Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
Humairoh
NIM : 1110024000002
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudain hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa
pencabutan gelar.
Humairoh
NIM : 1110024000002
ii
ii
ii
ABSTRAK
HUMAIROH
1110024000002
Ketepatan Terjemahan dalam Kitab Al-Hikam Analisis Makna Kontekstual. Di
bawah bimbingan Drs. Ikhwan Azizi, MA dan Abdul Wadud K Anwar, Lc, MA.
Peneliti melakukan analisis tentang ketepatan terjemahan terhadap makna
kontestual pada buku terjemahan al-Hikam dari halaman 1-12, agar bisa
mengetahui bagaimana cara menerjemahkan tanpa mengurangi amanat dari
penulis. Jadi bahasa sumber harus bisa tersampaikan ke dalam bahasa
sasarantanpa mengurangi pesan. Banyak aspek dari teks di luar pesan yang dapat
ditransfer dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, penerjemah harus tetap
semaksimal mungkin berusaha mencari padanannya. Dalam bahasa sasaran, baik
dari aspek pesan, emosi penulis, bentuk-bentuk linguistik, suasan teks maupun
yang lain.
Padanan kontekstual pada teks sumber ke dalam teks sasaran semaksimal
mungkin inilah yang menjadi inti dari penuangan pesan. Karena makna
kontekstual sangatlah kompleks, yang mengharuskan penerjemahn mengetahui
situasi, keadaan, ruang dan waktu teks sumber. Penuangan tidak melulu
menuangkan ide, pikiran atau gagasan teks sumber. Bila dimungkinkan,
penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu,
penerjemah harus benar-benar pandai atau terampil dalam memilih padanan di
dalam bahasa sasaran. Hal ini bisa direngkuh dengan membolak-balik susunan
kata dalam kalimat bahasa sasaran, memberikan tekanan, mengurangi tekanan,
mengurangi keluasan makna atau meluaskannya, serta mengupayakan
penyesuaian lainnya. Maka dalam menerjemahkan kata ke dalam analisis
kontekstual harus dengan teliti memilih makna yang terkandung pada bahasa
sumber, dalam buku terjemahan al-Hikam yang peneliti teliti dari halaman 1-12
masih masih ada saja teks terjemahan yang tidak sesuai dengan bahasa sumbernya.
Menurut hemat peneliti, semua kata-kata bahasa sumber sesungguhnya secara
makna dapat diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, dengan satu catatan bahwa
tingkat budaya dua pemakai bahasanya tidak terlampau jauh.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan Padanannya dalam aksara Latin:
ب B be
ت T te
ث Ts te dengan es
ج J je
خ Kh ka dengan ha
د D de
ر R er
ز Z zet
س S es
ش Sy es dengan ye
vi
غ Gh ge dengan ha
ؼ F ef
ؽ Q ki
ؾ K ka
ل L el
ـ M em
ف N en
و W we
هػ H ha
ء ` apostrof
ي Y ye
2. Vocal
Vocal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari
vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
vii
3. Vocal Panjang
Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh: - bukan - - bukan -
4.1.
4.2.
Berkaitan dengan alih aksara ini jika huruf ta terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga
berlaku jika tersebut diikuti oleh kata sifat ( ’ ) (lihat
contoh 2). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda
(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
Contoh:
1 طريقة ar qah
viii
5. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Ab H mid al-Gha l
bukan Ab H mid Al-Gha l , al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‗Abd al-Samad al-Palimb n ; Nuruddin al-Raniri, tidak N r al-D n al-R n r .
صالِح
َ َم ْوَِنَا َملِك ال Maul n Malik al-S li
ix
KATA PENGANTAR
x
Terima kasih terhatur untuk penguji sidang munaqosyah Prof. Dr.
Achmad Satori Ismail, MA dan Karlina Helmanita, M.Ag yang telah
menguji hasil skripsi Peneliti.
Salam cinta dan hormat Peneliti haturkan kepada Kedua Orang Tua,
Ayah tersayang Jasman Muryanto dan Ibu tercinta Sabariah Nasution.
Terima kasih atas kasih sayang, cinta, doa, motivasi, nasehat, bimbingan
dan semangat yang telah “ y k” berikan selama ini, hingga
dapat menyelesaikan dalam penyusunan skripsi. Tak lupa teruntuk adik
tersayang Ulfa yang selalu beri semangat positif, canda tawa dan
pencerahan kepada Peneliti, hingga muncul ide-ide dalam menyusun skripsi.
Dan kepada keluarga di Medan; Uwak Jedah, Kak Puspa, Kak Mustika, Kak
Iyus, Kak Muning yang telah banyak mendukung dengan baik hingga
Peneliti semangat dalam menulis skripsi.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, semoga bisa bermanfaat
dalam memperluas wawasan khususnya ilmu tentang Makna dalam
xi
Penerjemahan. Saran dan kritik konstruktif sangat Peneliti butuhkan untuk
interpretasi yang lebih baik lagi.
Peneliti
Humairoh
xii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
xiii
B. Representasi Makna Kata ................................................................. 22
C. Wawasan Makna
1. Makna ........................................................................................... 25
2. Relasi Makna ................................................................................ 30
3. Makna Kontekstual ....................................................................... 38
1. Teks 1 ............................................................................................... 46
2. Teks 2 ............................................................................................... 48
3. Teks 3 ............................................................................................... 49
4. Teks 4 ............................................................................................... 50
5. Teks 5 ............................................................................................... 51
6. Teks 6 ............................................................................................... 52
7. Teks 7 ............................................................................................... 53
8. Teks 8 ............................................................................................... 53
9. Teks 9 ............................................................................................... 55
10. Teks 10 ............................................................................................. 56
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 59
B. Rekomendasi ..................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
perguruan tinggi Islam, seperti IAIN dan khususnya Fakultas Adab dan
kekuatan suatu istilah sebenarnya terletak pada penjelasannya, namun tidak salah
khususnya pada istilah berbahasa Arab yang terjemahannya masih sering ―kurang
seperti sudah mentradisi, bahkan seolah-olah sudah menjadi semacam maxim atau
Menerjemahkan (disiplin?) itu bukan ilmu murni dan bukan pula seni
sejati. Terjemah adalah seni praktis. Dengan kata lain, terjemah adalah
sering kesulitan menyatakan hasil terjemahan ini bagus, yang itu sedang dan yang
satu lagi buruk. Jadi menerjemahkan adalah menyalin ―kalam‖ (pesan yang
terkandung dalam teks) dan atau menjelaskannya dari bahasa tertentu ke dalam
bahasa lain. Kalam di sini berarti ide, pesan atau informasi. Jadi, yang disalin itu
1
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), h. 1.
1
bukan huruf-huruf atau kata-kata yang terpotong dari konteksnya atau
penerjemah. Dalam batasan seperti ini penerjemah tidak harus bahkan tidak boleh,
mengkaji leksikon, gramatika dan konteks budaya teks sumber. Pesan ini
gramatika yang sesuai dengan konteks budaya bahasa target. Proses ini, menurut
Nida (1975) menapaki tiga fase (1) telaah materi teks sumber melalui kajian
linguistik, (2) pengalihan isi yang terkandung dalam teks sumber dan (3)
terjemahan harus mengungkap amanat teks sumber secara utuh; jelas berarti
2
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab-Indonesia:
Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif (Surabaya: Pustaka Progessif, 2007), h. 7.
3
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4.
4
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4.
2
Penerjemah harus menghadirkan terjemahan sebagai suatu bacaan yang
enak dibaca dan gampang dipahami. Penerjemah harus bisa menangkap pemikiran
yang dibangun oleh kosa kata-kosa kata. Jadi, kosa kata ( )مفرداتmerupakan hal
dasar untuk membangun sebuah teks yang akan diterjemah dan teks hasil terjemah.
Pada bagian ini, problem kosa kata yang dibahas hanya mencakup kosa kata teks
sumber atau teks yang akan diterjemah. Seperti telah dikemukakan dibidang
suatu kata atau istilah menjadi kendala yang agak sulit diatasi, demikian pula
target, keterampilan menemukan makna kata yang tepat serta kreativitas seorang
5
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), h. 65.
3
Penerjemahan itu terikat dengan makna. Makna di sini adalah unsur dari
Phenomenon). Maka dari itu, ada prinsip umum dalam semantik yang menyatakan
bahwa kalau bentuk berbeda maka makna pun berbeda, meskipun barangkali
makna katanya tidak kita pahami sama sekali, maka kita mendapat bahwa apa
yang merangsang alat komunikasi kita itu merupakan arus pemahaman yang
segi arti. Untuk sampai kepada pembedaan itu, kita harus bertolak dari peletakan
dasar-dasar pengertian tentang makna atau arti. Dalam hidup kita melihat berbagai
kejadian itu adalah memberi suatu lambang berupa bunyi ujaran terhadap
memori semantis yang tersimpan dalam otak kita, yaitu relasi kata dengan konsep
Hubungan terjemahan bagi semantik dalam makna kata sangatlah erat dan
penting sekali. Penerjemah perlu sadar pula akan sistem perlambangan dalam
6
Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia (Flores: Nusa Indah, 1984), h. 15.
7
Gorys Keraf, Tatabahasa Indonesia (Flores: Nusa Indah, 1984), h. 130.
8
Kushartanti dkk, Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 115.
4
orang apa yang digayuti oleh lambang maupun gagasan atau ide itu sendiri.
yang rumit dalam bahasa sumber dipecah-pecah menjadi kernel sentences dan
karena berbagai faktor dalam kehidupan, dapat menjadi bersifat umum. Makna
kata baru itu menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau
lepas dari konteks kalimat, makna kata itu menjadi umum dan kabur. Misalnya
kata tahanan. Apa makna kata tahanan? Mungkin saja yang dimaksud dengan
kata tahanan itu adalah ‗orang yang ditahan‘, tetapi bisa juga ‗hasil perbuatan
bisa saja terjadi karena kata itu lepas dari konteks kalimatnya.10
adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam
secara umum acapkali kata-kata itu digunakan tidak cermat sehingga maknanya
bersifat umum. Tetapi dalam penggunaan secara khusus, dalam bidang kegiatan
tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat sehingga maknanya pun menjadi
tepat.
sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apa
9
A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 28-27.
10
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 70.
5
pun. Jadi, sebenarnya makna kontekstual ini sama dengan makna referensial,
ini berhubungan secara kontekstual dengan unit gramatikal dan leksikal dalam
melahirkan keterkaitan antara fitur-fitur dari suatu konsep dan konsep-konsep lain
bagaimana konsep-konsep tersebut tertata sedemikian rupa. Dalam hal ini, sebagai
fitur tidak cukup merepresentasikan suatu konsep secara utuh. Fitur hanya
digunakan sebagai titik tolak untuk memahami suatu konsep dengan pengetahuan
Jadi, ketika kita mulai menikmati sebuah terjemahan yang ―gurih‖ untuk
dibaca, tanpa kita sadari, kita sudah terbawa oleh terjemahan sebagai bacaan yang
baik. Mengapa bisa? Kita adalah pembaca, apabila selama kita membaca
terjemahan, kita tidak mampu menciptakan rasa dan gairah yang ada dalam
11
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 139.
6
Terjemahan tidak sekedar isi, bukan pula rangkaian kata biasa yang bisa
membuat kita terbawa oleh terjemahan tersebut. Akan tetapi, begitulah sebuah
terjemahan yang hadir dihadapan kita bisa membagi kesan hingga ke dasar hati
yang paling dalam. Sebagai pembaca, mungkin pula emoh mengkritisi bagian
terjemahan yang mengganggu, tetapi ketika kita merasakan ada yang ―nggak
nyambung‖ dari awal hingga akhir atau ditengah-tengah ada yang membuat dahi
kita berkerut-kerut. Jika hal itu terjadi, sudah saatnya kita berinisiatif membuat
Mengacu pada penjelasan di atas, bahwa kitab al-Hikam yang kaya dengan
untuk memberikan pembatasan dan perumusan masalah agar skripsi ini tidak
kitab al-Hikam penerbit Turos Pustaka analisis makna kontekstual karya Ibn
kemampuan penulis.
7
Sedangkan perumusannya dinyatakan dalam bentuk pernyataan sebagai
berikut:
1. Apakah terjemahan makna kata dalam kitab al-Hikam dari halaman 1-12 sesuai
dengan konteks?
2. Bagaimana cara memilih makna kata yang tepat dalam menerjemahkan kitab
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui terjemahan makna kata dalam kitab al-Hikam dari halaman
2. Untuk mengetahui cara memilih makna kata yang tepat dalam menerjemahkan
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian yang mengambil studi kasus pemilihan makna kata yang
tepat dalam estetika menerjemahkan, analisis makna kontekstual sudah ada yang
atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan
terhadap dunia pemilihan makna kata dari segi teori kontekstual yang sangat teliti.
8
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan teori-teori, sumber-sumber
dan perpustakaan pribadi dari berbagai buku tentang linguistik, bahasa Indonesia,
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
datanya berupa deskripsi objek penelitian. 13 Data yang dihasilkan dari buku
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah kitab syirah al-hikam karya Ibnu
karya Ibn Atha‘illah al-Iskandari dari penerbit Turos Pustaka tahun terbit 2013
yang peneliti ambil sampelnya dari halaman 1 hingga 12. Buku terjemahan al-
Hikam memang sudah banyak beredar dan sangat banyak minat pembacanya,
peneliti tertarik untuk membahas penelitian dengan kitab ini karena peneliti
12
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 30.
13
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 34.
9
ini sebab menerjemahkan bukan hanya memindahkan kata tapi juga harus bisa
kontekstual.
10
4. Teknik Analisis Data
peneliti lakukan.
F. Sistematika Penulisan
Bab I adalah pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
Bab II berisikan gambaran umum kerangka teori yang terdiri dari sub-bag,
11
penghayatan, ketepatan dan penggunaan rasa pesona pemilihan makna kata sesuai
tepat sesuai konteks. Pengertian ilmu makna dan fungsi-fungsi terhadap karya
Bab III adalah tentang Biografi, karya, sejarah penulis Kitab al-Hikam
12
BAB II
KERANGKA TEORI
1. Penerjemahan
sumber (teks sumber) dengan padanan ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran).
yaitu:15
Arab yang memiliki ragam fusha, bukan ragam dialek tertentu (lahjah).
14
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), h. 9.
15
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), h. 10.
13
b. Bahasa Sasaran ( )اللغة المترجمة اليهاatau ()لغة النقل
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan bahasa sasaran atau teks sasaran
adalah bahasa Indonesia. Ada aspek yang menarik dari bahasa Indonesia
salah satu tabi‘ yang menyerap banyak sekali kosa kata dan peristilahan
bahasa Arab.
c. Pesan ()فكرة
tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan rasa
14
bahasa seseorang, jika tidak dibarengi dengan latihan, praktik yang terus
menerus berkelanjutan dan teori, maka sulit kita bayangkan dia akan menjadi
tentang makna. Hal ini penting karena pendekatan yang kita gunakan adalah
bahwa setiap teks merupakan tindak komunikasi, bukan teks yang lahir dalam
ruang kosong (tanpa tujuan dan maksud apa pun). Sebagai tindak komunikasi,
produsen teks (lisan maupun tertulis) tentunya ingin agar maksudnya dipahami
kelompok ilmuan dan kalangan umum).16 Oleh karena itu, banyak sekali para
a. Teori Referen, yang diusung oleh Russell. Teori ini menyebutkan bahwa
sebuah kata memiliki makna lantaran rujukan pada objek atau keadaan yang
16
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Bandung: Penerbit Kaifa, 2009), h. 46.
17
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 95-97.
15
b. Teori Ideasional, yang dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menjelaskan
bahwa sebuah kata sesungguhnya tidak merefer pada objek tertentu, tetapi
c. Teori Fitur, yang menyatakan bahwa konsep terwujud dari sejumlah unit
Ujaran atau tulisan merupakan sarana untuk meraih tujuan itu. Untuk
kontekstual.
18
Syihabudddin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek (Bandung:
Humaniora, 2005), h. 34.
16
Pembaca atau penyimak perlu memperhatikan status individu dalam
masyarakat, peran individu dalam melakukan tindak tutur dan tujuan dari
tindakannya itu.
3. Masalah Padanan
sumber dan bahasa sasaran yang ada kaitannya dengan sosio-budaya kedua
bahasa itu.
mencari padanan yang tidak mungkin dia temukan dalam bahasa sasara.
Kebenaran hipotesa ini sulit untuk dibuktikan. Baik ditinjau dari segi bentuk,
makna maupun fungsinya. Padanan yang sempurna itu tidak ada sebagai akibat
19
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 93.
20
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 94.
17
dari berbedanya struktur nahasa sumber dan bahasa sasaran dan demikian pula
Sedangkan Eugene Nida membedakan dua tipe padanan yaitu padanan formal
dan padanan dinamik. Padanan formal mengacu pada teks bahasa sumber baik
dalam bentuk dan isi. Bentuk mengacu pada aspek linguistik teks dan isi
memperhatikan perilaku dan budaya pembaca teks sasaran agar mereka dapat
Pertama-tama kita akan tertuju pada kata. Karena kata adalah sebagai unit
terkecil bahasa yang mempunyai makna, yang menjadi titik awal kajian
Kedua kita melihat unsur-unsur makna dalam kata dan untuk mengkajinya
hanya mempunyai satu unsur makna sedangkan kata bisa mempunyai lebih
dari satu unsur makna. Dalam konteks penerjemahan, analisis terhadap kata
21
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 87.
22
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 95-109.
18
komponen makna akan menuntun penerjemah dalam menentukan padanan
yang paling sesuai dari beberapa alternatif yang tersedia. Analisis ini juga
suatu konsep yang diungkapkan dengan satu kata dalam bahasa sumber
diungkapkan dengan beberapa kata dalam bahasa sasaran dan demikian pula
sebaliknya.
kasus tertentu ketiga konsep itu tidak bisa diterapkan. Dengan kata lain,
(hiponim)
10. Perbedaan dalam hal tujuan dan tingkat penggunan bentuk tertentu
19
b. Padanan Di Atas Tataran Kata
Dalam setiap bahasa, ada kecenderungan bagi suatu kata untuk bersanding
atau berkolokasi dengan kata lain dan gabungan kata itu selanjutnya
membentuk dua macam frasa, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris.
Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai unsur inti dan unsur
c. Padanan Gramatikal
antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam hal jumlah, gender, pesona,
dengan tatabahasa yang dibagi ke dalam dua dimensi utama, yaitu morfologi
dan sintaksis.
d. Padanan Tekstual
e. Padanan Pragmatik
20
mengungkapkan kembali seluruh makna yang terdapat dalam teks sumber di
ke dalam bahasa yang lain. Makna suatu kata tidak hanya dipengaruhi oleh
posisinya dalam kalimat tetapi juga oleh bidang ilmu yang menggunakan kata
itu. Tidak jarang pula makna suatu kata sangat ditentukan oleh situasi
berikut:24
a. Makna Leksikal
Makna leksikal ini dapat disebut makna yang terdapat dalam kamus
mengingat yang ada dalam kamus yang lepas dari penggunaannya atau
konteksnya.
23
Maurits D.S Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan (Jakarta: Direktoral Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000), h. 44.
24
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 48-51.
21
b. Makna Gramatikal
yang lebih besar, misalnya hubungan suatu kata dengan kata yang lain
Makna kontekstual atau situsional adalah hubungan antara ujaran dan situasi
dimana ujaran itu dipakai. Dengan kata lain makna yang dikaitkan dengan
d. Makna Tekstual
Makna tekstual berkaitan dengan isi suatu teks atau wacana. Perbedaan jenis
e. Makna Sosio-Kultural
Makna suatu kata yang erat kaitannya dengan sosio-budaya pemakai bahasa
mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera,
yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna
adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca
25
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.
25.
22
Kembali kepada unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung
konsep atau gagasan tertentu (yaitu kata), maka makna kata dapat dibatasi sebagai
Referensi
Rumah-------------------------------------------------Gambaran
Tetapi kebalikannya juga benar, kalau ia mengetahui maknanya juga, yaitu tidak
pada kata sebagai satuan linguistik yang bermakna. Akan tetapi, kita pun tahu
makna kata itu baru tampil dalam kalimat sesuai dengan konteks pemakaiannya.
pemproduksiannya, maka dalam analisis komponen makna kata kita pun ingin
26
Menurut Odgen dan Ricard dalam the meaning of meaning, simbol adalah unsur
linguistik (kata atau kalimat), referen adalah objek (dalam dunia pengalaman), sedangkan referensi
atau pikiran adalah konsep. Menurut teori itu tidak ada hubungan langsung antara simbol dan
referen, hubungannya harus melalui konsep.
23
menemukan kandungan makna kata atau kompisisi makna kata. Prosedur
analogi tadi.
penemuan komponen makna yang terkecil yang membedakan dua kata atau lebih.
Analisis komponen makna kata dapat membawa beberapa manfaat untuk analisis
semantik, baik semantik kalimat maupun semantik ujaran. Seperti uraian manfaat
berikut:28
beberapa kalimat benar, mengapa kalimat lain tidak benar dan mengapa
27
J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 159-160.
28
J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 161-164.
24
2. Dengan analisis komponen atau komposisi makna kata, kita meramal hubungan
antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe,
kehiponiman. Kita katakan dua kata mempunyai kesinoniman jika dua kata itu
memiliki komponen atau komposisi senatik yang identik. Kita katakan dua kata
tipe, yakni kontrdiksi dan kontrer. Kita katakan dua kata berantonim
keterbalikan jika perbedaan antara dua kata itu hanya terdapat pada satu
komposisi dan komposisi itu hanya merupakan alih dalam argumen. Kita
katakan dua kata berhubungan secara hiponimis jika dua kata mempunyai
semua komposisi semantik yang sama dan kata yang kedua memiliki satu
C. Wawasan Makna
1. Makna (ma‟na)
Kita katakan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna. Akan tetapi
kita belum memberikan arti makna dan belum menyepakati ―apa itu makna‖
dalam teori semantik. Inilah ciri khas bahasa yang dapat berbicara tentang dan
digunakan untuk dirinya sendiri. Jadi, bahasa dapat dipakai untuk berbicara
tentang bahasa atau dirinya sendiri tentang semua hal di luar bahasa itu.
25
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal pula kata arti dan erti di
samping kata makna. Dalam studi semantik dan linguistik Indonesia pilihan
istilah jatuh pada kata makna dan bukan pada kata arti dan erti.29
kata arti dari pada kata erti dan makna. Misalnya, penutur bahasa Indonesia
berkalimat:
―pengertian‖. Kata arti dalam kalimat (a), (b) dan (c) masih dapat distribusi
dengan kata makna. Sedangkan bentuk ―berarti‖ dalam kalimat (d) tidak dapat
kata makna daripada kata arti. Perhatikan uraian tentang makna dua kata
tersebut dalam KBBI. Penulis petik pula dua entri tersebut beserta maknanya
dari KBBI edisi keempat halaman 87 untuk entri arti dan halaman 864 untuk
entri makna.
29
J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 43.
26
tak ~ bagi penderitaanmu yg begitu besar; 3 sama artinya dgn; sama
halnya dgn: mengambil milik orang tanpa permisi ~ pencuri;
ke.ber.ar.ti.an n perihal mempunyai arti: tujuan hidupnya sbg seniman
bukanlah harta, melainkan untuk meningkatkan ~ bagi dirinya dan bagi
masyarakat;
se.ar.ti n sama artinya: carilah kata-kata yg ~
27
The ideational theory af meaning disebutkan teori terdahulu ihwal
a. Makna itu ditempelkan saja kepada kata (terpisah dari kata). Makna datang
dari tempat lain yaitu dari minda (mind) dalam bentuk ide atau gagasan.
bahasa adalah instrumen untuk melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian
dengan sensasi personal, maka dari itu disebut private language. Jadi,
makna bahasa menjadi sangat pribadi sehingga tidak dapat diajarkan pada
orang lain.
karena rujukannya kepada objek atau keadaan yang digambarkan oleh kata itu.
luar dirinya. Makna adalah objek dari simbolisasi itu, kata-kata adalah
sebuah label yang dihinggapi sesuatu dan sesuatu adalah makna dari kata itu.
30
A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 60-61.
31
A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 62-63.
28
b. Nama-nama dan deskripsinya akan berwujud objek, sementara itu verba,
c. Sebuah nama (kata, tanda, kombinasi tanda dan ekspresi) menyatakan sense
tersendiri dan merujuk pada rujukannya (referent). Sense atau makna sebuah
kalimat adalah nilai kebenaran dari kalimat dan tergantung pada reference
tertentu.
Pada tingkat pertama dan kedua dilihat dari segi hubungannya dengan
penutur, sedangkan pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna
dituntut untuk menaati kaidah gramatikal atau tunduk kepada kaidah pilihan
32
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 7-8.
29
Makna sebuah kalimat sering tidak bergantung pada sistem gramatikal
dan leksikal saja, tetapi berjantung kepada kaidah wacana. Makna sebuah
kalimat yang baik pilihan kata (diksi) dan susunan gramatikalnya, sering tidak
sebuah wacana.
kategorial).
karena, walaupun makna ini adalah persoalan bahasa, tetapi keterkaitan dan
kontroversi atau tidak berlawanan, tetapi mengacu pada hubungan apa yang
35
akan terjadi antara unit-unit mereka. Dengan kata lain relasi makna
merupakan satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Satuan
bahasa di sini dapat berupa kata, frase maupun kalimat; dan relasi semantik itu
33
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 9.
34
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: Edisi Revisi (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), h. 27.
35
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2: Relasi Makna Paradigma-Sintagmatig-
Derivasional (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 111.
30
dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna,
kegandaan makna atau juga kelebihan makna. 36 Relasi ini merupakan akibat
Berikut ini akan dibicarakan masalah relasi makna satu per satu, yakni:
berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan
makna ungkapan lain. 38 Umpamanya kata pandai dan cerdas adalah dua
kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua kata yang bersinonim
bersifat dua arah. Cruse membagi sinonim atas tiga perangkat: absolut,
dapat disubtitusikan dengan kata kain dan makna konteks tidak berubah
1. Subtitusi (penyulihan)
2. Pertentangan
3. Penentuan konotasi
36
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 297.
37
Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab: Klasik Modern
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 122.
38
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: Edisi Revisi (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), h. 83.
39
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2: Relasi Makna Paradigma-Sintagmatig-
Derivasional (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 125.
31
Cruse membagi sinonim menjadi:40
ekspresi dapat disulih dengan unsur benar secara kondisional tanpa ada
bersinonim atau yang tidak, secara sederhana ada skala jarak semantis
b. Antonimi (al-adhdha:d)
Antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
dengan yang lain. 41 Misalnya kata guru berantonim dengan kata murid.
40
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2: Relasi Makna Paradigma-Sintagmatig-
Derivasional (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 126.
41
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 299.
42
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2: Relasi Makna Paradigma-Sintagmatig-
Derivasional (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 135-137.
32
1. Antonimi Berlawanan (Polar Antonyms)
kejangkapan.
c. Oposisi
leksikal secara langsung, cara inilah yang dahulu digunakan secara kognitif.
Cruse menjelaskan unsur oposisi yang relevan yaitu oposisi biner, unsur
33
inheren dan unsur paten.43 Lebih jauh, berdasarkan sifatnya oposisi dapat
dibedakan menjadi:44
d. Hiponimi
Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau
dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada
kelas kata atas yang mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil dan ada
tercakup dalam kelas atas, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas kata
hiponim antara lain: mawar, melati, sedap malam, flamboyan, dan gladiol.
putih, mawar orange dan sebagainya. Dalam keterbatasan istilah dapat juga
terjadi bahwa istilah yang sama dapat dipakai lebih dari satu kali bagi
43
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2: Relasi Makna Paradigma-Sintagmatig-
Derivasional (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 133-134.
44
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: Edisi Revisi (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), h. 90-93.
45
Istilaah superordinat dan hiponim adalah istilah dalam semantik. Ilmu biologi
mempergunakan istilah genus dan species, ilmu-ilmu sosial mempergunakan istilah kategori dan
sub-kategori. Semuanya mengacu pada hal yang sama yaitu tingkat atas dan tingkat bawah.
34
e. Homonimi
Hominimi adalah relasi antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama,
tetapi maknanya berbeda. Misalkan, kata bisa ‗mampu‘ dan kata bisa
‗racun‘. Dalam bahasa Indonesia homonimi masih dapat dibedakan lagi atas
homograf dan homofon, karena kesamaan bentuk dapat dilihat dari sudut
ejaan atau ucapan. Homograf adalah dua bentuk bahasa yang sama ejaannya,
tetapi berlainan lafalnya. Contoh kata tahu ‗makanan‘ dan kata tahu
‗paham‘. Sedangkan homofon adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang
dan massa ‗kelompok orang dalam jumlah besar yang menjadi satu
kesatuan‘.
f. Polisemi
Satu kata mempunyai lebih dari satu arti atau lebih tepat kita katakan satu
sebagai satu lema namun dengan beberapa penjelasan. Misalkan saja, kata
sumber dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat pada halaman
1353 muncul sebagai satu lema, namun dengan beberapa penjelasan seperti:
46
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar (Bandung: Penerbit Angkasa,1993), h. 164.
35
perangkat bentuk yang sama sekali tidak mengandung kesamaan salah satu
Para ahli bahasa mempunyai pendapat yang sejalan bahwa polisemi ini
adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu. Karena makna ganda
itulah maka pendengar atau pembaca ragu akan makna kata (kalimat).
g. Taksonimi
etnigrafi yang secara umum bertanya pada informan yang ditemuinya untuk
47
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 67.
48
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar (Bandung: Penerbit Angkasa,1993),
h. 165.
49
Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab: Klasik Modern
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 127.
36
h. Ambiguitas atau Ketaksaan
1. Ketaksaan Fonetik
maknanya.
2. Ketaksaan Gramatikal
Dengan demikian, ketaksaan pada tataran ini dapat dilihat dua alternatif.
pada frase yang mirip. Tipa kata membentuk frase sebenarnya jelas,
satu pengertian.
3. Ketaksaan Leksikal
Setiap kata dapat bermakna lebih dari satu, dapat mengacu pada benda
i. Redundansi
50
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), h. 98-100.
37
sebetulnya tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik adalah bila
4. Makna Kontekstual
dengan makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada
dalam satu konteks. Makna kontekstual dapat juga berarti dengan situasi, yakni
tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Oleh karena itu, banyak
pakar mengatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata
apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimat. Adalah teori semantik
yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu saling berkaitan satu sama lain di
menegaskan bahwa makna suatu kata dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu:52
(a) konteks kondisi adalah kondisi atau situasi eksternal yang membuat suatu
(b) konteks emosional dapat menentukan makna bentuk kata dan strukturnya
(c) konteks kebahasaan adalah berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat
(d) konteks sosio-kultural adalah nilai-nilai sosial yang mengitari kata yang
51
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia: Edisi Revisi (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), h. 105.
52
Moh. Matsna HS, Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari: Kajian Makna Ayat-Ayat
Kalam (Jakarta: Anglo Media, 2006), h. 21-22.
38
Menurut J.R. Firth, teori kontekstual sejalan dengan teori relativitisme
relatif jelas sosok persoalanya dan relatif mudah untuk ditemukan langkah-
menyertai teks, sesuai dengan pemaknaan literer kata-kata yang merajut kata
tersebut. Sebab, teks sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Setiap
kalimat akan saling mendukung untuk menyampaikan pesan suatu alinea dan
begitupun seterusnya. Dengan kata lain, setiap bagian dari kebahasaan saling
menyelami teks sumber dan senantiasa melakukan cross check suatu satuan
39
BAB III
mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid al-Azhar.
Di waktu yang sama dia juga dikenal luas di bidang tasawuf sebagai seorang
Ibn Atha‘illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya
yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu,
dan ushul fiqh. Kitab ini sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh
Muhammad bin Ibrahim ibn Ibad ar-Rundi, Syeikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad
ibn Ajiba.
‗Unwan at-Taufiq fi‘dab al-Thariq, miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil
Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syaikhul Islam
Ibn Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. Kedua ulama besar itu memang hidup
dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang
berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibn Taimiyyah adalah sosok ulama yang
tidak menyukai praktek sufisme. Sementara Ibn Atha‘illah dan para pengikutnya
melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam
urusan syari‘at.
40
Ibn Atha‘illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi
panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi
Syadzili setelah yang pendirinya Abu al Hasan Asy Syadzili dan penerusnya, Abu
Al Abbas Al Mursi. Dan Ibn Atha‘illah inilah yang pertama menghimpun ajaran-
Atha‘illah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas
Pengarang kitab al-Hikam yang cukup populer di negeri kita ini adalah
Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atha‘illah
moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung
pada Bani Ya‘rib bin Qohton, yang terkenal dengan Arab al-Aa‘ribah. Kota
Iskandariah merupakan kota kelahiran sufi besar ini. Suatu tempat di mana
demikian harum, namun kapan sufi agung ini dilahirkan tidak ada catatan yang
41
Ayahnya termasuk semasa dengan Syeikh Abu al-Hasan al-Syadili -
mengatakan: ―Demi Allah… kalian telah menanyai aku tentang suatu masalah
yang tidak aku ketahui jawabannya, lalu aku temukan jawabannya tertulis pada
agama, kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fiqh pada masanya.
Tajuddin remaja sudah belajar pada ulama tingkat tinggi di Iskandariah seperti al-
Iskandariah banyak dihiasi oleh banyak ulama dalam bidang fiqh, hadits, ushul,
dan ilmu-ilmu bahasa arab, tentu saja juga memuat banyak tokoh-tokoh tasawuf
Oleh karena itu tidak mengherankan bila Ibn Atha‘illah tumbuh sebagai
berlanjut sampai pada tingkatan tasawuf. Hal ini membuat kakeknya secara
kakeknya adalah seorang yang tidak setuju dengan tasawuf, tapi mereka sabar
akan serangan dari kakeknya. Di sinilah guru Ibn Atha‘illah yaitu Abul Abbas al-
Mursy mengatakan: ―Kalau anak dari seorang alim fiqh Iskandariah (Ibn
42
Atha‘illah) datang ke sini, tolong beritahu aku‖, dan ketika aku datang, al-Mursi
mengatakan: ―Malaikat jibril telah datang kepada Nabi bersama dengan malaikat
penjaga gunung ketika orang quraisy tidak percaya pada Nabi. Malaikat penjaga
engkau mau, maka aku akan timpakan dua gunung pada mereka‖. Dengan bijak
Nabi mengatakan: ―Tidak… aku mengharap agar kelak akan keluar orang-orang
yang bertauhid dan tidak musyrik dari mereka‖. Begitu juga, kita harus sabar akan
sikap kakek yang alim fiqh (kakek Ibn Atha‘illah) demi orang yang alim fiqh ini‖.
Pada akhirnya Ibn Atha‘illah memang lebih terkenal sebagai seorang sufi besar.
karangan sebanyak 22 kitab lebih. Mulai dari sastra, tasawuf, fiqh, nahwu, mantiq,
dunia Islam ialah kitabnya yang bernama Hikam, yang telah diberikan komentar
oleh beberapa orang ulama di kemudian hari dan yang juga telah diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa asing lain, termasuklah bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia.
satu murid beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Atha‘illah
sedang thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di
Mas‘aa dan Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah
43
sang guru pergi haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketiak mendengar
menghadap sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya: ―Siapa saja
yang kamu temui?‖ lalu si murid menjawab: ―Tuanku… saya melihat tuanku di
sana‖. Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan: ―Orang besar itu bisa
memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari liang tanah, dia pasti
menjawabnya‖.
Tahun 709 H adalah tahun kemalangan dunia maya ini. Karena tahun
tersebut wali besar yang tetap abadi nama dan kebaikannya ini harus beralih ke
alam barzah, lebih mendekat pada Sang Pencipta. Namun demikian madrasah al-
sang nyawa. Ribuan pelayat dari Kairo dan sekitarnya mengiring kekasih Allah ini
B. Biografi Penerjemah
lalu berlajut ke tingkat SMP dan SMA di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kabupaten Tangerang.
53
http://ruangfana.blogspot.com/2013/05/syeikh-ibnu-athaillah-as-sakandari.html#ixzz2wU3j7jUi
44
Karya-karya terjemahan yang pernah dihasilkan dan terbit mencapai
6. Buku Pintar Alam Ghaib, penerbit Zaman (Serambi Press) tahun 2010.
tahun 2011.
dari penerbit di Malaysia, bukunya tentang poligami yang bahasanya sangat sulit,
lalu saat itu ia belum punya komputer sendiri. Akhirnya ia menerjemahkan satu
buku tersebut dengan tulisan tangan baru kemudian diketik ulang. Dan dari hasil
45
BAB IV
informasi dalam konteks agar makna jelas bagi penerima informasi atau berita.
semakin kaya konteks suatu berita (yang terwujud dalam kalimat), semakin kecil
kemungkinan salah informasi. Contoh yang penulis ambil dalam terjemahan kitab
memperhatikan konteks.
TEKS 1
Di antara tanda sikap mengandalkan amal ialah berkurangnya harap kepada Allah tatkala khilaf.54
Menurut Syaikh Ibn Atha‘illah teks ini menjelaskan tentang tanda orang
pengampunan lagi kepada Allah tatkala ia khilaf atau berbuat salah. Ini sesuai
dengan sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh eman imam hadits yaitu
amal perbuatan dari kalian tidak akan masuk surga. Mereka bertanya: lalu
bagaimana dengan anda Ya Rasulullah? Beliau menjawab: aku juga, hanya saja
Allah meliputi aku dengan ampunan dan kasih sayang-Nya‖. Kata mengandalkan
amal yang diartikan oleh penerjemah menurut peneliti mesti diganti dengan kata
54
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.1.
46
yang lebih tepat dan mudah dimengerti yaitu membanggakan amal perbuatan,
karena pada terjemahan ini tidak jelas amal apa yang dimaksud. Kata
sebab sesuai dengan apa yang dimaksud oleh bahasa sumber dari teks terjemahan
terhadap sesuatu. Sedangkan kata الَر َجاء yang di artikan oleh penerjermah kurang
bisa dipahami. Kata raja‘ dalam Ensiklopedi Tasawuf Jilid II yang di susun oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta halaman 1018 yaitu harapan untuk mendapatkan
47
TEKS 2
Keinginanmu untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah telah menempatkanmu di sana,
termasuk syahwat yang samar. Dan keinginanmu untuk masuk ke dalam kesibukan urusan duniawi,
padahal Allah telah melepaskanmu dari itu, sama saja dengan mundur dari tekad luhur.55
meninggalkan urusan yang bersifat duniawi termasuk mencari rezeki. Kata asb b
dalam makna kontekstual pada contoh di atas adalah usaha. Kata َه َوةِ اْلَِفيَة
ْ الش
dalam konteks ini berarti keinginan yang tersembunyi. Kata اِ ِْْطَاط menurut
konteks disini adalah menurunnya. Sedangkan kata اْهِ َم ِة اْ َلعالِيَة dalam makna
kontekstual di sini berarti semangat yang tinggi. Dalam teks ini Syaikh Ibn
Atha‘illah mengingatkan pada kita bahwa sudah menjadi takdir Allah di dunia ini
terdapat dua macam kedudukan manusia yakni asb b dan tajr d. asb b adalah
manusia harus bergerak dalam bidang usaha untuk memenuhi kebutuhan dunianya,
tanpa memperhatikan kepentingan dunia, karena mereka sudah merasa cukup puas
55
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013),
h.2.
Ibnu Atha‘illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam Petuah-Petuah Agung Sang Guru
56
48
Terjemahan peneliti ―keinginanmu untuk meninggalkan urusan dunia
orang yang meninggalkan urusan dunia itu suatu penurunan dari semangat yang
tinggi‖.
TEKS 3
ِ
ْ َس َوابِ ُق اْه َم ِم َِ ََْ ِر ُق أ
َس َو َار اْأَقْ َدا ِر
Menurut Syaikh Ibn Atha‘illah teks ini menjelaskan tidak ada yang mampu
mengubah ketentuan Allah. Bahagia dan celaka adalah dua macam nasib manusia
yang sudah ditentukan oleh Allah sejak manusia masih berada dalam kandungan.
Dan ketentuan tersebut tidak bisa diubah oleh manusia. Walaupun dengan
surat at-Takwir ayat 29:‖dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan
itu), kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Rabb dari seluruh alam‖.58
menggunakan kata tekad yang kuat, ini sudah benar. Dalam ilmu tasawuf kata
57
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013),
h.3.
58
Ibnu Atha‘illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam Petuah-Petuah Agung Sang Guru
(Jakarta: Khatulistiwa Press, 2013), h.5.
59
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf Jilid I (Bandung: Penerbit
Angkasa, 2008), h.259.
49
َس َوار
ْأ yang diterjemahkan oleh penerjemah adalah dinding, menurut peneliti perlu
adalah tentang kepastian Allah yang telah ditentukan atau koteksnya yaitu
اْأَقْ َدار.
Terjemahan dari peneliti : ―tekad yang kuat tak akan bisa menembus
TEKS 4
ِ
َ ك َِ تَ ُق ْم بِِه لَ ْف ِس
ك َ ْك ِم َن التَ ْدبِِْْ فَ َما قَ َام بِِه َغْي ُرَك َع
َ أَر ِْح نَ ْف َس
Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu
terhadap segala sesuatu yang menjadi urusan duniawi, maksudnya adalah agar
manusia dimuka bumi ini tidak lagi sibuk mengurusi sesuatu yang menjadi
Allah saja biarkan yang menjadi hak adalah kewenangan Allah semata ‗Sang
Maha Pemberi‘. Kita manusia tak perlu lagi risau tentang apa yang menjadi
keputusannya bertawakkal saja dan tunjukkan kekuatan iman yang terus mengalir
60
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book Of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.4.
50
Untuk menerjemahkan kata نَ ْفسك
َ أَر ِْحpeneliti menerjemahkan dengan kata
dunia, karena segala sesuatu yang telah diurus untukmu sudah diatur oleh Allah
TEKS 5
Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam
melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu. 61
―kegigihanmu untuk mencari apa yang telah dijamin oleh Allah dan kelalaianmu
butanya hatimu‖.
61
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.5.
51
TEKS 6
َك ا ِإ َجابَة
َ َض َم َن ل ِ اح ِِ الدع ِاء موِجبا لِي
ِ َْْ َِيَ ُك ْن تَأَخ ُر أ ََم ِد اْ َلعطَ ِاء َم َع ا ِإ
َ ك فَ ُه َو
َ أسَ ً ُْ َ
Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang do‘amu,
membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan do‘a sesuai pilihan-Nya, bukan pada
menjadi rancu karena tidak dapat dipahami. Siapa yang diinginkan? Jadi kurang
efektif dalam membacanya, peneliti tambahkan kata kamu karena Bsu-nya تُ ِريْد.
putus asa. Karena Dia telah menjamin pengabulan doa sesuai dengan pilihan-
62
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.6.
52
TEKS 7
ِ ِ ِ ِ
ِِ ك قَ ْد ًاا َ َ َك ِِ اْ َلو ْعد َع َد ُم ُوقُ ْوِع اْلَْوعُ ْود َوإِ ْن تَ َع
َ َ َمَمُهُ للَ ََ يَ ُك ْو َن َلل َ َِ يُ َش ِك َك
ِ
َ ِك َوإِ َْْ ًادا لُ ِر َس ِريْ َرت
ك َ ِصْي َرت
ِب
َ
Janji yang tak dipenuhi Tuhanmu pada waktunya jangan sampai membuatmu ragu. Agar keraguan
diubah agar lebih mudah dipahami maksud dan tujuan bahasa sumber dari penulis
kitab.
Terjemahan peneliti ―jangan sampai kamu menjadi ragu akan janji Allah
yang tidak terpenuhi pada waktunya. Supaya keraguan itu tidak merusak mata
TEKS 8
ِ ِ ِ
ْ اس اْأَ ْع َمال لتَ َ وِع َوا ِرَدات اْأ
َا َوال ُ ََج
ْتأْ تََ َو َع
Pada teks ini peneliti temukan kata asupan, jika dilihat dari Kamus Besar
63
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.7.
64
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h. 10.
53
Kata asupan yang biasanya tentang makanan atau gizi, disini konteksnya
kurang tepat jika terjemahan memakai kata asupan. Untuk menerjemahkan kata
َوا ِر َداتkita tidak bisa hanya mengandalkan kamus. Karena jika hanya melihat
makna yang terdapat pada kamus Arab-Indonesia, akar kata dari َوا ِر َداتadalah
halaman 599 kata َوا ِر َداتberarti ‗yang datang, yang membawa, yang berani‘,
Imam Al-Ghazali halaman 571 kata َوا ِر َداتbermakna cahaya ketuhanan yang
dipancarkan Allah swt ke dalam hati seorang hamba yang dicintai-Nya. Karena
maksud dari kata َوا ِر َداتadalah tentang makrifat Tuhan dan rahasia rohani yang
ada di dalam relung hati. Jadi apa yang ada di hati akan mendorong munculnya
sifat-sifat ahw l (keadaan) terpuji. Ada yang mendorong kelembutan, ada yang
Tasawuf disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jilid III halaman 1475 w rid
secara kebahasaan berasal dari kata wur d yang berarti datang. Dalam tasawuf,
w rid diartikan dengan sesuatu yang datang ke dalam hati yang berupa bisikan-
Kehadiran w rid tersebut bukan karena disengaja, tetapi betul-betul datang begitu
saja, baik dari Allah maupun dari keutamaan ilmu. Jadi, ditarik kesimpulan bahwa
kata yang tepat dalam konteks ini adalah pancaran atau keadaan. Sebab, kata
54
َوا ِر َداتberdampingan dengan kata َح َوال
ْ اْأmaka makna yang tepat sesuai padanan
TEKS 9
ص فِْي َها ِ
َ ََ اا َها ُو ُج ْوُد سِر اْ ِإ ْخ
ِ
ُ ص َوٌر قَائ َمةٌ َوأ َْرَو
ُ ال
ُ اأ َْع َم
Pada teks ini Syaikh Ibn Atha‘illah menceritakan tentang ketulusan atau
niat hati adalah pokok dari segala perbuatan semata karena Allah, maksudnya
adalah setiap perbutan harus didahulukan dengan niat, tanpa niat yang timbul dari
ikhlas, disini peneliti memaknai kata اْ ِإ ْخ ََص menjadi niat atau ketulusan, bila
dilihat dari Kamus Al-Munawwir halaman 361 banyak sekali makna dari kata
اْ ِإ ْخ ََص maka peneliti mengambil koteks dari kata tersebut menjadi niat atau
ketulusan.
65
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h.11.
55
Terjemahan dari peneliti ―perbuatan adalah seumpama jasad (kerangka
TEKS 10
Kuburlah dirimu di tanah kerendahan karena sesuatu yang tumbuh tanpa dikubur (ditanam)
seperti itu? Karena kata kubur yang berasumsi di masyarakat luas bahwa kata
kubur memasukkan diri ke dalam tanah. Dan bagusnya lagi disandingkan kata
tanah, maka jelas nantinya para pemakai bahasa yang beranggapan bahwa
memerintahkan seperti yang demikian. Mari kita lihat penjelasan kata kubur
Jelas betul apa yang diuraikan oleh KBBI, bahwa kata kubur pasti
yang dilubangi atau dicangkul sehingga menjadi liang lahat dan pastinya kata
teks di atas kurang melihat sisi penerapan pilihan kata dalam menerjemahkan.
66
Ibnu Atha‘illah Al-Iskandari, The Book of Wisdom Al-Hikam (Jakarta: Turos, 2013), h. 12.
56
Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa kata adalah sebuah rangkaian
bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal
dan makna sebuah kata pada dasarnya diperoleh karena persetujuan informan
antara sekelompok orang untuk menyatakan hal atau barang tertentu melalui
rangkaian bunyi tertentu. Atau dengan kata lain, arti kata adalah persetujuan atau
kata-kata yang mirip dengan ejaan, hindari kata-kata ciptaan sendiri, membedakan
kata umum dan kata khusus, mempergunakan kata-kata indiria yang menunjukkan
persepsi yang khusus, memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-
keinginan hawa nafsu atau popularitas yang tinggi dalam jabatan atau kekuasaan.
Seperti contoh ada yang menawarkan kita untuk sebuah jabatan yang membuat
terkenal. Seandainya kita terpaksa terkenal, kita harus merendah hati dan jangan
57
mencari kedudukan tertentu. Jangan memandang jabatan yang sedang kita
sandang sebagai hal yang besar. Yakinlah bahwa kebaikan akan kita dapatkan saat
kita meninggalkan itu semua. Namun, jangan kita tinggalkan semua itu, kecuali
agar pesannya tidak rancu ketika sampai kepada pembaca atau pemakai bahasa
―Tanamkanlah pada dirimu kerendahan hati, karena sesuatu yang tumbuh dari
58
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
hingga 12, maka peneliti hanya menemukan beberapa teks atau kata yang tidak
harfiyah, tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh bahasa sumber dari penulis.
Konteks adalah unsur-unsur di luar teks yang berhubungan dengan teks dan
kitab al-Hikam dari halaman 1 hingga 12 ditemukan beberapa makna yang rancu,
tidak efektif, ketidaktepatan dalam penempatan tata bahasa dan tidak dimengerti
maksud dari bahasa sumbernya. Jadi cara memilih makna kata yang tepat
mengandung dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera, yaitu dengan
mendengar atau melihat. Sebaliknya dari aspek isi atau makna adalah segi yang
aspek bentuk. 67
2. Rekomendasi
Penelitian yang saat ini peneliti lakukan masih perlu dilanjutkan oleh
67
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 25.
59
terkait ketepatan terjemahan analisis makna kontektual yang mengambil objek
keterbatasan ilmu yang dimiliki peneliti dalam menganalisis penelitian ini. Maka
peneliti berharap nantinya penelitian ini bisa di kaji lagi dalam penelitian-
penelitian selanjutnya.
60
DAFTAR PUSTAKA
A, Alex dan H.P, Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana, 2010.
61
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
62
Jumantoro, Totok dan Amin, samsul Munir. Kamus Ilmu Tasawuf. Penerbit
Amzah, 2005.
__________. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Mu‘minin, Imam Saiful. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah, 2013.
63
Jakarta: Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur
Keagamaan, 2010.
Parera, J.D. Teori Semantik : Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
Pateda, Mansoer. Linguistik Terapan. Nusa Tenggara Timur: Penerbit Nusa Indah,
1991.
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Tasawuf Jilid II. Bandung:
Penerbit Angkasa, 2008.
64
Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Tasawuf Jilid III. Bandung:
Penerbit Angkasa, 2008.
Yunus, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Arab. Jakarta: Insan Multi Media,
2013.
65
l:: :::]::,':.ixii::.'a
.,rrr'r .l:r:i:.:: i i:i
. jl:':;r:l:
:. l: ]'':i,:]
l,|e
\J
JXdsVl ilYs,
/.//r'/ i
'2 c c -'1 , , o9
.t :r :,':.i:
.
: ::r -: :a
- i, !:! :1{
.r :'.r.i.:.:-.:trt::r:rti?
:
. :.:::::ji-,:.itl::
a..
.r!.1 r -. -r4::4.q14
r.sf-::*T*lT- Kswffi
Effi',
m,
ffi,
W, ?r
F 'ig
/Fg{=, "*
€"i rf
e
g
?
$ :, j, ,, :,)
I
[
bG
E.
;*lTffi{{{;'i'#Hl:;,**1=;*
r,n'itil', i,:tl,
,S0ifi'.rJr:rSAC0tl^f,ii
{.;
, .-;ir,,,
$.
r'' t'
. c: :
f-F.
l; Li '' +?
.1 l*\!
I ! 8"4*/ ,$ I t 1 g*,*'I &*/or
\aI
:i
d+
a * !u"
i *ll "l
ftja,"4J I ,
" *tt0
t,:
"*rl
{'J
?? ,/ ?!
: :ir.ii:.:!ii
'.'lSr, *.
.3:t+*l
//
.,,',n"+;*i,r;..,,i.:i'j:#,r,
4
:j
tt.
it ti Si;iie .;! lt,],r:i'r:v SUL-ri.,iii.rliu.ti" thgr-e iS ,Je!C\, ;rt tlre tf mtnil
!
,-{
i il lh* *ift, i*i iiiul ri*i ** ii:* ceu*e ?*r yirur #*spairrng.
-l
i--
t ll ft* h*s eii*r*nt**rJ:j*iJ e resp*t"ls* in wh*i !"{* Cft**ses
l
i..:::.:.,,
4::+-'":a:ii:
_
::t.,,1:r1,,:,11,;ffi
! : :: ..r:::,:J
:: :!i tt:r::;d
r: ::iri::ii
r'' , ::::l
:: ]:': ]'
^tt
o2oir ,lt $/,, , o a lf
g
I tj
) JJcA J.l -I9 o-il
a +r
; -+. E '/a
r1
4l*.' t g-1 " l"
dJJ J*J ) g*J llt-Fi
sJ ""** J-J G-v9
/;
t:
t
r
r::i
:
I
r*
'1
i
.,
:i
il
I
ii
t1
U
I
I
\.'*J>* l f,-*Y {J
,/
A*i;i:ns iiiff*r
l-.recaurt' ili,. nlsuil'rii',i,.: *i iii; +tftl*s t'1 !-:errlg riiffer
6*-,-l
*ir: i.; i:
,
l.r..,l l
-.: ::.:r :. :. : .,
F.*ii=.;:,,..,
:.,-i.,
i:',f e6.
t
/i*: .ir...;9*.*t i t..i
r -ri i]
-i {: ._..1
;
$
i:
:;
.i*
ryi4:.5"ffi-3wp"s*.:T$Wffiffi : -:jj:'-'-:,:€5:!-igr; -
ffitrE
*{uKix!ny* : fuLtrtW
(;r ) rJl /
kes
lq*''Wt -J4
'
s^ {
t o J .t E . e; * ? . g _? o I
j.i
d4.+$"1
-' J .r" r- y,* """-
-6*rl -:.*e"&rl
I l-.i1 -,r:.,:
f r r, ir_.r;
|-. .:l I if: i ;
:::;aiY,ir]l::i::l
i:,itij,ti:j:r:, ',i':. : :
t
J
*
*
!;,
ri)
o . , g ,,, , - o t
, ^j t o se
,3i 1
-r5 q'F
""
y r "ry i
X, JriJ fr*fu
L
Tiada alng tebih berguna bagi hati selsin'uzlsh.
Deng an'uzlah, hcti memasuki lapang an tafakur.
*
f
*
:
.:
::*
:l :'x
i
/. t
i
l
:1
' i
;lA
,:*
-s .4
t - :r4
r{
''!
.€l
.....'..
1
:. ilr -Glg*