Disusun Oleh :
1. Badriatul Muniroh
2. Fadhilatul Khoiriyah
SEMESTER 3 E
FAKULTAS TARBIYAH
ISLAM
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq,
hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah tanpa adanya hambatan yang diluar kemampuan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa mu’jizat Al-Qur’an, yang dengannya bisa kita peroleh petunjuk
dan segala ilmu, serta membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang yakni Addinul Islam.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ummidlatus Salamah S.S,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam serta rekan-rekan yang
telah bersedia meluangkan waktu membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirul kalam, bahwa dibalik kekurangan penyusunan tugas ini, kami berharap
pembaca kiranya bersedia memberikan masukan dan tambahan pengetahuan, sebagai
penyempurna pengetahuan kami. Semoga dengan disusunnya makalah ini, memberikan
manfaat serta hikmah bagi kami penyusun dan pembaca yang budiman.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................................1
3. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Kemunduran dan Sebab - Sebab
Terjadinya Kemunduran.........................................................................................................3
B. Peralihan secara Drastis Pusat - pusat Pendidikan dan Kebudayaan dari Dunia Islam ke
Eropa........................................................................................................................................7
Kesimpulan…........................................................................................................................10
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak lahirnya agama Islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran
Islam. Pendidikan dan pengajaran Islam itu terus tumbuh dan berkembang
pada masa khalifah khulafaur rasyidin dan masa Umaiyah. Pada
permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang
dengan sangat hebatnya di seluruh negeri Islam sehingga lahir sekolah-
sekolah yang tidak terhitung banyaknya dan tersebar dari kota sampai ke
desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut
ilmu pengetahuan, melawat ke pusat pendidikan, meninggalkan kampung
halamannya, karena cinta akan Ilmu pengetahuan. Pada masa Abbasiyah
ini juga berdiri perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa ini
lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-
kitab di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.1
Perkembangan lembaga pendidikan ini mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu.
Kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan
kebudayaan sehingga Islam mencapai masa keemasan kejayaan dan
kegemilangan.2 Setelah umat Islam mencapai kejayaannya lebih kurang
tujuh abad (abad VII M. sampai abad XIII M.) para ahli sejarah
menyebutnya dengan masa periode kemajuan, periode klasik dan
sebagainya, maka hukum sejarahpun berlaku. Sesuatu yang sampai pada
puncaknya akan memperlihatkan grafiknya yang menurun.
2. Rumusan Masalah
1
Jurji Zaidan, Tarikh at – Tamddun al – islami Jilid 3 Kairo : al Hilal hlm 207
2
Drs. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam Jakarta : Rajawali Press hlm 35- 39
1
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa
Kemunduran dan Sebab – Sebab Terjadinya Kemunduran
2. Bagaimana Peralihan secara Drastis Pusat – Pusat Pendidikan dan
Kebudayaan dari Dunia Islam ke Eropa
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembanga Pendidikan Islam pada Masa
Kemunduran dan Sebab – Sebab Terjadinya Kemunduran
2. Untuk mengetahui Peralihan secara Drastis Pusat – Pusat Pendidikan
dan Kebudayaan dari Dunia Islam ke Eropa
BAB II
PEMBAHASAN
3
Harun Asrohah, OP,Cit, hlm 65-69
Al-Ghazali. Maka Ibnu Rusyd dengan filsafatnya menuju kejurang
materialisme. Al-Ghazali mendapat sukses di timur, hingga
pendapat-pendapatnya merupakan suatu aliran yang terpenting, Ibnu
Rusyd mendapatkan sukses di barat hingga pikiran-pikirannya
menjadi pimpinan yang penting bagi alam pikiran barat.
2. Umat islam terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-
amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak
memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya para
pejabat pemerintahan sangat memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada
para ahli ilmu pengetahuan, maka pada masa menurun dan
melemahnya kehidupan umat islam ini para ahli ilmu pengetahuan
umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan sehingga
melupakan pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi
dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-
kehancuran yang mengkibatkan berhentinya kegiatan-kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.
Sementara itu obor pikiran islam berpindah tangan ke tangan kaum
masehi yang mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslinin yang
menggunakan buah hasil pikiran yang mereka capai dari pikiran
islam tersebut.
Dengan semakin ditinggalkanya pendidikan intelektual maka
semakin statis perkembangan budaya islam, karena daya intelektual
generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya
baru, bahkan telah menyebabkan ketidak mampuan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan baru yang dihadapi sebagai akibat dari
perubahan dan perkembengan zaman.
Ketidakmampuan intelektual tersebut merealisasi dalam kenyataan
bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan terjadilah kebekuan
intelektual secara total. Dalam hal ini Fahzur Rahman, dalam
bukunya islam menjelaskan tentang gejala-gejala kemunduran /
kemacetan intelektual islam ini sebagai berikut;
Penutupan pintu ijtihad (yakni pemikiran yang orisinil dan bebas)
selama abad ke 4 H/10 M dan 5 H/11 M. telah membawa kepada
kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual,
khususnya yang pertama. Ilmu-ilmu intelektual yakni teologi dan
pemikiran keagaman, sangat mengalami kemunduran dan menjadi
miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari
intelektualisme yang sekuler dan karena kemunduran yang disebut
terakhir ini. Khususnya filsafat dan juga pengucilannya dari bentuk-
bentuk keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.
Kehancuran besar yang dialami oleh kota Bagdad dan Granada
sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam menandai
runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan islam.
Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku
ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan islam di timur dan
barat dunia islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran
pendidikan di seluruh dunia islam, terutama dalam bidang
intelektual dan material, tetapi tidak halnya dalam kehidupan batin
dan spiritual.
Kehancuran dan kemunduran-kemunduran yang dialami oleh
umat islam terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan
material ini, dan beralihnya secara drastic pusat-pusat kebudayaan
dari dunia islam ke eropa, menimbulkan rasa lemah dan putus asa
dari kalangan kaum muslimin. Ini telah menyebabkan mereka lalu
mencari pegangan dan sandaran kehidupan yang biasa mengarahkan
mereka. Aliran pemikiran tradisionalisme dalam islam telah
mendapatkan tempat di hati masyarakat secara meluas, mereka
kembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan.
Dalam bidang fiqh yang terjadi adalah perkembangan taqlid buta
dikalangan umat, dengan sikap yang hidup patalitis tersebut
kehidupan mereka sangat statis, tidak ada problem-problem baru
dalam bidang fiqh. Apa yang sudah ada dalam kitab fiqh lama
dianggapnya sebagi sesuatau yang sudah baku, mantap dan benar,
dan serta harus diikuti serta dilaksanakan sebagai mana apa adanya.
Kehidupan sufi berkembang dengan sangat pesat. Keadaan yang
frustasi di kalangan umat, menyebabkan orang kembali kepada
Tuhan (bukan hanya sekedar sikap hidup yang patalitis) dalam arti
yang sebenarnya, bersatu dengan Tuhan, sebagaimana yang
diajarkan oleh para ahli sufi. Madrasah-madrasah yang ada dan
berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi. Berkembang
berbagai sistem riyadha dan jalan atau cara-cara tertentu yang
dikembangkan untuk menuntun para murid yang dikenal
selanjutnya dengan istilah tariqat. Keadaan yang demikian
sebagaimana yang dilukiskan oleh Fazru Rahman.
Di madrasah-madrasah yang bergabung pada khalaqah-khalaqah
dan zawiyah-zawiyah sufi, karya-karya sufi dimasukan kedalam
kurikulum yang formal khususnya di India dimana sejak abad ke 8
H/14 H M karya-karya Al-Suhrawardi (pendiri ordo surahwardiyah)
Ibnu Al-Arabidan kemudian karya-karya jami’di ajarkan tetapi
sebagian besar pusat-pusat sufi terutama di turki kurikulum akademik
hampir semua buku-bukunya tentang sufi. Ciri khas dari fenomena
ini adalah melimpahnya pernyataan-pernyataan sufi yang taubat
setelah menemukan jalan yang benar.
Kemunduran dan kemerosotan pendidikan dan pengembangan pada
masa ini nampak jelas dan sedikitnya materi kurikulum dan mata
pelajaran pada umumnya madrasah-madrasah yang ada. Dengan telah
menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum dengan
tiadanya perhatian kepada ilmu-ilmu pengetahuan kealaman maka
kurikulum pada umumnya madrasah-madrasah tebatas pada ilmu-
ilmu keagamaan, ditambah dengan sedikit ilmu gramatika dan bahasa
sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu yang murni tinggal dari tafsir
Al-Qur’an ,hadist, Fiqh (termasuk Ushul Fiqh dan Prinsip-prinsip
Hukum) dan ilmu kalam atau teologi islam.
Materi pelajaran yang sangat sederhana yang ternyata dari buku-
buku yang harus dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan tingkatan
tertinggi sekalipun) sangat sedikit. Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan studi relatif sangat singkat. Akibat lanjutnya adanya
kekurangan yang mendalamnya meteri pelajaranpun dapat
dibayangkan, hal tersebut disebabkan karena sistem pelajaran pada
masa itu sangat berorientasi pada buku-buku pelajaran dan bukan
pada pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu yang sering terjadi
pelajaran hanya memberikan komentar-komentar atau saran-saran
terhadap buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru.
Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yamg
diwarnai dengan berkembangnya dengan berbagai macam aliran sufi
yang karena terlalu toleran terhadap ajaran mistik dari ajaran agama
lain, telah memunculkan berbagai macam tarikat yang menyimpang
jauh dari ajaran islam. Tarikat-tarikat tersebut dalam
perkembangannya dan dalam penerimaan masyarakat menjadi agama
yang popular. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa
kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai dengan abad
ke 12 H/18 M, baru pada abad pertengahan ke 12 H/18 M tersebut
disana-sini usaha untuk mengadakan pemurnian kembali ajaran-
ajaran islam, sebagai yang nampak dibagian jazirah arab oleh
Muhammad Ibnu Abdul Al-Wahab dan di India oleh Syah Waliullah
usaha pemurnian tersebut mengacu kepada dua sasaran pokok, yaitu ;
1.Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya dengan
bersumberkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunna, membuang segala
Bid’ah dan kurafat serta pengaruh-pengaruh dari ajaran agama lain
dan mistik dari luar yang dimasukkan oleh kaum sufi.
2. Membuka pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya telah
dinyatakan tertutup.
Setelah beberapa abad lamanya, bagdad menjadi pusat kebudayaan,
lambing kemajuan umat islam dan pendidikan islam yaitu dari tahun 750-
1258 M, Namun masa berganti sejarah berubah, apa yang sudah dicapai
umat islam berubah dan berangsur ke arah kemunduran dan
keterbelakangannya hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu factor
internal dan eksteren4.
Faktor internal
Pada masa khalifah al-Mu’tasim banyak direkrut jajaran militer dari budak-
budak Turki.Dan terkadang golongan elit dari mereka diangkat menjadi
gubernur di beberapa wilayah dinasti Abbasiyah. Hal ini menjadikan
dominasi militer semakin kuat sehingga khalifah Al Mu’tasam
memindahkan pusat pemerintahan dari Baghdad ke Sammara 80 mil sebelah
utara kota Baghdad.
4
Ibid, hlm 165
5
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, hlm 185
6
Badri yatim, Sejarah Pendidikan Islam, (dirasah islamiyah II)
Dalam perkembangannya kemudian, militer ini secara perlahan
membangun kekuatan dalam daulah.Mereka secara perlahan mengendalikan
jalannya administrasi pemerintahan Daulah Abbasiyah.Hal ini memang
didukung dengan tampilnya khalifah-khalifah Abbasiyah yang lemah
sehingga tidak mampu mengimbangi kekuatan militer yang semakin
berkuasa.Lemahnya khalifah memberi peluang kepada tentara professional
asal Turki yang semula diangkat oleh Al Mu’tashim untuk mengambil alih
pemerintahan.Usaha mereka berhasil sehingga kekuasaan sesungguhnya
berada di tangan mereka, sementara kekuasaan bani Abbasiyah mulai pudar
dan menyebabkan kemunduran.
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam.2011, hlm 186
kholifah ditiru oleh hartawan dan anak-anak pejabat, kecenderungan itu
ditambah dengan kelemahan khalifah dan factor lain yang menyebabkan
roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.
Sampai pada tahun 919 uang dalam jumlah yang besar masih di kirim ke
pemerintahan pusat di Baghdad.Namun, menjadi kebiasaan untuk
mengumpulkan uang ini melalui system pemborongan pajak.Juga kadang-
kadang hak untuk mengumpulkan pajak sudah diserahkan kepada tentara
bayaran karena dianggap lebih efisien. Ketika militer tidak lagi mau
membantu khalifah dalam pemungutan pajak, maka akanmenyebabkan
pajak yang masuk ke pemerintah akan berkurang dan menyebabkan
kesulitan ekonomi bagi khalifah. Pemasukan Negara menjadi semakin
kecil.Hal ini dikarenakan banyaknya pajak yang macet, makin
menyempitnya wilayah kekuasaan dan terjadinya pemberontakan-
pemberontakan yang sangat mengganggu perekonomian. Sedangkan
pembengkakan dana keluar juga terjadi akibat kehidupan khalifah dan para
pejabat yang semakin bermewah- mewah dalam memerintah dan
banyaknya korupsi dalam bentuk pemerintahan. Semua hal itu
memperburuk keuangan masyarakat dan Daulah Abbasiyah.
Berdirinya dinasti-dinasti kecil
Kekuasaan dinasti Abbasiyah tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika
utara kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat
nominal.Bahkan pada kenyataannya banyak daerah-daerah yang tidak dikuasai
khalifah.Secara rill daerah-daerah itu berada dalam ekuasaan gubernur-gubernur
profinsi yang bersangkutan, hubungannya dengan khalifah ditandai dengan
pembayaran upeti.
Fanatisme keagamaan
Selain ancaman dari dalam juga terdapat ancaman dari luar atau factor
eksternal yang menyebabkan dinasti Abbasiyah hancur. Di antara factor itu
adalah :
PerangSalib
9
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. hlm 188
13
Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam adalah peristiwa
yang banyak menelan waktudan oengirbanan. Setelah perang salib, tentara
Mongol juga melakukan penyerangan ke wilayah kekuasaan Islam, gereja
gereja Kristen berasosiasi dengan orang Mongol yang sangat anti pada Islam
sehingga Mongol memporak-porandakan kota-kota yang menjai pusat
pendidikan islam.
Dalam serangan Mongol yang terjadi selama 40 hari dimulai dari bulan
Muharram sampai pertengahan safar telah memakan korban sebanyak 2 juta
jiwa. Khalifah Al Mu’tashim Billah bersama putra-putranya dibunuh tentara
mongol. Dan turut terbunuhpula guru istana khalifah Syekh Mukhyidin yusuf
bin syaikh Abi Fraj Ibnul Jauzi. Serta dibunuh juga oleh tentara Mongol
Syaikhusy-syuyukh guru dari khalifah yang bernama Shadrudin sadjar.Segala
kitab-kitab, imam-imam dan pembaca-pembaca (Qari’ul Qur’an) semuanya
disapu habis, sehingga berbulan-bulan lamanya masjid-masjid kosong.Lepas
dari 40 hari itu didapatilah Baghdad menjadi daerah yang kosong.Al
Mu’tashim (640-666 H) adalah khalifah Abbasiyah yang terakhir dan telah
dibunuh oleh kaum Mongol yang menyerang dunia Islam serta menamatkan
pemerintahan Abbasiyah.Serangan inilah yang mengakhiri zaman keemasan
Islam.
Dari berbagai pemasalahan internal yang dihadapi Daulah Abbasiyah
yang diiringi dengan serangan dari luar, mengakibatkan kehancuran-
kehancuran yang berdampak pada terhentinya kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan dunia islam. Sementara karya-karya pemikir islam berpindah
tangan ke kaum Masehi, mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin
menggunakan hasil buah pikiran yang cenderung mareka capai dari pikiran
islam.
10
Zuhairini dkk, Op.Cit, hlm. 122
11
Mahmud Yunus, Op.Cit. hlm 111-112
orang Eropa belajar ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya Islam
runtuh, dan kebudayaan Islam di bawa ke Barat (Eropa) oleh orang-
orang Barat yang belajar ke sana.
Dengan lenyapnya negara Islam di Andalus lenyap pula filsafat.
Sesudah itu filsafat tidak bangun lagi di seluruh alam Islami dan
berpindah ke negri Barat dari Andalus.12 Minat kepada filsafat dalam
umat Islam, yang mulai dengan gairah melimpah ruah berakhir
dengan frustasi. Kegiatan untuk berfilsafat menuntut iklim bebas dari
kecurigaan dan ancaman, sikap waspada terus me-nerus terhadap
campur tangan dari luar memadamkan api batin. Filsafat mampu
membuka pandangan baru serta memperbaharui sendi masyarakat,
asalkan dikerjakan dengan sabar, ikhlas dan rendah hati. Bila mana
kekuasaan tradisi atau kepentingan golongan penguasa takut akan
pembaharuan maka haluan fikiran terdampar dan ahli-ahli fikir
meninggalkan bahteranya.13
Sejak perpindahan pusat pendidikan dan kebudaya-an dari dunia
Islam ke Barat, mengakibatkan Barat pun berkembang dengan pesat.
Melihat kenyataan tersebut umat Islam semakin frustrasi. Pusat-pusat
ilmu pengetahuan yang sudah dibangun di zaman klasik dan beberapa
tambahan pusat pengetahuan dan kebudayaan sesudahnya tidak
mampu lagi memacu umatnya untuk mencapai kemajuan seperti
Mesir atau Cairo, Granada, Maraga, Maroko, Samarkand dsb. Di
samping itu, juga telah terjadi perubahan dari tujuan pendidikan
sebelumnya. Tujuan utama pendidikan waktu itu sebagaimana
dijelaskan Mahmud Yunus; penguasa-penguasa sangat
mementingkan pendidikan dan pengajaran agama sesuai dengan
aliran yang dianutnya, sehingga tujuan utama dari mendirikan
madrasah-madrasah ialah menyiarkan ilmu-ilmu agama, sedangkan
ilmu-ilmu yang lain tidak termasuk dalam kurikulumnya. Dengan
12
Ibid
13
JWM Bakker SY, Sejarah Filsafat dalam Islam, Yogyakarta Kanisius 1978 hlm 85
17
mementingkan ilmu-ilmu agama itu lenyaplah ilmu-ilmu filsafat,
bahkan juga ilmu kedokteran di dunia Islam dan berpindah ke
Barat.14
Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan lslam diterima oleh
bangsa Eropa dan umat Islam sudah tidak memperhatikannya lagi,
maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan Eropa
dan menimbulkan kelemahan kelemahan di kalangan umat Islam.
Secara berangsur-angsur tetapi pasti, kekuasaan umat Islam
ditundukkan oleb kekuasaan bangsa Eropa, dan terjadilah penjajahan
di manamana di seluruh wilayah yang pernah dikuasai Islam.
Eksploitasi kekayaan-kekayaan dunia Islam oleh bangsa-bangsa
Eropa semakin memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam
segala segi kehidupannya.15
Demikianlah akhirnya dunia Islam menjadi dunia ketiga dan orang-
orang terjajah. Kemunduran Ilmu pengetahuan, runtuhnya mental
umat Islam dan ditambah dengan hancurnya peradaban umat Islam
yang berpindah ke Eropa (Barat) telah mengakibatkan umat Islam
semakin jauh ketinggalan. Meskipun setelah perpindahan kebudayaan
Islam ke Eropa masih ada pusat-pusat kebudayaan Islam tetapi itu
tidak mampu membangkitkan kembali jiwa keilmuan.
14
Mahmud Yunus, Op.Cit, hlm 119-120
15
Zuhairini dkk, OP.Cit, hlm 115-116
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa
kemunduran yang di alami dunia islam disebabkan oleh beberapa faktor, yang
secara umum dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan internal. Dari
factor eksternal diantara penyebab kemunduran pendidikan islam adalah
adanya pemberontakan dibarengi dengan serangan dari luar. Sedangkan dari
faktor internal yaitu dikarenakan umat islam terutama pemerintahannya sudah
tidak memperhatikan ilmu pengetahuan dan para ahli lebih tertarik untuk
terlibat dalam urusan politik.
Oleh karna itu keadaan umat islam terutama pada pendidikan sangat statis.
Hingga masyarakat pada saat itu lebih memilih untuk mengembalikan segala
sesuatunya pada Tuhan. Perkembangan pengetahuan pada saat ini bisa
dikatakan macet total.
19
DAFTAR RUJUKAN
Hasan, Ibrahim Hasan. 1989, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta : Penerbit
Kota Kembang