DI SUSUN OLEH :
1. M U A ` W WA L I YA H M U FA R R I C H A H
2. MOHAMMAD MAUFIQUR ROHMAN
3. F I T R I A N I N U R H I D AYA H
4. B A I T U S S O L E H ATi L A S S Y U R A
5. MUHAMMAD MUHYIDDIN
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia sudah lahir sejak dulu dan sudah dipergunakan oleh
masyrakat Indonesia sebelum kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu.
Tetapi Bahasa Indonesia secara resmi digunakan atau disahkan yaitu
pada tahun 1928. Tepat pada 28 Oktober 1928, ketika sumpah pemuda
diikrarkan, Bahasa Indonesia menjadi resmi sebagai Bahasa Nasional
Indonesia.
Sebelum menjadi bahasa yang baik dan memilki ejaan yang baik dan
benar, bahasa Indonesia mengalami beberapa kali perubahan system
ejaan. Dimulai dari Ejaan Van Ophuysen pada 1901 menjadi Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi pada tahun 1947 hingga menghasilkan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada tahun 1972 yang
mana dipergunakan hingga saat ini oleh seluruh masyrakat Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Oleh
karena itu ejaan perlu dipahami dan dibahas untuk menegetahui
bagaimana sebenarnya ejaan yang disempurnakan itu, untuk diketahui
dan diaplikasikan kedalam penulisan berbagai karya tulis.
PENGERTIAN EJAAN
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah
tulis-menulis yang distandardisasikan. Lazimnya,
ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan
huruf dan penyusunan abjad.
Ejaan Fenetis : Ejaan fenotis merupakan ejaan yang
berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan
huruf
Ejaan Femonis : Ejaan yang berusaha menyatakan setiap
fonem dengan satu lambing atau satu huruf
SEJARAH BAHASA INDONESIA
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang
pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan
huruf Latin.
Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Ejaan Melindo
Dengan terbentuknya Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku
di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan
hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini
kembali gagal diberlakukan.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.
VOKAL
KONSONAN
PEMAKAIAN HURUF EJAAN BAHASA INDONESIA
DIFTONG
PERSUKUAN
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata
dalam bahasa indonesia seperti yang tercantum
dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan sebagai
berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia
ditandai oleh sebuah vocal.vokal ini dapat
didahului atau diikuti oleh konsonan.
NAMA DIRI
Penulisan huruf dalam ejaan menyangkut dua hal, yaitu pemakaian huruf kapital atau
huruf besar dan pemakaian huruf miring.
HURUF KAPITAL
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada hal-hal berikut.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan
langsung. Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang beserta unsur
nama jabatan dan pangkat.Misalnya:Mahaputra Yamin, Raden Ajeng Kartini, Nabi
Ibrahim, Presiden Megawati, Jenderal Sutjipto, Haji Agus Salim
Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun, bulan, hari, hari
raya, peristiwa sejarah, serta nama-nama geografi.Misalnya:Hariyati Wijaya,
suku Jawa
Unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen resmi,
serta nama buku, majalah, dan surat kabar.Contoh:Republik Indonesia
Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan yang dipakai
sebagai sapaan. Contoh:S. (sarjana sastra)
HURUF MIRING
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan tangan/ketikan)
digunakan untuk menandai judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang dipakai
dalam kalimat.
Contoh: Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Alisjabana dalam bukunya yang
berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia
KATA TURUNAN
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah
beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah
diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan
awalan – akhiran (konfiks).
PENULISAN GABUGAN KATA
Gabungan kata atau yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
CONTOH
f
PENULISAN SINGKATAN ATAU AKRONIM
Istliah singkatan berbeda dengan akronim.
Singkatan ialah kependekan yang berupa
huruf atau gabungan huruf, baik
dilafalkan huruf demi huruf maupun
dilafalkan sesuai dengan bentuk
lengkapnya. Beberapa singkatan yang
dilafalkan huruf demi huru
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, dan dalam
pekembangannya itu bahasa Indonesia banyak menyerap
bahasa atau ejaan lain dari berbagai bahasa di dunia.
Seperti bahasa Arab, Belanda, Sanskerta, Portugis, dan
Inggris.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya
ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari
bahasa lainnya. Sehingga banyak kata serapan Bahasa
Indonesia dari berbagai bahasa seperti berikut ini:
Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap
kedalam Bahasa Indonesia. Unsur-unsur
serapan ini dipakai dalam konteks Bahasa
Indonesia tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara bahasa asing. Contoh:
reshuffle, shuttlecock.
Unsur asing yang pengucapannya dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan
agar ejaan asing hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya
PERKEMBANGAN EJAAN BAHASA INDONESIA
Perkembangan Awal Revisi 1987
Pada tahun 1987, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a / U / 1987
tentang perbaikan “Spelling Pedoman Umum
Indonesia Ditingkatkan”. Keputusan Menteri ini
meningkatkan EYD edisi 1975.
Perkembangan Awal Revisi 2009
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional
mengeluarkan Menteri Pendidikan Nasional Peraturan
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan
dikeluarkannya peraturan ini, di EYD 1987 edisi
berubah dan tidak lagi berlaku.
PERBEDAAN DENGAN EJAAN SEBELUMNYA