Anda di halaman 1dari 12

POSISI DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AGAMA DAN

MASYARAKAT

Muhammad Misbahul Zubair, Denuha Habibi Putra, Laila Nur Aini, Fadhilatul khoiriyah
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdhotul
Ulama' Tuban
Abstrak : kajian ini menjelaskan tentang hubungan masyarakat dan pendidikan yg mana terdapat
hubungan mutual simbiotik yang amat erat. Masyarakat selain sebagai objek juga menjadi subjek
pendidikan. Masyarakat mewarnai corak pendidikan yang dilaksanakan. Dalam rangka
mewujudkan hubungan yang baik antara kerja masyarakat dan pendidikan maka perlu di bangun
sebuah kerja sama yang harmonis antara pendidikan dan masyarakat secara permanen,
berkesinambungan dan fungsional. Dengan kerja sama ini, maka pendidikan dapat menolong
bagi kemajuan masyarakat, dan masyarakat dapat menolong bagi kelangsungan hidup
pendidikan.

kunci : posisi pendidikan, hubungan masyarakat, fungsi ideologis

1. PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini pendidikan sosiologi sangatlah penting apalagi sosiologi pendidikan
islam. Dalam kaitannya dengan hubungan sosial di lingkungan maka pendidikan sosiologi
sangatlah dibutuhkan. Sebab hubungan sosial membahas adanya interaksi antar sesama manusia
sehingga perlu adanya pengetahuan tentang sosiologi pendidikan. Selain itu dalam berinteraksi
antar sesama manusia juga tidak boleh melanggar aturan ataupun norma agama yang ada. Oleh
karenanya perlu pula pengetahuan tentang sosiologi pendidikan islam. Dari semua permasalahan
itu maka dibutuhkan suatu lembaga yang mampu memberikan pengajaran tentang hal – hal
tersebut. Lembaga tersebut bisa merupakan lembaga formal maupun nonformal. Apabila
lembaga formal maka lembaga tersebut adalah sekolah, maka sekolah atau lembaga pendidikan
tidak hanya mengajarkan tentang materi – materi pendidikan saja melainkan juga mengajarkan
bagaimana caranya berinteraksi sosial antar sesama manusia dan interaksi tersebut juga tidak
melanggar norma agama. Selain itu antara masyarakat dan pendidikan memiliki hubungan erat
satu sama lain. Untuk mewujudkan hubungan yang baik maka perlu di bangun sebuah kerja sama
yang baik antara pendidikan dengan masyarakat.
2. PEMBAHASAN

A. Posisi Pendidikan Islam dalam agama

Perlu diketahui bahwa pendidikan islam sangat berhubungan erat dengan agama islam itu
sendiri, lengkap dengan akidah, syari'at, dan sistem kehidupannya. Keduanya ibarat dua
kendaraan yang berjalan diatas jalur seimbang, baik dari segi tujuan, maupun rambu-rambunya
yang di syari'atkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta
akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.

Hubungan antara pendidikan islam dan agama islam dapat digambarkan dalam pokok-pokok
sebagai berikut:

a. Agama islam menyerukan kepada manusia agar beriman dan bertakwa. Pendidikan islam
berupaya menanamkan ketakwaan itu dan mengembangkannya agar bertambahah terus sejalan
dengan perkembangan ilmu.

b. Agama islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan menyeru manusia agar berfikir
tentang kerajaan Allah. Sementara dalam pendidikan islam, di bangun diatas ilmu dan
pengetahuan guna mengembangkan manusia, baik pengetahuan, ketrampilan, maupun arah
tujuannya.

c. Agama islam menekankan amal saleh dan menetapkan bahwa iman selalu di wujudkan dengan
amal saleh tersebut. Sedangkan dalam pendidikan islam menekankan pentingnya belajar. Islam
memandang bahwa pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan
manusia untuk mampu memikul taklif sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Untuk maksut
tersebut, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar.
Dalam tahap selanjutnya, Allah mengutus setelah nabi Adam.as kepada umat manusia untuk
membimbing mereka dari kondisi yang serba tidak berperadaban menjadi berperadaban melalui
Al-kitab, Al-Hikmah, dan pendidikan.

Diletakkannya perintah membaca dalam ayat-ayat permulaan diturunkannya Al-Qur'an,


membuktikan bahwa peran membaca begitu urgen dalam upaya persiapan kekhalifahan manusia
dimuka bumi.
Dalam sunnah Rasulullah pun, selalu memberikan komitmen dan perhatian besar terhadap
pendidikan. Fakta yang terbesar dapat dilihat dengan terangkatnya bangsa arab kepada tingkat
peradaban yang lebih tinggi serta memperkenalkan sendi-sendi di pendidikan yang saat itu masih
memprihatinkan.

B. Hubungan pendidikan dan masyarakat

Kebutuhan pendidikan di sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional


antarkeduanya, yakni :

1) Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang selaras dan positif terhadapsekolah dengan
apa yang dibutuhkan masyarakat

2)Ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga prasekolah akan
ditentukan oleh kejelasan perumusan komitmen antara sekolahselaku pelayanan dengan
masyarakat selaku pemesanan

3)Keberhasilan palaksanaan fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakatakan


dipengaruhi oleh ikatan objektif antara keduanya yang berupa perhatian, penghargaan, tunjangan
tertentu seperti dana, fasilitas, dan jaminan obyektif lain yang memberikan makna penting bagi
eksistensi dan produk sekolah.

Hubungan sekolah dan masyarakat yang konstruktif diharapkan dapat


meningkatkankualitas kinerja sekolah yang ditandai dengan adanya peningkatan kualitas proses
pendidikandi sekolah secara efektif, efisien dan produktif dalam menciptakan lulusan masa
depan yang sangat diharapkan keberhasilannya dengan baik. Lulusan berkualitas tercipta dari
proses pembelajaran yang berkualitas yang mampu menghantarkan anak idik yang
memilikikompetensi dasar sebagai bekal dasar di dunia usaha, yang nantinya melanjutkan ke
jenjanglebih tinggi, hidup layak di msyarakat, dan terus menerus semangat dalam belajar.Proses
pembelajaran yang berkualitas tergantung sejauh mana perencanaan kurikulum ideal teks dapat
diterapkan dalam pelaksanan nyata di kelas.guru sebagai pendidik adalah sebagai elemen yang
amat-teramat menentukkanterhadap kualitas proses pembelajaran di seklah. Semua elemen
sekolah hendaknya nerupayaoptimal dalam mendukung proses pembelajaran yang berkualitas.
C . Masyarakat dan pendidikan dalam pandangan islam

Hammudah Abdalati mendefinisikan masyarakat sebagai, suatu kelompok yang


mencakup/meliputi dua karakter tertentu: Kelompok yang didalamnya terdapat individu-individu
yang dapat memiliki sebagian besar kegiatan dan berbagai pengalaman yang sangat berguna
baginya. Kelompok dimana orang yang berada didalamnya terikat oleh tanggung jawab dan oleh
identitas bersama. Dan H. Abu Ahmadi dalam bukunya “ilmu sosial dasar” mendefinikan bahwa
masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan sendirinya
bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh datu sama lain

1. Masyarakat Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an membahas tentang masyarakat dalam beberapa istilah, diantaranya menggunakan


istilah ummah, qaum, qabilah, sya’b, qoryah, tha’ifah atau jama’ah. Adapun ayat-ayat yang
menyinggung masyarakat sebagai berikut:

‫ْض أَ ْن تَحْ بَطَ أَ ْعمَالُ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم اَل‬


ٍ ‫ ُك ْم لِبَع‬B‫ْض‬ ِ B‫ت النَّبِ ِّي َواَل تَجْ هَرُوا لَهُ بِ ْالقَوْ ِل َك َج ْه‬
ِ ‫ر بَع‬B ِ ْ‫صو‬ َ ْ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَرْ فَعُوا أَصْ َواتَ ُك ْم فَو‬
َ ‫ق‬
َ‫تَ ْش ُعرُون‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara
Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya
suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu,
sedangkan kamu tidak menyadari”.(Q.S. Al-Hujurat: 2).

Dari ayat ini sangat berkaitan sekali mengenai adab kepada Allah dan Rasul-Nya dengan
memuliakannya, menghormatinya. Maka Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin
untuk mengamalkan konskwensi dari iman, iman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan
mengamalkan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَ ْسخَرْ قَوْ ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َسى أَ ْن يَ ُكونُوا َخ ْيرًا ِم ْنهُ ْم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka”.
(Q.S. Al-Hujurat:11).
َّ ‫ت‬
ٌ ِ‫ ْيطَا ِن إِنَّهُ لَ ُك ْم عَ د ٌُّو ُمب‬B‫الش‬
‫ين‬ ِ ْ‫وا ِم َّما فِي اأْل َر‬BBُ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ُكل‬Artinya: “Hai sekalian
ِ ‫ َوا‬Bُ‫وا ُخط‬BB‫ا َواَل تَتَّبِ ُع‬BBً‫ض َحاَل اًل طَيِّب‬
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.(Q.S. Al-Baqarah: 168).

Seruan Allah kepada seluruh manusia yaitu “makanlah apa saja yang telah dihalalkan dari
makanan sebagaimana yang telah disampaikan dari lisan Rasul sallallahu alaihi wasallam kepada
kalian, yaitu dari setiap makanan yang bukan bangkai, darah, daging babi, dan hewan apa saja
yang tidak disembelih kepada selain-Nya.

ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-
orang yang beruntung”.(Q.S Ali-Imran: 104)

Abu ja’far berkata: wahai orang-orang beriman jadilah sebuah jama’ah yang menyeru
manusia kepada Islam dan syari’atnya yang Allah syari’atkan kepada hamba-hamba-Nya, dan
melarang dari kekufuran dan dusta kepada Muhammad serta apa-apa saja yang ia bawa dari sisi
Rabb-Nya.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


َ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُون‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.(Q.S.Ali-Imran: 110)

Dari mujahid berkata: “kalian adalah sebaik-baik manusia untuk manusia dari beberapa syarat:
yaitu menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada yang mungkar,dan beriman kepada
Allah.

Allah ingin agar kepemimpinan ini untuk kebaikan bukan untuk keburukan dimuka bumi. Oleh
sebab itu, umat ini tidak selayaknya mengambil petunjuk dari umat-umat lain diantara umat-
umat jahiliyyah. Tetapi seharusnya ia selalu memberikan apa yang dimilikinya kepada umat-
umat tersebut, dan hendaknya ia selalu memiliki apa yang bisa diberikan. Yaitu berupa
keyakinan yang benar, konsepsi yang benar, system yang benar, akhlak yang benar, dan ilmu
yang benar.

‫إن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُس ِه ْم‬
َّ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”. ( Q.S. Ar-Ra’d: 11)

Hadist Qudsi, diriwayatkan dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, bahwa Allah Azza
wajalla berfirman: “tidaklah suatu desa atau penghuni rumah, yang mereka membenci dari
kemaksiatan yang dengan itu ia menuju kepada ketaatan dan apa yang kucintai, melainkan aku
rubah untuk mereka apa-apa yang mereka benci dari adzabku kepada apa yang mereka cintai
yaitu Rahmat dan Ridho-Ku”.(hadist gharib).

َ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬
‫ارفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

.” Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Q.S.Al-Hujurat: 13).

Yaitu berawal dari anak-anak, kemudian tumbuh besar dan tersebar banyak, dengan
berbagai model yang berbeda-beda, dari kulitnya, rasnya, bentuk wajahnya, dan dengan berbagai
bahasa yang dipakai, terpisah diantara belahan bumi dan tempat yang disukai. lama-kelamaan
hasillah bangsa-bangsa yang lebih besar dan merata. Dari bangsa tadi terpecah menjadi berbagai
suku dalam ukuran lebih kecil dan terperinci. Dari suku terbagi pula keluarga dalam ukuran lebih
kecil, dan keluarga pun terperinci kepada rumah tangga. Dari yang seperti berjauhan itu agar
saling kenal mengenal dari asal-usulnya. Namun pada ujung ayat bahwa kemuliaan yang sejati
adalah kemuliaan hati kemuliaan budi pekerti, kemuliaan perangai dan ketaatan kepada Ilahi.

َ‫ون‬BB‫ونَ ال َّزكَاةَ َوي ُِطي ُع‬BBُ‫اَل ةَ َوي ُْؤت‬B‫الص‬ َّ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُقِي ُمون‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
ُ
ِ ‫هَّللا َ َو َرسُولَهُ أولَئِكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُم هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬

Artinya “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.( QS. At-Taubah: 71). ini merupakan sifat dari masyarakat madani
yang tercantum beberapa sifat dari ayat di atas.

Ayat di atas menjelaskan sifat-sifat yang seharusnya disandang oleh orang-orang


Mukmin dalam kapasitas mereka sebagai sebuah masyarakat. Dari enam sifat disebut dalam ayat
tersebut, sifat pertama menggunakan ungkapan khabari berupa jumlah ismiyyah yang
mempunyai makna tetap. Lima sifat berikutnya menggunakan ugkapan khabari juga tapi dalam
bentuk jumlah fi’liyyah (kata kerja), yaitu ya’muruna (memerintahkan), Yanhauna (melarang),
yuqimuna (menegakkan), yu’tuuna (menunaikan), yuthi’uuna (taat). Penggunaan lima kata kerja
ini mempunyai arti bahwa semua pekerjaan itu terus dilaksanakan dari waktu ke waktu
sepanjang hayat manusia, sebagai proses yang tiada henti.

Dalam Islam, hidup adalah ibadah. Kehidupan di dunia harus diisi dengan kegiatan yang
diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Dalam Islam kehidupan dunia adalah ladang amal dan
bekerja, bukan alam pembalasan. Sebaliknya, kehidupan akhirat adalah alam pembalasan bukan
ladang untuk bekerja.[11]

2. Masyarakat Dalam As-Sunnah

‫ْال ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم ْال ُم ْسلِ ُمونَ ِم ْن لِ َسانِ ِه َويَ ِد ِه‬

Artinya: :”seorang muslim yang muslim lainnya selamat dari lisannya dan tangannya”.
(HR. Muslim).
Maka dari hadist ini bahwa seorang muslim harus melaksanakan rukun-rukun Islam dan
melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala, dan menahan tangan dari dzalim
kepada manusia serta menahan dari melanggar batas-batasan Allah Ta’ala. Dari makna ini
menunjukkan bahwa umat Islam seluruhnya wajib melakukan itu. Karena tidak ada kebahagiaan,
kemuliaan dan kesuksesan kecuali dengan agama Islam.

‫يَا َم ِة‬Bِ‫ب يَوْ ِم ا ِْْل‬ َ َّ‫ب ال ُّد ْنيَا نَف‬


ِ ‫س هللاُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬ َ َّ‫َم ْن نَف‬
ِ ‫س ع َْن ُم ْؤ ِم ٍن ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬

Artinya: “Barangsiapa melepasakan dari seorang muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan
dunia, niscaya Allah akan melepasakan kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat”
(H.R.Bukhori)

ْ‫رًا أَو‬B‫لْ خَ ْي‬Bُ‫ ِر فَ ْليَق‬B‫ؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْاآل ِخ‬Bُْ ‫ (( َم ْن كَانَ ي‬: ‫قَال‬ َ ‫لَّ َم‬B‫ ِه َو َس‬B‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬B‫ص‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ع َْن َرسُوْ ِل هللا‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َر‬
ُّ‫اري‬ ِ َ‫ َر َواهُ ْالبُخ‬.))ُ‫ ْيفَه‬B‫ض‬ َ ‫ر ْم‬Bِ B‫ ِر فَ ْليُ ْك‬B‫آلخ‬
ِ ‫ؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْا‬Bْ Bُ‫ َو َم ْن َكانَ ي‬، ُ‫ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْاآل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم َجا َره‬، ‫ت‬ ْ ‫لِيَصْ ُم‬
‫َو ُم ْسلِ ٌم‬

. Artinya: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya,
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau
diam”. (H.R. Ahmad dan syaikhoni).

Ini merupakan perbuatan iman, sebagaimana yang telah jelas bahwa amal perbuatan termasuk
dari iman.“fal yaqul khoiron aw liyasmuth”: perintah untuk berkata baik dan diam dari perkataan
yang tidak baik atau sia-sia. Jadi adakalanya perkataan itu baik sehingga diperintahkan
diucapkan. Dan adakalanya perkataan itu tidak baik dan sia-sia sehingga diperintahkan untuk
diam darinya.Memuliakan tetangga: dalam riwayat terdapat larangan menyakiti tetangga karena
menyakiti tetangga hukumnya haram. Sebab menyakiti tanpa alasan yang benar itu diharamkan
atas setiap orang, tetapi dalam hak tetangga perbuatan menyakiti itu lebih berat keharamannya.

Dijelaskan oleh para ulama bahwa tetangga itu ada 3:

 Tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat, maka dia memiliki 3 hak, yaitu hak
tetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan

 Tetangga muslim, maka ia memiliki dua hak, yaitu hak tetangga, dan hak Islam

 Tetangga kafir, ia hanya memiliki satu hak, yaitu hak tetangga


“‫المسلم أخو المسلم ال يظلمه وال يثلمه ومن كان في حاجة أخيه كان هللا في حاجته‬

Artinya: “Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya,
membiarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya) barang siapa yang memenuhi hajat
saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.”(H.R. Thabrani dari kaab bin Ajrah).

Dalam rangka memudahkan untuk memahami suatu istilah, uraian definisi pendidikan
Islam dibagi ke dalam beberapa tahap. Pertama akan dijelaskan definisi pendidikan Islam
menurut etimologi. Kedua akan dijelaskan definisi pendidikan Islam menurut terminologi,
kemudian baru disimpulkan definisi pendidikan Islam yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli.

Para ahli pendidikan Islam mengalami perbedaan pendapat dalam mendefinisikan


pendidikan Islam. Dalam konferensi internasional tentang pendidikan Islam yang pertama (1977)
ternyata belum berhasil menyusun definisi pendidikan yang disepakati. Sulitnya merumuskan
definisi pendidikan disebabkan karena dua faktor. Pertama, banyaknya jenis kegiatan yang dapat
disebut sebagai kegiatan pendidikan. Kedua, luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.
Pendidikan itu harus berbentuk usaha yang sistematis yang ditujukan kepada pengembangan
seluruh potensi anak didik dengan berbagai aspeknya baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor
sehingg tujuan akhirnya adalah kesempurnaan hidup.9 Adapun pendidikan Islam adalah usaha
sadar secara sistematis yang mendorong terjadinya proses belajar dan penyesuaian individu-
individu secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat berdasarkan
nilai-nilai Islam.

Definisi pendidikan Islam adalah: “Proses transformasi dan internalisasi ilmu


pengetahuan dan nilai-nilai Islami pada peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan
potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya.”11 Berdasarkan beberapa definisi tentang pendidikan Islam, dalam teori-teori
pendidikan Islam sekurang-kurangnya haruslah membahas hal-hal berikut: tujuan, pendidik,
anak didik, bahan, metode, alat, dan evaluasi.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan
pengembangan diri yang mencakup aspek akal, jasmani dan hati dalam rangka membina
kepribadian Islami dengan mentransformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam, supaya manusia
dapat hidup sebagaimana mestinya untuk menjalankan tugasnya di muka bumi dalam beribadah
dan sebagai seorang khalifah.

D. Fungsi Pendidikan Islam

Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua
aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian
anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri.

Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan
kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan
tentang adanya Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan
kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa
kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi,
makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan
dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah
dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta
argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima oleh akal.

Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan islam, maka kurikulum berfungsi sebagai
pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan
tertinggi pendidikan islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam hal ini proses pendidikan islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara
serampangan tetapi hendaklah mengacu kepada konseptualisasi manusia paripuma (insan kamil )
yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan islam.

Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan
mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan
hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa fungsi pendidikan Agama Islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta
semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la
ilaha illallah.

2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang
dilarang (hukum halal dan haram).

3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut
hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.

4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta
membaca al-Qur’an.

5. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak
lingkungannya.

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk : Pertama, Alat
untuk memperluas, memelihara, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai
tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional; Kedua, Alat untuk mengadakan
perubahan inovasi dan perkembangan.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam secara mikro adalah proses
penanaman nilai-nilai ilahiah pada diri anak didik, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan
dirinya semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius. Secara makro pendidikan
Islam berfungsi sebagai sarana pewarisan budaya danidentitas suatu komunitas yang didalamnya
manusia melakukan interaksi dansaling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a.

Anda mungkin juga menyukai