Anda di halaman 1dari 8

MEMAHAMI ILMU-ILMU HADITS

DOSEN PENGAMPU
MUHAMMAD RIZAL MUARRIF LC.M,Us

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
MUHAMMAD IRFANDI 2305110009
HAFIQ MUNZIL 2305110004

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya sampaikan Kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan Nikmat-Nya
saya senantiasa diberi kekuatan dan kesehatan untuk menyelesaikan penyusunan buku ini.
Selawat berserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita penghulu alam
baginda Rasulullah Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat beliau
sekalian, dengan perjuangannya yang gigih mengantarkan kita umatnya dari zanman jahiliah
kezaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, selalu kita nantikan syafa‟at-Nya di hari
kiamat nanti.
Saya menyadari dalam penyusunan buku ini masih banyak kekurangan baik secara
teknis maupun isi muatan buku ini sendiri dalam penyusunannya, buku ini semaksimal
mungkin saya upayakan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak sengga saya dapat
memperlancarkan daalam penyusunannya, untuk itu saya tidak lupa juga mengucapkan
banyak terimakasih atas semua pihak yang telah mendukung saya sehingga dapat
menyelesaikan buku ini.
Buku ini saya beri judul “ ULUMUL QUR‟AN”, saya mengharapkan kepada
pembaca agar dapat mengambil inti sari dari isi buku ini, semoga bermanfa‟at dan bisa
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang baik serta diamalkan agar menjadi ilmu pengetahuan
untuk dari sendiri dan bisa diberikan kepada orang lain, semoga dengan diberikan kepada
orang lain dengan ikhlas kerena Allah Swt agar Allah Swt menjadikan sebuah amal baik dan
dengan amal baik itu menjadi teman di alam barzah nanti.
Buku ini insya Allah akan memberikan banyak manfa‟at bagi pembabaca khususnya
mahasiswa dan mahasiswi agar menambah pengetahuan dan pengalaman yang baik. Bagi
pembaca yang budiman saya dengan lapang dada selalu menerima kritikan dan saran-saran
yang baik demi kesempurnaan buku ini untuk masa-masa yang akan datang, karena saya
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan dalam
buku ini. Dan buku ini semoga mbermanfa‟at buat penyusun sendiri maupun kepada kaum
muslimin.
PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN HADITS RIWAYAH

Secara riwayatan )‫ رواية‬etimologis, kata riwayah terbentuk dari ‫ بروي‬kata rawa-yarwi- ‫ روی‬la
merupakan bentuk masdar, kata dasar yang membentuk kata kerja rawa-yarwi tersebut. Yang
berarti an-nagl )‫ (الكل‬yaitu pemindahan atau penukilan. Disebut demikian karena inti dari ilmu
ini memang pemindahan riwayat, penukilan riwayat, baik secara lisan maupun tulisan.

Secara terminologi Ilmu Hadits Riwayah ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-
hadits yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabi at
maupun tingkah lakunya Ibn al- Akfani, sebagaimana dikutip oleh imam AL- Suyuthi,
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu Hadis Riwayah ialah:

‫علم الحديث الخاص بالرواية علم يشتمل على نقل أقوال النبي صلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلم‬

‫وأفعاله وروايتها وصبتها وتحرير الفاظها‬

Ilmu hadits khusus yang berhubungan dengan riwayah adalah ilmu pengetahuan yang
mencakup perkataan perbuatan Nabi SAW, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun
pemulisan atau pembukuan lafaz lafaznya
Ilmu hadits riwayah ini sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup, yaitu bersamaan dengan
dimulainya periwayatan hadits itu sendiri. Para sahabat Nabi SAW menaruh perhatian yang
tinggi terhadap hadits Nabi, mereka berupaya untuk memperoleh hadits Nabi SAW dengan
cara mendatangi majlis Rasul SAW serta mendengar serta menyimak pesan atau nasihat yang
disampaikan beliau.

Objek kajiannya ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain,
memindahkan atau mendewankan. Demkia menurut imam AL-Syuthi. Dalam menyampaikan
dan membukukan hadis hanya disebutkan apaadanya, baik yang berkaitan dengan matan
maupun sanadnnya. Ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz (kejanggalan) illat
(kecacatan) matan hadis. Demikian ilmu ini tidak membahas tentang kualitas para perawi,
baik keadilan, kedobitan, atau fasikannya. akan tetapi membicarakan bagaimana cara
menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu
Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan
dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.
Penghimpunan Hadits secara resmi dilakukan pada masa pemerintah Khalifah "Umar Ibnu
'Abd al-Aziz. Usaha tersebut di antaranya dipelopori oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu
Syihab al-Zuhri. (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam
(Suriah). Dalam sejarah perkembangan hadis, az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang
menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah
Umar II (memerintah 99 H/717 M-102 H/720 M).

Adapun kegunaan atau faidah mempelajari ilmu ini adalah


a. untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi
Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan hadits,
melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan
sumbernya tidak jelas sama sekali

b. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi SAW dan
mana yang disandarkan kepada selain beliau.

c. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut kemulut atau dari satu tulisan ke tulisan
yang lain tanpa sanad

d. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi SAW.

e. Agar dapat diperiksa sanad dan matan -nya sah atau tidaknya

Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan
kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan "Hadits Hadits Riwayah Bil-lafdzi" dan
"Hadits Riwayah Bil-ma'na."

1. HADITS RIWAYAH BI-LAFDZI

mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau
dengan kata lain meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi saw. Riwayat hadits
dengan lafadz ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari
Nabi baik melalui perkataan maupun perbuatan dan pada saat sahabat langsung menulis
atau menghapalnya. Hal in hadits-hadits yang memakai lafadz-laťadz sebagai berikut:

(saya mendanggar Rasullah saw )


Contohnya
:

‫ ِإَّن َكِذ بًا على ليس ككذب على أحٍد‬:‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬:‫عن المغيرة قال‬
)‫َف َمْن َكَذ َب َع َلَّي ُم َتَعِّم دًا َفْلَيَتَبَّوْأ َم ْق َع َدُه ِم َن الَّن ار (رواه مسلم وغيره‬

(Saya mendengar Rasulullah saw) Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas
nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia
menempati tempat duduknya di neraka." (HR. Muslim dan lain-lainnya)

‫ حدثنى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬Menceritakan kepadaku Rasulullah saw(
Contohnya:

‫ َع ْن َأِبي ُهَرْيَرَة َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر‬: ‫حَّد َتِني َم اِلٌك َع ن اْب ِن ِش َه اٍب َع ْن ُح َمْي ِد ْبِن َع ْب ِد الَّرْح َم ِن َوَس َّلَم َق اَل‬
‫ُس وُل الَّلِه َصَّلى الَّلُه َع َلْي ِه َمْن َق اَم َرَم َضاَن ِإْيَم اًنا َواْح ِتَس اًبا ُغ ِف َر َلُه َم ا َتَق َّدَم ِم ْن َذ ْنِبِه‬
Menceritakan kepadaku Rasulullah saw) Artinya: Telah bercerita kepadaku Malik dari Ibnu
Syihab dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Siapa yang beramadhan dengan iman dan mengharap pahala, dihapus doasa-dosanya yang
telah lalu."

(Mengkhabarkan kepadaku Rasulullah) ‫أخبرني رسول هللا صلى هللا عليهوسلم‬


Saya melihat melihat Rasulullah saw berbuat ‫رأيت رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم‬
Mengkhabarkan kepadaku Rasulullah saw)(Saya melihat Rasulullah saw berbuat) Artinya:
Dari Abbas bin Rabi ra., ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra., mencium Hajar
Aswad dan ia berkata: "Sesungguhnya benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah batu
yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah saw, menciummu, aku (pun) tak akan menciummu." (HR. Bukhari dan
Muslim).

Hadits yang menggunakan lafadz-lafadz di atas memberikan indikasi, bahwa para sahabat
langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan hadits. Oleh karenanya para ulama
menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi hujjah tidak ada khliaf.
2. HADITS RIWAYAH BIL MA'NA

Meriwayatkan hadits dengan makna adalah meriwayatkan hadits dengan maknanya saja
sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Atau dengan kata lain
apa yang diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu disampaikan oleh
para sahabat dengan lafadz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan para
sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu
kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara
apa yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya.

Menukil atau meriwayatkan hadits secara makna ini hanya diperbolehkan ketikan hadits-
hadits belum terkodifikasi. Adapun hadits-hadits yang sudah terhimpun dan dibukukan
dalam kitab-kitab tertentu (seperti sekarang), tidak diperbolehkan merubahnya dengan
lafadz/matan yang lain meskipun maknanya tetap.

Adapun contoh hadits ma'nawi adalah sebagai berikut:

‫ َياَرُس وَل هللا ال‬: ‫جانْت إمرأة إلى النبي صلى هللا عليه وسلم وأراد أن نهب َنْفَس َه اَلُه َفَتَقِّد َم َرُج ٌل َفَقاَل‬
‫ِكْح َبِتَه ا َوَلْم َيُكن َم َع ُه ِم َن اْلَمْه ِر َغ ْيَر َبْع ِض اْلُق ْر آِن فقال له النبي صلى هللا عليه وسَّلم الَكْح ُت َكَه ا ِبَم ا َم‬
‫َع َك ِم َن اْلُق ْر آِن وفرواية َق ْد َزَّوْج ُت َكَه ا ِبَم ا َم َع َك ِم َن اْلُق ْر آِن وفرواية زوجتكها على َم َع َك ِم َن اْلُق رآن‬

PENGERTIAN DAN PEMBAHASA ILMU DIRAYAH

Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri- daryan yang
berarti pengetahuan. Maka seringkali kita mendengar Ilmu Hadits Dirayah Disebut-sebut
sebagai pengetahuan tentang ilmu Hadits atau pengantar ilmu hadits. Menurut imam
Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan,
syarat-syaratnya, macam- macamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-
syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan

dengannya" Disebut dengan juga ilmu Musthalahul Hadits-undang-undang (kaidah-kaidah)


untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima. dan menyampaikan al-
Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya
Ibnu al-Akfani mendefinisakan ilmu ini sebagai berikut:
‫علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها وأنواعها وأحكامها وحال الرواة وشروطهم‬
.. ‫واصناف المرويات وما يتعلق بها‬

Ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macат- macam, dan
hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya,
macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya. Yang
dimaksud dengan:
Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada sumber hadis
atau sumber berita.
Syarat-Syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan diriwiyatkan
dengan bermacam-macam cara penerimaan, seperti melalui Sama (pendengaran), Al-
Qira'ah (pembacaan), Al-Washiah (berwasiat), Al-Ijazah ( pemberian izin dari perawi)
Macam-Macam periwayatan ialah membicarakan sekitar bersambung dan terputusnya
periwayatan dan lain-lain.
Hukum-Hukum periwavatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau ditolaknnya. suatu
hadis.
Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan para perawi. dan syarat-
syarat mereka dalam menerima dan meriwatkan hadis.
Macam-Macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis-hadis yang dapat dihimpun pada
kitab-kitab tasauf,kitab tasnid, dan kitab mujam.

Obyek Ilmu Hadis Dirayah adalah keadaan para perawi dan marwinya. Keadaan para
perawinya, baik menyangkut peribadinya, seperti akhlak, tabi'at, dan keadaan hafalannya,
maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnnya sanad. Sedang keadaan marwi
adalah dari sudut kesohihan. kedhaifannya, dan dari sudut lain yang berkaitan
dengan keadaan matan
PENUTUP
A.kesimpulan
KESIMPULAN

Dalam ilmu hadis, ada dua cabang utama ilmu hadis. Yaitu ilmu riwayah dan ilmu dirayah.
Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk mengetahui
dirayah hadis, baik dari segi historisitas (kualitas sanad) maupun segi pemahaman, sangat
diperlukan pengetahuan tentang ilmu riwayah. Tanpa adanya ilmu riwayah, dirayah akan
terputus dari konteks historisnya. Baik, histori kemunculannya pada masa Nabi (sababul
wurud), maupun histori periwayatannya (sababul irad).

Sebaliknya, kajian ilmu riwayah saja tanpa disertai dengan pengetahuan tentang dirayahnya,
akan menjadi kering dan tidak sempurna manfaatnya. Ini karena tujuan utama praktik
periwayatan adalah bukan sekedar pengutipan, penyampaian, atau konservasi, melainkan
juga pemaknaan, pemahaman dan pengamalan hadis. Dari situlah kemudian ilmu hadis
riwayah dan dirayah adalah bak dua sisi mata uang. berbeda namun tak terpisahkan.

B. SARAN

Semoga pembuatan makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca
mengenai ilmu hadits. Pemakalh berharap ilmu hadits dapat lebih dipelajari lagi karena ilmu
hadits ini sangat erat kaitannya dengan masalah masalah yang terjadi di kehidupan kita
sehari hari. Dengan mengetahui hadits yang sahih maka akan dapat menjadi panduan kita
dalam memperbaiki diri menjadi manusia yang beragama islam secara sempurna. Apabila
terdapat kesalahan dan kekeliruan dari isi makalah ini pemakalah mohon maaf. Wassalam.

Anda mungkin juga menyukai