DOSEN PENGAMPU
MUHAMMAD RIZAL MUARRIF LC.M,Us
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
MUHAMMAD IRFANDI 2305110009
HAFIQ MUNZIL 2305110004
Secara riwayatan ) روايةetimologis, kata riwayah terbentuk dari برويkata rawa-yarwi- رویla
merupakan bentuk masdar, kata dasar yang membentuk kata kerja rawa-yarwi tersebut. Yang
berarti an-nagl ) (الكلyaitu pemindahan atau penukilan. Disebut demikian karena inti dari ilmu
ini memang pemindahan riwayat, penukilan riwayat, baik secara lisan maupun tulisan.
Secara terminologi Ilmu Hadits Riwayah ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-
hadits yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabi at
maupun tingkah lakunya Ibn al- Akfani, sebagaimana dikutip oleh imam AL- Suyuthi,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu Hadis Riwayah ialah:
علم الحديث الخاص بالرواية علم يشتمل على نقل أقوال النبي صلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلم
Ilmu hadits khusus yang berhubungan dengan riwayah adalah ilmu pengetahuan yang
mencakup perkataan perbuatan Nabi SAW, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun
pemulisan atau pembukuan lafaz lafaznya
Ilmu hadits riwayah ini sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup, yaitu bersamaan dengan
dimulainya periwayatan hadits itu sendiri. Para sahabat Nabi SAW menaruh perhatian yang
tinggi terhadap hadits Nabi, mereka berupaya untuk memperoleh hadits Nabi SAW dengan
cara mendatangi majlis Rasul SAW serta mendengar serta menyimak pesan atau nasihat yang
disampaikan beliau.
Objek kajiannya ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain,
memindahkan atau mendewankan. Demkia menurut imam AL-Syuthi. Dalam menyampaikan
dan membukukan hadis hanya disebutkan apaadanya, baik yang berkaitan dengan matan
maupun sanadnnya. Ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz (kejanggalan) illat
(kecacatan) matan hadis. Demikian ilmu ini tidak membahas tentang kualitas para perawi,
baik keadilan, kedobitan, atau fasikannya. akan tetapi membicarakan bagaimana cara
menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu
Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan
dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.
Penghimpunan Hadits secara resmi dilakukan pada masa pemerintah Khalifah "Umar Ibnu
'Abd al-Aziz. Usaha tersebut di antaranya dipelopori oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu
Syihab al-Zuhri. (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam
(Suriah). Dalam sejarah perkembangan hadis, az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang
menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah
Umar II (memerintah 99 H/717 M-102 H/720 M).
b. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi SAW dan
mana yang disandarkan kepada selain beliau.
c. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut kemulut atau dari satu tulisan ke tulisan
yang lain tanpa sanad
d. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi SAW.
e. Agar dapat diperiksa sanad dan matan -nya sah atau tidaknya
Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan
kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan "Hadits Hadits Riwayah Bil-lafdzi" dan
"Hadits Riwayah Bil-ma'na."
mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau
dengan kata lain meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi saw. Riwayat hadits
dengan lafadz ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari
Nabi baik melalui perkataan maupun perbuatan dan pada saat sahabat langsung menulis
atau menghapalnya. Hal in hadits-hadits yang memakai lafadz-laťadz sebagai berikut:
ِإَّن َكِذ بًا على ليس ككذب على أحٍد: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول:عن المغيرة قال
)َف َمْن َكَذ َب َع َلَّي ُم َتَعِّم دًا َفْلَيَتَبَّوْأ َم ْق َع َدُه ِم َن الَّن ار (رواه مسلم وغيره
(Saya mendengar Rasulullah saw) Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas
nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia
menempati tempat duduknya di neraka." (HR. Muslim dan lain-lainnya)
حدثنى رسول هللا صلى هللا عليه وسلمMenceritakan kepadaku Rasulullah saw(
Contohnya:
َع ْن َأِبي ُهَرْيَرَة َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر: حَّد َتِني َم اِلٌك َع ن اْب ِن ِش َه اٍب َع ْن ُح َمْي ِد ْبِن َع ْب ِد الَّرْح َم ِن َوَس َّلَم َق اَل
ُس وُل الَّلِه َصَّلى الَّلُه َع َلْي ِه َمْن َق اَم َرَم َضاَن ِإْيَم اًنا َواْح ِتَس اًبا ُغ ِف َر َلُه َم ا َتَق َّدَم ِم ْن َذ ْنِبِه
Menceritakan kepadaku Rasulullah saw) Artinya: Telah bercerita kepadaku Malik dari Ibnu
Syihab dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Siapa yang beramadhan dengan iman dan mengharap pahala, dihapus doasa-dosanya yang
telah lalu."
Hadits yang menggunakan lafadz-lafadz di atas memberikan indikasi, bahwa para sahabat
langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan hadits. Oleh karenanya para ulama
menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi hujjah tidak ada khliaf.
2. HADITS RIWAYAH BIL MA'NA
Meriwayatkan hadits dengan makna adalah meriwayatkan hadits dengan maknanya saja
sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Atau dengan kata lain
apa yang diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu disampaikan oleh
para sahabat dengan lafadz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan para
sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu
kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara
apa yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya.
Menukil atau meriwayatkan hadits secara makna ini hanya diperbolehkan ketikan hadits-
hadits belum terkodifikasi. Adapun hadits-hadits yang sudah terhimpun dan dibukukan
dalam kitab-kitab tertentu (seperti sekarang), tidak diperbolehkan merubahnya dengan
lafadz/matan yang lain meskipun maknanya tetap.
َياَرُس وَل هللا ال: جانْت إمرأة إلى النبي صلى هللا عليه وسلم وأراد أن نهب َنْفَس َه اَلُه َفَتَقِّد َم َرُج ٌل َفَقاَل
ِكْح َبِتَه ا َوَلْم َيُكن َم َع ُه ِم َن اْلَمْه ِر َغ ْيَر َبْع ِض اْلُق ْر آِن فقال له النبي صلى هللا عليه وسَّلم الَكْح ُت َكَه ا ِبَم ا َم
َع َك ِم َن اْلُق ْر آِن وفرواية َق ْد َزَّوْج ُت َكَه ا ِبَم ا َم َع َك ِم َن اْلُق ْر آِن وفرواية زوجتكها على َم َع َك ِم َن اْلُق رآن
Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri- daryan yang
berarti pengetahuan. Maka seringkali kita mendengar Ilmu Hadits Dirayah Disebut-sebut
sebagai pengetahuan tentang ilmu Hadits atau pengantar ilmu hadits. Menurut imam
Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan,
syarat-syaratnya, macam- macamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-
syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan
Ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macат- macam, dan
hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya,
macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya. Yang
dimaksud dengan:
Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada sumber hadis
atau sumber berita.
Syarat-Syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan diriwiyatkan
dengan bermacam-macam cara penerimaan, seperti melalui Sama (pendengaran), Al-
Qira'ah (pembacaan), Al-Washiah (berwasiat), Al-Ijazah ( pemberian izin dari perawi)
Macam-Macam periwayatan ialah membicarakan sekitar bersambung dan terputusnya
periwayatan dan lain-lain.
Hukum-Hukum periwavatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau ditolaknnya. suatu
hadis.
Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan para perawi. dan syarat-
syarat mereka dalam menerima dan meriwatkan hadis.
Macam-Macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis-hadis yang dapat dihimpun pada
kitab-kitab tasauf,kitab tasnid, dan kitab mujam.
Obyek Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi dan marwinya. Keadaan para
perawinya, baik menyangkut peribadinya, seperti akhlak, tabi'at, dan keadaan hafalannya,
maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnnya sanad. Sedang keadaan marwi
adalah dari sudut kesohihan. kedhaifannya, dan dari sudut lain yang berkaitan
dengan keadaan matan
PENUTUP
A.kesimpulan
KESIMPULAN
Dalam ilmu hadis, ada dua cabang utama ilmu hadis. Yaitu ilmu riwayah dan ilmu dirayah.
Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk mengetahui
dirayah hadis, baik dari segi historisitas (kualitas sanad) maupun segi pemahaman, sangat
diperlukan pengetahuan tentang ilmu riwayah. Tanpa adanya ilmu riwayah, dirayah akan
terputus dari konteks historisnya. Baik, histori kemunculannya pada masa Nabi (sababul
wurud), maupun histori periwayatannya (sababul irad).
Sebaliknya, kajian ilmu riwayah saja tanpa disertai dengan pengetahuan tentang dirayahnya,
akan menjadi kering dan tidak sempurna manfaatnya. Ini karena tujuan utama praktik
periwayatan adalah bukan sekedar pengutipan, penyampaian, atau konservasi, melainkan
juga pemaknaan, pemahaman dan pengamalan hadis. Dari situlah kemudian ilmu hadis
riwayah dan dirayah adalah bak dua sisi mata uang. berbeda namun tak terpisahkan.
B. SARAN
Semoga pembuatan makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca
mengenai ilmu hadits. Pemakalh berharap ilmu hadits dapat lebih dipelajari lagi karena ilmu
hadits ini sangat erat kaitannya dengan masalah masalah yang terjadi di kehidupan kita
sehari hari. Dengan mengetahui hadits yang sahih maka akan dapat menjadi panduan kita
dalam memperbaiki diri menjadi manusia yang beragama islam secara sempurna. Apabila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dari isi makalah ini pemakalah mohon maaf. Wassalam.