Anda di halaman 1dari 18

‫التوكيد‬

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah

Balagah Al-Qur’an Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Program Magister Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

JABAL NUR
NIM. 80600222005

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H.M. Ghalib M, M.A.
Dr. AGH Baharuddin HS, M.A.

PASCASARJANA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa karena telah memberikan

nikmat umur dan kesehatan serta nikmat ilmu yang bermanfaat sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Attaukid”.

Ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. H.M. Galib M, M.A. yang bertindak

sebagai Dosen 1 dan juga kepada Dr. AGH. Bharuddin HS, M.A yang menjadi

Dosen 2, pada mata kuliah Qawaid Tafsir yang telah memberikan amanah untuk

menyelesaikan tugas ini, sehingga memberikan penulis kesempatan untuk

menambah wawasan serta pengetahuan sekaitan dengan kaidah-kaidah tafsir al-

Qur’an.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi

pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat

waktu. Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran

demi memperbaiki kesalahan yang kami perbuat.

Makassar 12 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................2

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3

A. Perngertian Taukid .......................................................................................3

B. Macam-macam Taukid ..................................................................................3

C. Media dan bentuk-bentuk Taukid dalam al-Quran ....................................... 5

D. Faedah Taukid dalam al-Quran .....................................................................13

BAB III PENUTUP ..................................................................................................14

KESIMPULAN .........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alquran adalah mukjizat yang abadi dimana semakin maju ilmu

pengetahuan, semakin tampak validasi kemukjizatannya. Semakin sering Alquran

dikaji, semakin dalam pula hikmah dan manfaat diperoleh. Maka maklum adanya,

bila hampir seluruh penghuni bumi ini mengakui bahwa Alquran merupakan satu-

satunya sumber yang mampu membebaskan manusia dari berbagai kegelapan

hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Alquran diturunkan pertama kali

kepada penduduk asli Arab yang telah memiliki corak dan tabiat yang sudah

mendarah-daging jauh sebelum Alquran diturunkan. Salah satunya adalah

kebiasaan mereka mengulang kata dalam melakukan pembicaraan atau dalam

menyampaikan berita dengan tujuan untuk menguatkan informasi yang

disampaikan dalam pembicaraan tersebut

Meski begitu, adanya kalimat ta’kid (penegasan) dalam Alquran bukanlah

sebagai bentuk ikut-ikutan terhadap tradisi bangsa Arab kala itu, melainkan hanya

untuk menguatkan informasi wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi

Muhammad SAW. Kalimat ta’kid dalam perkataan Allah SWT melalui Alquran

termasuk salah satu cara memperkuat ungkapan kalimat yang diiringi dengan

bukti nyata, sehingga lawan dapat mengakui apa yang semula diingkarinya.

Bahkan dengan menyertakan “ta’kid” atau kaliman penegas tersebut, tidak ada

lagi alasan apapun untuk menantang kebenaran yang disampaikan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Taukid ?

2. Bagaimana macam-macam Taukid ?

3. Bagaiamana media dan bentuk-bentuk Taukid dalam Al-Quran ?

4. Bagaimana faedah Taukid dalam al-Quran ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Taukid

2. Untuk mengetahui macam-macam Taukid

3. Untuk menetahui media dan bentuk-bentuk Taukid dalam Al-Quran

4. Untuk mengetahui faedah Taukid dalam al-Quran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ta’kid

Ta’kid secara etimologi berasal dari kata ‫يأكّد‬-‫ اكد‬yang artinya

adalah ّ‫ انشيءّقرره‬yang artinya adalah menguatkan sesuatu.1 Sedangkan menurut

istilah nahwu, ta’kid adalah ”‫ “ انتا ّبع ّانرافع ّنالحتمال‬yang artinya adalah lafadz

yang mengikuti yang menghilangkan pengertian ihtimal.2 Jadi kegunaan dari

ta’kid adalah menghilangkan pemaknaan secara umum kearah yang lebih khusus.

Sehingga ketika kita mempunyai kemungkinan untuk memaknai suatu lafadz

dengan pemaknaan yang berbeda akan tertuju pada pemaknaan yang ditetapkan

oleh si pembuat kalimat. Dalam pengertian lain disebutkan.3

ّ ”‫“ الحوكٍد او جاكٍد هو جكزٌز ٌزاد به جثبٍث اهز الوكزرفً ًفس الساهع‬

Taukid atau ta’kid adalah pengulangan (suatu lafadz) yang bertujuan untuk
menetapkan perkara atau urusan yang diulang pada hati sami’ (pendengaran)

B. Macam-Macam Ta’kid

Menurut Imam Zarkasi dalam kitab Al-Burhan, ta’kid terbagi menjadi

dua bagian, yaitu lafdzi dan maknawi.4

1. Ta’kid Lafdzi

Adapun pengertian lafzi adalah penetapan makna awal dengan lafad itu

sendiri atau dengan kalimat yang memiliki makna yang sama dengan makna yang

1 Lih. Kamus al-Munjid hal. 15


2 yeikh Muhammad bin Abdullah bin Malik, Matan Jurumiyah, terj. H. Moch. Anwar (Bandung:
AlMaarif, 1972), hal. 276
3 Muhammad Maftuhin Shalih An-Nadwi, Audhahul Masalik fi Taramati Alfiyyah Ibnu
Malik (Surabaya : Putera Jaya, 1986) hal. 108
4 Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi, “Al Burhan fi Ulumil Qur’an”, (Daar
al-Fikr. Juz II). hal

3
dita’kidi, misalnya lafadz ta’kid yang menggunakan makna yang bersinonim

dengan makna yang dita’kidi.

Contoh dalam Qs. al-Anbiya’/21 : 31

 
     
 
    
  
 
   
     
  
 
  
 
   
 
   
  
      
 

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-
jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

Dan Qs. al-An’am/6 : 125

   
    
         
  
 
    
 
 
  
    
 
   
     
 

 
    
  
   
 
  
 
    
 
   
  
  
  
 
  
 
  
   
 

     
 
     
 

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,


niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan
Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

Dalam pembahasan ta’kid lafdzi, penggunaan kata yang menta’kidinya

bermacam-macam yang akan dijelaskan sebagaimana berikut :

a) Nakirah. Penggunaan lafadz yang nakirah ini ulama’ bersepakat (Ijtima’),

bahwa nakirah bisa menjadi ta’kid. Contoh dalam Qs. al-Insan/76 : 15-16

 
 
  
  
       
      
   
   
      
             
    

Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang
bening laksana kaca. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah
diukur mereka dengan sebaik-baiknya.

4
b) Huruf : Ibnu Jinni memberikan contoh dalam firman Allah SWT di Qs. Al-

Waqi’ah/56: 1-4

 
   
  
 
     
   
    
        
         
     

Apabila terjadi hari kiamat. Tidak seorangpun dapat berdusta tentang


kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan
(golongan yang lain). Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya.

Sesungguhnya( ‫ ) رجت‬merupakan pengganti/badal ( ‫ ) وقعت‬dan lafadz

(‫ّّّ)اذا‬diulangi sebagai ta’kid karena menguatkan bentuk jumlah setelah (‫ )اذا‬yang

ada hubungannya dengan (‫ )اذا‬yang pertama.ّ

c) Isim fi’il. Taukid itu juga ada yang berbentuk isim fi’il sebagaimana yang

terdapat dalam al-Quran di Qs. al-Mukminun/23 : 36

     

“ Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu.”

d) Jumlah taukid dalam jumlah. Contohnya Qs. Al- Syahr/94: 5-6

         

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya


sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Jumlah yang kedua diatas merupakan ta’kid. Kebanyakan ta’kid yang

seperti ini memisahkan kedua jumlah tersebut dengan lafadz ( ‫ ) ثى‬seperti dalam

firman Allah SWT di Qs. al-Takatsur/102 : 3,4 dan Qs. al-Infithar/82 : 17-18

        

5
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.

            

Tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu Apakah
hari pembalasan itu?

e) Jar-Majrur: seperti dalam firman Allah SWT di QS. Hud/11 : 108

 
  
  
   
   
    
    
  
 
  
         
  
 
 
      

      

Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka


kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

Kebanyakan ta’kid pada jar majrur ini disambungkan.

2. Ta’kid Ma’nawi

Adapun taukid maknawi itu dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Maknawi Hakiki, ialah: ‫( الذي ٌدل على اثبا ت الحقٍقة ورفع الوجاس‬kalimat yang

menunjukkan pengertian hakekat dan menghilangkan majaz)Contoh :

‫“ جاء سٌد ًفسه‬Zaid datang sendirinya”

b. Maknawi lil-ihatoh, ialah: ‫ ( الذي ٌدل على االحاطة والشوول‬kalimat yang

menunjukkan keseluruhan, bukan sebagian ).Contoh : QS. Shad/38 : 73

    

“ Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya.”

6
C. Media dan Bentuk-Bentuk Ta’kid dalam al-Quran

1. Ta’kid dalam lingkup jumlah ismiyyah

a. Ta’kid dengan menggunakan huruf ّ‫ إِن‬seperti firman Allah Swt. Qs.

Fathir/35: 5

ِ‫َي أَيُّها النهاس إِ هن و ْع َد ه‬


‫اَّلل َحق‬ َ ُ َ َ
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar,...”

Contoh lain seperti, QS. Al-Hajj/22: 1

‫يم‬ ِ َِ ‫س‬‫هاس اته ُقوا َربه ُك ْم إِ هن َزل َْزلَةَ ال ه‬


ٌ ‫اعة َش ْيءٌ َعظ‬ ُ ‫ََي أَيُّ َها الن‬

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari


kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).”

ّّ ِ‫ إ‬lebih kuat makna penguatannya dari pada


Ta’kid dengan memakai huruf ‫ن‬

ta’kid dengan memakai huruf ‫ل‬. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Abdul

Qohir dalam kitabnya “Dalail al-I’jaz” beliau berkata: kebanyakan lafadz inna itu

kedudukannya sebagai huruf jawab yang digunakan sebagai jawaban atas

pertanyaan atau permintaan.5

b. Ta’kid dengan huruf ّ ّ‫( أن‬hamzahnya berbaris fathah)

Seperti: ّ‫ علوث أنّ سٌدا قائن‬artinya: “Saya tahu bahwa Zaid benar-benar

berdiri”.ّMisalnya Qs. al-Baqarah/2 : 209

            

5 Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi, “Al Burhan fi Ulumil Qur’an”, (Daar
al-Fikr. Juz II). hal. 405

7
Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-
bukti kebenaran, Maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana

ّّ ‫ أ‬ini termasuk huruf ta’kid, yaitu sama seperti huruf ‫ن‬


Huruf ‫ن‬ ّّ ِ‫إ‬

c. ّ‫( كان‬sekan-akan) merupakan huruf tasybih yang digunakan untuk

menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, akan tetapi mempunyai

makna sebagai penguat dari musyabah. Contoh: ‫ َكأَىَّ ا ْل ِع ْل َن ًُ ْور‬. Dalam Qs. al-

Naml/27: 42 disebutkan:

ِ ِ ِ ‫ت َكأَنهو ىو وأُوتِينَا ال ِْعل‬ ِ ِ ْ ‫فَ لَ هما ج‬


َ ‫ْم من قَ ْبل َها َوُكنها ُم ْسل ِم‬
‫ي‬ َ َ َ ُ ُ ْ َ‫يل أ ََى َك َذا َع ْر ُشك قَال‬
َ ‫اءت ق‬ َ

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah


singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami
telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah
diri.

d. Huruf ّ‫ نكه‬berfungsi untuk menta’kidkan jumlah (kalimat) ismiyah.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Ushfur dan at-Taukhi dalam kitab “al-Aqsa”:

huruf ini berfaedah ta’kid maal istidrak, atau hanya sebagai istidrak saja, yaitu

penetapan hukum setelah huruf ini berbeda dengan hukum yang disebutkan

sebelum huruf tersebut.6 Contoh QS. Albaqarah/2 :253.

ُ ‫اللَ فَِ ْع َل ُ َاا فُِيف‬ ِ


ّ َ ‫اللُ َاا اتِْتَِتَِوُواْ َولَِن ا‬
ّ ‫َولَ ْو َشاء‬
Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi
Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

e. ‫ الم االبحداء‬adalah huruf taukid yang digunakan untuk menunjukkan ta’kid

(penguat). Contoh: Qs. Ibrahim/14: 39

6 Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi, “Al Burhan fi Ulumil Qur’an”, hal 408

8
ِ ِ ِ ِ
ِ َ ‫اعي وإِ ْسح‬ ِ‫ْ ِِ ا‬
‫ُّعاء‬ ُ ‫اق إ ان َرِّّب لَ َسم‬
َ ‫يع ال‬ َ َ َ َ‫ب ِِل َعوَى الْن ََِب إ ْْس‬
َ ‫اْلَ ْم ُ ّلل الذي َوَه‬
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku)
Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) do'a.

f. ‫ انفصم‬merupakan bagian dari ta’kid jumlah. Dalam hal ini Imam Sibawaih

berpendapat bahwa al-fasl sesungguhnya bermakna penguat. Seperti Firman

Allah SWT. Qs. al-Kahfi/18: 39

َ ‫إِن تَُِيِن أ ََن أَتَ ا ِا‬


ً‫نك َااالً َوَولَ ا‬
“Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,”

Huruf ‫ أَنَا‬adalah sifat untuk huruf ‫(ّياء‬ya’) yang ada dalam lafadz ‫ن‬
ِّ ‫ت ُ َر‬,

penambahan lafadz ana disini adalah sebagai ta’kid. Pendapat ini benar, sebab

mudhmar berfungsi untuk menguatkan dhamir.

g. Dhomir bayan untuk mudzakar dan dhomir qishah untuk muannas keduanya

diletakan sebelum jumlah, untuk menunjukkan keagungan. Dan ada juga yang

berpendapat bahwa nama dua dhomir tersebut adalah sya’n dan qishah.

Contoh QS. Taha: 14

َّ ‫يّوأَقِ ِمّال‬
‫ص ََلة َّ ِل ِذ ْك ِري‬ َ ِ‫َاّّللاُّ ََلّ ِإلَهَّ ِإ ََّلّأَنَاّفَا ْعبُ ْدن‬
َّّ ‫ِإنَّنِيّأَن‬

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Dan QS. Al-Ikhlas: 1

ّ‫ّّللاُّأ َ َحد‬ ّْ ُ‫ق‬


َّّ ‫لّ ُه َو‬

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.

9
Maksud lafadz ahad disini adalah menunjukkan sifat tunggal dalam ke-

Esaan. Sekelompok ulama ahli nahwu menerangkan bahwa ‫ هو‬disini adalah

dhomir sya’n, kemudian lafadz Allah sebagai mubtada ke 2, dan ahad sebagai

khobar dari mubtada ke 2 (lafadz Allah).

Contoh dhomir Qishah, QS. Al-Hajj/22: 46

‫وب يَ ْع ِقلُو َن ِِبَا أ َْو آ َذا ٌن يَ ْس َمعُو َن ِِبَا فَِإنه َها ََل‬ ِ ‫أَفَ لَ ْم يَ ِسريُوا ِِف ْاْل َْر‬
ٌ ُ‫ض فَ تَ ُكو َن ََلُ ْم قُل‬
ُّ ‫وب الهِِت ِِف‬
‫الص ُدوِر‬ ِ
ُ ُ‫ار َولَكن تَ ْع َمى الْ ُقل‬ ُ‫ص‬َ ْ‫تَ ْع َمى ْاْلَب‬
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Huruf ‫( ها‬ha) dalam lafadzّ‫فَإِنَّ َها‬adalah dhomir qishah.

h. Ta’kid dhomir munfasil harus menguatkan dhamir yang muttasil ketika

diathafkan. Contoh dalam QS. Al-Baqarah: 35

‫ك‬
َ ‫َنت َوَزْو ُج‬
َ ‫اس ُن ْ َ أ‬
ْ ‫آد ُم‬
َ ‫َوتُِ ْونَا ََي‬
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamlah kamu dan isterimu...”

2. Ta’kid dalam bentuk jumlah fi’liyyah

a. Huruf ‫ ّقد‬adalah huruf ta’kid yang bermakna menguatkan. Imam Zamakhsyari

memberi contoh sebagaimana firman Allah SWT. Qs. Ali-Imran/3: 101

ِ َ‫وَكيف تَ ْن ُعيو َن وأَنتُم تُِْتِوَى عوَي ُنم آَيت اللِ وفِي ُنم رسولُه وا َ فِلت‬
ْ ‫صم ِِب ّللِ فَِ َق‬ َْ ََ ُ ُ َ ْ َ ّ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ َْ
‫اط ُّا ْستَ ِقي ٍم‬
ٍ ‫ه ِي إِ ََل ِصي‬
َ َ ُ
“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan
kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa

10
yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Maksud lafad tsb artinya hashala lahu al huda (dia dapat petunjuk).7

Imaam Jauhari menceritakan dari Imam Khalil, bahwasanya qad itu tidak

disebutkan dalam sebuah kalimat atau perkataan, kecuali si pendengar benar-

benar ingin memperhatikan. Seperti kamu berkata kepada orang yang menungggu

kedatangan zaid, dengan berkata ‫قدّقدوّزيد‬

Sebagian ulama nahwu berpendapat dalam QS. Al-Isra: 89, dan QS. Al-

Baqarah: 85, qad dalam jumlah fi’liyyah dikedua ayat tersebut sebagai jawab

qasam. Seperti halnya huruf inna dan huruf lam dalam jumlah ismiyyah yang

menjadi jawab qasam yang berfungsi ta’kid.

Huruf qad bisa masuk dalam fiil madi, Seperti: ّ ‫ي‬


ْ ِ‫ّوجْ ِهكَ ّف‬
َ ‫ب‬َ ُّ‫قَ ْد ّو ََرى ّتَقَه‬

ّ‫اء‬
ِ ‫س َم‬
َّ ‫( ان‬sungguh, kami telah melihat engkau salalu memandang ke arah

langit). Adapun contoh dalam QS. Asyams ayat 9

‫قَدّْأ َ ْفلَ َحّ َمنّزَ َّكاهَا‬

“sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,”

2. Sin tanfis )‫" (السينّّللتنفيس‬menunjukkan ma’na istiqbal."

Contoh Qs. al-Baqarah/2 : 137

ِ ٍ ِ ِ ِ ِِ
ّ ‫فَِإ ْن َآانُواْ ِبثْ ِ َاا َآانتُم بِه فَِ َق ْاهتَ َ واْ اوإِن تَِ َولاْواْ فَِإاَّنَا ُه ْم ِِف ش َقاق فَ َسيَنْعي َن ُه ُم‬
‫اللُ َوُه َو‬
‫يع الْ َلوِ ُيم‬ ِ
ُ ‫ال اسم‬
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya,
sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling,

7 Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi, “Al Burhan fi Ulumil Qur’an”, halّ417

11
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah
akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”

b. Nun as-Syadidah

Dalam hal ini nun syadidah adalah setara dengan kita menyebutkan fiil sebanyak

tiga kali. Dan dalam kenyataannya setara dengan kita menyebutkan dua kali

kalimat perintah. Ada juga yang berpendapat, bahwa nun ini bermakna untuk

menguatkan pekerjaan. Contoh QS. Yusuf : 32 dan QS. Al-Alaq : 13.

‫ص َم َولَئِن هَّلْ يَ ْف َع ْل َما‬ ِِ ِِ ِ ِ ْ َ‫قَال‬


َ َ‫ت فَ َذل ُك هن الهذي لُ ْمتُن ِهِن فيو َولََق ْد َر َاودتُّوُ َعن نه ْفسو ف‬
َ ‫استَ ْع‬
ِ ‫آمره لَيسجن هن ولَي ُكوانً ِمن ال ه‬
َ ‫صاغ ِر‬
‫ين‬ َ ّ َ َ ََ ْ ُ ُُُ
Wanita itu berkata: "Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik)
kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan
dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak
mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan
dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." (QS. Yusuf : 32)

‫هاصيَ ِة‬
ِ ‫َك هّل لَئِن هَّل ينتَ ِو لَنَس َفعاً ِِبلن‬
ْ َْ
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya ,

c. ‫( لي‬lan); berfungsi untuk menguatkan penafian sebagaimana inna menguatkan

suatu penetapan. Seperti contoh QS. Al-A’rof/7: 143.

ِ َ‫ك تَ َال لَ َ تَِيِاِن ول‬ ِ ِِ


‫ِن ِ َ انظُْي‬ َ َ َ ‫ب أ َِرِِن أَنظُْي إِلَْي‬ ِّ ‫وسى لمي َقاتنَا َوَكوا َمهُ َربُّهُ تَ َال َر‬َ ‫َولَ اما َجاء ُا‬
‫ف تََِيِاِن فَِوَ اما ََتَواى َربُّهُ لِْو َجبَ ِ َج َلوَهُ َد ّكاً َو َخاي او َسى‬ ِ
ْ ‫اْلَبَ ِ فَِإن‬
َ ‫استَِ َقاي َا َنانَهُ فَ َس ْو‬ ْ ‫إِ ََل‬
‫ي‬ ِِ َ ‫ت إِلَْي‬ َ َ‫صلِقاً فَِوَ اما أَف‬
َ ‫ك َوأ ََنْ أ اَو ُل الْ ُم ْؤان‬ ُ ‫ك تُِْب‬ َ َ‫اق تَ َال ُسْب َحان‬ َ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah
Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat

12
melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup
melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai
sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri
kepada gunung itu , dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".

D. Faedah taukid dalam al-Quran

1. Penegasan atau penguatan.

2. Memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan.

3. Menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang,

sehingga jika tidak diulangi maka takutya lupa kata yang berada di awal.

4. Menggambarkan agungnya sebuah perkara atau sebuah mengisahkan jika

betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan.8

8 Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Az- Zarkasyi, “Al Burhan fi Ulumil Qur’an”, hal

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, kita dapat menemukan bahwa ta’kid merupakan

hal yang penting dalam ulumul Qur’an. Ta’kid secara bahasa bermakna

penguatan, sedangkan menurut istilah yang dikutip dari Audhahul Masalik fi

Taramati Alfiyyah Ibnu Malik, taukid atau ta’kid adalah pengulangan (suatu

lafadz) yang bertujuan untuk menetapkan perkara atau urusan yang diulang pada

hati sami’ ( pendengaran ).

Ta’kid dibagi menjadi dua macam, yaitu ta’kid lafdzi dan ta’kid ma’nawi.

Penggunaan kata yang manta’kidi dalam ta’kid lafdzi dapat berupa nakiroh, huruf,

isim fi’il, jumlah ta’kid dalam jumlah, dan jer majrur. Sedangkan ta’kid ma’nawi

dibagi menjadi dua, yaitu maknwi hakiki dan maknawi lil-ihatoh.

Adapun media dan bentuk-bentuk ta’kid bisa dikategorikan menjadi dua,

yakni ismiyah dan fi’liyah. Untuk ta’kid dalam lingkup jumlah ismiyah dapat

berupa menggunakan inna/anna, kaanna, lakinna, lam ibtida’, al-fashl, dll.

Sedangkan untuk ta’kid dalam jumlah fi’liyah dapat memakai huruf qad, sin li

tanfis, nun as-syadidah, dan lan.

Adanya ta’kid dalam al-Qur’an untuk mempertegas dan menguatkan bahwa

apa yang terkandung dalam al-Qur’an adalah benar adanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

An-Nadwi, Muhammad Maftuhin Shalih.Audhahul Masalik fi Taramati Alfiyyah Ibnu


Malik.Surabaya : Putera Jaya.1986
Az- Zarkasyi, Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah.Al Burhan fi Ulumil
Qur’an.Daar al-Fikr. Juz II.
Muhammad, Syeikh.Matan Jurumiyah, terj. H. Moch. Anwar . Bandung: AlMaarif,
1972
Syamsuddin, Sahiron.“Relasi Antara Tafsir dan Realita Kehidupan” pengantar dalam
buku Al-Qur’an & Isu-Isu Kontemporer.Yogyakarta: eLSAQ, 2011

15

Anda mungkin juga menyukai