Anda di halaman 1dari 21

TAFSIR KAWASAN PERSIA TIMUR

Tugas :
Diajukan Untuk Memenuhi Matakuliah Tafsir kawasan

Oleh :

Siti Zahratul Awaliyah (E03217047)


Solehodin (E03217048)
Yurid Syifan Alal F. (E03217050)
Faris Ramadanu R. (E03217060)

Dosen Pengampu :

Naufal Cholily M. Th.I

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
2020

1
TAFSIR KAWASAN PERSIA TIMUR

A. Pendahuluan

Perkembangan agama Islam dari masa ke masa terus mengalami kemajuan


secara pesat, dari perkembangan ilmu syariat agama Islam sampai pada ekspansi
perluasasn wilayah kekuasaan. Tidak cukup dengan menyebarkan ajaran tapi juga
menguasai dan memegang ruas politik kenegaraan, ekonomi dunia, pengetahuan
dan meliter pertahanan. Hal ini cukup membantu dalam menyebarkan ajaran agama
khusunya bidang al quran dan tafsir serta sunah nabi SAW. Selain itu tidak dapat
dipungkiri perjalanan panjang agama sejak Nabi SAW sampai pada generasi-
generasi berikutnya terdapat gejolak khilafiah, perbedaan pandangan dan
kebudayaan sehingga demikian itu berindikasi terhadap suatu ajaran agama yang
terpeta-petakan. Semisal yang terjadi di wilayah Iran, dari awal perkemabngan
agama Islam sampai pada masa kontemporer gejolak teologi dan ajaran terus
berbolak balik sejalan dengan teologi atau kepentingan suatu pemerintahan.
Pengaruh ajaran teologi siah di wilayah Iran cukup pesat sehingga hal itu mampu
membentuk karakter kepribadian rakyat yang menjadikan kesadaran kolektif dalam
menjalankan ajaran dan tuntunan agama serta stabilitas dalam mejaga kedaulatan
suatu Negara. Tidak terkecuali dalam bidang tafsir, karya-karya yang dihasilkan
didominasi oleh pemikiran nalar siah, tatanan karya tafsir yang dihasilkan oleh
kaum suni lebih banyak berkembang pada masa kelasik dan itupun sedikit.

Melihat perkembangan tafsir di Persia (Iran dan sekitarnya) dari berbagai


sudut dan pengaruh penguasa terhadapad hasil karya akan tampak jelas bahwa
idiologi dan kepentingan berpotensi penuh dari pribadi mufassir. Meminjam istilah
yang dipakai Prof. Mustaqim perkembangan penafsiran yang terdapat di Persia dari
awal berkembangnya hingga era kontemporer lebih di dominasi dengan penafsiran
afirmatif dengan Nalar idiologis, dalam arti bahwa penafsiran lebih banyak hanya
mengikuti pendapat-pendapat pendahulu yang menggunakan idiologi siah.1

1
Abdul Mustaqim, Pergeseran epistimologi tafsir, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 59.

2
B. Peta Wilayah Persia

3
Tabriz
(1501–1555)
Ibu kota Qazvin
(1555–1598)
Isfahan
(1598–1722)
Bahasa Persia2 dan Azerbaijan3
Agama Islam Syiah4
Bentuk pemerintahan Monarki
Shah5
- 1501–24 Ismail I
- 1524–76 Tahmasp I
- 1587–1629 Abbas I
- 1694–1722 Sultan Husayn
- 1729–32 Tahmasp II
- 1732–36 Abbas III
- 1732–36 Nader Afshar
Sejarah
Pendirian Safawiyyah
- oleh Safi-ad-din
Ardabili 1301
- Didirikan 1501
- Serangan Hotaki 1722
Penaklukan kembali
-
oleh Nader Afshar 1726–29
- Nader Shah dimahkotai 1 Oktober 1736
Luas 2.850.000 km² (1.100.391 mil²)

2
Roemer, H. R. (1986). "The Safavid Period". The Cambridge History of Iran, Vol. 6: The
Timurid and Safavid Periods. Cambridge: Cambridge University Press, pp. 189–350
3
Mazzaoui, Michel B (2002). "Islamic Culture and Literature in Iran and Central Asia in the early
modern period". Turko-Persia in Historical Perspective. Cambridge University Press. hlm. 86–87.
Buku dapat dilihat di
https://books.google.co.id/books?id=qwwoozMU0LMC&pg=PA86&redir_esc=y&hl=id#v=onepa
ge&q&f=false
4
The New Encyclopedia of Islam, Ed. Cyril Glassé, (Rowman & Littlefield Publishers, 2008), 449.
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Shah_Dinasti_Safawi dapat dibaca di Boullata, Issa J.
(2009). "Cyril Glassé. The New Encyclopedia of Islam. Third Edition. Lanham, MD: Rowman &
Littlefield Publishers, Inc., 2008. viii + 718 pages, color photos, maps, charts, genealogical tables,
chronology, bibliography. Cloth US$99.95. Review of Middle East Studies. 43 (2): 258–259. Atau
juga bisa di lihat di https://www.cambridge.org/core/journals/review-of-middle-east-
studies/article/cyril-glasse-the-new-encyclopedia-of-islam-third-edition-lanham-md-rowman-
littlefield-publishers-inc-2008-viii-718-pages-color-photos-maps-charts-genealogical-tables-
chronology-bibliography-cloth-us9995-isbn-
9780742562967/5D3F4DE45523E6D9E4A5F57318741FD6

4
C. Sosiohistoris Perkembangan Persia

Iran bukanlah Negara yang tidak berpradaban, melaikan Negara dengan


prestasi gemilang yang tidak kalah penting dengan haramin (Makah-Madinah)
atau wilayah seperti irak dan lain lain. Berbagai macam bidang sudah
berkembang pesat, seperti ekonomi, pendidikan dan pengetahuan, politik, seni
budaya dan pertahanan meliter.

1. Bidang Ekonomi

Kemajuan ekonomi dicapai terutama setelah kepulauan Hurmua


dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi bandar Abbas. Dengan
dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat
yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya jadi
milik Kerajaan. Sektor pertanian juga mengalami kemajuan terutama didaerah
bulan sabit subur. 6
Letak Geografis Persia yang setrategis dan sebagian wilahnya yang
subur sehingga disebut sebagai daerah bulan sabit subur , membuat mata dunia
internasional pada saat itu memusatkan perhatiannya ke Persia. Portugal,
Inggris, Belanda, dan Prancis berlomba-lomba menarik simpati istana
Safawiyah. Bahkan Inggris telah mengirim duta khusus dan ahli pembuat
senjata modern guna membantu memperkuat militer Safawiyah.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan

Kemajuan di bidang tasawuf ditandai dengan berkembangnya filsafat


ketuhanan (al-Hikmah al-ilahiyah) yang kemudian terkenal dengan sebutan
filsafat ’’pencerahan’’. Adapun tokoh terbesarnya adalah Mulla Sadra7
Sepanjang sejarah Persia dikenal sebagai bangsa yang telah
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-
Din al-Sayrazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof,

6
Lapidus, I. M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam. (Jakarta: Rajawali Pers), 143.
7
Saepudin, D. (2007). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press. 102.

5
dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog
dan seorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.
Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan
sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia
menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang
matematika dan astronomi untuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu. Ia ahli
agama terlahir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam bidang
ilmu pengetahuan, kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding
Mughal dan Usmani8

3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah


bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibukota kerajaan.
Sejumlah Masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memenjang diatas
Zende Rud dan isana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun
wisata yang tertata apik.
Sejumlah kekurangan yang menyertai keberhasilan Syah Abbas yaitu,
Abbas tidak pernah berhasil dalam menegakkan sebuah rezim yang benar-
benar memusat. Beberapa kebijakannya dalam bidang administratif dan
kemiliteran yang mengurangi tokoh-tokoh Turki tidak pernah berhasil
menggeser kedudukan mereka. Kebijakannya dalam perdagangan hanya
berhasil dalam sesaat, beberapa progam keagamaan dan artistiknya mestilah
disesuaikan dengan kebijakan yang lain. Akhirnya para elite perkotaan dan
tuan tanah perkampungan juga terlalu lemah untuk mendukung sebuah negara
yang memusat.
Beberapa perayaaan di bulan Muharram menjadi pusat seremonial
dalam kalender keagamaan Syi’ah. Pembacaan kisah Hasan yang sangat
memilukan hati, beberapa mata acara meliputi arak-arakan masa, pertunjukan
yang sangat mengasyikkan, pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir ratapan,
melambangkan rasa berkabung dan perasaan bersalah atas kematiannya.
Beberapa kelompok ketetanggaan, geng-geng pemuda, dan beberapa faksi

8
Lapidus, I. M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam. (Jakarta: Rajawali Pers), 155.

6
keagamaan berlomba-lomba dalam pemujaan terhadap Husayn bahkan sampai
menimbulkan pertumpahan darah. Demikianlah Syi’isme telah menyalin
seluruh sensibilitas keagamaan yang kompleks yang sebelumnya telah
berkembang dalam Sunnisme. Dengan demikian ia telah menjadi sebuah
alternatif versi Islam yang kompherensif (Lapidus, 1999).9

D. Perkembangan Tafsir Di Iran

Sebelum kita membahas perkembangan tafsir di iran perlu kita pahami


bagaimana awal mula Islam masuk ke Persia, yang sekarang di sebut Iran. Hal
lain yang harus dipahami terlebih dahulu adalah bagaimana corak pemikiran
Islam di Iran.

Pada tahun 642 M, khalifah Umar bin Khattab memiliki inovasi untuk
melancarkan penuh kepada kekaisaran Persia Sassaniyah. Dan berhasil pada
pertengahan tahun 644 M. Dimana dalam waktu cepat Khalifah Umar berhasil
melalui serangan yang terorganisir dan rapih dan merupakan pencapaian
terbaik beliau.meskipun Khalifah Umar tidak turun langsung tetapi
mengarahkan serangan dari Madinah, ribuan Mil dari medan Persia. Hal inilah
yang menjadikan dia dikenal sebagai seorang ahli militer dan politik yang
piawai.10

Madzhab resmi Iran adalah Syi;ah Itsna ‘Asariyah yang telah


diterapkan sejak abad ke-16, yaitu pada masa Shah Ismail 1 dinasti Safawy.
Kebanyakan penduduk Iran adalah Muslim, dengan komposisi 90% Syi’ah 8%
Sunni dan 2% lagi adalah penganut agama Baha’I, Mandea, Hindu,
Zoroasterianisme Yahudi dan Kristen. 11 Dengan demikian orang-orang iran
sendiri secara bertahap menerima Islam pada periode lemahnya kepemimpinan
politik Arab dan agama Zoroaster menderita kekalahan pasti dari Islam pada
beberapa abad yang mana Iran meraih kembali independensi politik serta tidak

9
Ibid., hal 163
10
Harkaman, Artikel: Perkembangan Tafsir di Iran,
https://harkamano1.wordpress.com/2019/01/11/perkembangam-tafsir-di-iran/ diakses pada
tanggal 11 Jan 2019
11
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2009), hal 140

7
ada kekuatan yang mampu memaksa Iran untuk meninggalkan agama
mereka.12

Iran tidak hanya dikenal karena memberi sumbangsih yang besar


terhadap intelektual Islam dan kegiatan pengkajian penafsiran al-Qur’an juga
sangat massif. Pada era ini, ada 2 kitab tafsir dari Iran yang sangat terkenal
yaitu al-Mizan di Tafsir al-Qur’an, karya Muhammad Husayn Thabathabai dan
Tafsir al-Amtsal, karya Makarim Syirazi. Dan dikenal juga masyarakatnya
gemar membaca dan menghafal Al-Qur’an.13

Telah disebutkan bahwa Iran adalah salah satu negara yang mayoritas
bermadzhab Syi’ah maka dari itu, untuk membahas sejarah perkembangan
tafsir di Iran, tidak lepas dengan sejarah perkembangan tafsir Syi’ah. Adapun
sejarah perkembangan tafsir Syi’ah memiliki perbedaan dengan sejarah
perkembangan tafsir pada umumnya (Sunni). Di Sunni sejarah perkembangan
tafsir bertolak pada konsep kodifikasi (Tadwin) yang digagas oleh Khalifah
Umar bin Abdul Azis. Sementara madzhab Syi’ah memunculkan sejarah
priodesasi bertolak pada fase imam-imam yang ada dalam keyakinan mereka.
Puncak kesejarahan tafsir adalah bertolak pada ahlul bait, bukan pada fase
sahabat.14

Dalam buku Islam, Iran dan Peradaban di sebutkan bahwa Jurji Zaydan
mengklaim bahwa hingga akhir abad pertama hijriah tafsir al-Qur’an masih
dinukil secara lisan dan orang pertama membukukan tafsir al-Qur’an adalah
Mujahid (w.104 H), setelah itu, orang-orang seperti Waqidi dan Tabari menulis
tafsir pada abad kedua dan ketiga.15

Akan tetapi, tentunya teori ini tidak benar. Ibn Abbas bahkan Sa’id bin
Jubair, telah melakukan penulisan tafsir sebelum Mujahid. Pandangan Jurji

12
Ghulam Reza Awani dkk, Islam, Iran dan Peradaban, (Yogyakarta: RausyanFikr Institute,
2012), hal.33
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibdi,.45

8
Zaydan ini ialah sebuah teori umum yang beranggapan bahwa kaum Muslimin
tidak memiliki karya tulis dalam seluruh abad pertama.16

Perhatian orang-orang Iran terhadap tafsir, Fikih, dan hadis yang terkait
secara langsung dengan teks Islam lebih dari hal lain. Untuk saat ini, penulis
tidak mungkin memperkenalkan seluruh mufassir Iran dari awal Islam hingga
kini. Pada setiap abad terdapat ratusan bahkan ribuan mufasir, serta menulis
ratusan karya tafsir. Akan tetapi, untuk menunjukkan contoh jasa atau
kontribusi waktu orang-orang Iran dalam tafsir, cukup penulis melihat tafsir-
tafsir besar dan paling popular sampai saat ini yang akan dibahas di sub bab
selanjutnya.17

Kelompok pertama, yaitu mufasir-mufasir yang pandangan mereka


banyak dinukil di kitab-kitab tafsir, terdiri dari sebagian sahabat, sebagian
tabi’in, dan sebagian dari murid dan atau para murid dari murid tabi’in,
misalnya Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Sudi Mujahid, Qatadah,
Maqatil, Kalabi, Sabi’I, A’masy, Tsauri, Zuhri, Atha’, ‘Ikrimah, Farra’, dan
lainlain. Sebagian dari mereka ada yang syi’ah dan non Syi’ah, demikian juga
sebgaian berasal dari Iran dan sebagian non-Iran.18

E. Kitab Tafsir di Iran

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, kitab-kitab tafsir yang


ditulis dalam Syi’ah dan Ahlussunnah diluar hitungan. Penulis hanya
menyebutkan tafsir-tafsir paling terkenal yang hingga saat ini masih popular di
kalangan Syi’ah dan Sunni. Disini, kita hanya menyebut nama kitab-kitab tafsir
yang terkenal di kalangan Syi’ah dan kebanyakan tafsir ini disusun oleh orang-
orang Syi’ah Iran.19

1. Tafsir Ali bin Ibrahim Qommi. Tafsir ini termasuk diantara tafsir Syi’ah
yang terkenal sekali. Saat ini, ada dan telah dicetak. Ayah Ali bin Ibrahim
pindah dari Kufah ke Qom. Bukan tidak mungkin Ali bin Ibrahim orang

16
Ibid., 45
17
Ibid.,45
18
Ibid., 45-46
19
Ibid.,47

9
Iran keturunan Arab. Beliau termasuk guru Syaikh Kulaini dan masih
hidup hingga tahun 307.
2. Tafsir Iyasyi, Muhammad bin Mas’ud Samarkandi. Pertama bermadzhab
Ahlussunnah, kemudian cenderung kepada Syi’ah. Satu periode dengan
Syaikh Kulaini. Ia mewarisi 300 ribu dinar dari ayahnya yang semuanya
digunakan untuk manuskrip, transkrip, dan koleksi kitab. Rumahnya
seperti sekolah tempat setiap orang melakukan aktifitas ilmiah, dan beliau
menanggung semua biayanya. Iyasyi adalah orang Iran, tetapi tampaknya
keturunan Arab. Dan dapat digolongkan pada ulama abad ke-3 H.
3. Tafsir Nu’mani. Pengarang tafsir ini adalah Abu Abdillah Muhammad bin
Ibrahim, terkadang disebut dengan Ibn Abi Zainab, murid Syaikh Kulaini.
Beliau tidak diketahui apakah penduduk Irak (sekitar Wasith) atau
penduduk Mesir. Ia termasuk ulama abad ke-4 H.
4. Tafsir Tibyan. Penulisnya Syaikh Ath Thaifah Abu Ja’far Muhammad bin
Al-Hasan bin Ali Ath-Thusi. Lahir tahun 358 H dan meninggal dunia pada
tahun 460 h pada usia 23 tahun, dari Khurasan datang ke Irak dan berguru
kepada Syaikh Mufid serta Sayid Murtadha Alamul Huda.
5. Majmaul Bayan. Penyusunnya adalah Fadl bin Hasan Thabarsi yang
aslinya dari Tafresh. Penulisan tafsir ini selesai pada bulan Zulkaidah 536
H. Dari sisi sastra dan cara penyusunannya merupakan tafsir terbaik.
6. Raudhul Jinan. Dikenal dengan Tafsir Abul Futuh Razi. Tafsir ini
berbahasa Parsi dan merupakan tafsir Syi’ah yang paling terkenal dan
paling kaya. Abul Futuh berasal dari Nisyabur, tetapi tinggal di Rey. Abul
Futuh termasuk orang-orang Iran keturunan Arab, nasabnya hingga ke
Abdullah bin Badil bin Waraqa’, salah satu sahabat Amirulmukminin Ali
dan beliau mendapat kehormatan berada di barisan tentara Imam Ali di
Siffin. Abul Futuh, semasa dengan Thabarsi dan Zamakhsyari, berguru
kepada murid-murid Syaikh Thusi. Tanggal persis meninggalnya tidak
diketahui, yang pasti beliau hidup pada pertengahan abad ke-6 H.
makamnya kini terkenal di kota Rey.
7. Tafsir Ash-Shofi, Penulisnya adalah Mulla Muhsin Faidh Kashani, Filsuf,
arif, ahli hadis, dan mufasir ternama yang termasuk di antara tokoh ulama

10
Syi’ah. Hidup pada abad ke-11 H. tokoh besar ini diberikan umur yang
berkah dan dikenal dengan banyak karyanya. Awalnya beliau tinggal di
Qom. Madrasah Faidhiah dikenal dengan namanya. Dari qom melakukan
perjalanan ke Syiraz dan belajar ilmu hadis dari Sayid Majid Bahrani
8. Tafsir Mulla shadra. Shadrul Mutaallihin atau Mulla Shadra terkenal
dengan filsafat dan irfannya. Beliau wafat di Bashrah tahun 1050 di
perjalanan hainya yang ke-70 dan selalu ditempuh dengan berjalan kaki.
9. Minhaj Ash-Shadiqin. Penulisnya adalah Mulla Fathullah bin Syukurullah
Kasyani yang hidup pada abad ke-10 H. Ditulis dengan bahasa Parsi dan
dicetak dalam tiga jilid besar di Tabriz dengan cetakan litografi.
10. Tafsir Syubbar. Pengarangnya adalah sayid Abdullah Syubbar, sosok
pribadi mulia, peneliti, mahir dalam segala bidang ilmu dan ahli ibadah ini
hidup sezaman dengan Kasyiful Ghitha’ dan Mirza Qommi. Memiliki
banyak karya dalam fikih, ushul fikih ,teologi, hadis, rijal, dan tafsir.
Beliau meninggal pada tahun 1242 H dan dimakamkan dekat Kadhiman.
11. Tafsir Al-Burhan. Penulisnya Sayid Hasyim Bahraini yang termasuk dari
ahli hadis dan peneliti terkenal Syi’ah. Tafsir ini menggunakan metode
akhbari, menyakini al-qur’an hanya dapat ditafsirkan dengan hadis, hanya
cukup menukil hadis-hadis terkait. Beliau meninggal pada tahun 1107 atau
1109 H.
12. Nur Ats-Tsaqalain. Penulisnya adalah salah satu ulama Huwaizi yang
tinggal di Syiraz, Syaikh Abdul Ali bin Jum’ah. Satu periode dengan
majlisi dan Syaikh Hurr ‘Amili. Tafsir ini juga menggunakan nukilan
riwayat dan hadis. Tanggal meninggalnya tidak diketahui.

Adapun kitab tafsir yang ditulis oleh ulama sunni sebagai berikut:20

1. Fakhruddin al Razi dan Tafsir Mafatihu al Ghaib.


Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammmad bin Umar bin
Husain bin al Hasan bin Ali al Taimi al Bakri al Tabarastani al Razi. Beliau
dilahirkan di Rayy, nama sebuah kota kecil di Iran pada tanggal 25 Ramadhan

20
Ibid., 51

11
544 H/ 1149 M. Beliau dikenal sebagai ulama Syafi’iyah dan Asy’ariyah,
bukan tanpa sebab, karena beliau lahir dan tumbuh di keluarga seorang
ulama.21 Ayah beliau, Diya’uddin Umar adalah seorang ulama Syafi’i dan
Asy’ari sehingga sanad keilmuwan Fakhruddin al Razi dalam ilmu fiqih dan
kalam tersambung hingga kedua tokoh masyhur, Imam al Sayfi’i dan Imam
Abu al Hasan al Asy’ari.22
Guru pertama al Razi tentu adalah ayahnya sendiri, namun setelah
sang ayah wafat, al Razi mulai gemar berkelana untuk mencari ilmu ke
berbagai daerah, seperti Khawarizm, Khurasan, dan Mesir. Dari rihlah
ilmiyah itulah yang menjadikan al Razi seorang ulama yang mengusasi multi
disiplin ilmu pengetahun, selain beliau juga masyhur sebagai seorang
mufassir melalui karya monumentalnya, Mafatihu al Ghaib.23
Masa hidup al Razi dilalui pada masa-masa akhir kekuasaan Dinasti
Abbasiyah dan munculnya berbagai dinasti kecil di sekitar Baghdad. Sedang
dalam kontestasi pemikiran,al Razi berada dalam masa perdebatan antara
kaum tradisionalis dan kaum rasionalis. Dalam silang pendapat yang terjadi,
al Razi hadir sebagai seorang kritikus tangguh bersama para tokoh kenamaan
lainnya pada masa itu, seperti Izzuddin bin Abdissalam (W. 660 H.) dan Ibnu
Rusyd (W. 595 H.).
Peran al Razi sangat terasa di tengah lingkungannya, ketika pengajian
yang beliau sampaikan tentang pembahasan karya-karyanya, berdampak pada
penguatan madzhab Ahlu al Sunnah wa al Jamaah, sehinga sebagian besar
pengikut Syiah-Karamiyah 24 di Kota Hirah, kembali memeluk madzhab
Aswaja. Namun dalam beberapa sumber disebutkan bahwa penyebab
kematian al Razi adalah dari pihak Syiah-Karamiyah yang berhasil meracuni
al Razi hingga akhirnya beliau wafat pada tahun 606 H/ 1209 M.

21
Adil Nuwaidh, Mu’jamu al Mufassirin, Jilid I, Cet. III, (Muassisah Nuwaidh al Tsaqafiyah,
1988), h. 596.
22
Anna Shafwan Khalid, Metodologi Tafsir Fakhru al Din al Razi; Telaah Tafsir QS. Al Fatihah
dalam Mafatihu al Ghaib, Jurnal STAI Al Hidayah Bogor, h. 98
23
Muhammad Husain al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufassirun, Juz I, (Kairo: Maktabah Wahbah,
1976), h. 206
24
Aliran Karamiyah adalah aliran keagamaan yang dipelopori oleh Muhammad bin Karam bin
Abu Abdillah al Sijilistani, dengan konsep teologi yang menggambarkan Tuhan sebagaimana sifat
makhluk sehingga dapat disebut sebagai kelompok al Mujassimah. Diakses dari laman
sharescienceinfo.com, pada 12 Maret 2020, Jam 00.04.

12
Al Razi berguru kepada tokoh-tokoh terkemuka diantaranya, Abu al
Qasim al Anshari, Abu Ma’ali al Juwaini, Muhammad bin Abdul Wahab bin
Salam Abu Ali al Juba’i, Majduddin al Jili, dan Muhammad bin Idris al
Syafi’i. Sedang murid-murid beliau diantaranya Abu Ahmad al Biliqani,
Ibrahim bin Muhammad al Sulami al Maghrabi dan Syamsuddin Abu al
Abbas.
Sebagai ulama yang produktif, al Razi memiliki banyak sekali karya
dalam berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, ilmu kalam, ilmu manthiq, fiqih,
bahasa, dan masih banyak lagi. Namun dalam tulisan ini yang akan dibahas
hanya pada kitab tafsir monumental al Razi yaitu Tafsir al Kabir Mafatihu al
Ghaib yang terdiri dari 8 bagian besar.
Ada banyak perdebatan seputar Tafsir al Kabir Mafatihu al Ghaib,
apakah al Razi benar-benar menyelesaikan kitab ini hingga tuntas 30 Juz?.
Setelah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh al Umari, bahwa al Razi
telah merampungkan tafsirnya hanya ketika beliau telah wafat, terjadi
kekacauan di Khawarizmi akibat serangan Bangsa Tatar sehingga hilanglah
beberapa manuskrip dari tafsir ini. Beberapa kekurangan tersebut kemudian
dilengkapi oleh Syihabuddin al Kuby dan Najmuddin al Qomuli (w. 639 H/
1241 M.)25
Dalam menafsirkan Alquran, pertama, al Razi menggunakan
metodologi tafsir (manhaj) rasional (al ra’yu) dan beliau juga dianggap
sebagai pelopor tafsir bi al Ra’y bersama dengan Zamakhsyari penulis tafsir
al Kasysyaf.26 Kedua, al Razi menggunakan 3 corak sekaligus yaitu falsafi,
adabi-ijtima’i, dan ilmi. Ketiga, model penafsiran yang beliau gunakan
adalah metode tahlili dan muqaran.
2. Al-Kasysyaf. tafsir ini merupakan kitab tafsir Ahlusunnah yang paling
terkenal dan kokoh. Memiliki kelebihan dari seluruh tafsir dalam sisi
sastranya. Terutama dalam sisi balaghah (retorika). Penulisnya adalah Abul
Qasim Mahmoud bin Umar Zamakhsyari Khawarazmi, bergelar Jarullah.
Meskipun beliau berasal dari kawasan utara dan wilayah dingin Iran,

25
Muhammad Husain al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufassirun, Juz I, h. 207
26
M.Hasbi as Shiddiqie, Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h.
205.

13
bertahun-tahun beliau hidup bersebelahan di Mekkah dan sanggup bertahan
dengan udara panas disana karena yakin bahwa bersebelahan dengan
Baitullah mendatangkan berbagai dampakm spiritual.
3. Gharaib Al-qur’an yang dikenal dengan Tafsir Nisyaburi. Tafsir ini juga
termasuk dalam jajaran tafsir-tafsir Ahlusunnah level 1. Penulisnya adalah
Hasan bin Muhammad bin Husain yang dikenal dengan Nizam Nisyabur. Ia
seorang yang lengkap, memiliki beberapa karya dalam matematika dan
sastra. Meninggal dunia sekitar tahun 730 H.
4. Kasyful Asrar. Tafsir ini berbahasa Parsi yang terdiri dari 10 jilid. Tafsir ini
ditulis oleh Abul Fazl Rasyiduddin M. Yazdi yang hidup pada akhir abad
ke-5 dan permulaan abad ke-6.
5. Anwarut Tanzil wa Asrorut Ta’wil yang dikenal dengan tafsir Al-baidhawi.
Penulisnya adalah Abdullah bin Umar bin Ahmad yang dikenal dengan
Qadhi Baidhawi, warga Baidhawi Fars. Tafsirnya merupakan ringkasan dan
sari dari Al-Kasysyaf dan Mafatihul Ghaib. Beliau satu periode dengan
Syaikh Thusi dan Allamah Hilli. Beliau meninggal pada akhir abad ke-7 H.

14
Beberapa Mufassir Persia yang di Kutip dari kitab Mu’jam al-Mufassirin.27

No Nama Tahun Karya Teologi Tempat L/W hlm Publikasi

1 Husain Bin Mrtadha 1904-1981M Al-Mizan Siah Tibris Iran/Qom Iran S


Al Tabathabai
2 Nasr Bin Muhammad ….-373H/....- Bahr al-Ulum Sunni Samarkan 700 S
Al-Samarqandi 983M
3 Muhammad Bin 1149-1210M Mafatih al-Ghaib Sunni Ray Iran/ Herat S
Umar/ Fakhruddin Al- Afganistan
Razi
4 Mahmud Umar Al- 467-538H/1075- Al-Kasyaf Mu’tazilah Kawarizmi-Gorgan 666 S
Khawarizmi Al- 1144M Iran
Zamakhsyari
5 Ali Bin Muhammad …….-1781M Hasyiyah Ala Anwar Al- …… / Isfahan B
Thabai Thabai Tanzil Karya Baidhawi
6 Husain Bin 1215- Tafsir Al Quran Surat Siah Imami Kasyan Iran 161 B
Muhammad Radiy Al- 1285H/1800- Maryam Sampai Akhir Al
Din 1868M Quran
7 Muhammad Bin 1007H-1091 Al Shafi Fi Tafsiril Quran Siah Isna ___________ 635 S
Mrtadha Al Kasyi H/….-1680 M Asyar
8 Fathullah Bin ...-988H/….- Manhaj Al Shadiqin Fi Siah Imami ___________ 417 S
Syukrallah 1580M Ilzami Al-Mukhalifina Fi
Tafsiri Al-Quran Al-Mubin

27
Adil Nuwaidh, Mu’jamu al Mufassirin, Jilid I, Cet. III, (Muassisah Nuwaidh al Tsaqafiyah, 1988).

15
9 Muhammad Taqi Bin 1236- Idhah Al-Musykilat Fi _________ ____________ 507 B
Muhammad Husain 1321H/1821- Tafsir
1903M
10 Abu Said Ibrahim Bin ….-168H/….- Tafsir Al-Quran Khurasan/Makkah 14 B
Thahman Al- 784M
Khurasani
11 Ali Naqi 1298-….H/ Hasyiyah Ala Tafsir Ali Siah Imami Khurasan 390 B
1880-….M Bin Ibrahim Al Qumi
12 Muhammad Bin 842-…H/…- Lathaif Al-Tafsir _________ 574 B
Usman Al-Khurasni 1341M
13 A-Li Bin Ibrahim Al- …..- Tafsir Al-Tafsir Ghaznawi Afganistan 252 B
Ghaznawi 582M/….1186M
14 Abdu Shamad Bin ….-….M/….M? Tafsir Al-Quran _______ 285 B
Mahmud Al-Gaznawi
15 Ya’kub Bin Usman …-851H/….- Tafsir Al-Quran(B Arab) Sunni ________ 741 S
Al-Ghaznawi 1447M Tafsir Fatihah (B. Persia)
16 Ahmad Bin …..-401H/…- Al-Gharibin Sunni Herat Afganistan 62 B
Muhammad Bin 1011M
Abdurahman
17 Husain Bin Ali Al- ….-910H/….- Jawahir Al-Quran Li Siah ______ 157 S
Kasyifi 1504M Tuhfat Al-Amir
18 Haidar Bin 780-854H/1378- Hasyiyah Ala Hasyiyati Muktazilah ______ 165 B
Muhammad Al-Hirawi 1450M. Sahdu Al-Din Mas’ud Al-
Taftazani Ala Al-Kasyaf
19 Abdullah Bin 396-481H/1006- Tafsir Al-Quran Kandahar/Herat 322 B
Muhammad Al- 1089M Afganistan
Anshari Al-Harawi
20 Abdul Malik …-489H/….- Al-Muntakhab Min Tafsir Herat Afganistan 334 B
1096M Al-Ramani

16
21 Al-Husain Al-Sajjasi …-1322H/…- Tafsir Surat Al-Zumar Siah Al-Zanjani Iran 153 B
Al-Zanjani 1904M
22 Fathu Ali Bin Wali 1268- Majma’ Al-Anwar Wa Siah Imami ________ 417 B
Binali Asakir Al- 1338H/1852- Ma’dan Al-Asrar Fi Tafsir
Zanjani 1920M Al-Quran
23 Muhammad Bin ….-721H/….- Tafsir Al-Quran Sunni _______ 466 B
Ibrahim Al-Zanjani 1321M
24 Muhammad Bin 1256- Tibyan Al-Bayan Fi Siah Imami _______ 518 B
Hasan Bin Qunbar Ali 1340H/1840- Qawaid Al-Quran
1922M
25 Ibrahim Bin ….-1168H/…- Tafsir Al-Quran Al-Qumi ______ Qum Iran 21 S
Muhammad Al-Qumi 1755M
26 Habibullah Bin Zainal 1289- Jawami’ Al-Khirat Fi ______ Qum/Ziran Iran 134 B
Abidin Al Qumi 1359H/1872- Tafsir Al-Ayat
1940M
27 Saad Bin Abdullah Al- ….-301H/….- Nasikh Al-Quran Wa ______ Qum Iran 205 S
Asy’ari Al-Qumi 914M Mansukhuhu Wa
Muhkamuhu Wa
Mutasyabihuhu.
28 Ali Bin Ibrahim Al ….-329H/…- Fadhai Al-Quran _____ ______ 349 B
Qummi 941M
29 Ali Bin Musa Bin ….-305H/….- Ahkam Al-Quran Sunni ______ 389 B
Yazdad/Yazid 917M Madzhab
Hanafi
30 Muhammad Bin Al- ….-343H/….- Tafsir Al-Quran Siah Imami ______ 512 B
Hasan Al Qumi 954M
31 Muhammad Bin ….-1107H/….- Kanz Al-Dhaqaiq Wa Bahr _______ ______ 629 S
Muhammad Ridha Al 1696M Al-Gharaib
Qummi

17
32 Al-Fadl Bin Al-Hasan ….-548H/….- Majma’ Al-Bayan Fi Tafsir Syiah Isna Masyhad/Sabzevar 420 S
Al-Thabarsi 1153M Al-Quran Wa Al-Furqan Asyar Iran

18
Kesimpulan

Secara sepintas beberapa paparan di depan dari perkembangan, kemajuan,


politik, ekonomi, pengetahuan hingga perkembangan tafsir, maka Persia
merupakan bangsa yang tidak tertinggal ataupun terbelakang, melaikan Persia
adalah bangsa yang maju dan berperadaban. Dari bidang tafsir khususnya, Persia
memiliki para cendikia agama yang luar biasa, menghasilkan karya tafsir yang
gemilang dan mampu menjaga stabilitas agama Islam dari para leluhur. Tafsir yang
berkembang di Persia secara sederhana dapat dibedakan dan diketahui dari dua
aspek teologi. Pertama tafsir al quran dengan pengaruh latar belakang mufassir
yang menggunakan nalar idiologi sunni. Kedua, Tafsir yang dipengaruhi oleh latar
belakang mufassir beridiologi siah. Demikian itu terjadi karena ada factor sosio
politik yang terjadi di Persia bagian timur khususnya Iran dan sekitarnya.

19
Daftar Pustaka

Boullata, Issa J. (2009). "Cyril Glassé. The New Encyclopedia of Islam. Third
Edition. Lanham, MD: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 2008. viii +
718 pages, color photos, maps, charts, genealogical tables, chronology,
bibliography. Cloth US$99.95. Review of Middle East Studies. 43 (2): 258–
259.

Ghulam Reza Awani dkk, Islam, Iran dan Peradaban, (Yogyakarta: RausyanFikr
Institute, 2012).

Harkaman, Artikel: Perkembangan Tafsir di Iran,


https://harkamano1.wordpress.com/2019/01/11/perkembangam-tafsir-di-
iran/.

Khalid, Anna Shafwan, Metodologi Tafsir Fakhru al Din al Razi; Telaah Tafsir QS.
Al Fatihah dalam Mafatihu al Ghaib, Jurnal STAI Al Hidayah Bogor.

Lapidus, I. M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam. (Jakarta: Rajawali Pers).

M.Hasbi as Shiddiqie, Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, (Jakarta: Bulan


Bintang, 1989).

Mazzaoui, Michel B (2002). "Islamic Culture and Literature in Iran and Central
Asia in the early modern period". Turko-Persia in Historical Perspective.
Cambridge University Press.

Muhammad Husain al Dzahabi, al Tafsir wa al Mufassirun, Juz I, (Kairo: Maktabah


Wahbah, 1976).

Mustaqim, Abdul, Pergeseran epistimologi tafsir, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,


2008).

Nuwaidh, Adil, Mu’jamu al Mufassirin, Jilid I, Cet. III, (Muassisah Nuwaidh al


Tsaqafiyah, 1988).

20
Roemer, H. R. (1986). "The Safavid Period". The Cambridge History of Iran, Vol.
6: The Timurid and Safavid Periods. Cambridge: Cambridge University
Press, pp.

Saepudin, D. (2007). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.


2009).

The New Encyclopedia of Islam, Ed. Cyril Glassé, (Rowman & Littlefield
Publishers, 2008)..

https://www.cambridge.org/core/journals/review-of-middle-east-
studies/article/cyril-glasse-the-new-encyclopedia-of-islam-third-edition-
lanham-md-rowman-littlefield-publishers-inc-2008-viii-718-pages-color-
photos-maps-charts-genealogical-tables-chronology-bibliography-cloth-
us9995-isbn-9780742562967/5D3F4DE45523E6D9E4A5F57318741FD6

21

Anda mungkin juga menyukai