukuri

karunia Tuhan atas kekayaan sumber daya alam di Indonesia yang

melimpah. KD 2.1 dan KD 2.2 relevan dengan materi karena siswa

dapat menunjukkan perilaku rasa ingin tahu bagaimana sebaiknya

memanfaatkan potensi sumber daya alam Indonesia, menghargai dan

bertanggung jawab terhadap alam sehingga keseimbangan alam dapat

terjaga, serta menunjukkan kepedulian manusia terhadap lingkungan

alam. Pada KD 3.1 dan KD 3.2 relevan dengan materi karena dapat

mempelajari fenomena dan kejadian yang tampak mata, kaitannya

dengan sumber daya alam Indonesia yang dapat ditemui di mana saja

atau adanya keterkaitan antarruang. Dalam keterkaitannya antarwaktu

dapat dijelaskan dengan perbedaan pemanfaatan sumber daya alam


Indonesia pada masa pra aksara, Hindu-Budha, Islam, dan kehidupan

modern saat ini. Selain itu juga dapat mempelajari interaksi manusia

dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Adanya

berbagai macam sumber daya alam di Indonesia, menimbulkan pula

berbagai macam pekerjaan yang ada di Indonesia, seperti kegiatan

ekstraktif, agraris, perdagangan, industri, dan jasa. KD 4.1 dan KD 4.2

relevan dengan materi dikarenakan mencakup hal yang lebih mendalam

dari KD 3. Dalam KD 4 ini tidak hanya kemampuan memahami

pengetahuan saja, tetapi juga kemampuan mengolah dan menyajikan

informasi. Hal ini sesuai dengan media visual Kirigami Pop Up dengan

materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia yang di

dalamnya terdapat gambar dan pertanyaan sebagai bahan diskusi yang

nantinya akan ada timbal balik antara guru dan siswa ketika

menggunakan media visual Kirigami Pop Up tersebut.

Berkaitan dengan KI-KD tersebut, materi yang digunakan dalam

media ini adalah Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia.

Materi tersebut sangat cocok apabila ditampilkan dalam media visual

Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya

Alam Indonesia, karena selain keterkaitan dengan tujuan istruksional

KI-KD yang telah dijelaskan di atas, sumber daya alam yang melimpah

dalam kehidupan manusia dapat dihadirkan dalam media, sehingga

siswa dapat langsung mengamati dan mengeksplorasi lebih lanjut teks

dan gambar yang berkaitan dengan materi. Pada materi ini, banyak
berbicara mengenai struktur alam yang sifatnya 3D. Oleh karenanya,

bentang alam yang sifatnya 3D dapat divisualkan melalui konstruksi

pop up yang ada pada media ini sehingga membentuk gambaran

sebenarnya mengenai hal tersebut. Gambar-gambar tersebut dapat

dimunculkan melalui pop up yang tampilannya dapat menarik perhatian

siswa. Selain itu, melalui eksplorasi gambar dan teks dapat membantu

menghubungkan materi yang disampaikan dengan pengalaman siswa

sehingga pengetahuan siswa dapat mengendap lebih lama.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Medŏë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 2011: 6). Media pembelajaran

dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengantarkan informasi atau

pesan pembelajaran untuk mempermudah proses belajar siswa. Hal ini

dikarenakan media pembelajaran adalah perantara yang membawa

pesan atau informasi dan memiliki tujuan instruksional atau

mengandung maksud-maksud tertentu. Melalui media pembelajaran,

siswa diharapkan dapat menguasai materi pembelajaran lebih baik.

Menurut Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto (2011: 8), media

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar


dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan

sempurna. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi

dapat mengatasi sikap pasif siswa yang dapat meningkatkan

pemahaman pengetahuan dan berdampak pada naiknya hasil belajar

siswa. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu dalam

efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran.

b. Macam-Macam Media Pembelajaran

Jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar

dikelompokkan menjadi 3, yaitu media grafis, media audio, dan media

proyeksi diam (Arief S. Sadiman, 2011: 28). Media grafis termasuk

dalam media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari

sumber ke penerima pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi visual. Media audio berkaitan dengan indera pendengaran,

pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang

auditif, baik verbal maupun nonverbal. Media proyeksi diam

menyajikan rangsangan-rangsangan visual yang banyak menggunakan

bahan-bahan grafis, namun terdapat pula media proyeksi diam yang

disertai dengan rekaman audio.

Terdapat berbagai macam media yang digunakan. Contoh media

audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, dan laboratorium

bahasa. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai,
film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang

(Opaque Projector), mikrofis, film, film gelang, televisi, video, serta

permainan dan simulasi. Contoh-contoh media grafis antara lain gambar

atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun, poster, peta

dan globe, papan flanel atau flannel board, serta papan buletin atau

bulletin board (Arief S. Sadiman, 2011: 29).

Menurut Leshin (Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, 2011:

84) klasifikasi media pembelajaran meliputi: 1) media berbasis

manusia; 2) media berbasis cetakan; 3) media berbasis visual; 4) media

berbasis audio visual; dan 5) media berbasis komputer. Berdasarkan

klasifikasi di atas, media visual Kirigami Pop Up termasuk pada

klasifikasi yang ketiga, yaitu media berbasis visual karena media visual

Kirigami Pop Up merupakan media pembelajaran yang melibatkan

simbol-simbol komunikasi visual. Kirigami adalah variasi dari origami

dengan membuat potongan kecil dalam kertas. Dari sinilah para

seniman dapat meningkatkan tampilan visual karya seni dengan biaya

sederhana (Mitarwan, 2011: 6). Jadi media visual Kirigami Pop Up

termasuk ke dalam media visual yang pembuatannya melalui proses

desain dengan memperhatikan harmonisasi antar unsur visual meliputi

warna, garis, bentuk, background, gambar, teks, dan sebagainya.

Setelah itu media visual Kirigami Pop Up dapat digunakan dalam

pembelajaran.
c. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kemp & Dayton (Azhar Arsyad, 2009: 19), media harus

memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk

perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar

jumlahnya, yaitu: 1) memotivasi minat atau tindakan, 2) menyajikan

informasi, dan 3) memberi instruksi. Dampak positif dari penggunaan

media di atas, yang relevan dengan media visual Kirigami Pop Up

adalah: 1) memotivasi minat atau tindakan, karena dengan melihat

tampilan media visual Kirigami Pop Up yang unik dan menarik dapat

menumbuhkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan rasa ingin tahu,

meningkatkan kepekaan sosial, merangsang berpikir runtut,

meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan meningkatkan minat

baca siswa; 2) menyajikan informasi, karena melalui media visual

Kirigami Pop Up dapat memudahkan dalam mempelajari materi yang

didukung oleh sajian gambar dan teks penjelas; 3) memberi instruksi,

karena siswa, guru, dan media merupakan satu kesatuan dalam

pembelajaran sehingga guru melalui media dapat memberikan instruksi

kepada siswa untuk aktif menggali informasi yang ada pada media.

Berdasarkan dampak positif di atas, menggambarkan bahwa media

visual Kirigami Pop Up tepat untuk dikembangkan dan digunakan

dalam pembelajaran.

Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung

antara siswa dengan lingkungannya. Media pembelajaran harus dapat


memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi

kebutuhan perorangan siswa, sehingga siswa dapat belajar dalam

suasana hati yang riang. Menurut Encyclopedia of Educational

Research (Oemar Hamalik, 2001: 27), nilai atau manfaat media

pendidikan adalah:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir.

2) Memperbesar perhatian para siswa.

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinou, hal ini terutama

terdapat dalam gambar hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu

perkembangan kemampuan berbahasa.

7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh

dengan cara lain, membantu berkembangnya efisiensi yang lebih

mendalam, serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

8) Media pembelajaran mempunyai manfaat yang besar jika guru

mampu memilih media pembelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan karakteristik siswa.


Media pembelajaran mempunyai manfaat yang besar dalam

pendidikan. Melalui media pembelajaran diharapkan pembelajaran

dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan.

d. Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehubungan dengan penggunaan

media dalam kegiatan pembelajaran, para tenaga pengajar ataupun guru

perlu cermat dalam pemilihan dan penetapan media yang akan

digunakan. Kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan media akan

menunjang efektivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Selain

itu, kegiatan pembelajaran menjadi menarik sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar, dan perhatian siswa menjadi terpusat

pada topik yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran.

Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik

dalam memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad

Rivai (2010: 4), yakni: 1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran; 2)

dukungan terhadap isi bahan pelajaran; 3) kemudahan memperoleh

media; 4) keterampilan guru dalam menggunakannya; 5) tersedia waktu

untuk menggunakannya; dan 6) sesuai dengan taraf berfikir anak.

Berkaitan dengan pemilihan media ini, Azhar Arsyad (2009: 75)

menyatakan bahwa kriteria dalam memilih media yaitu: 1) sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi


pelajaran; 3) praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil

menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; dan 6) mutu teknis.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pada

prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dan saling

melengkapi. Berikut ini penjelasan dari pendapat di atas: 1) media

dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan dan

secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau

tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik; 2) media yang digunakan

dapat menyampaikan materi dengan baik yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi; 3) media yang akan dipilih hendaknya

praktis, luwes, dan tahan, sehingga dapat digunakan di manapun dan

kapanpun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah

dipindahkan dan dibawa kemana-mana; 4) media yang dipilih

sebaiknya mudah digunakan, sehingga guru dapat mengoperasionalkan

media dengan baik sehingga nilai dan manfaat media dapat tercapai; 5)

pemilihan media juga harus memperhatikan sasarannya, karena terdapat

media yang tepat untuk kelompok besar, kelompok sedang, maupun

kelompok perorangan; 6) media harus memenuhi persyaratan teknis

tertentu sehingga informasi atau pesan yang ditonjolkan dapat

tersampaikan.

Pemilihan media yang tepat akan mempermudah siswa untuk

belajar, sehingga media dapat menjadi perantara yang tepat dalam

mempelajari suatu materi. Alasan pemilihan media visual Kirigami Pop


Up yang akan dikembangkan juga mengacu pada hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pemilihan media di atas.

3. Media Visual Kirigami Pop Up untuk Pembelajaran IPS

a. Pengertian Media Visual Kirigami Pop Up

Kirigami merupakan kesenian dari Jepang dengan menggunakan

media kertas. Alat dan bahan yang digunakan adalah gunting, cutter,

lem dan kertas warna. Kirigami hampir sama dengan origami,

perbedaannya terletak pada proses pengerjaan. Dalam membuat

origami, hanya memerlukan kegiatan melipat kertas, sedangkan untuk

membuat kirigami harus menggabungkan dua kegiatan yaitu melipat

dan memotong kertas. Pendapat Hinders (2010: 1) mengenai Kirigami

adalah sebagai berikut:

“Kirigami is the Japanese art of cutting paper, named from the


words "kiru" (to cut) and "kami" (paper). Symmetry is a very
important concept in Kirigami. Snowflakes, pentagrams, and
flowers are all examples of Kirigami projects in which cuts are
made to enhance the symmetry of the design”.

Kirigami mulai popular di Indonesia sejak tahun 1990-an dan

digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa karena membuatnya

mudah dan bentuknya unik. Kirigami dapat dikreasikan menjadi

pernak-pernik dua dimensi dan tiga dimensi. Kirigami sangat disenangi

karena menarik perhatian.

Menurut Hinders (2010: 2), kirigami pertama kali digunakan di

Jepang sebagai cara untuk berinteraksi dengan Tuhan. Pada abad ke-17
kirigami sudah mulai dianggap sebagai kesenian murni dalam

kebudayaan Asia. Di Amerika Serikat, kirigami belum cukup terkenal

hingga tahun 1960an-1970an. Buku kirigami yang berjudul “The

Creative Art of Papercutting” karangan Florence Temko tahun 1962

merupakan buku pertama untuk memperkenalkan kesenian kertas Asia.

Satu hal yang menarik pada perkembangan kirigami yaitu bahwa

masyarakat dapat melakukan kombinasi teknik kirigami dengan

berbagai macam tradisi dan kebudayaan. Bunraku atau teater boneka

yang berasal dari Jepang, kadang-kadang menggunakan teknik kirigami

untuk membuat boneka teater sehingga menjadi bagian yang dapat

digerakkan. Scherenschnitte, seni menggunting kertas yang berasal dari

Jerman dengan menggabungkan teknik kirigami sehingga dapat

menghasilkan siluet.

Kirigami sudah mulai masuk ke dalam pembelajaran di sekolah-

sekolah pada beberapa negara (Hinders, 2010: 3). Dalam pembelajaran

di Sekolah Dasar, kirigami dapat membantu mengajarkan tentang

kebudayaan Jepang yang didalamnya dapat pula mengembangkan

keterampilan menggunting, membentuk gerakan yang indah,

ketrampilan visual, dan kemampuan merencanakan.

Ada beberapa macam kirigami dalam proses pembuatannya

(Olvista, 2011: 1), yaitu:


1) Kirigami Dua Dimensi

Bentuk dasar dari kirigami adalah hiasan bulat melingkar dua

dimensi. Hiasan bulat melingkar diperoleh dengan potongan simetri

lipat. Bagi pemula biasanya diajarkan cara memotong 4 lipatan, 6

lipatan atau 8 lipatan. Untuk membuat potongan 4 lipatan, kertas

dilipat 2 secara simetris, lalu dilipat 2 secara simetris sekali lagi.

Untuk membuat potongan 6 lipatan, kertas dilipat 2 secara simetris,

lalu dilipat 3 dengan sudut lipatan yang sama. Bagi yang sudah

mahir dengan bentuk hiasan bulat melingkar, dapat ditingkatkan

dengan bentuk melingkar persegi.

2) Kirigami Tiga Dimensi

Kirigami tiga dimensi adalah pengembangan dari seni lipat-

potong kertas untuk menghasilkan hiasan tiga dimensi. Membuat

kirigami tiga dimensi tentu saja lebih sulit daripada kirigami tiga

dimensi karena setelah kertas dilipat dan dipotong, kertas dibentuk

tiga dimensi untuk menghasilkan objek tertentu. Contoh bentuk

kirigami tiga dimensi yang populer adalah bentuk lampion.

3) Kirigami Pop Up

Pop Up artinya muncul. Kartu ucapan Pop Up adalah kartu

ucapan yang jika dibuka dengan sudut tertentu akan memunculkan

sebuah bentuk tampilan. Kartu ucapan Pop Up yang banyak dijual di

toko buku umumnya menampilkan gambar atau tulisan. Dalam

membuat kartu ucapan dapat memasukkan seni kirigami di


dalpamnya. Kartu ucapan Kirigami Pop Up mempunyai ciri ornamen

yang lebih rumit daripada kartu Pop Up gambar.

4) Arsitektur Origami

Meskipun namanya arsitektur origami, seni kertas ini termasuk

dalam kirigami karena melibatkan seni potong kertas. Pada

umumnya arsitektur origami dibentuk pada wadah kertas yang

terlipat 90o. Arsitektur origami melibatkan lebih banyak seni

melipat. Kertas yang digunakan biasanya kertas yang lebih tebal dan

kaku.

Walaupun saat ini kirigami tidak sepopuler origami, namun

kirigami telah memberikan inspirasi dan manfaat untuk beberapa hal

berikut:

1) Mendesain kartu ucapan.

2) Menghias halaman scrapbook.

3) Mendekor rumah.

4) Membuat bungkusan hadiah.

Pada awal perkembangan kirigami, kertas adalah barang mahal

sehingga kesenian kertas sangat dibatasi. Namun saat ini, setiap orang

menyukai hal tersebut dan dijadikan sebagai hobi.

b. Ciri-Ciri Media Visual Kirigami Pop Up

Media visual Kirigami Pop Up termasuk ke dalam media grafis

atau media visual, karena pembuatannya melalui proses desain dengan


memperhatikan harmonisasi antar unsur visual yang meliputi warna,

garis, bentuk, background, gambar, teks, dan sebagainya. Jadi untuk

ciri-ciri media visual Kirigami Pop Up relevan dengan ciri-ciri media

pembelajaran berbasis visual. Menurut Dina Indriana (2011: 61), ciri-

ciri media grafis atau media visual yaitu: 1) terdapat fakta, ide, dan

gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan berbagai simbol

atau gambar; 2) mengutamakan indra penglihatan dengan menuangkan

pesan simbol komunikasi visual dan dan simbol pesan yang perlu

dipahami.

Media visual Kirigami Pop Up memuat gambar-gambar yang

sesuai dengan isi materi, dan gambar tersebut diposisikan sebagai

background maupun konstruksi pop up disertai penjelasan materi

disekitar gambar. Dari hasil penelitian Seth Spaulding (Nana Sudjana

& Ahmad Rivai, 2010: 12) tentang bagaimana siswa belajar melalui

gambar-gambar, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat


menarik minat belajar siswa secara efektif.
2) Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat
ditafsirkan berdasarkan pengalaman di masa lalu, melalui
penafsiran kata-kata.
3) Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran
terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks
yang menyertainya.
4) Dalam booklet umumnya anak-anak lebih menyukai setengah
atau satu halaman penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk
yang jelas.
5) Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata,
agar minat para siswa menjadi efektif.
6) Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa
sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat, dan
bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus
dipusatkan dibagian sebelah kiri atas medan gambar.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media visual

Kirigami Pop Up memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) merupakan

media pembelajaran yang memuat fakta, ide, dan gagasan melalui kata-

kata, kalimat, angka-angka, dan berbagai simbol atau gambar; 2)

mengutamakan indra penglihatan dengan menuangkan pesan simbol

komunikasi visual dan dan simbol pesan yang perlu dipahami; 3)

mudah dalam penggunaannya karena tidak harus memiliki ketrampilan

khusus atau perangkat lain yang sulit ditemukan; 4) media

pembelajaran ini mudah dibawa kemana-mana dan mudah dalam

penyimpanan. Ciri-ciri tersebut menggambarkan bahwa media visual

Kirigami Pop Up tepat untuk dijadikan media dalam pembelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Visual Kirigami Pop Up

Media visual Kirigami Pop Up, sebagai bagian media

pembelajaran berbasis visual memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan dan kelemahan media visual Kirigami Pop Up sama dengan

kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh media pembelajaran

berbasis visual. Kelebihan media pembelajaran menurut Dina Indriana

(2011: 63) adalah mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa

terhadap pesan yang disajikan; dapat dilengkapi dengan warna-warna

sehingga lebih menarik perhatian siswa; dan proses pembuatannya yang

lebih cepat dan berbiaya murah.


Kelebihan media gambar foto menurut Arief S. Sardiman (2011:

29) yaitu: 1) bersifat konkret dan realistis menunjukkan pokok masalah;

2) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; 3) mengatasi keterbatasan

pengamatan; 4) memperjelas suatu sajian masalah; 5) murah, mudah

didapatkan, dan penggunaannya mudah. Menurut Dzuanda (2009: 1),

kelebihan Kirigami Pop Up adalah: 1) memberikan visualisasi cerita

yang lebih menarik karena tampilannya memiliki dimensi, gambar

dapat bergerak, bagian yang berubah bentuk, memiliki tekstur seperti

benda asli, bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi; 2)

dapat memberikan kejutan-kejutan ketika halamannya dibuka; 3)

memancing antusias dalam membaca; 4) memperkuat kesan yang ingin

disampaikan.

Berdasarkan pemaparan pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa media visual Kirigami Pop Up memiliki kelebihan-kelebihan:

mempermudah pemahaman siswa melalui gambar-gambar yang tersaji;

menarik perhatian siswa karena terdapat warna-warna dan konstruksi

pop up; dapat memvisualisasikan fakta-fakta yang abstrak; mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu; memperjelas sajian materi; mengatasi

keterbatasan pengamatan; tidak mengharuskan sekolah, guru, maupun

siswa memiliki fasilitas tenologi yang lengkap; mudah dibawa dan

disimpan; memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik karena

tampilannya memiliki dimensi, gambar dapat bergerak, bagian yang

berubah bentuk; dapat memberikan memancing rasa ingin tahu siswa;


memotivasi belajar siswa; meningkatkan kepekaan sosial dan berpikir

kritis siswa karena di dalamnya terdapat masalah yang dikaji;

merangsang berpikir runtut karena materi yang tersaji urut; memancing

antusias dalam membaca; dan memperkuat kesan yang ingin

disampaikan.

Di sisi lain, selain media visual Kirigami Pop Up memiliki

kelebihan-kelebihan di atas, media visual Kirigami Pop Up juga

memiliki kelemahan-kelemahan. Menurut Dina Indriana (2011: 65)

kelemahan-kelemahan media grafis atau media visual meliputi:

membutuhkan keterampilan khsusus dalam pembuatannya; dan

penyajian pesannya berupa unsur visual saja. Menurut Dzuanda (2009:

2), kelemahan Kirigami Pop Up adalah: 1) memiliki mekanik yang

membuat pop up dapat bergerak; 2) waktu pengerjaannya cenderung

lama; 3) menuntut ketelitian; 4) biaya yang dikeluarkan lebih mahal

dibandingkan dengan buku pada umumnya.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang dituliskan di atas, dapat

disimpulkan bahwa kelemahan media di atas juga merupakan

kelemahan dari media visual Kirigami Pop Up. Hal ini mengingat

media visual Kirigami Pop Up merupakan bagian dari media

pembelajaran berbasis visual. Dalam membuat media pembelajaran ini,

membutuhkan kesabaran dan kejelian karena pembuatannya

membutuhkan keterampilan khusus, sehingga membutuhkan waktu

pengerjaan yang lama. Hasilnya juga terbatas berupa tulisan atau


gambar sehingga tidak mampu menampilkan suatu fenomena atau

kejadian yang sifatnya gerak. Resiko kerusakan media visual Kirigami

Pop Up juga tinggi setelah pemakaian yang berulang kali. Biaya yang

dikeluarkan lebih mahal dibandingkan dengan buku pada umumnya.

d. Evaluasi Media Visual Kirigami Pop Up

Dalam mengembangkan suatu media pembelajaran, perlu

memperhatikan evaluasi media pembelajaran. Tujuan evaluasi media

pembelajaran menurut Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011:

141) meliputi: (1) menentukan efektivitas media pembelajaran yang

digunakan; (2) menentukan perbaikan atau peningkatan media

pembelajaran yang digunakan; (3) menetapkan cost-effective media

yang digunakan; (4) memilih media pembelajaran yang sesuai untuk

dipergunakan dalam proses belajar; (5) menentukan ketepatan isi

pelajaran yang disajikan dengan media tersebut; (6) menilai

kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran; (7)

mengetahui bahwa media pembelajaran tersebut benar-benar memberi

sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan; dan (8)

mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran.

Kriteria evaluasi media pembelajaran sangat penting diketahui

untuk mengetahui kualitas media pembelajaran yang dikembangkan.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 20) dalam merancang

media visual harus memperhatikan beberapa hal, yaitu kesederhanaan,


keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang,

dan warna.

Penjelasan dari pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai di atas

adalah sebagai berikut: 1) kesederhanaan dalam tata letak media

pembelajaran tampak pada gambar yang cukup besar dan jelas rincian

pokoknya, lambang-lambang gambarnya harus diberi garis yang cukup

tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tidak perlu hiasan-hiasan

yang membingungkan pengamat, memakai kata-kata dengan huruf

sederhana, kalimat ringkas dan mudah dipahami; 2) keterpaduan,

terdapat hubungan erat antara berbagai unsur visual sehingga secara

keseluruhan berfungsi padu, tidak ada unsur yang tumpang tindih; 3)

penekanan, diperlukan pada satu unsur saja yang disebut titik perhatian

dan minat; 4) keseimbangan, mencakup keseimbangan formal yang

membagi dua bagian sama sebangun dan keseimbangan informal yang

unsur visualnya ditata seimbang tetapi tidak simetris; 5) garis yang

berfungsi menghubungkan berbagai unsur bersama-sama dan

mengarahkan pengamat mempelajari unsur visual dalam urutan

khsusus; 6) bentuk yang dirancang dengan tidak lazim sehingga mampu

menarik minat siswa secara efektif; 7) ruang yang dirancang dengan

menghindari unsur berdesak-desakan namun juga tidak ada ruang

kosong di dalamnya; 8) tekstur yang menggambarkan kasar halusnya

permukaan, dapat dilakukan dengan memberikan penekanan warna,

pemisahan, serta menambah kesan keterpaduan; 9) warna yang dipilih


dengan memperhatikan kesan pemisahan dan keterpaduan unsur-unsur

visual.

Di samping harus memperhatikan penyusunan unsur-unsur visual

dalam media pembelajaran, materi yang berkaitan dengan substansi isi

pelajaran harus disusun dengan memperhatikan kriteria-kriteria tertentu.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33), materi perlu

disusun dengan memperhatikan kriteria sahih atau valid, tingkat

kepentingan, kebermanfaatan, learnability, dan menarik minat.

Penjelasan mengenai pendapat Rudi Susilana dan Cepi Riyana di

atas yaitu: 1) sahih atau valid, artinya materi yang dituangkan dalam

media pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan keaktualan

materi sehingga tidak ketinggalan jaman; 2) tingkat kepentingan materi

untuk dipelajari agar materi yang diberikan kepada siswa benar-benar

yang dibutuhkannya; 3) kebermanfaatan secara akademis

(meningkatkan kemampuan siswa) dan non akademis (menjadi bekal

berupa pengetahuan aplikatif, keterampilan dan sikap yang

dibutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari); 4) learnability, media

harus dimungkinkan untuk dipelajari baik dari aspek tingkat

kesulitannya dan media tersebut layak digunakan sesuai dengan

kebutuhan setempat; 5) menarik minat sehingga dapat memotivasi

siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Dari pemaparan pendapat menurut Nana Sudjana dan Ahmad

Rivai, serta Rudi Susilana dan Cepi Riyana, evaluasi media visual
Kirigami Pop Up, menggunakan acuan evaluasi di atas yang

disesuaikan dengan kebutuhan untuk membuat kisi-kisi. Kisi-kisi

instrumen dijadikan pedoman dalam mengembangkan angket untuk

validasi media oleh ahli materi, validasi media oleh ahli media, uji

penggunaan media oleh guru, dan uji penggunaan media oleh siswa.

Dalam penelitian ini, kisi-kisi instrumen untuk validasi ahli

materi memperhatikan penyusunan media visual yang baik menurut

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33) yang meliputi aspek sahih

atau valid, tingkat kepentingan, kebermanfaatan, learnability, dan

menarik minat. Aspek-aspek tersebut dijabarkan menjadi beberapa

indikator sesuai dengan penjelasan di atas. Pada aspek sahih atau valid,

indikatornya dijabarkan ke dalam kebenaran isi materi, keaktualan

materi, serta sistematis dan logis. Pada aspek tingkat kepentingan,

indikatornya dijabarkan menjadi kesesuaian perumusan masalah. Pada

aspek kebermanfaatan, indikatornya dijabarkan ke dalam

kebermanfaatan akademis dan kebermanfaatan non akademis. Pada

aspek learnability, indikatornya dijabarkan menjadi kemungkinan

dipelajari. Pada aspek menarik minat, indikatornya terdiri dari minat

belajar dan memotivasi. Setelah kesemua aspek dijabarkan ke dalam

indikator, kemudian dibuat butir pernyataan angket yang digunakan

untuk validator dan uji penggunaan media.

Kisi-kisi instrumen untuk validasi ahli media memperhatikan

penyusunan unsur-unsur visual dalam media pembelajaran yang baik


menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 20) yang meliputi

aspek kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis,

bentuk, tekstur, ruang, dan warna. Aspek-aspek tersebut dijabarkan

menjadi beberapa indikator sesuai dengan penjelasan di atas. Pada

aspek kesederhanaan, indikatornya terdiri dari tata letak dan bahasa.

Pada aspek keterpaduan, indikatornya menjadi keterpaduan antar unsur

visual. Pada aspek penekanan terdapat indikator penekanan pada unsur

visual. Aspek keseimbangan yaitu keseimbangan unsur visual. Pada

aspek garis dan bentuk yaitu visual garis dan visual bentuk. Aspek

ruang dan aspek tekstur meliputi ruang dalam desain dan tekstur dalam

desain. Pada aspek warna yaitu pewarnaan.

e. Media Visual Kirigami Pop Up untuk Pembelajaran IPS

Perkembangan arus globalisasi berdampak bagi pendidikan di

Indonesia. Inovasi-inovasi media pembelajaran dalam pendidikan

terinspirasi dari berbagai hal, termasuk adaptasi dari kebudayaan-

kebudayaan di luar negeri. Media visual Kirigami Pop Up merupakan

salah satu inovasi yang dihadirkan untuk mempermudah pemahaman

siswa dalam pembelajaran IPS, terutama bahwa IPS adalah mata

pelajaran yang mengintegrasikan dengan berbagai disiplin ilmu

sehingga cakupan materinya luas.

Para seniman menggunakan kirigami agar dapat meningkatkan

tampilan visual karya seni dengan biaya sederhana (Mitarwan, 2011: 6).
Sederhana artinya berada di pertengahan, tidak tinggi dan tidak rendah,

sesuai dengan kualitas yang dihasilkan. Media visual Kirigami Pop Up

dapat menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa karena media

visual Kirigami Pop Up belum banyak digunakan dalam pembelajaran.

Siswa akan melihatnya sebagai hal baru sehingga memunculkan rasa

ingin tahu untuk melihat materi dan mempelajarinya.

Pembelajaran IPS harus dilakukan sesuai dengan kondisi

lingkungan siswa sehingga lebih mudah dipahami. Objek-objek yang

sangat besar, sangat kecil, dan berbahaya dapat dihadirkan di dalam

kelas melalui media pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik media

visual Kirigami Pop Up yang memaksimalkan keterampilan melipat,

memotong, dan menggunting kertas, maka objek-objek tertentu dapat

dimunculkan melalui media visual Kirigami Pop Up. Selain itu, proses

belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan menyenangkan bagi siswa,

karena siswa dituntut untuk mengamati objek-objek yang ada pada

media visual Kirigami Pop Up.

Materi dalam pembelajaran IPS yang luas dapat disampaikan

menggunakan media visual Kirigami Pop Up. Dalam penelitian ini,

materi yang akan dikembangkan untuk media visual Kirigami Pop Up

adalah Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia.


4. Pengembangan Media Visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia untuk Pembelajaran IPS

di SMP Kelas VII

a. Pengembangan Media Visual Kirigami Pop Up

Sebelum mengembangkan media visual Kirigami Pop Up, perlu

diperhatikan aturan-aturan pokok untuk mengembangkan media

pembelajaran. Dalam mengembangkan media visual Kirigami Pop Up,

mengacu pada aturan pokok pembuatan media berbasis visual. Hal ini

dikarenakan dalam media visual Kirigami Pop Up melibatkan unsur-

unsur visual.

Menurut Azhar Arsyad (2009: 106), visualisasi pesan, informasi,

atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa, dapat dikembangkan

dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar atau ilustrasi, sketsa atau

gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau

lebih. Melalui berbagai macam bentuk tersebut, keberhasilan

penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan

efektivitas bahan-bahan visual.

Pengaturan unsur-unsur gambar didasarkan pada prinsip

pengembangan berkaitan dengan persepsi dan desain seni agar gambar

dapat dikenal jelas, dimengerti dengan mudah, dan membawa perasaan

tertentu. Dalam Azhar Arsyad (2009: 132), Kemp & Dayton

mengatakan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah:


1) Kebanyakan materi visual secara normal memiliki format horizontal

dan tidak mencampurkan format horizontal dengan format vertikal.

2) Usahakan agar gambar hanya memfokuskan pada satu objek utama.

3) Perlu memasukkan beberapa objek yang lazim bagi siswa.

4) Menjaga latar belakang agar tetap sederhana.

5) Memasukkan beberapa latar depan untuk menciptakan kesan

kedalaman.

6) Sebaiknya gambar bersifat dinamis dengan meragamkan posisi atau

sudut pengambilan gambar.

7) Jika menggambarkan aksi, usahakan agar ada ruang yang memadai

di depan atau di daerah arah aksi.

8) Gunakan akal sehat dalam menentukan komposisi gambar.

Dalam membuat media visual Kirigami Pop Up, selain

memperhatikan aturan-aturannya, juga penting untuk memperhatikan

patokan dalam pembuatan media pembelajaran. Aturan-aturan tersebut

dapat dilihat pada evaluasi media visual Kirigami Pop Up untuk

menilai kelayakan media tersebut.

b. Materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia

Menurut Iwan Setiawan (2006: 1), sumber daya alam diartikan

sebagai semua bahan yang ditemukan manusia di alam yang dapat

dipakai untuk kepentingan hidupnya. SDA mampu memenuhi

kebutuhan manusia, sehingga manusia harus bijak dalam


memanfaatkannya. Rasa syukur atas melimpahnya SDA yang ada di

Indonesia harus selalu tertanam agar timbul kepedulian terhadap

lingkungan alam.

Solihin dan Sudirja dalam Anneke Bastian (2012: 2) mengatakan

bahwa SDA berdasarkan proses pemulihannya, dibedakan menjadi 3

klasifikasi:

1) Sumber daya alam yang tidak dapat habis (inexhaustible

naturalresources), contoh: udara, energi matahari, dan air hujan.

2) Sumber daya alam yang dapat diganti atau diperbaharui dan

dipelihara (renewable resources), contoh: air di danau/sungai,

kualitas tanah, hutan, dan margasatwa.

3) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non

renewableresources), contoh: batubara, minyak dan gas bumi, dan

logam.

Hewan dan tumbuhan sebagai SDA yang dapat diperbaharui

dapat habis dan terancam punah apabila tidak dijaga. Oleh karena itu,

manusia harus melindungi hewan dan tumbuhan tersebut dari perburuan

liar dan kepunahan.

SDA berdasarkan materinya dibedakan menjadi:

1) SDA organik atau hayati yang materi atau bahannya berupa jasad

hidup, yaitu tumbuhan dan hewan. Kegiatan yang berhubungan

dengan SDA organik terdiri dari kehutanan, pertanian, peternakan,

dan perikanan.
2) SDA anorganik atau nonhayati yang bahannya berupa benda mati,

dapat berupa benda padat, cair, dan gas. Kegiatan yang berhubungan

dengan SDA anorganik (nonhayati) adalah pertambangan.

Menurut Iwan Setiawan (2006: 3), SDA berdasarkan habitatnya

dibedakan menjadi:

1) SDA terestris (daratan) yang berhubungan dengan tanah sebagai

lahan untuk berbagai aktivitas penduduk (segala sumber daya yang

berasal dari darat).

2) SDA akuatis (perairan) yang berhubungan dengan laut, sungai,

danau, air tanah, air hujan, dan lain-lain.

Pengelompokkan SDA berdasarkan kegunaan atau

penggunaannya, yaitu SDA penghasil bahan baku; SDA penghasil

energi; serta sumber daya buatan dan benda cagar budaya.

Penjelasannya sebagai berikut:

1) SDA penghasil bahan baku yang dapat digunakan untuk

menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya

menjadi lebih tinggi. Contoh: hasil hutan sebagai bahan baku

pembuatan meubeler (meja-kursi).

2) SDA energi yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi

untuk kepentingan umat manusia di muka bumi. Contoh: gelombang

laut, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, dan

gas bumi.
3) Sumber daya buatan yang merupakan hasil pengembangan dari

sumber daya alam hayati atau non hayati yang karena intervensi

manusia telah berubah menjadi sumber daya buatan. Contoh: waduk.

4) Benda cagar budaya (BCB) yaitu benda buatan manusia yang

dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

dan kebudayaan. Contoh Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Potensi SDA di Indonesia sangat banyak. SDA di Indonesia

meliputi air, tanah, hutan, udara, laut, dan tambang. Faktor yang

menyebabkan Indonesia memiliki SDA yang melimpah adalah:

1) Letak geologis, yaitu pertemuan lempeng sehingga memiliki banyak

gunung berapi dan tambang mineral.

2) Letak astronomis yang mengakibatkan daerahnya tropis, sehingga

curah hujan dan temperatur udara tinggi, air melimpah dan tanah

subur.

3) Luas wilayah Indonesia yang 1/3 berupa daratan dan 2/3 berupa

lautan, sehingga kekayaan laut dan darat melimpah.

Aktivitas manusia dalam memanfaatkan SDA pada masa pra-

aksara, Hindu-Budha, Islam, dan saat ini terus mengalami perubahan.

Lahan yang pada masa pra-aksara digunakan untuk berburu, meramu,

dan bercocok tanam, kemudian masa Hindu-Budha sebagai tempat

berdirinya kerajaan Hindu-Budha, masa Islam sebagai tempat

berdirinya kerajaan Islam, dan hingga saat ini lahan banyak digunakan

sebagai lahan pertanian, industri, perumahan, dan lain-lain.


SDA udara memiliki berbagai manfaat, yaitu untuk bernapas,

fotosintesis, dan pelindung sinar ultraviolet. Dalam kaitannya dengan

SDA udara, kita mengenal adanya ruang udara, yaitu unsur pembentuk

wilayah suatu negara selain daratan. Ruang udara tidak boleh dilewati

negara lain tanpa ijin. Pada SDA udara dikenal pula atmosfer, yang

merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi. Unsur-unsur gas

yang menyusun atmosfer terutama adalah unsur nitrogen dan oksigen.

Cara menjaga kejernihan udara dapat dilakukan dengan mengurangi

asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap pabrik, dan sebagainya.

Di lingkungan sekitar kita, terdapat tanah dengan berbagai jenis

dan karakteristiknya. Manfaat SDA tanah yaitu:

1) sebagai tempat pemukiman, terutama tanah-tanah yang berada di

daerah datar atau dataran rendah;

2) sebagai tempat untuk lahan pertanian dan kehutanan;

3) sebagai tempat untuk kegiatan industri dan berbagai sarana,

prasarana sosial;

4) sebagai bahan mentah industri;

5) sebagai sumber energi alternatif, khususnya tanah gambut.

Tanah terbentuk dari bahan induk atau bahan asal, dapat berupa

batuan atau sisa-sisa bahan organik. Tanah yang terbentuk dari bahan

induk batuan disebut dengan tanah anorganik (tanah mineral).

Sedangkan tanah yang terbentuk dari bahan induk berupa sisa-sisa

bahan organik disebut dengan tanah organik (tanah humus). Tanah


vulkanik terbentuk dari material vulkanik yang dikeluarkan saat gunung

berapi meletus. Tanah tertier adalah tanah yang bahan induknya bukan

hasil aktivitas atau letusan gunung berapi. Tanah organik (humus)

adalah tanah yang terbentuk dari tumpukan sisa-sisa tumbuhan. Jenis

tanah organik banyak ditemukan di rawa-rawa yang luas.

Air memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia.

Manfaat langsung air adalah sebagai air minum, mandi, dan mencuci.

Manfaat air lainnya adalah:

1) sebagai sumber energi untuk menggerakkan turbin yang akhirnya

bisa menghasilkan listrik;

2) tempat hidup bagi berbagai jenis biota air, baik tumbuhan maupun

hewan;

3) sebagai sarana transportasi;

4) salah satu komponen yang mengatur suhu udara;

5) sebagai bahan pendingin mesin.

Berdasarkan tempatnya air dapat dibedakan menjadi air di

daratan, air di lautan dan air di atmosfer. Air tidak dapat habis karena

mengalami proses hidrologi, yaitu perubahan wujud air menjadi uap

kemudian berubah menjadi air kembali. Air di Indonesia tersedia dalam

berbagai bentuk, yaitu air hujan, air danau, air sungai, dan air tanah.

Sungai adalah bagian dari muka bumi yang lebih rendah, tempat

mengalirnya air dari daerah sekitarnya. Danau adalah wilayah cekungan

daratan yang terisi air. Jenis-jenis danau di Indonesia meliputi danau


vulkanik, danau tektonik, danau vulcano-tectonic, danau pelarutan

(solusional), danau ladam atau tapal kuda (oxbow lake), bendungan

atau waduk. Indonesia memiliki banyak air tanah. Air tanah yang ada

di daerah dataran rendah atau daerah pantai dengan air tanah yang ada

di daerah pegunungan terutama pegunungan karst (kapur) mengalami

perbedaan.

Hutan memiliki beragam fungsi, selain sebagai sumber kayu,

hutan juga berfungsi:

1) tempat menyimpan air hujan sehingga pada musim kemarau tidak

mengalami kekeringan;

2) tempat hidup bagi flora dan fauna;

3) mencegah terjadinya erosi atau pengikisan;

4) menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida sehingga suhu

bumi terkendali;

5) sumber kehidupan bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar

hutan dari produk yang dihasilkannya.

Jenis-jenis hutan berdasar letak geografisnya yaitu: 1) hutan

tropika, 2) hutan temperate, dan 3) hutan boreal. Berdasar fungsinya

dibedakan menjadi: 1) hutan lindung, 2) hutan suaka alam, 3) hutan

wisata, dam 4) hutan produksi. Berdasar jenis pohonnya yaitu: 1) hutan

homogen, dan 2) hutan heterogen.

Hasil tambang di Indonesia meliputi: minyak dan gas bumi, batu

bara, bauksit, pasir besi, emas, timah, tembaga, nikel, aspal, mangan,
belerang, marmer, dan yodium. Dari berbagai hasil tambang tersebut

memiliki fungsi masing-masing bagi kebutuhan hidup manusia.

Potensi kekayaan laut tidak hanya berupa ikan, kekayaan lain dari

sumber daya laut adalah sumber daya alam berupa mangrove, terumbu

karang, dan lain-lain. Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan tipe

hutan yang terletak di daerah pasang surut air laut. Pada saat pasang,

hutan mangrove tergenang air laut, pada saat surut, hutan mangrove

tidak tergenangi air laut. Hutan mangrove tersebar di pesisir barat Pulau

Sumatra, beberapa bagian dari pantai utara Pulau Jawa, sepanjang

pesisir Kalimantan, Pesisir Pulau Sulawesi, Pesisir Selatan Papua, dan

sejumlah pulau kecil lainnya. Terumbu karang merupakan terumbu

yang terbentuk dari kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral.

Terumbu itu sendiri berarti batuan sedimen kapur di laut. Koral adalah

binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya. Jika

ribuan koral membentuk koloni, mereka akan membentuk karang.

Terumbu karang banyak ditemukan di bagian tengah Indonesia seperti

di Sulawesi, Bali, Lombok, Papua. Konsentrasi terumbu karang juga

ditemukan di Kepulauan Riau dan pantai barat dan ujung barat Sumatra.

Pelestarian SDA merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk

mengawetkan atau melestarikan sumber daya alam agar tetap lestari

keberadaannya. Dalam pemanfaatan sumber daya alam, manusia perlu

mendasarkan pada prinsip ekoefisiensi. Prinsip ini artinya tidak

merusak ekosistem karena pengambilannya secara efisien dan


memikirkan keberlanjutan sumber daya manusia. Teknik pengelolaan

sumber daya alam sangat tergantung dari jenis sumber daya alamnya.

Beberapa teknik konservasi sumber daya alam antara lain konservasi

SDA hayati dan nonhayati.

Usaha produksi di Indonesia berdasar potensi SDA : ekstraktif,

agraris, pedagang, industri, jasa. Penjelasan usaha produksi Indonesia

yaitu:

1) Bidang usaha ekstraktif, yaitu bidang usaha yang menggali sumber

daya alam secara langsung. Yang termasuk dalam bidang usaha ini

antara lain perikanan laut dan pertambangan.

2) Bidang usaha agraris, yaitu bidang usaha yang memanfaatkan

potensi tanah. Bidang usaha ini dapat mengembangkan pertanian,

peternakan, perkebunan, dan perikanan darat.

3) Bidang usaha perdagangan, yaitu bidang usaha yang berhubungan

dengan pembelian dan penjualan barang. Potensi sumber daya yang

kita miliki dapat mengembangkan bidang usaha ini dengan baik.

4) Bidang usaha industri, yaitu bidang usaha yang mengolah bahan

mentah dan bahan baku menjadi barang jadi. Industri yang dapat

dikembangkan berdasarkan potensi yang kita miliki antara lain

industri makanan, industri pariwisata, dan industri lainnya.

5) Bidang usaha jasa, yaitu bidang usaha yang bergerak dalam

pelayanan. Termasuk dalam bidang usaha ini antara lain:


transportasi, pengiriman barang, perbankan, dan pelayanan

kesehatan.

c. Pengembangan Media Visual Kirigami Pop Up dengan Materi

Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia untuk

Pembelajaran IPS di SMP Kelas VII

Langkah-langkah membuat media visual Kirigami Pop Up

dengan Materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia

mengacu pada aturan dan patokan pembahasan sebelumnya, serta

disesuaikan dengan evaluasi media yang dikemukakan oleh Rudi

Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33) dan Nana Sudjana dan Ahmad

Rivai (2010: 20). Maka diperoleh langkah-langkah pembuatan media

visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi dan Sebaran Sumber

Daya Alam Indonesia sebagai berikut:

1) menganalisa kondisi siswa;

2) mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar;

3) mengkaji materi yang akan dibuat, yaitu Potensi dan Sebaran

Sumber Daya Alam Indonesia;

4) merumuskan strategi dan cara pembuatannya;

5) mengembangkan naskah atau isi pesan;

6) membuat draft media visual Kirigami Pop Up;


7) memilih gambar yang akan digunakan dalam media pembelajaran

yang sesuai dengan materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya

Alam Indonesia;

8) menentukan poin-poin materi Potensi dan Sebaran Sumber Daya

Alam Indonesia yang akan ditampilkan pada media,

9) merancang dan menyelesaikan media visual Kirigami Pop Up,

termasuk konstruksi pop up dan layout;

10) memperhatikan elemen-elemen seperti yang dikemukakan di atas

agar media visual Kirigami Pop Up layak digunakan untuk

pembelajaran;

11) memeriksa komponen media visual Kirigami Pop Up dan

kelengkapannya;

12) melakukan validasi oleh ahli materi dan ahli media;

13) melakukan revisi;

14) uji penggunaan media oleh guru dan siswa SMP kelas VII dalam

uji coba terbatas;

15) melakukan revisi;

16) uji penggunaan media oleh guru dan siswa SMP kelas VII dalam

uji coba pemakaian;

17) melakukan penyempurnaan produk;

18) melakukan evaluasi penggunaan media dalam pembelajaran.

Jadi pengembangan media visual Kirigami Pop Up merupakan

pengembangan suatu media pembelajaran pembuatannya melibatkan


unsur-unsur visual. Media media visual Kirigami Pop Up yang

dikembangkan, divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, serta diuji

penggunaannya oleh guru dan siswa.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai Kirigami Pop Up sebagai media pembelajaran

seperti penelitian yang dilakukan oleh:

1. Khafidhoh (2011) yang meneliti tentang Developing Pop Up Media for

Teaching English Reading to the 3rd Grade Elementary School Students.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk

mengembangkan media pop up dalam pembelajaran Bahasa Inggris aspek

membaca pada siswa kelas 3 SD. Skor hasil penilaian pengembangan

tersebut menunjukkan bahwa media yang dikembangkan termasuk dalam

kriteria sangat baik dan dapat digunakan dengan mudah.

Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhoh memiliki kesamaan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu pada jenis penelitiannya yang

menggunakan Research and Development (RnD). Perbedaan kedua

penelitian ini terdapat pada mata pelajarannya, yaitu antara Bahasa Inggris

dan IPS.

Melalui penelitian yang dilakukan Khafidhoh, peneliti dapat terbuka

wawasannya bahwa ternyata sudah ada pembelajaran di sekolah yang

menggunakan media kirigami. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk


mengembangkan media visual Kirigami Pop Up pada mata pelajaran IPS

SMP kelas VII.

2. Susilowati (2012) meneliti tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan

Motorik Halus Anak Usia Dini Menggunakan Kreasi Kirigami pada Anak

Kelompok B2 TK ABA Gendol Tempel Sleman. Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak usia dini melalui kirigami.

Hasil penelitian dengan kriteria baik menunjukkan adanya peningkatan

motorik halus anak usia dini setelah diberikan perlakuan, yakni berturut-

turut dengan persentase 31%, 40%, dan meningkat menjadi 87%.

Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti

terletak pada media pembelajarannya, yaitu kirigami. Perbedaan kedua

penelitian tersebut adalah jenis penelitiannya, yaitu antara Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan Research and Development (RnD).

Melalui penelitian yang dilakukan Susilowati, peneliti terinspirasi untuk

melakukan penelitian pengembangan media visual Kirigami Pop Up. Jika

siswa TK mampu menerima dengan baik pembelajaran menggunakan

kirigami, maka asumsi peneliti kirigami dapat menjadi sebuah media

pembelajaran pada siswa SMP kelas VII yang taraf berpikirnya lebih

tinggi.
C. Kerangka Pikir

Proses belajar menunjukkan adanya interaksi antara pengalaman baru

dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya yang ditujukan untuk

mengarahkan perubahan tingkah laku siswa secara sistematis, baik dalam

aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikapnya. Salah satu keberhasilan

proses belajar di sekolah bergantung pada kompetensi guru dalam mengajar.

Guru dapat menyampaikan materi dengan baik melalui bantuan media

pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting

dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, karena dapat

mengurangi dominasi sistem penyampaian pelajaran yang bersifat

verbalistik.

Media visual sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar.

Kehidupan masyarakat yang sangat kompleks dapat dibawakan ke dalam

pembelajaran IPS sesuai dengan realitas melalui media visual. Adanya media

visual yang menggambarkan bentuk menyerupai keadaan sebenarnya dapat

mengatasi permasalahan pembelajaran berupa anggapan siswa bahwa mata

pelajaran IPS adalah mata pelajaran hafalan. Apalagi di dalam Kurikulum

2013 menuntut adanya pengembangan kepekaan sosial serta critical thinking

siswa, sehingga tidak cukup jika hanya menghafal saja. Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah yang dapat disajikan dengan

kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan

pembelajaran IPS dan tuntutan Kurikulum 2013 tersebut salah satunya


melalui media visual Kirigami Pop Up. Media visual Kirigami Pop Up dalam

pembelajaran IPS yang dikembangkan harus memenuhi kualitas media visual

yang baik, yaitu berdasarkan kriteria kesederhanaan, keterpaduan, penekanan,

keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna. Di samping itu,

penyusunan materi perlu memperhatikan kriteria sahih atau valid, tingkat

kepentingan, kebermanfaatan, learnability, dan menarik minat.

Media visual Kirigami Pop Up divalidasi oleh ahli materi dan ahli

media. Setelah produk direvisi, dilakukan uji penggunaan media oleh guru

dan siswa. Uji penggunaan media oleh guru dan siswa dilakukan sebanyak

dua kali, yaitu dalam uji coba terbatas dan uji coba pemakaian. Subjek dalam

uji coba terbatas yaitu 1 guru IPS dan 6 orang siswa SMP Negeri 8

Yogyakarta. Subjek dalam uji coba pemakaian yaitu 1 guru IPS dan 29 siswa

(1 kelas) SMP Negeri 8 Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji penggunaan media

oleh guru dan siswa dalam uji coba terbatas dan uji coba pemakaian,

dihasilkan media visual Kirigami Pop Up dengan materi Potensi dan Sebaran

Sumber Daya Alam Indonesia untuk pembelajaran IPS. Kerangka pikir dapat

divisualkan sebagai berikut:


1. Adanya anggapan bahwa bahwa materi IPS banyak, sulit, dan
cenderung hafalan.
2. Penyampaian pembelajaran IPS hanya didominasi secara verbalistik.
3. Sulitnya membawakan kehidupan masyarakat yang sangat kompleks
ke dalam pembelajaran IPS sesuai dengan realitas.
4. Tuntutan pengembangan kepekaan sosial serta critical thinking siswa.
5. Belum banyak variasi media pembelajaran IPS.

Perlu adanya media visual Kirigami Pop Up untuk pembelajaran IPS

Pengembangan media visual Kirigami Pop Up untuk pembelajaran IPS

Validasi media visual Kirigami Pop Up untuk pembelajaran IPS

Validasi ahli Validasi ahli


materi media

Revisi

Uji Penggunaan Media Visual Kirigami Pop Up oleh Guru dan Siswa

Uji coba terbatas

Revisi

Uji coba pemakaian

Revisi

Produksi terbatas Kirigami Pop Up

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengembangan Media


Visual Kirigami Pop Up untuk Pembelajaran IPS
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah

dikemukakan, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian dalam

pengembangan ini, yaitu:

1. Bagaimana kualitas media visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia yang dikembangkan, dilihat

dari hasil validasi ahli materi?

2. Bagaimana kualitas media visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia yang dikembangkan, dilihat

dari hasil validasi ahli media?

3. Bagaimana kualitas media visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia yang dikembangkan, dilihat

dari hasil uji penggunaan media oleh guru?

4. Bagaimana kualitas media visual Kirigami Pop Up dengan Materi Potensi

dan Sebaran Sumber Daya Alam Indonesia yang dikembangkan, dilihat

dari hasil uji penggunaan media oleh siswa?

Anda mungkin juga menyukai