MAKALAH
Oleh:
M. Izul Ihza Mahendra (05020422042)
Nisya Khamelia (05020422046)
As’ilatul Jannia (05040422059)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari hadis Nabi saw. seseorang harus mengetahui dua unsur
penting yang menentukan keberadaan dan kualitas hadis tersebut, yaitu sanad dan
matan. Kedua unsur hadis tersebut begitu penting dan antara satu dengan yang lainnya
saling berhubungan erat. Sehingga apabila salah satunya tidak ada, maka akan
berpengaruh terhadap eksistensi dan kualitas suatu hadis atau bahkan dapat
merusaknya.1
Suatu berita dari Rasulullah yang tidak memiliki sanad, menurut ulama hadis,
tidak dapat disebut sebagai hadis. Dan kalaupun disebut hadis maka berita dari
Rasulullah tersebut dinyatakan sebagai hadis palsu (Mawdhu’). Demikian pula dengan
matan, sebagai materi atau kandungan yang dimuat oleh hadis, matan sangat
menentukan keberadaan sanad. Karena sanad atau rangkaian para perawi tidak dapat
disebut sebagai hadis apabila tidak ada matan atau materi hadisnya, yang terdiri atas
perkataan, perbuatan, atau ketetapan (taqrir) Rasulullah saw.2
Pembicaraan dua istilah di atas sebagai dua unsur pokok hadis, diperlukan
setelah Rasulullah saw. wafat. Hal ini berkaitan dengan perlunya penelitian terhadap
otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari Rasulullah saw. atau
bukan. Upaya tersebut akan menentukan bgaimana kualitas hadis yang aka dijadikan
dasar dalam penetapan syari’at Islam.
Bagi kebanyakan umat muslim, hadis disebut sebagai suatu perkataan yang
pasti berasal dari Rasulullah tanpa memerhatikan kualitas maupun susunan suatu
hadis. Padahal hads yang lengkap susunannya baik hadis shahih maupun hadis dhoif
umumnya terdiri dari sanad, matan, dan rawi. Oleh karena itu, perlu dipahami tentang
yang dimaksud dengan sanad, matan, dan rawi. Dan untuk mengetahui lebih
mendalam, pada makalah kali ini akan dijelaskan mengenai ikhtisar sanad dan matan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sanad dan matan?
2. Apa saja kaidah sanad dan matan?
3. Siapa saja tokoh perumusan sanad dan matan?
1 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 23.
2 Ibid, 23.
BAB II
PEMBAHASAN
وب ع َْن أ َ ِبي ُ ب الثَّقَ ِف ُّي قَا َل َح َّدثَنَا أ َ ُّي َ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ا ْل ُمثَنَّى قَا َل َح َّدثَنَا
ِ ع ْب ُد ا ْل َو َّها
سلَّ َم قَا َلَ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى َ ِ ع ْنهُ ع َْن النَّ ِبي َّ قِ ََلبَةَ ع َْن أَنَ ِس ب ِْن َمالِكٍ َر ِض َي
َ َُّللا
َّ َّللاُ َو َرسُولُهُ أَح
َب ِإلَ ْي ِه ِم َّما َّ َان أ َ ْن يَكُون ٌ ث َ ََل
ِ ْ َث َم ْن كُنَّ فِي ِه َو َج َد ح َََل َوة
ِ اْلي َم
ُّلِل َوأ َ ْن يَك َْرهَ أ َ ْن يَعُو َد فِي ا ْلكُ ْف ِر َك َما يَك َْره َّ س َواهُ َما َوأ َ ْن يُ ِح
ِ َّ ِ ب ا ْل َم ْر َء ََل يُ ِحبُّهُ إِ ََّل ِ
)ف فِي النَّ ِار (رواه البخاري َ َأ َ ْن يُ ْقذ
3 Marhumah, ULUMUL HADIS: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, dan Contoh (Yogyakarta: SUKA-Press, 2014), 22.
4 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998), 148-149.
Rangkaian nama-nama itulah yang disebut dengan sanad hadis, karena
merekalah yang menjadi jalan bagi kita untuk sampai kepada matan hadis dari
sumbernya yang pertama. 5
Karena adanya istilah awal sanad dan akhir sanad, maka ada juga yang
disebut dengan awsat al-sanad (sanad tengah). Dalam konteks sanad hadis
Selain istilah sanad, ada pula istilah yang berkaitan dengannya seperti
musnad, musnid, dan isnad. Musnad adalah hadis yang disebut lengkap
beserta sanadnya sampai kepada Nabi saw. Sedangkan yang dimaksud dengan
musnid adalah orang yang meriwayatkan hadis lengkap dengan sanadnya, dan
kata isnad artinya menerangkan atau menjelaskan sanad suatu hadis. 8
b. Pengertian Matan.
Matan secara bahasa berarti:
11 Nasir Akib, KESAHIHAN SANAD DAN MATAN HADITS: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Shautut Tarbiyah Ed. 21, Th.
XIV, September 2008. 109-110.
12 Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabigus mei (Jakarta: Renaisan, 2005), 110.
bertentangan dengan riwayat yang tsiqah lainnya, maka matan
hadis tersebut sekaligus mengandung shadz.13
Langkah metodologis yang perlu ditempuh dalam
melacak dugaan ‘illat pada matan hadis adalah: (1) melakukan
takhrij (melacak keberadaan hadis) untuk matan yang
bersangkutan untuk mengetahui seluruh jalur sanadnya, (2)
melakukan kegiatan i’tibar (penelitian literatur hadis) untuk
mengkategorikan muttabi’ tam (adanya kesamaan rawi mulai
dari awal sampai akhir sanad) atau qasir (adanya kesamaan
rawi pada tengah sanad atau sebagian sanad) serta menghimpun
matan yang bertema sama sekalipun berujung pada akhir sanad
yang nama sahabatnya berbeda (shahid), (3) mencermati data
dan mengukur segi-segi perbedaan atau kedekatan pada nisbah
ungkapan kepada narasumber, pengantar riwayat (shighah
tahdits) dan susunan kalimat matannya, kemudian menentukan
sejauh mana unsur perbedaan yang teridentifikasi. 14
C. Tokoh Perumusan Sanad dan Matan
Perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha ahli hadis adalah
para sahabat Rasulullah saw. yang paling masyhur dari mereka antara lain:
1. Khalifah yang empat (Radhiyallahu‘anhum):
a. Abu Bakr Ash-Shiddiq
b. Umar bin Al-Khaththab
c. Utsman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib
2. Al-Abadillah (Radhiyallahu‘anhum):
a. Ibnu Umar
b. Ibnu Abbas
c. Ibnu Az-Zubair
d. Ibnu Amr
e. Ibnu Mas’ud
f. Aisyah
g. Ummu Salamah
h. Zainab
i. Anas bin Malik
j. Zaid bin Tsabit
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sanad adalah jalan kepada matan hadis yang berupa nama-nama perawi secara
berurutan. Sedangkan matan adalah sesuatu yang terdapat setelah sanad atau biasa
disebut dengan isi dari hadis.
Sebagai syarat untuk diterimanya suatu hadis, terdapat kaidah-kaidah yang
menyertai sanad dan matan hadis. Kaidah sanad hadis antara lain: (1) sanad atau isnad
bersambung, (2) perawi yang adil, (3) perawi yanga dhabit, (4) tidak mengandung
shadz, (5) tidak mengandung illat. Kemudian kaidah matan hadis adalah terhindar dari
shadz dan illat.
Adapun tokoh perumusan sanad dan matan hadis adalah berasal dari kalangan
sahabat Rasulullah saw. Beberapa diantaranya antara lain para khulafa’urrasyidin,
Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Anas bin Malik, Zaid bin
Tsabit, dan para sahabat lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasyim. Kritik Matan Hadis: Versus Muhaddisin dan Fuqaha, Yogyakarta:
Kalimedia, 2016.
Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, Jakarta: Renaisan, 2005.
Akib, Nasir. Kesahihan Sanad dan Matan Hadits: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Shautut Tarbiyah
Ed. 21, Th. XIV, September 2008.
Idri dkk, Studi Hadis, Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya Press, 2021.
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Marhumah. Ulumul Hadis: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, dan Contoh, Yogyakarta:
SUKA-Press, 2014.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998.